SI1431483027

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA

TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT

PADA KELURAHAN KUTA JAYA


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :


NIM
: 1431483027
NAMA


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2017/2018

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA

TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT

PADA KELURAHAN KUTA JAYA



Disusun Oleh :

NIM
: 1431483027
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, Juli 2018

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan SIstem Komputer
           
           
                       
(Dr. Ir. Untung Raharja, M.T.I.,M.M)
       
(Ferry Sudarto, S.Kom, M.Pd)
NIP : 000594
       
NIP : 079010


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA

TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT

PADA KELURAHAN KUTA JAYA


Dibuat Oleh :

NIM
: 1431483027
Nama

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Disetujui Oleh :

Tangerang, Juli 2018

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
(Indrianto, M.T.)
   
(Hendra Kusuma, S.Kom)
NID : 05061
   
NID : 14017


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI


RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA

TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT

PADA KELURAHAN KUTA JAYA


Dibuat Oleh :

NIM
: 1431483027
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Tahun Akademik 2017/2018

Disetujui Penguji :

Tangerang, Juli 2018

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI


RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA

TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT

PADA KELURAHAN KUTA JAYA

Disusun Oleh :


NIM
: 1431483027
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System


 

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika pernyataan diatas tidak benar.


Tangerang, Juli 2018

 
 
 
 
NIM : 1431483027

 

*Tandatangan dibubuhi materai 6.000

ABSTRAKSI

Penyakit ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. ISPA merupakan Infeksi yang menyerang tenggorokan, hidung, dan paru paru. Timbulnya penyakit ispa terdapat berbagai macam faktor baik itu biologis, kimiawi, dan yang paling utama adalah pencemaran udara. Kelurahan Kutajaya merupakan salah satu pemukiman padat penduduk bertempat tinggal dikawasan industrial yang banyak berdiri pabrik pabrik melakukan kegiatan produksi yang menghasilkan gas berbahaya bagi kesahatan memungkinkan tingkat persentase penyakit ISPA meningkat. Maka diperlukan suatu sistem yang dapat meminimalisir bahaya dari gas gas hasil buang aktifitas pabrik yang berada dikawasan tersebut, menggunakan sensor udara tipe spesifik khusus CCS811 yang dihubungkan dengan mikrokontroler Wemos D1 mini untuk memonitoring kualitas udara dan melakukan pengolahan data untuk dapat meminimlaisir presentasi Penyakit ISPA, warga di Kelurahan Kutajaya dengan bijak dapat mengetahui keadaan udara, serta melakukan kebijakan dari hasil pengolahan data tersebut. Pengujian performa alat menggunakan metode black box untuk memastikan bahwa alat telah berfungsi dengan baik. Pada pengujian tersebut didapat hasil valid untuk setiap pengujian yang dilakukan, contoh pengujian pengukuran jumlah padatan terlarut telah sesuai.

Kata Kunci :ISPA, Wemos D1 Mini, Sensor CCS811, Pengolahan Data.


ABSTRACT

ARI disease is one of the health issues of concern in Indonesia. ISPA is an infection that attacks the throat, nose, and lungs. The emergence of isp is a variety of factors, biological, chemical, and most important is air pollution. Kutajaya urban village is one of densely populated residence in industrial area where many factory stands do production activities which produce dangerous gas for kesahatan allowing the percentage of ARI disease increases. A system that minimizes the dangers of exhaust gases in the area, using a special type CCS811 specific air sensor connected to the mini Wemos D1 microcontroller to monitor air quality and perform data processing to minimize the presentation of ARD, in Kelurahan Kutajaya wisely can know the air condition, and make policy from the data processing. Performance test tools use the black box method to ensure that the tool is working properly. In the test results obtained valid for each test performed, the example of measuring the measurement of the amount of dissolved solids has been appropriate.

Keywords : ISPA, Wemos D1 Mini, Sensor CCS811, Data Processing.

KATA PENGANTAR


Laporan ini merupakan hasil penelitian penulis di Kelurahan Kutajaya dan merupakan salah satu syarat sebelum mendapat gelar Sarjana jurusan Sistem Komputer pada Perguruan Tinggi Raharja, Tangerang. Sebagai bahan penulisan, data dikumpulkan berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan sumber literature yang mendukung penulisan ini.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini, antara lain :

  1. Bapak Dr. Ir. Untung Rahardja, M.T.I., MM. selaku Ketua STMIK Raharja.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom., selaku Pembantu Ketua 1 Bidang Akademik STMIK Raharja.
  3. Ferry Sudarto, S.Kom.,M.Pd, M.T.I. , selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer Perguruan Tinggi Raharja yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis.
  4. Bapak Indrianto, M.T. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis.
  5. Bapak Hendra Kusumah. S.Kom selaku pebimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis.
  6. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti.
  7. Kedua orang tua, adik dalam keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil, maupun doa untuk keberhasilan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini.
  8. Seluruh Direksi Kelurahan Kutajaya yang telah memberikan dukungan dan masukan yang berarti kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penyusunan laporan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan, penyajian ataupun isinya. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat dijadikan acuan bagi penulis untuk menyempurnakan nya di masa yang akan datang.

Tangerang, Juli 2018
Yoga Anggi Pradana
NIM.1431483027

Daftar isi

DAFTAR TABEL

  1. Tabel 2.1 Zat Kimia Penyebab Polusi Udara dalam Ruangan, Sumber dan Dampak bagi Kesehatan
  2. Tabel 2.2 Spesifikasi Wemos
  3. Tabel 2.3 Spesifikasi PIN Wemos
  4. Tabel 2.4 Perbedaan Blackbox dan Whitebox
  5. Tabel 3.1 Elisitasi Tahap I
  6. Tabel 3.2 Elisitasi Tahap II
  7. Tabel 3.3 Elisitasi Tahap III
  8. Tabel 3.4 Final Draft Elisitasi
  9. Tabel 4.1 Pengujian nilai sensor CCS811
  10. Tabel 4.2 Pengujian Kadar CO2 dan VOC
  11. Tabel 4.3 Time Scedhule
  12. Tabel 4.4 Estimasi Biaya Yang Dikeluarkan



DAFTAR GAMBAR

  1. Gambar 2.1 Karakteristik suatu sistem
  2. Gambar 2.2 Tahapan Prototipe
  3. Gambar 2.3 Sistem Kendali Loop Terbuka
  4. Gambar 2.4 Sistem Kendali Loop Tertutup
  5. Gambar 3.1 Mikrokontroler ATMega328
  6. Gambar 3.2 Konfigurasi Pin ATMega328
  7. Gambar 3.3 Wemos D1 Mini
  8. Gambar 3.4 Sensor CCS811
  9. Gambar 4.1 Ilustrasi Pengujian Black Box

DAFTAR SIMBOL

  1. Daftar Simbol Flowchart
  2. Daftar_Simbol_Jpg.jpg

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelurahan Kutajaya merupakan daerah pemukiman padat penduduk, serta banyak berdiri pabrik pabrik berproduksi diwilayah tersebut, kondisi ini menyebabkan pencemaran udara menyebar di Kelurahan Kutajaya. Menurut Ramdan Satra, Abdul Rachman (2016:17), [1] “Pencemaran udara merupakan suatu masalah yang berdampak buruk bagi kehidupan makhluk hidup. Udara yang tercemar akan menimbulkan berbagai macam penyakit, sehingga perlu dilakukan pengamatan tingkat pencemaran udara pada lingkungan masyarakat. Dampak perubahan kualitas udara akan menyebabkan timbulnya beberapa dampak lanjutan, baik terhadap kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya, aspek estetika udara, keutuhan bangunan, dan lainnya. Dampak terhadap kesehatan manusia yang banyak terjadi adalah iritasi mata dan gangguan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), seperti hidung berair, radang batang tenggorokan, dan bronkitis. Partikel berukuran kecil dapat masuk sampai ke paru-paru dan kemudian menyebar melalui sistem peredaran darah ke seluruh tubuh. Gas CO2, jika bercampur dengan hemoglobin, akan mengganggu transportasi oksigen. Partikel timbal akan mengganggu pembentukan sel darah merah.”

Untuk meminimalisir timbulnya penyakit ISPA pada wilayah Kecamatan Kutajaya dibutuhkan suatu sistem monitoring udara yang dapat mendeteksi gas CO2 yang kemudian melakukan proses data sehingga menghasilkan data kadar udara disekitar berdampak terhadap timbulnya penyakit ISPA yang kemudian memberikan solusi dalam bentuk laporan hasil monitoring berbasis smartphone untuk menjadi bahan penataan wilayah bagi pengurus Kecamatan Kutajaya sehingga para penduduk di Kecamatan Kutajaya dapat terhindar dari penyakit ISPA, dan berdampak pada meningkatnya kuliatas SDM dan Produktifitas penduduk nantinya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas penulis mengambil judul penelitian ” RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA TERHADAP PENYAKIT ISPA BERBASIS IOT PADA KELUARAHAN KUTA JAYA

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti menyimpulkan rumusan masalah dari penelitian tersebut. Berikut rumusan masalah :

  1. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Lingkungan di Kelurahan Kutajaya terkait dengan kualitas udara?
  2. Bagaimana langkah pendeteksian kandungan udara di lingkungan Kelurahan Kutajaya?
  3. Bagaimana langkah pemberian laporan terhadap hasil data kandungan udara di lingkungan Keluarhan Kutajaya ?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang telah dianalisa oleh peneliti adalah:

  1. Membuat sebuah rancang bangun sistem pengukur kualitas udara yang dapat meminimalisir timbul dan menyebarnya penyakit ISPA.
  2. Membuat sebuah sebuah rancang bangun sistem pengukur kualitas udara yang dapat memberikan result terhadap kadar CO yang tersebar di lingkungan Kelurahan Kutajaya.
  3. Membuat sebuah sebuah rancang bangun sistem pengukur kualitas udara yang dapat memberikan solusi bagaimana menjaga lingkungan Kelurahan Kutajaya agar terhindar dari penyakit ISPA atas dasar hasil pendeteksi CO di sekitar lingkungan.
  4. Membuat sebuah sebuah rancang bangun sistem pengukur kualitas udara berbasis mikrokontroler arduino.
  5. Sebagai syarat bagi penulis untuk lulus dan memperoleh gelar Sarjana Komputer.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini berdasarkan latar belakang laporan yang telah dianalisa oleh peneliti adalah :

  1. Dapat memantau kadara CO pada lingkungan Keluarahan Kutajaya secara otomatis.
  2. Dapat mendeteksi penyebab timbulnya penyakit ISPA akibat udara yang tersebar di lingkungan Keluarahan Kutajaya.
  3. Dapat memberikan solusi agar menekan timbulnya penyakit ISPA berdasarkan kadar CO di lingkungan Keluarahan Kutajaya.
  4. Dapat memonitor kadar udara terutama kadar CO di lingkungan Keluarahan Kutajaya.
  5. Menerapkan ilmu yang telah didapat selama belajar di perguruan tinggi raharja dengan membuat laporan secara sistematis.

Ruang Lingkup Penelitian

Masalah dibentuk batasannya untuk memfokuskan ruang lingkup permasalahan yang diteliti. Batasan masalah yang telah dibentuk akan membuat penelitian lebih terarah dalam menentukan elemen apa saja yang relevan dalam ruang lingkup penelitian.

Beberapa batasan masalah yang dapat digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Kualitas udara berpengaruh pada kesehatan dan produktivitas penduduk dalam melakukan kegiatan setiap harinya. Sehingga pendeteksian dini kandungan udara diperlukan untuk menjaga lingkungan Kelurahan Kutajaya yang kondusif dan mencegahnya timbulnya penyakit ISPA.
  2. Pemantauan kualitas udara memerlukan alat yang mampu memberikan informasi kualitas udara yang dideteksi pada lingkungan Kelurahan Kutajaya yang difokuskan hanya pada paparan udara hasil kegiatan produksi pabrik, dan kegiatan penduduk disekitar lingukungan Kelurahan Kutajaya saja.

Metodologi Penelitian

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode dalam melakukan penelitian, sebagai berikut :

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dalam mencari dan mengumpulkan data-data serta mengolah informasi yang diperlukan supaya metode yang akan di gunakan berjalan dengan lancar dan baik. Berikut beberapa metode pengumpulan data:

  1. Pengamatan (Observation)
  2. Melakukan peninjauan atau pengamatan langsung pada Kelurahan Kutjaya dengan cara mengumpulkan data, informasi, dan mempelajari catatan serta dokumen pendukung yang ada. Adapun hasil yang di dapat dari proses peninjauan dan pengamatan selama beberapa bulan adalah mengetahui bagaimana sistem ini akan berjalan sesuai dengan aktual yang ada di Kelurahan Kutajaya untuk selanjutnya dituangkan dalam laporan skripsi.

  3. Wawancara (Interview)
  4. Melakukan proses tanya jawab dengan pimpinan Kelurahan Kutajaya yang berperan sebagai stakeholder pada penelitian ini guna memperoleh informasi yang akurat untuk menunjang proses penyusunan skrpsi ini. Pada kesempatan ini pimpinan Kelurahan Kutajaya menginginkan adanya otomasi dalam sistem penjernih udara otomatis di perusahaan tersebut.

  5. Studi Pustaka
  6. Selain dari metode diatas peneliti juga mengumpulkan data dari berbagai referensi seperti internet, buku, dan perpustakaan untuk melengkapi data yang diperlukan.

Metode Analisa

Penyusun menganalisa sistem yang sudah ada dan telah berjalan sebelumnya sekaligus melihat kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada sistem yang telah berjalan.

Metode Prototype

Prototyping adalah proses pembuatan model sederhana yang mengizinkan pengguna memiliki gambaran dasar tentang program serta melakukan pengujian awal. Prototipe bisa digunakan untuk menyampaikan berbagai macam informasi gambaran produk itu.

Penulis di sini menerapkan prototype yang digunakan yaitu metode prototype evolutionary karena metode prototype ini secara terus meneurs dikembangkan hingga prototype tersebut memenuhi fungsi dan prosedur yang dibutuhkan oleh sistem.

Metode Pengujian

Pada metode pengujian ini yang saya pakai adalah metode pengujian black box karena berfokus pada proses kerja sistem. Metode pengujian ini berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya: fungsi-fungsi yang salah atau hilang, kesalahan interface, kesalahan dalam struktur data atau akses database, kesalahan performa dan kesalahan validasi data”

Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam hal penyusunan dan dapat dipahami lebih jelas, laporan ini dibagi atas beberapa bab yang berisi urutan secara garis besar dan kemudian dibagi lagi dalam sub-sub yang akan membahas dan menguraikan masalah yang lebih terperinci. Dengan susunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori dan literature review yang sesuai, sehingga bisa mendukung penelitian dalam penulisan sehingga menghasilkan karya tulis yang bernilai ilmiah.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat analisa dan perancangan “RANCANG BANGUN PENGUKUR KUALITAS UDARA TERHADAP PENYAKIT ISPA VIA SMARTPHONE BERBASIS ARDUINO”. yang dijelaskan secara terperinci.

BAB IV RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Dalam bab ini membahas tentang sistem yang akan diusulkan seperti usulan prosedur sistem berjalan, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan prototype, konfigurasi sistem, pengujian, evaluasi, implementasi, dan estimasi biaya.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil karya sebagai upaya untuk perbaikan dan pengembangan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

  1. Definisi Sitem
  2. Menurut Hutahaean (2014:2)“[2])“sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk melakukan sasaran yang tertentu”.

    Menurut Muslihudin dan Oktafianto (2016:2)[3]“Sistem adalah sekumpulan komponen atau jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berkaitan dan saling bekerja sama membentuk suatu jaringan kerja untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu”.

    Menurut Anggraeni dan Irviani (2017 :1), [4]“Sistem adalah kumpulan orang yang saling bekerja sama dengan ketentuan-ketentuan aturan yang sistematis dan terstruktur untuk membentuk satu kesatuan yang melaksanakan suatu fungsi untuk mencapai tujuan." <p style="text-indent: 0.5in;">Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sesuatu yang berjalan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan guna mencapai suatu tujuan tertentu.

  3. Karakteristik Sistem
  4. Menurut Hutahean (2014:3-5), [5]Menurut Hutahaean (2014:3-5), Supaya sistem itu dikatakan sistem yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut ini, yaitu:

    1. Komponen
    2. Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen-komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen sistem terdiri dari komponen yang berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem.

    3. Batasan Sistem (Boundary)
    4. Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batasan suatu istem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.

    5. Lingkungan Luar Sistem (environment)
    6. Lingkungan luar sistem (environment) adalah diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan dapat bersifat menguntungkan yang harus tetap dijaga dan yang merugikan yang harus dijaga dan dikendalikan, kalau tidak akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem

    7. Penghubung Sistem (Interface)
    8. Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu subsitem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari subsistem ke subsistem lain. Keluaran (output) dari subsistem akan menjadi masukkan (input) untuk subsistem lain melalui penghubung.

    9. Masukkan Sistem (input)
    10. Masukkan adalah energi yang dimasukkan kedalam sistem yang dapat berupa perawatan (maintenace input) dan masukkan sinyal (signal input). Maintenance input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Contoh dalam computer program adalah maintenance input sedangkan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

    11. Keluaran Sistem (output)
    12. Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Contoh komputer menghasilkan panas yang merupakan sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

    13. Pengolah Sistem
    14. Suatu sistem menjadi bagian pengolah yang akan merubah masukkan menjadi keluaran. Sistem produksi akan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, system akuntansi akan mengolah data menjadi laporan-laporan keuangan.

    15. Sasaran Sistem
    16. Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Sasaran dari sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.

      Gambar 2.1 Karakteristik suatu sistem
      Sumber : Jeperson Hutahaean (2014:5)

Konsep Dasar Perancangan Sistem

  1. Definisi Perancangan Sistem
  2. Menurut Rianti dan Pratama (2016:52) [6]“Perancangan sistem adalah merancang atau mendesain suatu sistem yang baik, yang isinya adalah langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem”.

    Menurut Ekawati, dkk (2015:58) [7]“Perancangan sistem adalah suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur jalannya suatu sistem”.

    Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur kerja suatu sistem yang baik. Di dalamnya terdapat langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem.

  3. Tujuan Perancangan Sistem
  4. Menurut Yunita, dkk (2017:281). Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu :[8]

    1. Memenuhi kebutuhan pemakai sistem.
    2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap untuk program dan ahli – ahli teknik terlibat.

Konsep Dasar Prototipe

Definisi Prototipe

Menurut Fajarianto (2016:55),[9]“Prototype didefinisikan sebagai alat yang memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya, dan proses untuk menghasilkan sebuah prototype disebut prototyping”.

Menurut Rifa’atunnisa, dkk (2014:2),[10]Prototype yaitu metode yang menggunakan pendekatan untuk membangun suatu program dengan cepat dan bertahap sehingga segera dapat dievaluasi oleh pemakai, dengan tahapan yang digunakan yaitu pengumpulan kebutuhan dan perbaikan, perancangan cepat, membentuk prototype, evaluasi pelanggan terhadap prototype, perbaikan prototype dan produk rekayasa”.

Menurut Rumini, dkk (2014), [11]"Prototipe adalah suatu versi sistem potensial yang disediakan bagi pengembang dan calon pengguna yang dapat memberikan gambaran bagaimana kira-kira sistem tersebut akan berfungsi bila disusun dalam bentuk yang lengkap”.

Dari ketiga pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa prototipe adalah suatu gambaran atau rancangan dari suatu sistem yang memberikan data bagi para pemakai dalam bentuk yang dapat dikembangkan kembali sebelum direalisasikan.

Jenis-Jenis Prototipe

Menurut Darmawan dan Fauzi dalam Pradana (2016:22), Jenis-jenis Prototipe secara general dibagi menjadi dua, yaitu : [12]

  1. Prototipe Evolusioner (Prototype Evolusionary))
  2. Terus-menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsionalitas yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi satu prototipe evolutioner akan menjadi sistem aktual.

  3. Prototipe Persyaratan (Requirement Prototype)
  4. Dikembangkan sebagai satu cara untuk mendefinisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Dengan meninjau prototipe persyaratan seiring dengan ditambahkannya fitur-fitur, pengguna akan mampu mendefinisikan pemrosesan yang dibutuhkan dari sistem yang baru. Ketika persyaratan ditentukan, prototipe persyaratan telah mencapai tujuannya dan proyek lain akan dimulai untuk pengembangan sistem baru. Oleh karena itu, suatu prototipe tidak selalu menjadi sistem aktual. Langkah-langkah pembuatan Prototype Evolutionary ada empat langkah, yaitu:

    1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Pengembang mewawancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang diminta dari sistem.
    2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat prototyping atau lebih untuk membuat prototipe. Contoh dari alat-alat prototyping adalah generator aplikasi terintegrasi dan toolkit prototyping. Generator aplikasi terintegrasi (integrated application generator) adalah sistem peranti lunak siap pakai yang mampu membuat seluruh fitur yang diinginkan dari sistem baru—menu, laporan, tampilan, basis data, dan seterusnya. Toolkit prototyping meliputi sistem-sistem peranti lunak terpisah, seperti spreadsheet elektronik atau sistem manajemen basis data, yang masing-masing mampu membuat sebagian dari fitur-fitur sistem yang diinginkan.
    3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima, pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan, jika sudah, langkah emapat akan diambil; jika tidak, prototipe direvisi dengan mengulang kembali langkah satu, dua, dan tiga dengan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan pengguna.
    4. Menggunakan prototipe, prototipe menjadi sistem produksi.
    5. Gambar 2.2 Tahapan Prototipe
      Sumber : Nurajizah (2015:A-214)

Konsep Dasar Rancang Bangun

  1. Definisi Rancang Bangun
  2. Menurut Zulfiandri, dkk (2014:474)[13]“Rancang bangun merupakan kegiatan menerjemahkan hasil analisa ke dalam bentuk paket perangkat lunak kemudian menciptakan sistem tersebut ataupun memperbaiki sisem yang sudah ada”.

    Menurut Utami dan Ricco (2015:47) [14]“Rancang bangun merupakan tahapan-tahapan untuk menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan dengan cara membuat dan mendesain objek yang diinginkan yang melalui beberapa proses”.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rancang bangun adalah suatu tahapan yang bertujuan menghasilkan ataupun menerjemahkan hasil analisa yang dibuat dengan cara mendesain dan memperbaiki sistem yang ada.

Konsep Dasar Monitoring

  1. Definisi Monitoring
  2. Menurut Ardimansyah dan Santi (2015:454)[15]“Monitoring adalah penilaian secara terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program-program di dalam hal jadwal penggunaan input / masukan data oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan”.

    Menurut Dewayani dan Fitri (2016:11)[16]“Monitoring adalah penilaian secara terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program-program di dalam hal jadwal penggunaan input/masukan data oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan”.

    Menurut Mariana, dkk (2017:365)[17] “Monitoring adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan ke arah tujuan atau menjauh dari itu”.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah proses analisa dan pengumpulan data yang di lakukan untuk mengambil suatu tindakan untuk penyempurnaan program / kegiatan selanjutnya.

Konsep Dasar Controlling

  1. Definisi Controlling
  2. Menurut Riyadi (2015:76)“Controlling adalah upaya agar tindakan yang dilaksanakan terkendalikan dan sesuai dengan instruksi, rencana, petunjuk, pedoman serta ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama”.

    Menurut Strong dalam Ritonga (2014:2) “controlling is the process of regulating the various factors in an enterprise according to the requirement of its plans”. “proses pengukuran berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan - ketetapan dalam rencaana”.

    Menurut Janis, dkk (2014:1)“Sistem kontrol adalah suatu proses pengaturan/pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam rangkuman harga (Range) tertentu.

    Menurut Sulistio dan Andi (2016:4) “Controlling adalah sebuah action yang berdasarkan pada monitoring yang dilakukan selama proyek berlangsung”.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa controlling adalah aksi atau tindakan yang dilakukan pada saat dibutuhkan.

  3. Jenis-Jenis Controling
  4. Menurut Ogata dalam Putro (2014:49) Ada dua sistem kontrol pada sistem kendali/kontrol otomatis yaitu :[18]

    1. Open Loop(Loop Terbuka)
    2. Suatu sistem kontrol yang keluarannya tidak berpengaruh terhadap aksi pengontrolan. Dengan demikian pada sistem kontrol ini, nilai keluaran tidak di umpan balikkan ke parameter pengendalian.

      Gambar 2.3 Sistem Kendali Loop Terbuka
      Sumber : Janis (2014:2)
    3. Close Loop(Loop Tertutup)
    4. Suatu sistem kontrol yang sinyal keluarannya memiliki pengaruh langsung terhadap aksi pengendalian yang dilakukan.

      Gambar 2.4 Sistem Kendali Loop Tertutup
      Sumber : Janis (2014:2)

Teori Khusus

Konsep Dasar Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

  1. Pengertian Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
  2. Menurut Rendy Febriyanto Ramli Saputro (2017:8)“Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak menimbulkan akibat dan kematian. ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas. Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura.

    Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan. Menurut Depkes, infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan,dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

    Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau aspirasi substansi asing yang menyerang organ pernafasan.”

  3. Etologi Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
  4. ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA.

    Menurut Notoatmodjo, ventilasi rumah dibedakan menjadi dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.

  5. Etologi Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
  6. Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009):

    1. Faktor Polusi
      1. Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
      2. Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.

Konsep Dasar Kualitas Udara

  1. Definisi Kualitas Udara Dalam Ruangan
  2. Menurut Central Polution Control Board dalam Tisa Susanti (2017:8) [19]“ Kualitas udara dalam ruangan (Indoor Air Quality) mengacu kepada kualitas udara di dalam dan di sekitar ruangan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni ruangan ”. Kualitas udara dalam suatu ruangan dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu seperti parameter fisik, paparan bahan kimia serta kontaminasi biologis.

    Selain itu, kualitas udara dalam ruangan juga dipengaruhi oleh udara yang berasal dari luar ruangan yang masuk ke dalam ruangan melalui ventilasi udara. Pengetahuan mengenai polusi udara dalam ruangan diperlukan untuk menghindarkan paparan atau mengurangi paparan terhadap polusi sehingga dapat meningkatkan kualitas udara ruangan.

  3. Polusi Udara Dalam Ruangan
  4. Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development dalam Tisa Susanti (2017:8) [19]Pencemaran udara dalam ruangan saat ini memberikan kontribusi besar terhadap pencemaran udara secara umum. Polusi udara dalam ruangan menyebabkan 1,6 juta kematian akibat pneumonia, penyakit pernapasan kronis dan kanker paru-paru dengan beban penyakit secara keseluruhan melebihi beban dari polusi udara luar lima kali lipat.

    Salah satu agen polutan udara dalam ruangan adalah Volatile Organicic Compound (VOC). USEPA (United State Environmental Agency) menyebutkan bahwa konsentrasi VOC secara konsinten 10 kali lebih tinggi pada indoor daripada outdoor. Produk-produk dalamprodrumah tangga yang mengandung VOCC antara lain adalah cat, pelindung cat, berbagai pelarut, pengawet kayu, aerosol spray, produk pembersih, disinfektan, repellent dan pewangi ruangan, uk otomotif, perlengkapan untuk hobi dan dry-cleaned pakaian. WHO menyebutkan bahwa hampir 2 juta orang per tahun meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh indoor pollution.

    Beberapa bahan kimia yang umum ditemukan dalam pengharum udara ditemukan sebagai racun bagi manusia dan dapat meningkatkan masalah kesehatan. Bahan yang paling umum digunakan sebagai pemberi aroma dalam pengharum ruangan meliputi etanol, formaldehida, bibit pengharum, naftalena, fenol dan xilena ataupun turunannya. Bahan-bahan yang termasuk substansi berbahaya meliputi derivat benzena, pinen dan limonen, aldehida, fenol, dan juga cresol.

    Tabel 2.1 Zat Kimia Penyebab Polusi Udara dalam Ruangan, Sumber dan Dampak bagi Kesehatan
    Sumber : Adler dalam Tisa Susanti (2017:9)

Konsep Dasar Mikrokontroler

  1. Definisi Mikrokontroler
  2. Menurut Indrianto (2015:4)[20]“mikrokontroler merupakan system komputer yang di dalamnya terdiri atas CPU, memori, clock, bus (jalur), serta sarana I/O yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik”.

    Menurut Arifianto dalam Githa (2014:11)[21]“mikrokontroler adalah salah satu bagian dari sebuah sistem komputer yang berfungsi sebagi control rangkaian”.

    Menurut Sidauruk (2017:391) [22] “Mikrokontroler adalah suatu keping IC dimana terdapat mikroprosesor dan memori program (disebut: ROM) serta memori serba-guna (disebut: RAM), bahkan ada beberapa jenis mikrokontroler yang memiliki fasilitas ADC, PLL, EEPROM dalam satu kemasan”.

    Dari pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa Mikrokontroler adalah Kepingan IC yang didalamnya terdapat mikroprosesor dan memori program yang berfungsi sebagai control rangkaian. Walaupun mempunyai bentuk yang lebih kecil dari suatu komputer pribadi dan computer mainframe, mikrokontroler dibangun dari elemen-elemen dasar yang sama.

  3. Karakteristik Mikrokontroler
  4. Menurut Sumardi dalam Hermawan (2015:64)[23] Mikrokontroler memiliki karakteristik sebagai berikut :

    1. Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu, tidak seperti PC yang multi fungsi karena mudahnya memasukan program. Program mikrokontroler relatif lebih kecil daripada program-program pada PC.
    2. Konsumsi daya kecil.
    3. Rangkaiannya sederhana dan kompak.
    4. Harganya murah, karena komponennya sedikit.
    5. Unit I/O yang sederhana, misalnya LCD, LED, sensor.
    6. Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim, misalnya temperatur tekanan, kelembaban, dan sebagainya.
  5. Klasifikasi Mikrokontroler
  6. Menurut Syahrul dalam Hermawan (2015:64) [23]Mikrokontroler memiliki klasifikasi sebagai berikut :

    1. ROM (Flash memory) dengan kapasitas 1024 byte (1 KB).
    2. RAM berkapasitas 68 byte.
    3. EEPROM (memori data) berkapasitas 64 byte.
    4. Total 13 jalur I/O (Port B 8 bit).
    5. Timer/Counter 8 bit dengan prescaler.
    6. Fasilitas pemrograman di dalam sistem (ICSP = In Circuit Serial Programming).

Konsep Dasar Atmega328

  1. Definisi Atmega328
  2. Gambar 2.5 Mikrokontroler ATMega328
    Sumber : Oroh (2014:4)

    Menurut Nebath, dkk (2014:68)[24]“ATMega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang dimana setiap proses eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer)”.

    Menurut Hendrik, dkk (2015:2)[25] “ATMega328 merupakan mikrokontroler keluarga AVR 8 bit. Beberapa mikrokontroler yang sama dengan ATMega8 ini antara lain ATMega8535, ATMega16, ATMega32, ATMega328 yang membedakan antara mikrokontroler antar lain adalah, ukuran memori, banyaknya GPIO (Pin input/output), peripherial (USART, timer, counter, dll)”.

    Menurut Oroh, dkk (2014:4) [18]“ATMega328 adalah mikrokontroler 8-bit CMOS berdaya-rendah yang berbasis pada arsitektur AVR RISC”.

    Dari pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa ATMega328 adalah mikrokontroler 8-bit CMOS keluaran dari atmel yang mempunyai RISC yang tiap proses eksekusi data lebih cepat dari CISC.

  3. Konfigurasi Kaki (Pin) Atmega328
  4. Gambar 2.6 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATMega328
    Sumber : Hendrik (2015:3)

    Menurut Hendrik (2015:3)[25]ATMega328 memiliki 3 buah Port utama yaitu PortB, PortC, dan PortD dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. Port tersebut dapat difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai periperal lainnya.

    1. Port B
    2. Port B merupakan jalur data 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain itu Port B juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.

      1. ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
      2. OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM (Pulse Width Modulation).
      3. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2)merupakan jalur komunikasi SPI.
      4. Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).
      5. TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk timer.
      6. XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama mikrokontroler.
    3. Port C
    4. Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital. Fungsi alternatif PORTC antara lain sebagai berikut.

      1. ADC6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit. ADC dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data digital.
      2. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada PORTC. I2C digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasi data tipe I2C seperti sensor kompas, accelerometer nunchuck.
    5. Port D
    6. Port D merupakan jalur data 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat difungsikan sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga memiliki fungsi alternatif dibawah ini.

      1. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan level sinyal TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial, sedangkan RXD kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
      2. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program, misalkan pada saat program berjalan kemudian terjadi interupsi hardware/software maka program utama akan berhenti dan akan menjalankan program interupsi.
      3. XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART, namun kita juga dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu membutuhkan external clock.
      4. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan timer 0.
      5. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog comparator.
    7. Fitur Atmega328
    8. Menurut Nusa, dkk (2015:20) Mikrokontroler ini memiliki beberapa fitur antara lain :[26]

      1. Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 1 KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanen karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
      2. Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2 KB.
      3. Memiliki pin I/O digital sebanyak 23 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width Modulation) output
      4. 32 x 8-bit register serba guna.
      5. Dengan clock 16 MHz kecepatan mencapai 16 MIPS.
      6. 32 KB Flash Memory.
      7. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.

Konsep Dasar Wemos

  1. Definisi Wemos
  2. Menurut Dian (2017),[27]“Wemos D1 mini merupakan board wifi mini berbasis ESP266 yang dikenal ekonomis dan handal. ESP8266 ini yang bisa menghubungkan perangkat mikrokontroller seperti arduino dengan internet via wifi.”

    Menurut Eko (2016), [28]“Wemos merupakan salah satu arduino compatible development board yang dirancang khusus untuk keperluan IoT. Wemos menggunakan chip SoC WiFi yang cukup terkenal saat ini yaitu ESP8266.

    Dilihat dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa wemos adalah sebuah papan sirkuit yang bisa di hubungkan dengan mikrokontroller lain maupun sebagai perangkat mandiri, dan menyambungkannya ke internet.


    Gambar 2.7 Wemos D1 Mini
    Sumber : (https://wiki.wemos.cc//)
  3. Fitur-Fitur Wemos
    1. 11 digital input/output pins, all pins have interrupt/pwm/I2C/one-wire supported (except D0)
    2. 1 analog input (3.2V max input)
    3. a Micro USB connection
    4. Compatible with Arduino
    5. Compatible with Nodemcu
  4. Spesifikasi Teknik
  5. Tabel 2.2 Spesifikasi Wemos
    Sumber : https://wiki.wemos.cc//
    Tabel 2.3 Spesifikasi Pin Wemos
    Sumber : (https://wiki.wemos.cc/)

Konsep Dasar Internet Of Things(IOT)

Menurut Sulistyanto (2015:20) [29]“IoT didefinisikan sebagai interkoneksi dari perangkat komputasi tertanam (embedded computing devices) yang teridentifikasi secara unik dalam keberadaan infrastruktur internet”

Menurut Susanti dan Joko (2016:401) [19]“IoT (internet of things) merupakan teknologi yang dapat mengkoneksikan suatu peralatan dengan internet untuk menjalankan berbagai fungsi”.

Menurut Chandrakanth, dkk (2014:2) [30] “Internet of things is a network of things each embedded with sensors which are connected to the internet.” Yang artinya, “Internet of Things adalah suatu jaringan di dalam sensor yang terhubung dengan internet”.

Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa Internet of Things (IoT) adalah teknologi jaringan yang bisa mengkoneksikan perangkat dengan internet.

Konsep Dasar Sensor CCS811

  1. Definisi Sensor Ultrasonik
  2. Gambar 2.8 Sensor CCS811
    Sumber : Monisha (2015:19)

    CCS811 adalah solusi sensor gas digital daya ultra rendah yang mengintegrasikan sensor gas oksida logam (MOX) untuk mendeteksi berbagai macam Volatile Organic Compounds (VOCs) untuk indoor pemantauan kualitas udara dengan unit mikrokontroler (MCU), yang termasuk pengubah Analog-ke-Digital (ADC), dan I²C antarmuka. CCS811 didasarkan pada teknologi microplateplate unik milik ams yang memungkinkan solusi yang sangat andal untuk sensor gas, sangat waktu siklus yang cepat dan pengurangan daya rata-rata yang signifikan konsumsi. MCU terintegrasi mengelola mode drive sensor dan mentah data sensor diukur saat mendeteksi VOC. The I ²C digital antarmuka secara signifikan menyederhanakan perangkat keras dan perangkat lunak desain, memungkinkan waktu yang lebih cepat ke pasar. CCS811 mendukung algoritma cerdas untuk memproses sensor mentah pengukuran untuk menghasilkan nilai TVOC atau setara CO2 (eCO2) tingkat, di mana penyebab utama VOC adalah dari manusia. CCS811 mendukung beberapa mode pengukuran yang telah dilakukan dioptimalkan untuk konsumsi daya rendah selama sensor aktif pengukuran dan mode idle memperpanjang masa pakai baterai di portable aplikasi. CCS811 tersedia dalam 10 lead 2.7mm x 4.0mm x 1.1mm, 0.6mm paket pitch LGA.

Konsep Dasar Flowchart

  1. Definisi Flowchart
  2. Menurut Lestari, dkk (2016:44) [31]“Flowchart adalah diagram yang menyatakan aliran proses dengan menggunakan anotasi bidang-bidang geometri, seperti lingkaran, persegi empat, wajik, oval dan sebagainya untuk mempresentasikan langkah-langkah kegiatan beserta urutannya dengan menghubungkan masing-masing langkah tersebut menggunakan tanda panah”.

    Menurut Nurdiyanto dan Heryanita (2016:38) [32]“Flowchart adalah gambaran dalam bentuk diagram alir dari algoritma dalam suatu program yang menyatakan arah alur program dalam menyelesaikan suatu masalah”.

    Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa flowchart adalah diagram diagram alir yang menyatakan aliran proses dari suatu program dalam menyelesaikan masalah.

Konsep Dasar Pengujian

Menurut Mansyur dan Ichroman (2017:200) [33]Pengujian adalah sebuah proses pelaksanaan suatu program dengan tujuan menemukan suatu kesalahan. Suatu kasus test yang baik adalah apabila test tersebut mempunyai kemungkinan menemukan sebuah kesalahan yang tidak terungkap. Suatu test yang sukses adalah bila test tersebut membongkar suatu kesalahan yang awalnya tidak ditemukan. Perbedaan Black Box Testing dan White Box Testing :

Tabel 2.4 Perbedaan Black Box dan White Box
Sumber : (http://Reqtest.com/
  1. Definisi Black Box
  2. Menurut Eriksson (2015) [34]“Black-box testing focuses solely on the functionality of the software interfaces, ensuring that valid inputs are accepted, invalid inputs rejected, and that at all times a correct output is returned”.

    “Pengujian kotak hitam hanya berfokus pada fungsionalitas antarmuka perangkat lunak, memastikan bahwa input yang valid diterima, dan input yang tidak valid ditolak, dan setiap output yang benar dikembalikan.”

    Menurut Desmira dan Rizal (2015:40) [35]“Black Box Testing yaitu menuji perangkat lunak dari segi fungsional tanpa menguji desain dan kode program”.

    Menurut Kumar, dkk (2015:33) [36]“Black Box Testing is testing without knowledge of the internal working of the application under test (AUT). Also known as functional testing or input output driven testing”.

    “Black Box Testing adalah test tanpa mengetahui apa yang bekerja di dalam aplikasi yang sedang di tes. Dikenal sebagai pengujian fungsional atau pengujian berbasis input output”.

    Di lihat dari pendapat di atas bisa di simpulkan bahwa pengujian Blackbox adalah pengujian yang hanya mengetahui apa yang ada diluar sistem tanpa mengetahui apa yang ada di dalam sistem.

    Gambar 2.9 Ilustrasi Pengujian Black Box
    Sumber : http://reqtest.com//
  3. Metode Pengujian dalam Black Box
  4. Saat ini terdapat banyak metoda atau teknik untuk melaksanakan Black Box Testing Menurut Mustaqbal, dkk (2015:34) , antara lain [37]

    1. Equivalence Partitioning
    2. Boundary Value Analysis/Limit Testing
    3. Comparison Testing
    4. Sample Testing
    5. Robustness Testing
    6. Behavior Testing
    7. Requirement Testing
    8. Performance Testing
    9. Uji Ketahanan (Endurance Testing)
    10. Uji Sebab-Akibat (Cause-Effect Relationship Testing)
  5. Kelebihan dan Kekurangan Black Box
  6. Menurut Eriksson (2015), kelebihan dan kekurangan pada pengujian Black Box: [34]

    1. Kelebihan
      1. Lebih mudah dilakukan karena akses kode dan pengetahuan program yang lebih spesifik tidak diperlukan.
      2. Menyederhanakan proses pengujian dengan berfokus hanya pada input dan output.
      3. Memungkinkan pengembangan kasus uji lebih cepat karena penguji hanya memeriksa pada GUI (tampilan) yang biasa digunakan.
    2. Kekurangan
      1. Pemeliharaan Script sulit dilakukan jika antarmuka pengguna terus berubah, karena berubahnya metode input.
      2. Tingkat kerapuhan yang tinggi karena kemungkinan tidak ditampilkan secara konsisten pada berbagai platform atau perangkat, menyebabkan skrip pengujian gagal dalam eksekusi mereka.
      3. Tidak ada introspeksi, karena penguji memiliki pengetahuan yang terbatas tentang sistem dan cara kerjanya.
      4. Cakupan terbatas karena hanya sebagian kecil percobaan yang dilakukan.
  7. Definisi White Box
  8. Menurut Nidhra dan dondetti dalam Mustaqbal (2015:33) [37]“White Box Testing adalah salah satu cara untuk menguji suatu aplikasi atau software dengan cara melihat modul untuk dapat meneliti dan menganalisa kode dari program yang di buat ada yang salah atau tidak. Kalau modul yang telah dan sudah di hasilkan berupa output yang tidak sesuai dengan yang di harapkan maka akan dikompilasi ulang dan di cek kembali kode-kode tersebut hingga sesuai dengan yang diharapkan”

  9. Kelebihan dan Kekurangan White Box
  10. Menurut Eriksson (2015), kelebihan dan kekurangan pada pengujian White Box:[34]

    1. Kelebihan
      1. Melihat kesalahan dan masalah lebih cepat.
      2. Bisa di introspeksi, atau kemampuan untuk melihat ke dalam proses perangkat lunak dan memeriksanya secara lebih teliti.
      3. Menemukan bug tersembunyi lebih efisien dan stabilitas yang terjamin.
      4. Kode yang optimal. Disebabkan pengetahuan kode yang sesuai
      5. Mendapatkan hasil yang maksimal dengan berbagai jalur pengujian berbeda
    2. Kekurangan
      1. Tingkat kerumitan yang lebih tinggi terlibat karena dibutuhkan pengetahuan tentang kode yang luas.
      2. Pemeliharaan Script yang lebih banyak. Karena metode input yang bisa berubah, sehingga memungkinkan rusaknya Script pengujian
      3. Memerlukan alat yang memiliki integrasi yang lebih ketat dengan sistem yang sedang diuji, yang menimbulkan resiko kinerja sistem kemudian dipengaruhi oleh alat yang sama, sehingga bisa mengganggu hasil.

Konsep Dasar Elisitasi

  1. Definisi Elisitasi
  2. Menurut Tarigan dalam Prastomo (2014) [38]“Elisitasi adalah suatu metode untuk analisa kebutuhan dalam rekayasa perangkat lunak. Menurut Sommerville, Elisitasi adalah sekumpulan aktifitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem baru melalui komunikasi dengan pelanggan dan pihak yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem”.

    Menurut Saputra dalam Amrullah (2016) [39]“Elitisasi merupakan rancangan dibuat berdasarkan sistem yang baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi”

    Menurut Siahaan dalam Dzulhaq (2017:1) [40]“elisitasi adalah pengumpulan kebutuhan aktivitas awal dalam rekayasa kebutuhan (reqruitments engineering). Sebelum kebutuhan dapat dianalisis, dimodelkan, atau di tetapkan, kebutuhan harus dikumpulkan melalui proses elisitasi”.

    Dari pendapat diatas bisa disimpulkan bahwa elisitasi adalah suatu metode analisa yang dibuat tergantung kebutuhan pengguna atau pihak terkait dan disanggupi oleh peneliti.

  3. Tahapan-Tahapan Elisitasi
  4. Menurut Hidayati dalam Sunarya (2015:3), [41]), Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

    1. Elisitasi Tahap I. Pada tahap ini elisitasi berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.
    2. Elisitasi Tahap II. Pada tahap ini elisitasi merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Berikut penjelasan mengenai Metode MDI (Mandatory Desirable Inessential):
      1. M pada MDI itu artinya Mandatory (Penting). Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
      2. D pada MDI itu artinya Desirable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Tetapi jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem, akan membuat sistem tersebut lebih perfect.
      3. I pada MDI itu artinya Inessential. Maksudnya bahwa requirement tersebut bukanlah bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.
    3. Elisitasi Tahap III. Pada tahap ini elisitasi merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang optionnya I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu sebagai berikut :
      1. T artinya Tehnikal, maksudnya bagaimana tata cara / tehnik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan?
      2. O artinya Operasional, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan ?
      3. E artinya Ekonomi, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut didalam sistem? Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:
        1. High (H) : Sulit untuk dikerjakan, karena tehnik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Sehingga requirement tersebut harus dieliminasi.
        2. Middle (M) : Mampu untuk dikerjakan
        3. Low (L) : Mudah untuk dikerjakan
      4. Final draft elisitasi, merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

Literature Review

Konsep Dasar Literature Review

  1. Definisi Literature Review
  2. Menurut Dewi, dkk (2014:125),[42]“Metode literature review dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan”.

    Menurut Rafika (2015:138) [43]“Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (dapat berupa artikel, buku, slide, informasi dari internet, dan lain-lain) tentang topik yang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab awal”.

    Menurut Ramdhani (2014:1) [44]“literature review is used to conduct a formulation of the research problem, which is then used as the basis of research in making research logical framework in the form of a conceptual model and research paradigm”. Yang artinya “tinjauan pustaka digunakan untuk melakukan rumusan masalah penelitian, yang kemudian dijadikan dasar penelitian dalam pembuatan kerangka kerja penelitian logis berupa model konseptual dan paradigma penelitian”.

    Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa Literature review adalah metode yang digunakan untuk menunjang hasil wawancara serta observasi sebelumnya sebagai referensi.

  3. Manfaat Literature Review
  4. Menurut Dewi, dkk (2014:125), [42]), Manfaat dari literature review ini antara lain:

    1. Mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps) dari penelitian ini.
    2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu dan juga menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.
    3. Mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan terhadap penelitian ini.
    4. Meneruskan apa yang penelitian sebelumnya telah dicapai sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat membangun di atas landasan (platform) dari pengetahuan atau ide yang sudah ada.

Literature Review (Studi Pustaka)

Metode studi pustaka (literature review) dilakukan guna menunjang dari metode observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi sangat dibutuhkan dalam menggali referensi-referensi yang berkaitan sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Sebelumnya banyak peneliti-peneliti yang melakukan penelitian perihal dengan sistem penerbitan jurnal elektronik dan penelitian lainnya. Adanya studi pustaka (literature review) ini untuk mengidentifikasi kesenjangan, meneruskan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan menghindari pembuatan ulang.

Berikut ini ada 10 (sepuluh) referensi studi pustaka (literature review), diantaranya yaitu :

  1. Penelitian ini dilakukan oleh Fatma Agus Setyaningsih, Leonard Agustinus, dan Tedy Rismawan pada tahun (2015), yang berjudul “Rancang Bangun Prototype Pendeteksi Kadar CO Sebagai Informasi Kualitas Udara Berbasis Mikrokontroler”. Penelitian ini telah dibuat alat pendeteksi gas karbon monoksida (CO) untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kadar gas CO di udara. Informasi kadar gas CO diberikan agar masyarakat dapat mengetahui kualitas udara sekitar. Penelitian ini menggunakan sensor gas MQ-7 sebagai pendeteksi gas CO. Sebagai indikator gas CO digunakan lampu indikator warna untuk memberikan informasi mengenai kadar gas CO di udara berdasarkan kriteria kualitas udara.[45]
  2. Penelitian ini dilakukan oleh Ramdan Satra dan Abdul Rachman pada tahun (2016), yang berjudul “Pengembang Sistem Monitoring Pencemran Udara Berbasis Protokol Zigbee Dengan Sensor CO”. Penelitian ini membahas tentang protokol zigbee sebagai media transmisi tanpa kabel, kemudian menggunakan arduino with socket xbee dan sensor gas MQ-9 sebagai hasil node.[1]
  3. Penelitian ini dilakukan oleh Ashish M. Husain, Tazrin Hassan Rini, Mohammed Ikramul Haque dan Md. Rakibul Alam pada tahun (2016), yang berjudul “Air Quality Monitoring: The Use of Arduino”. "This research discusses the Arduino-based devices that are cost-effective, portable, and easy to manage have been presented to monitor air quality. This tool works by collecting data on the quantity of certain harmful gases and the amount of dust in the air. This device can be found anywhere and data can be transferred to an Android phone via Bluetooth or simply by connecting the device to a PC / laptop. Data collected by devices from different places can then be checked to make further decisions and analysis of the state of air quality; furthermore, it can also help individuals who care about acting on it." [46]
  4. Penelitian ini dilakukan oleh Wei Ying Yi , Kin Ming Lo, Terrence Mak, Kwong Sak Leung, Yee Leung dan Mei Ling Meng pada tahun (2015), yang berjudul “A Survey of Wireless Sensor Network Based Air Pollution Monitoring SystemsWei”. "This research discusses the use of wireless sensor networks (WSN) to monitor and control remotely various air parameters in urban areas. The air control system uses MicroElectroMechanical Systems (MEMS) and Wireless Sensor Network (WSN)."[47]
  5. Penelitian ini dilakukan oleh Laurent Spinelle, Michel Gerboles, Maria Gabriella Villani, Manuel Aleixande, Fausto Bonavitacola. pada tahun (2015), yang berjudul “Field calibration of a cluster of low-cost available sensors for air quality monitoring”. "This research discusses a tool capable of monitoring air content with a low cost that is able to reach remote areas using a micro-controller sensor that has been calibrated to a standard gas mixture or using artificialneural networks under field conditions." [48]
  6. Penelitian ini dilakukan oleh Silviu C. Folea, Member, IEEE, and George Mois, Member, IEEE pada tahun (2015), yang berjudul “A Low-Power Wireless Sensor for Online Ambient Monitoring”. "This research discusses the development of a compact battery-powered system that monitors the level of carbon dioxide, temperature, relative humidity, absolute pressure, and light intensity in indoor spaces, and that sends measurement data using existing wireless infrastructure based on IEEE 802.11 b / g standard. The characteristics and performance of the resulting device can be compared to those provided by known solutions, such as ZigBee-based sensor nodes. By combining Wi-Fi connectivity with an ambient sensor, this solution can be used for remote collection and further processing of measurement data. Testing reveals that the system can operate continuously for up to three years at one." [49]
  7. Penelitian ini dilakukan oleh Jiachen Yang, Jianxiong Zhou, Zhihan Lv, Wei Wei dan Houbing Song. pada tahun (2015), yang berjudul “A Real-Time Monitoring System of Industry Carbon Monoxide Based on Wireless Sensor Network”. "This research discusses the Wifi-based real-time system monitoring system designed with a low frequency modulation method to obtain reliable CO concentration, and a digital filtering method is adopted for noise filtering. According to triangulation, Wifi networks are built to transmit information and determine the position of nodes. The measured data is displayed on a computer or smart phone with a graphical interface. Experiments show that the monitoring system has excellent accuracy and stability in long-term continuous monitoring." [50]
  8. Penelitian ini dilakukan oleh Nanda Rezki, Meqorry Yusfi, M.Si, Dodon Yendri, M.Kom. pada tahun (2015), yang berjudul “Rancang Bangun Prototipe Pengurang Bahaya Gas Polutan Dalam Ruangan Dengan Metode Elektrolisis Berbasis Mikrokontroler”. Penelitian ini membahas tentang Prototipe pengurang bahaya gas polutan dalam ruangan dengan metode elektrolisis berbasis mikrokontroler merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi gas karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) serta meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam ruangan. Sistem ini akan aktif apabila konsentrasi paparan gas yang diterima oleh sensor melebihi batas normal yang telah ditetapkan, serta berhenti apabila konsentrasi paparan gas kembali ke keadaan normal.[51]
  9. Penelitian ini dilakukan oleh Slamet Widodo, M.Miftakhul Amin, Adi Sutrisman, Aldo Aziiz Putra pada tahun (2017), yang berjudul “Rancang Bangun Alat Monitoring Kadar Udara Bersih Dan Gas Berbahaya Co, Co2, Dan Ch4 Di Dalam Ruangan Berbasis Mikrokontroler” Penelitian ini membahas aquaponik yang dapat di-monitoring dengan menggabungkan kemampuan arduino mega sebagai sistem akuisisi data yang dilengkapi ethernet shiel untuk pengiriman data melalui jaringan internet, sensor DHT22 untuk pewaktuan secara real time. Arduino mega juga dihubungkan dengan relay untuk mengatur penyalahan pompa penyiram atau sirkulator air.[52]
  10. Penelitian ini dilakukan oleh Neni Kusuma Wardani, Sri Winarsih, Tuti Sukini pada tahun (2015), yang berjudul “Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Desa Pucung Rejo Kabupaten”. Penelitian ini membahas tentang hal apa saja yang menyebabkan timbulnya penyakit ISPA terutama kadar udara hasil dari kegiatan dilakukan sehari-hari dalam kehidupan, terutama Merokok.[53]

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Kelurahan Kutajaya

Kondisi Kelurahan Kutajaya pada umumnya sama dengan kelurahan-kelurahan yang lain yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kelurahan Kutajaya termasuk kategori Kelurahan daerah berkembang.

Secara umum Kelurahan Kutajaya mengalami beberapa kemajuan-kemajuan baik dibidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang keamanan ketertiban, bidang sosial budaya dan kedaulatan politik masyarakat. Dari hasil analis perkembangan Kelurahan Kutajaya menunjukan perkiraan rata-rata 5-7% pertahun sehingga status perkembangan Kelurahan Kutajaya adalah Kelurahan “Swadaya” dengan kategori perkembangan “MULA” seperti Kelurahan yang masih membutuhkan prioritas penanganan masalah pemenuhan kebutuhan dasar seperti ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

Sejarah Singkat Kelurahan Kutajaya

Kelurahan Kutajaya merupakan hasil pemekaran dari Desa Kuta Bumi pada tahun 1980 dengan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yaitu Bapak Nursin dengan masa jabatan s/d tahun 1986. Setelah terjadi beberapa kali pergantian kepala Pemerintahan Desa. Maka berdasarkan Perda Nomor 03 Tahun 2005, Desa Kutajaya pada tahun 2005 ditetapkan statusnya menjadi pemerintahan Kelurahan depinitif yang dipimpin oleh seorang Lurah (sebagai pejabat sementara) yaitu Bapak Drs. Surmadi dengan masa jabatan s/d tahun 2009, kemudian Kepala Pemerintahan kedua dipimpin oleh seorang Lurah (sebagai pejabat depinitif) yaitu Bapak H. Mukhamil Best M, S.IP dengan masa jabatan s/d tahun 2011. Kepala pemerintahan ke tiga yaitu bapak Wawan Ruslan, SE dengan masa jabatan s/d tahun 2012. Kepala pemerintahan ke empat yaitu Bapak E. Ru’yat, SP.,M.Si dengan masa jabatan sementara s/d tahun 2013 dan pejabat depinitif dengan masa jabatan lurah s/d tahun 2014, dan kepala pemerintahan ke lima yaitu Bapak Muchtar yang mulai menjabat dari bulan Oktober 2014 sampai saat ini, kurang lebih sudah menjabat selama 3 tahun.

Visi dan Misi

  1. Visi : Terwujudnya Masyarakat Kelurahan Kutajaya Kecamatan Pasar Kemis yang berdaya, hidup rukun dan damai di lingkungan yang layak.
  2. Misi :
    1. Terbangunnya Infrastruktur untuk kelancaran transportasi dan arus ekonomi masyarakat;
    2. Memelihara lingkungan hidup yang sehat, lestari dan berkelanjutan;
    3. Pengembangan dunia usaha melalui kemudahan dan kelancaran pemberian izin usaha dan tempat usaha dengan memperhatikan lingkungan;
    4. Meningkatkan pendapatan asli kelurahan yang bersumber dari pajak maupun pendapatan non pajak;
    5. Membantu kelompok ekonomi lemah, pedagang kecil, pengguna, buruh tani serta peternak agar perlahan tumbuh dan berkembang secara kompetitif dalam upaya meningkatkan pendapatannya;
    6. Memanfaatkan dan mengintensifkan lahan-lahan tidur utnuk pertanian dan peternakan dalam upaya peningkatkan produktivitas
    7. Menumbuh kembangkan kreativitas generasi muda melalui kegiatan Balai Latihan Kerja (BLK) bersama mitra dan dinas terkait;
    8. Meningkatkan pelayanan dan tertib administrasi vital terutama administrasi kependudukan dan hak-hak kepemilikan serta perizinan;
    9. Mengembangkan sarana peribadatan dalam upaya peningkatan silaturahmi masyarakat menuju masyarakat yang madani dan agamis;
    10. Membudayakan hidup bersih, sehat dalam setiap keluarga dan lingkungan;
    11. Terbinanya rasa aman masyarakat dari berbagai bentuk kejahatan dan perilaku yang terpuji

Struktur Organisasi Kelurahan Kutajaya

Struktur Organisasi merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar bagian yang terkait dalan suatu organisasi seperti pembagian kerja ke dalam kelompok-kelompok tugas dan tanggung jawab.

Struktur organisasi akan tergantung pada tujuan tahap perkembangan organisasi dan kemampuan sumber-sumbernya yang mendukung pada bidang-bidang pekerjaan masing-masing dalam kesatuan fungsional. Dalam suatu organisasi struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting karena dengan memiliki struktur organisasi yang baik, fungsi-fungsi managemen akan dapat dijalankan dengan baik dan lancar. Organisasi merupakan kesatuan aktifitas dimana para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengkoordinasikan kegiatan dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan organisasi yang efektif, maka setiap bagian organisasi mengetahui wewenang dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing. Dengan demikian hubungan kerja dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan dengan baik. Struktur organisasi tercermin dalam suatu bagan organisasi yang menunjukkan adanya pembagian tugas dan wewenang serta aturan dan prosedur yang ada termasuk komunikasi dan arus kerja.

Susunan dan struktur Kelurahan Kutajaya dapat dilihat pada gambar di halaman berikut ini :

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Kutajaya

Tugas dan Tanggung Jawab

Dari struktur organisasi di atas maka dapat kita lihat tugas maupun fungsi dari masing-masing bagian jabatan Kelurahan Kutajaya :

  1. Lurah
  2. Orang yang berwenang merumuskan dan menetapkan suatu kebijaksanaan dan program umum perusahaan, atau organisasi sesuai dengan batas wewenang yang diberikan oleh suatu badan pengurus atau badan pimpinan yang serupa seperti dewan komisaris. dan bertanggung jawan terhadap apapun yang terjadi pada masing-masing area yang di pimpin olehnya serta menerima laporan dari para bawahnya. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang mempunyai tugas pokok membantu Camat menyelenggarakan kewenangan bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan masyarakat, perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta pelayanan masyarakat sesuai dengan kewenangannya berdasarkan prinsip otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan/ atau berdasarkan ketentuan yang berlaku;

    Dalam menyelenggarakan tugas pokok Lurah mempunyai fungsi membantu mengkoordinir, mengarahkan, membimbing, membina dan memberdayakan unsur manajemen satuan kerja perangkat daerah bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan masyarakat, perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan masyarakat sesuai dengan kewenangannya, meliputi :

    1. Pembinaan, pengkoordinasian dan penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang pemerintahan ketentraman dan ketertiban;
    2. Pembinaan, pengkoordinasian dan penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat;
    3. Pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya;
    4. Pembinaan dan pengarahan aparat Kelurahan dalam melaksanakan tugasnya serta melaksanakan waskat;
    5. Pembinaan dan pengendalian atas pengelolaan rumah tangga, administrasi kepegawaian, perlengkapan dan peralatan (aset), dan keuangan Kelurahan;
    6. Pembinaan terhadap kedisiplinan dan peningkatan kualitas aparat Kelurahan;
    7. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;
    8. Pelaksanaan monitoring, evaluasi hasil pelaksanaan tugas;
    9. Pelaksanakan tugas lain yang di berikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya
  3. Sekretariat Kelurahan
  4. Mempunyai tugas pokok membantu lurah melakukan koordinasi dan/ atau memfasilitasi pelaksanaan kewenangan pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan masyarakat, perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta pelayanan masyarakat sesuai dengan kewenangannya yang berhubungan dengan urusan dalam organisasi meliputi perencanaan, evaluasi, pelaporan, pelayanan administrasi, kepegawaian dan pengelolaan keuangan; Dalam menyelenggarakan tugas pokok, sekretaris kelurahan mempunyai fungsi membantu mengkoordinir dan/ atau memfasilitasi kegiatan di bidang pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan masyarakat, perekonomian, kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan masyarakat sesuai dengan kewenangannya meliputi :

    1. Merencanakan kegiatan kelurahan sesuai dengan lingkup tugasnya;
    2. Membimbing pelaksanaan kegiatan yang meliputi pelaksanaan ketatausahaan, surat menyurat dan kearsipan, adminstrasi keuangan dan aset di lingkup tugasnya, administrasi kepegawaian, persiapan dan pelaksanaan rapat-rapat dinas, upacar, penerimaan tamu dan acara kedinasan lainnya, koordinasi perencanaan evaluasi, evaluasi dan pelaporan tugas-tugas seksi dan kelompok jabatan fungsional di kelurahan, penyelenggaraan kerumahtanggaan kelurahan, analisa kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan sarana dan prasarana kantor kelurahan;
    3. Mengevaluasi pelaksaan tugas dan menginventarisasi permasalahan dilingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
    4. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan kelurahan;
    5. Melaksankan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan fungsinya;
  5. Seksi Pemerintahan
    1. Merencanakan kegiatan sesuai dengan lingkup tugasnya;
    2. Membimbing pelaksanaan kegiatan yang meluputi fasilitasi penyusunan program dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat kelurahan, partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam perencanaan pembangunan lingkup kelurahan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan, serta masalah kesejahteraan sosial di kecamatan;
    3. Membimbing pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah/instansi terkait dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah penyakit skala kecamatan, masalah pencemaran lingkungan, serta masalah kesejahteraan sosial di kecamatan;
    4. Membimbing pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap keseluruhan unit kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat diwilayah kelurahan;
    5. Membimbing pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan pihak swasta dalam pelaksanaan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
    6. Membimbing pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah dan atau instasi vertikal yang tugas dan fungsinya dibidang pemliharaan prasaran dan fasilitas pelayanan umum;
    7. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat;
    8. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan serta melakukan pengawasan terhadap keselurhan unit kerja baik pemerintah maupun swasta yang mempunyai program kerja dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayah kelurahan oleh unit kerja pemerintah maupun swasta;
    9. Membuat laporan pelaksanaan;
    10. Memfasilitasi pelaksanaan tugas yang dilimpahkan Bupati kepada Camat dalam bidan ekonomi, pekerjaan umum dan pembangunan skala kelurahan;
    11. Melaksanan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan fungsinya.
  6. Seksi Ketentraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat
    1. Merencanakan, program dan kegiatan sesuai dengan lingkup tugasnya;
    2. Membimbing pelaksanaan kegiatan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi kegiatan tanggap bencana lingkup kelurahan, koordinasi dengan kepolisian Negara Republik Indonesia dan / atau Tentara Nasional Indonesia mengenai program dan kegiatan penyelenggaran ketentraman dan ketertiban umum di wilayah Kelurahan;
    3. Membimbing pelaksanaan kegiatan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan pemuka agama yang berada di wilayah kerja kelurahan untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat di wilayah Kelurahan;
    4. Membimbing pelaksanaan kegiatan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan fungsinya dibidang penerapan peraturan perundang-undangan;
    5. Membimbing pelaksanaan kegiatan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah yang tugas dan fungsinya dibidang penegakan peraturan perundang-undangan dan / atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;
    6. Membimbing pelaksanaan kegiatan ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi koordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berada di wilayah kerja kelurahan untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat di wilayah kelurahan;
    7. Membimbing dan melaksanakan pembinaan terhadap anggota linmas yang berada di wilayah kerja kelurahan untuk mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum masyarakat di wilayah kelurahan;
    8. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan seksi ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
    9. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, tugas dan meginvestarisasi permasalahan di lingkup tugasnya serta mencari alternatif pemecahannya;
    10. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan seksi ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat;
    11. k. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan fungsinya.

Tujuan Perancangan

Peneliti ingin membuat suatu alat sistem monitoring udara yang berdampak terhadap penyakit ISPA menggunakan mikrokontroler Wemos yang berbasis IoT. Dibuatnya alat ini dikarna kan banyaknya aktifitas produksi pabrik menghasilkan limbah udara, serta padatnya lingkungan penduduk yang banyak melakukan kegiatan berdampak terhadap polusi udara di wilayah Kelurahan Kutajaya.

Oleh karna itu dengan dibuatnya alat ini diharapakan akan menjadi solusi untuk warga sekitar terhindar dari penyakit ISPA, serta menjadikan lingkungan disekitar kelurahan . Rancangan ini diharapkan dapat menarik minta masyarakat sekitar Kelurahan Kutajaya agar dapat mengaplikasikan nya.

Konsep Perancangan Dan Pembahasan

Perancangan disini dimaksudkan adalah perancangan perangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software) dan beberapa perangkat tambahan sebagai pendukung sistem ini. Perangkat keras yang digunakan meliputi :

  1. Wemos D1 mini
  2. Sensor CCS 811 (Air Quality Sensor)

Sedangkan perangkat lunak yang digunakan yaitu

  1. Arduino IDE Versi 1.8.5
  2. Fritzing

Perancangan sistem secara keseleruhan memerlukan beberapa alat tambahan sebagai berikut :

  1. Kabel jumper
  2. Breadboard

Secara umum pada perancangan alat ini adalah seperti yang ditunjukan pada diagram blok yang telah diberikan. Alat yang dirancang akan membentuk suatu sistem “Rancang Bangun Sistem Kontrol dan Pemantauan Aquaponic Berbasis IoT

Prosedur Sistem Yang Berjalan

Prosedur sistem yang berjalan pada saat ini hanya melakukan monitoring langsung via monitor yang terpasang sensor Udara, yakni sebagai berikut:

  1. Sensor mendeteksi kadar udara.
  2. Kondisi kadar udara ditampilkan melalui monitor.

Rancangan Prosedur Sistem Yang Berjalan

Flowchart Sistem Yang Berjalan

Berikut adalah flowchart yang berjalan, dengan pengguna melakukan pengecekan secara manual. pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Flowchart Sistem Yang Berjalan

Dapat dijelaskan pada gambar 3.2 Flowchart yang sedang berjalan:

  1. Terdapat 2 (dua) simbol terminal yang berperan sebagai “Mulai” dan “Selesai” pada aliran flowchart yang sedang berjalan.
  2. Terdapat 1 (satu) simbol input, mendeteksi kadar co2 dan voc di sekitar wilayah
  3. Terdapat 2 (dua) simbol proses, yang menyatakan sebuah proses pendeteksian kadar co2.
  4. Terdapat 1 (satu) simbol decision, yang berperan menunjukan sebuah langkah pengambilan keputusan jika “Ya” dan “Tidak”. Yaitu : Apakah kadar berbahaya. Jika “Ya” maka Monitor akan memberikan informasi.

Permasalahan Yang Dihadapi Dan Alternatif Pemecahan Masalah

  1. Permasalahan yang dihadapi
  2. Berdasarkan hasil dari observasi serta wawancara yang telah dilakukan sebelumnya pada stakeholder di Kelurahan Kutajaya, Maka dapat disimpulkan bahwa analisa permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut :

    1. Sistem yang dipakai hanya sekedar monitoring saja, untuk memberitahu seberapa jernih kadar udara disekitar.
    2. Hasil monitoring kadar udara hanya sebatas informasi saja.engenai jumlah saldo tabungan siswa bagi para orang tua / siswa itu sendiri dikarenakan tidak terdapat jumlah saldo tabungan tersebut pada buku pembayaran.
    3. Bagaimana merancang sistem monitoring udara yang digabungkan dengan mikrokontroler dapat meminimalisir penyakit ISPA di Kelurahan Kutajaya.
  3. Alternatif Pemecahan Masalah
  4. Berdasarkan analisa permasalahan yang telah disebutkan, maka peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

    1. Sistem yang di usulkan dapat di pantau secara realtime oleh pengguna melalui smartphone.
    2. Melakukan pembuatan sistem baru yang didasarkan pada kemampuan sebuah mikrokontroler yang berperan sebagai pengganti dari sebuah PC dimana mikrokontroler tersebut akan membantu manusia untuk menentukan tindakan yang akan diambil dalam sistem tersebut sesuai dengan program yang telah dimasukkan ke dalam mikrokontroler tersebut.
    3. Pendeteksian kadar polutan akan dilakukan menggunakan sensor yang peka terhadap kadar CO2 kemudian ditampilkan dalam bentuk data melalui smartphone dan diakumulasikan melalui Email. Nilai batas untuk sensor tersebut akan dimasukkan kedalam mikrokontroler untuk menentukan apakah kadar udara disekitar dapat menimbulkan penyakit ISPA.
    4. Pada perancangannya penggunaan mikrokontroler akan berperan sebagai induk sistem yang membantu untuk menentukan tindakan yang diambil sesuai dengan program yang telah dimasukkan. Wemos D1 Mini merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang hemat biaya dan mudah digunakan sehingga penulis memilih Wemos D1 Mini sebagai mikrokontroler untuk menghemat biaya dan mengurangi kesulitan penggunaan.

Rancangan Prosedur Sistem Yang Diusulkan

Diagram Blok

Agar mempermudah peneliti dalam menjelaskan perancangan perangkat keras (Hardware), maka di gambarkan alur dan cara kerja perangkat keras pada rangkaian diagram blok pada gambar 3.3 di bawah :

Gambar 3.3 Diagram Blok Rangkaian Alat

Pada Gambar 3.3. merupakan diagram blok dimana terdapat konfigurasi seluruh rangkaian yang digunakan. Keterangan:

  1. Wemos sebagai Mikrokontroler atau Otak dari keseluruhan rangkaian yang akan dibuat.
  2. Sensor CCS811 merupakan komponen yang digunakan untuk membaca kualitas udara.
  3. Android sebagai pemantau sensor bekerja
  4. Email berperan hasil result per-periodi

Cara Kerja Alat

Pada bagian ini di jelaskan cara kerja alat yaitu, penggunaan mikrokontroler Wemos D1 sebagai tempat pemrosesan data yang membaca hasil input dari Sensor CCS811, dimana data tersebut diakumulasi dengan mencocokan data terhadap timbulnya Penyakit ISPA. Dimonitoring melalui smartphone yang kemudian diberikan laporan data perperiode untuk dijadikan bahan pertimbangan ke pada pihak yang berwenang.

Perancangan Prototype

Bentuk perancangan fisik dari monitoring ini disimulasikan dalam sebuah prototype yang lebih sederhana bentuknya dengan pemasangan komponen dan rangkaian kabel yang teratur. Di dalam perancangan prototype tersebut dapat terlihat tata letak dari setiap komponen-komponen yang dipakai serta penjelasan lengkap mengenai komponen-komponen tersebut.

Gambar 3.4 Rancangan Prototype Pengukur Kualitas Udara

Wemos D1 mini dihubungkan oleh sensor CCS811 yang merupakan sensor pendeteksi kadar udara (Gas, VOC, CO2 khususnya)

Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

Perancangan Skematik Perangkat Keras (Hardware)

Dalam pembuatan skematik diperlukan sebuah aplikasi yaitu Fritzing. adalah salah satu dari perangkat lunak gratis yang dapat dipergunakan dengan baik untuk belajar elektronika. Perangkat lunak ini bisa bekerja baik di lingkungan sistem operasi GNU/Linux maupun Microsoft Windows. Masing-masing software memiliki keunggulannya masing-masing bagi setiap tipe pengguna dan keperluan. Untuk pelajaran elektronika ada beberapa hal yang menarik dari Fritzing yaitu, Memungkinkan para perancang skematik pemula sekalipun untuk membuat layout PCB yang bersifat custom. Tampilan dan penjelasan yang ada pada Fritzing bisa dengan mudah dipahami oleh seseorang yang baru pertama kali menggunakannya. Dan untuk memulai program Fritzing dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.5 Membuka Aplikasi Fritzing

Setelah mengklik shortcut Fritzing, akan muncul proses Loading dan halaman utama Software Fritzing, dapat dilihat seperti Gambar 3.5 dan Gambar 3.6

Gambar 3.6 Loading awal fritzing

Gambar 3.7 Halaman utama Fritzing

Sebelum memulai membuat skematik ada baiknya kita menyimpan file skematik terlebih dahulu, langkah-langkahnya adalah seperti gambar berikut.

Gambar 3.8 Menyimpan project pada Fritzing

Setelah melakukan langkah diatas akan tersedia beberapa tipe pilihan antara lain : Breadboard, Schematic, PCB, Code. Dan yang peneliti gunakan adalah mode Breadboard. setelah masuk ke tampilan breadboard impor komponen yang ada toolbox di jendela Part nya. Adapun tampilannya dapat dilihat seperti gambar berikut.

Gambar 3.9 Breadboard view dalam Fritzing
  1. Rangkaian Sensor CCS811
  2. Fungsi Sensor CCS811 adalah sebagai Input untuk membaca kadar CO2 dan VOC. Pada gambar 3.10. merupakan skematika komponen Sensor Ultrasonik dengan Arduino Uno.

    Gambar 3.10 Rangkaian Sensor Ultrasonik

Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Konsep Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perancangan perangkat lunak adalah dengan melakukan penelitian listing program ke dalam software Arduino IDE versi 1.8.5 dengan menggunakan bahasa C, dimana perintah ­perintah program tersebut akan di eksekusi oleh hardware atau sistem yang dibuat.

Penulisan Program Pada Software Arduino IDE

Pada perancangan perangkat lunak ini menggunakan program Arduino IDE untuk melakukan listing program dan menyimpannya. Arduino Uno sebagai mikrokontroler yang akan menjadi media simpan program, sehingga mikrokontroler dapat bekerja sesuai dengan yang diperintahkan. Adapun langkah-langkah untuk memulai menjalankan software Arduino IDE dapat dilihat seperti gambar berikut.

Gambar 3.11 Memulai Arduino IDE

Dalam pemrograman mikrokontroler yang akan dibuat, untuk menuliskan listing program dapat dilihat pada Gambar 3.12 sebagai berikut:

Gambar 3.12 Program Arduino IDE Interface

Setelah interface utama software Arduino ditampilkan, maka langkah selanjutnya adalah mengatur pengalamatan port koneksi melalui device manager. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.13 Membuka Device Manager

Langkah diatas merupakan langkah-langkah untuk membuka device manager interface, dimana langkah-langkah diatas dimulai dengan melakukan pencarian melalui Search Windows, setelah itu akan muncul layar yang terdapat pada gambar 3.17. sebagai berikut:

Gambar 3.14 Memilih Port Yang Terhubung

Langkah diatas dimaksudkan untuk menentukan pada port berapa Arduino Uno yang terpasang di alamatkan, agar pada saat upload program kedalam mikrokontroler tidak terjadi error atau kesalahan pada port koneksi. Dan setelah melakukan langkah diatas maka langkah selanjutnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.15 Menentukan Koneksi port COM5

Seting koneksi port pada Arduino IDE (Tools – Port – COM5), port disamakan seperti yang sudah di terapkan pada Device Manager, sehingga tidak akan terjadi error.

Gambar 3.16 Memilih Jenis Board Wemos D1 mini

Gambar 3.16 menunjukan pemilihan board Wemos D1 mini yang akan di gunakan, ketika hendak menggunakan board Wemos D1 mini yang perlu diperhatikan adalah tipe board, karena Arduino memiliki banyak tipe dan jenis. Dalam pembuatan project ini peneliti menggunakan board Wemos D1 mini yang dimana Arduino ini terdapat chip mikrokontroler yang di pakai dalam project ini.

Gambar 3.17 Menyimpan File Program Pada Arduino Uno

Setelah tampilan Arduino IDE terbuka yang perlu di lakukan adalah menyimpan terlebih dahulu sebelum melakukan listing. Dan hasilnya adalah file yang telah disimpan dengan ekstensi .ino.

Gambar 3.18 Memilih Lokasi Penyimpanan Project

Jendela diatas menunjukan proses penyimpanan sebuah project di dalam sebuah folder yang bisa di tentukan sesuai kebutuhan.

Setelah melakukan penyimpanan file program, tahap selanjutnya adalah penelitian sketch program, berikut adalah gambar dari sketch program secara keseluruhan:

Gambar 3.19 Sketch Program Keseluruhan

Setelah melakukan penelitian program secara keseluruhan maka proses selanjutnya adalah melakukan proses kompilasi atau melakukan pengecekan terhadap baris program yang masih salah, adapun langkah-langkahnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.20 Proses Kompilasi Sketch Program

Proses kompilasi untuk mengecek apakah listing program yang ditulis terjadi kesalahan atau tidak dan pada saat yang bersamaan ketika terjadi error maka program tersebut tidak dapat di masukkan ke dalam mikrokontroler.

Gambar 3.21 Hasil Proses Kompilasi Sketch Program

Pada gambar 3.21 menunjukkan hasil dari kompilasi sketch program dan hasil proses kompilasi tidak terjadi error artinya proses penelitian listing program sudah benar, hasil dari kompilasi inilah yang nantinya akan ditanamkan kedalam sistem mikrokontroler melalui board Arduino Uno.

User Requirement

Pada User Requirement ini berisi tabel Elisitasi I, II, III dan final. Pembuatan elisitasi dapat dibuktikan berdasarkan pada observasi dan wawancara.

Elisitasi Tahap I

Elisitasi tahap I disusun berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder yang memiliki hubungan langsung dengan pengguna, mengenai seluruh rancangan sistem yang akan dibuat.

Tabel 3.1 Tabel Elisitasi Tahap I

Elisitasi Tahap II

Elisitasi tahap II merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh peneliti untuk dieksekusi.

  1. M pada MDI artinya Mandatory (dibutuhkan atau penting) Maksudnya, elisitasi tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
  2. D pada MDI artinya Desirable (diinginkan atau tidak terlalu penting) Maksudnya, elisitasi tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan, tetapi jika elisitasi tersebut digunakan dalam pembuatan sistem maka membuat sistem tersebut lebih sempurna.
  3. I pada MDI artinya Inessential (diluar sistem atau dieliminasi) Maksudnya, adalah elisitasi tersebut bukan bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.


Tabel 3.2 Tabel Elisitasi Tahap II

Elisitasi Tahap III

Elisitasi tahap III merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang optionnya "I" pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali dengan metode TOE. Berikut ini adalah penjelasan mengenai TOE:

  1. T (Technical)
  2. Maksudnya, adalah pertanyaan perihal bagaimana tata cara atau teknik pembuatan elisitasi tersebut dalam sistem yang diusulkan?

  3. O (Operational)
  4. Maksudnya, adalah pertanyaan perihal bagaimana tata cara penggunaan elisitasi tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan?

  5. E (Economic)
  6. Maksudnya, adalah pertanyaan perihal berapakah biaya yang diperlukan guna membangun elisitasi tersebut didalam sistem.

Metode tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, antara lain:

  1. L (Low): Mudah untuk dikerjakan.
  2. M (Middle): Mampu untuk dikerjakan.
  3. H (High): Sulit untuk dikerjakan karena teknik pembuatan dan penggunaannya sulit serta biayanya mahal, sehingga elisitasi tersebut harus dieliminasi.
Tabel 3.3 Tabel Elisitasi Tahap III

Final Draft Elisitasi

Final Draft Elisitasi merupakan bentuk akhir dari tahap-tahap elisitasi yang dapat dijadikan acuan dan dasar untuk mengimplementasikan Prototype Monitoring Infus. Berdasarkan Elisitasi Tahap III di atas, dihasilkan Final Draft Elisitasi yang diharapkan dapat mempermudah peneliti dalam mengimplementasikan sistem.

Tabel 3.4 Tabel Final Draft Elisitasi

BAB IV

RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Rancangan Prosedur Sistem yang Diusulkan

Flowchart Yang Diusulkan

Pada rancang sistem yang diusulkan ini adalah dengan adanya sistem monitoring kadar udara terhadap penyakit ISPA berbasis IoT dapat diakses dengan cara mobile, yang diharapkan dapat membantu menekankan dampal timbulnya penyakit ISPA dan memberikan kemudahan pada pengelola untuk mengelola data yang telah diproses dan disediakan.

Berikut adalah flowchart yang diusulkan, dengan pengguna melakukan pengecekan secara manual. pada Gambar 3.3.

Gambar 4.1 Flowchart Sistem Yang Diusulkan

Dapat dijelaskan Pada Gambar 4.1. flowchart sistem yang diusulkan di atas terdiri dari :

  1. Pada proses awal yaitu inisialisasi sensor CCS811
  2. Pada tahap selanjutnya yaitu scanning kadar CO2 dan VOC.
  3. Pada scanning kadar udara terbagi menjadi 2 (dua) kondisi, pertama jika CO2 kurang dari 200ppm dan VOC kurang dari 10ppb

Metode Pengujian Blackbox

Pengujian Nilai Sensor Ultrasonik

Pada pengujian ini di lihat dari Nilai Sensor ultrasonik yang hasilnya dikirim ke database sebagai media monitoring.

Tabel 4.1 Pengujian Nilai Sensor CCS811

Pengujian Ketika Kadar CO2 Dan VOC Terkait Penyakit ISPA

Pengujian selanjutnya adalah memastikan bahwa akan ada notifikasi ke dalam smartphone ketika Kadar CO2 dan VOC di udara melebihi batas nilai yang di tentukan. Dan juga di lakukan pengujian bahwa penyimapanan database sesuai yang kemudian dikelola datanya terkait penyebab timbulnya penyakit ISPA kemudian dikirimkan data tersebut sebagai laporan per-periode tertentu ke alamat email terdaftar.

Tabel 4.1 Pengujian

Pengujian Hardware

Dalam pengujian hardware ada beberapa sub pengujian. Yaitu dilihat dari nilai CCS811 yang akan menimbulkan reaksi sebab akibat komponen lainnya bisa di lihat dari gambar berikut.

Gambar 4.2 Sensor CCS811

Keterangan:

  1. Gambar 4.1: seperti dilihat dalam gambar 4.2 jarak antara sensor ultrasonik dan benda sangat dekat, sehingga Relay tidak menyala atau dalam kondisi OFF
  2. Gambar 4.2: di dalam gambar 4.3 jarak antara sensor ultrasonik dan benda berjauhan, sehingga Relay menyala atau dalam kondisi ON

Pengujian IOT (Internet Of Things)

Dalam pengujian ini menggunakan smartphone android dimana mikrokontroler Wemos D1 mini yang sudah terkoneksi dengan internet dan data monitoring CO2 dan VOC akan di kirim ke server. Data tersebut akan di simpan secara otomatis di server, dimana data yang dikirim mikrokontroller bisa di akses melalui smartphone.

Untuk script di gambar 4.13 adalah konfigurasi untuk menyambungkan mirokontroller ke smartphone android. Yang mana kita harus memasukan IP dari modul wifi Wemos D1 mini yang telah di atur terlebih dahulu. Hasil dari pengujian ini bisa dilihat dari kecocokan nilai yang terdapat pada Arduino IDE dan nilai pada smartphone android,

Rancangan Program

Tahap pertama untuk pembuatan suatu alat dan program adalah tahap perancangan, yang mana digunakan sebagai tolak ukur perancangan yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian hasil perancangan akan di jadikan sebagai acuan untuk perakitan alat dan pembuatan program. Pada dasarnya tujuan dari perancangan program adalah untuk mempermudah dalam melakukan pembuatan alat dan program yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Wemos D1 Mini

Sistem perangkat lunak yang dimaksud adalah Arduino IDE yang merupakan perangkat lunak untuk menuliskan sketch program Wemos D1 mini, sehingga sistem Arduino yang di buat dapat bekerja sesuai dengan apa yang di inginkan. Pada perancangan perangkat lunak untuk Arduino programnya dapat di compile dan di upload langsung kedalam Arduino Uno dengan Arduino IDE, adapun interface Arduino IDE pada saat sketch program di buat seperti gambar berikut.

Gambar 4.3 Arduino IDE Interface

Untuk tahap yang di lakukan adalah memasukkan sketch program > mengecek kesalahan sketch > compile sketch > Upload Sketch, seperti gambar berikut.

Gambar 4.4 Alur Menulis Sketsa program pada Arduino IDE

Konfigurasi Sistem Yang Diusulkan

Pada perancangan sistem usulan ini terdapat beberapa hardware ataupun software yang digunakan yaitu untuk melakukan perancangan dan membuat program. Adapun perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan dapat di lihat pada sub bab berikut ini.

Spesifikasi Perangkat Keras (Hardware)

Pada spesifikasi perangkat keras ini menjelaskan perangkat keras atau modul yang digunakan, memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing, serta dapat digambarkan secara garis besar saja dan tidak secara detail dalam pembuatan suatu modul tersebut. Adapun perangkat keras yang digunakan meliputi sebagai berikut:

  1. Laptop ASUS T450Al (Processor: Intel CORE I5., RAM: 4GB, Display: 15.6 Auto HD (1366x768), 1000GB HDD)
  2. Wemos D1 mini
  3. Sensor CCS811
  4. Kabel Jumper
  5. Timah dan Solder

Spesifikasi Perangkat Lunak (Software)

Pada spesifikasi perangkat lunak (software) dibawah ini merupakan aplikasi maupun software yang digunakan untuk membuat program, merancang alur diagram, dll. Adapun perangkat lunak (software) yang digunakan meliputi sebagai berikut:

  1. Microsoft Word 2016
  2. Web Browser (Google Chrome, Mozilla Firefox, Internet Explorer)
  3. Arduino IDE ver.1.8.5
  4. Fritzing
  5. Paint
  6. Clickcharts Diagram Flowchart Software

Testing

Pada tahap testing dilakukan pengujian terhadap sistem yang dibuat yaitu dengan menggunakan metode BlackBox testing, adapun pengujian dilakukan melalui interface Arduino IDE, dimana pengujian tersebut agar dapat mengetahui fungsionalitas dari suatu interface yang dirancang, adapun tahapannya tersebut untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang digunakan, seperti fungsi untuk berkomunikasi dengan piranti lain dengan memperhatikan fungsionalitasnya
  2. Memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi ketika melakukan debug ataupun running program
  3. Dengan memperhatikan struktur performa sehingga aplikasi dapat digunakan dengan baik dan mendukung sistem yang dibuat
  4. Dengan memperhatikan kesalahan-kesalahan inisialisasi fungsi yang digunakan dalam berinteraksi dengan piranti lain

Pengujian dengan metode BlackBox testing sangat memperhatikan pada fungsi fungsional dari suatu program dengan melakukan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan.

Implementasi

Time Schedule

Pada tahap ini merupakan tahap-tahap untuk merealisasikan dari sistem yang dirancang yang dimulai dari tahap pengumpulan data-data yang diharapkan dapat membantu dan mendukung sehingga sampai tercapainya dalam penerapannya.

Tabel 4.3 Time Schedule

Estimasi Biaya

Berikut adalah estimasi biaya yang di keluarkan dalam pembuatan alat, yaitu bisa dilihat seperti tabel di bawah.

Tabel 4.4 Estimasi Biaya Yang Dikeluarkan


BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari bab-bab sebelumnya, dapat di ambil kesimpulan tentang laporan skripsi ini, sebagaimana berikut:

  1. Dengan banyaknya pabrik pada kawasan Kelurahan Kutajaya menyebabkan polusi udara disekitar wilayah yang akan berpotensi menimbulkan ISPA ,dan belum terdapat pengukur kualitas udara sehingga masyarakat disekitar tidak tahu keadaan kualitas udara diwilayah sekitarnya maka dilakukan penelitian untuk membuat alat pengukur kualitas udara agar penduduk dikawasan Kelurahan Kutajaya dapat menilai kualitas Udara yang ada disekitarnya sehingga dapat di jadikan sebagai acuan untuk melkakukan dasar tindakan lebih lanjut.
  2. Pengukuran kualitas Udara atas dasar kandungan nilai gas CO2 dan VOC dengan menggunakan sensor CCS811 merupakan sebuah pilihan baik, karna sensivitas terhadap gas gas polutan yang terkandung di Udara sekitar tergolong tinggi. Sehingga mendapatkan hasil yang akurat secara realtime dengan sangat mudah karena sistem notif dan pengolahan datanya menggunakan IoT
  3. Hasil deteksi kadar CO2 dan VOC melalui sensor CCS811 akan berubah menjadi data yang kemudian di compare sistem menggunakan mikrokontroler untuk melakukan pengukuran jumlah kadar CO2 dalam satuan ppm dan VOC dalam satuan ppb pada udara untuk kemudian dilakukan pengolahan data, mengkualifikasi apakah berbahaya (akan menimbulkan penyakit ISPA) diamana nilai ppm dan ppb tidak boleh diatas 300 dalam jangka waktu 1 minggu data yang telah tersimpan akan di kirimkan melalui e-mail beserta keterangan dan pencegahan jika dideteksi kadar udara tergolong akan menimbulkan penyakit ISPA. Proses pendeteksian kadar kualitas udara telah sesuai dengan menggunakan metode uji black box.

Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah agar penelitian berikutnya bisa mengembangkan sistem ini lebih baik lagi, sehingga kekurangan yang ada bisa diperbaiki ataupun di lengkapi. Saran dalam pengembangan untuk kedepannya guna menghasilkan sistem yang lebih kompleks.

  1. Penelitian berikutnya bisa di tambahkan sensor spesifik untuk pendetksian ISPA seperti sensor debu, dan tempratur. Sehingga mendapatkan hasil yang lebih akurat.
  2. Pada bagian fungsional alat bisa ditambahkan indikator LED sehingga lebih efektif dalam penyampaian informasi terhadap kadar Udara yang sedang terajdi.
  3. Menambahkan fiture kontrolling kadar udara, bisa dengan menambahkan sebuah FAN, Vacum dan lain sebagainnya yang dapat menurunkan Polusi udara

DAFTAR PUSTAKA

  1. 1,0 1,1 Ramdan Satra, Abdul Rachman (2016) “Pengembangan Sistem Monitoring Pencemaran Udara Berbasis Protokol Zigbee Dengan Sensor”. Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 No 1
  2. Hutahaean, Jeperson. 2014. Konsep Dasar Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish.
  3. Muslihudin, Muhamad , dan Oktafianto. 2016. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Menggunakan Model Terstruktur dan UML. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
  4. Anggraeni, Elisabet Yunaeti, dan Rita Irviani. 2017. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
  5. Hutahaean, Jeperson. 2014. Konsep Dasar Sistem Informasi. Yogyakarta: Deepublish
  6. Rianti, Eva, dan Robby Noval Pratama. 2016. “Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten Smpn 7 Sijunjung Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process.” RISTEKDIKTI 49-60.
  7. Ekawati, Henny, Bebas Widada, dan Tri Irawati. 2015. “Sistem Informasi Pengagendaan Surat Keluar Masuk Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kecamatan Polanharjo Dengan Aplikasi Multi User.” Jurnal Ilmiah SINUS 55- 64.
  8. Yunita, Irma, dan Joni Devitra. 2017. “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset Pada SMK Negeri 4 Kota Jambi.” Jurnal Manajemen Sistem Informasi Vol 2 No.1: 278-294.
  9. Fajarianto, Otto. 2016. "Prototype Pelayanan Akademik Terhadap Komplain Mahasiswa Berbasis Mobile." Jurnal Lentera ICT Vol 3 No.1 Mei 2016: 54-60.
  10. Rifa'atunnisa, Eri Satria, dan Rinda Cahyana. 2014. “Pengembangan Aplikasi Zakat Berbasis Android Menggunakan Metode Prototype.” Jurnal STT garut Vol 11 No.1 2014: 1-7.
  11. Rumini, Abidarin Rosidi, dan Sudarwaman. 2014. “Perancangan E-learning Di MTI STMIK Amikom Yogyakarta.” Jurnal Teknologi Informasi Vol IX Nomor 26 Juli 2014.
  12. Pradana, Fadhel Ringga. 2016. Program Bantu Monitoring Penjualan Tiket Museum Ranggawarsita Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Dian Nuswantoro.
  13. Zulfiandri, Sarip Hidayatuloh, dan Mochammad Anas. 2014. “RANCANG BANGUN APLIKASI POLIKLINIK GIGI (STUDI KASUS : POLIKLINIK GIGI KEJAKSAAN AGUNG RI).” Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2014) Vol. 8 oktober 2014: 473-482.
  14. Utami, Ardhini Warih, dan Ricco Shehelmiaji Putra. 2015. “SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN BAWANG MERAH MENGGUNAKAN METODE TEOREMA BAYES.” Jurnal Manajemen Informatika Vol. 4 No. 1: 46-50.
  15. Ardimansyah, dan Santi. 2015. “Perancangan Aplikasi Monitoring Rental Scooter Dan Mobil Elektrik Berbasis Android Pada Ababil Panakukang Makasar.” Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 454-459.
  16. Dewayani, Julitta, dan Fitri Wahyuningsih. 2016. “SISTEM INFORMASI MONITORING PERSEDIAAN SPAREPARTS MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FIFO PADA TOKO ADIL JAYA MOTOR SEMARANG.” Kompak 9-18.
  17. Mariana, Novita, Rara Sri Artati Rejeki, dan Jeffri Alfa Razaq. 2017. “RANCANGAN SISTEM EVALUASI dan MONITORING PROSES PEMBELAJARAN PADA PROGRAM STUDI.” Prosiding SINTAK 2017 365-371.
  18. 18,0 18,1 Oroh, Joyner R., Elia Kandekallo, Sherwin R.U.A Sompie, dan Janny O Wuwung. 2014. “Rancang Bangun Sistem Keamanan Motor Dengan Pengenalan Sidik Jari.” e-Journal Teknik Elektro dan Komputer (2014) 1-7.
  19. 19,0 19,1 19,2 Susanti, T,. 2017 Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Terhadap Gambaran Histologi Kornea Rattus Norvegicus Yang Diinduksi Oleh Pewangi Ruangan. Diploma Thesis, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
  20. Indrianto. 2015. “Pembuatan sistem antrian menggunakan visual basic 6.0 berbasis sensor infra merah.” Jurnal Teknik Informatika 1-14.
  21. Githa, Dwi Putra, dan Wayan Eddy Swastawan. 2014. “Sistem Pengaman Parkir dengan Visualisasi Jarak Menggunakan Sensor PING dan LCD.” Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) 10-14.
  22. Sidauruk, Ricky Ardi Yosua, Simamora, dan Marlindia Ike Sari. 2017. “Implementasi Mikrokontroler Atmega8535 Berbasis Sensor Ultrasonik Untuk Proteksi Keamanan Terpadu.” Konferensi Nasional ICT-M Politeknik Telkom 389-395.
  23. 23,0 23,1 Hermawan, Elfan Lutfi. 2015. Perancangan Prototype Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berbasis Mikrokontroller ATMega 328 pada SMPN 2 Rajeg [Skripsi]. Tangerang (ID): Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer Raharja.
  24. Nebath, Evert, David Pang, dan Janny O. Wuwung. 2014. “Rancang Bangun Alat Pengukur Gas Berbahaya CO Dan CO2 di Lingkungan Industri.” E-Journal Teknik Elektro dan Komputer (2014) 65-72.
  25. 25,0 25,1 Hendrik, Billy, Mardhiah Masril, dan Alexyusandria Moenir. 2015. “Pemanfaatan Mit App Inventor 2 Dalam Membangun Aplikasi Pengontrolan Kecepatan Putaran Motor Listrik.” Journal Teknologi Informasi vol 8, 2 1-11.
  26. Nusa, Temy, Sherwin R.U.A Sompie, dan Eng Meita Rumbayan. 2015. “Sistem Monitoring Konsumsi Energi Listrik Secara Real Time Berbasis Mikrokontroler.” E-journal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.4 No.5 19-26.
  27. Dian Mustika Putri. 2017. Mengenal Wemos D1 Mini dalam dunia IOT. februari 2017. http://ilmuti.org/2017/02/23/mengenal-wemos-d1-mini-dalam-dunia-iot/
  28. Eko Rudiawan. 2016. Cara Memprogram Wemos D1 R2 Mini ESP8266 Dengan Arduino. Agustus 2016. http://eko-rudiawan.com/cara-memprogram-wemos-esp8266-dengan-arduino/
  29. Sulistyanto, Muhammad Priyono Tri, Danang Aditya Nugraha, Nurfatika Sari, Novita Karima, dan Wahid Asrori. 2015. “Implementasi IoT (Internet of Things) dalam pembelajaran di Universitas Kanjuruhan Malang.” SMARTICS Journal Vol. 1, No. 1: 20-23.
  30. Chandrakanth, S, K Venkatesh, J Uma Mahesh, dan K.V Naganjaneyulu. 2014. “Internet of things.” International Journal of Innovations & Advancement in Computer Science 3: 1-20
  31. Lestari, Rahma Wayan, Indra Kanedi, dan Yode Arliando. 2016. “SISTE INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN ARCVIEW.” Jurnal Media Infotama Vol.12 No. 1 41-48.
  32. Nurdiyanto, Heri, dan Heryanita Meilia. 2016. “SISTEM PENDUKUN KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (AHP).” Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 201 37-42.
  33. Mansyur, Hajrah, dan Ichroman Raditya Duwila. 2017. “PERANCANGAN APLIKASI MONITORING PC BERBASIS DESKTOP PADA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UMI.” ILKOM Jurnal Ilmiah Volume 9 Nomor 2 196-202.
  34. 34,0 34,1 34,2 Eriksson, Ulf. 2015. Reqtest. 8 Juni. Diakses Maret 27 , 2018 Jam 20.45 Wib. https://reqtest.com/testing-blog/test-design-techniques-explained-1-black-boxvs white-box-testing/.
  35. Desmira, dan Rizal Fauzi. 2015. “Perancangan Aplikasi Pengenalan Pendidikan Islam Berbasis Android Untuk Pendidikan Anak Usia Dini.” Jurnal Sistem Informasi Vol 2 39-46.
  36. Kumar, Manish, Santosh Kumar Singh, dan R.K Dwivedi. 2015. “A Comparative Study of Black Box Testing and White Box Testing Techniques.” International Journal of Advance Research in Computer Science and Management Studies 32-44.
  37. 37,0 37,1 Mustaqbal, M. Sidi, Roeri Fajri Firdaus, dan Hendra Rahmadi. 2015. “PENGUJIAN APLIKASI MENGGUNAKAN BLACK BOX TESTING BOUNDARY VALUE ANALYSIS (Studi Kasus : Aplikasi Prediksi Kelulusan SNMPTN).” Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan Volume I, No 3 31-36.
  38. Prastomo, Andi. 2015. “PROTOTIPE SISTEM E-LEARNING DENGAN PENDEKATAN ELISITASI DAN FRAMEWORK CODEIGNITER: STUDI KASUS SMP YAMAD BEKASI.” Faktor Exacta 165-175.
  39. Amrullah, Agit, Rifda Faticha Alfa, Danang Sutedjo, Renna Yanwastika Ariyana, Hendi, dan Eri Sasmita Susanto. 2016. “KAJIAN KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK SISTEM INFORMASI PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.” Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2016 25-30.
  40. Dzulhaq, M. Iqbal, Rahmat Tullah, dan Putra Satia Nugraha. 2017. “Sistem Informasi Akademik Sekolah Berbasis Kurikulum 2013.” JURNAL SISFOTEK GLOBAL 1-5.
  41. Sunarya, Abas, Sudaryono, dan Santoso Sugeng. 2015. “Requirement Elicitation dan Pembuatan Program Dalam Penelitian Teknologi Informasi.” sccit2015 1-17. Susanti, Erma, dan Joko Triyono. 2016. “Prototype Alat IoT (Internet Of Things) untuk Pengendali dan Pemantau Kendaraan Secara Realtime.” Simposium Nasional RAPI XV 402-407.
  42. 42,0 42,1 Dewi, Meta Amalya, Dede Cahyadi, dan Yunita Wulansari. 2014. “SISTEM UJIAN ONLINE CALON MAHASISWA BARU BERBASIS ILEARNING EDUCATION MARKETING PADA PERGURUAN TINGGI.” Journal CCIT Vol 8 No 1 116-136.
  43. Rafika, Ageng Setiani, Mutki Budiarto, dan Wahyu Budianto. 2015. “APLIKASI MONITORING SISTEM ABSENSI SIDIK JARI SEBAGAI PENDUKUNG PEMBAYARAN BIAYA PEGAWAI TERPUSAT DENGAN SAP .” Journal CCIT Vol 8 No 3 134-146.
  44. Ramdhani, Muhammad Ali, dan Abdullah Ramdhani. 2014. “Verification of Research Logical Framework Based on Literature Review.” International Journal of Basic and Applied Science Vol 3 No 2: 1-9.
  45. Leonardo Agustinus, Fatma Agus dan Tedy Rismawan. (2015) “Rancang Bangun Prototype Pendeteksi Kadar Co Sebagai Informasi Kualitas Udara Berbasis Mikrokontroler” Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 03, No. 2 (2015), hal 44-53
  46. Ashish M. Husain, Tazrin Hassan Rini, Mohammed Ikramul Haque dan Md. Rakibul Alam (2016), ”Air Quality Monitoring: The Use of Arduino and Android”. Journal of Modern Science and Technology Vol. 4. No. 1. September 2016 Issue. Pp. 86 – 96
  47. Wei Ying Yi, Kin Ming Lo, Terrence Mak, Kwong Sak Leung, Yee Leung, dan Mei Ling Meng (2015) “A Survey ofWireless Sensor Network Based Air Pollution Monitoring Systems” MDPI
  48. Laurent Spinelle, Michel Gerboles, Maria Gabriella Villani, Manuel Aleixandre, Fausto Bonavitacola (2015), “Field calibration of a cluster of low-cost available sensors for airquality monitoring. Part A: Ozone and nitrogen dioxide” L. Spinelle et al. / Sensors and Actuators B 215 (2015) 249–257
  49. Silviu C. Folea, Member, IEEE, and George Mois, Member, IEEE (2015) “A Low-Power Wireless Sensor for Online Ambient Monitoring” IEEE SENSORS JOURNAL, VOL. 15, NO. 2
  50. Jiachen Yang, Jianxiong Zhou, Zhihan Lv, Wei Wei, and Houbing Song (2015) “A Real-Time Monitoring System of Industry Carbon Monoxide Based on Wireless Sensor Networks ” Sensors 2015, 15, 29535-29546; doi:10.3390/s151129535
  51. Nanda Rezki, Meqorry Yusfi, M.Si, Dodon Yendri, M.Kom. (2016) “Rancang Bangun Prototipe Pengurang Bahaya Gas Polutan Dalam Ruangan Dengan Metode Elektrolisis Berbasis Mikrokontroler” paper Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Andalas, Padang.
  52. <Widodo, Slamet., Adi Sutrisman, Aldo Aziiz Putra,M.Miftakhul Amin; 2017. "Rancang Bangun Alat Monitoring Kadar Udara Berupa Gas Berbahaya CO, CO2, dan CH4 Di Dalam Ruangan Berbasis Mikrokontroler". Jurnal Pseudocode, Volume IV Nomor 2, September 2017, ISSN 2355-5920.
  53. Neni Kusuma Wardani, Sri Winarsih, Tuti Sukini. (2014) “Hubungan Antara Paparan Asap Rokok Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Desa Pucung Rejo Kabupaten Magelang ” JURNAL KEBIDANAN Vol.4 No. 8. April 2015 ISSN .2089-7669

DAFTAR LAMPIRAN

UNTUK MELIHAT LAMPIRAN
Lampiran A Pada lampiran A ini berisi berkas yang diperlukan sebagai persyaratan Skripsi:
A.1. Surat Keterangan Observasi
A.2. Kartu Bimbingan/Tiket
A.3. KSTF
A.4. Form Validasi Skripsi
A.5. Kwitansi Pembayaran Skripsi, RC dan Sidang
A.6. Daftar Mata Kuliah Yang Belum Di Ambil
A.7. Daftar Nilai
A.8. Formulir Seminar Proposal Skripsi
A.9. Formulir Pertemuan Stakeholder
A.10. Form Validasi Ceklist Sidang
A.11. Form Validasi Sidang
A.12. Form Pendaftaran Sidang
A.13. Sertifikat TOEFL
A.14. Sertifikat PROSPEK
A.15. Sertifikat Seminar IT Internasional
A.16. Sertifikat Seminar IT Nasional

Lampiran B : Pada lampiran A ini berisi berkas yang diperlukan sebagai persyaratan Skripsi:
B.1. Surat Keterangan Implementasi
B.2. List Wawancara
B.3. Katalog
B.4. Slide Presentasi

Contributors

Yoga Anggi Pradana