SI1331477221

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F

PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1331477221
NAMA
: Aviv Rivaldi


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2016/2017

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F

PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA

Disusun Oleh :

NIM
: 1331477221
Nama
: Aviv Rivaldi
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, Agustus 2017

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan Sistem Komputer
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Ferry Sudarto, S.Kom, M.Pd)
NIP : 99001
       
NIP : 10001


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F

PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1331477221
Nama
: Aviv Rivaldi

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Disetujui Oleh :

Tangerang, Agustus 2017

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
   
NID : 02022
   
NID : 09006

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F

PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1331477221
Nama
: Aviv Rivaldi

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Tahun Akademik 2017/2018

Disetujui Penguji :

Tangerang, Agustus 2017

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F

PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA

Disusun Oleh :

NIM
: 1331477221
Nama
: Aviv Rivaldi
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System

 

 

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika pernyataan diatas tidak benar.

Tangerang, Agustus 2017

 
 
 
 
 
Aviv Rivaldi
NIM : 1331477221

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;

ABSTRAKSI

Udara merupakan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi udara yang dikonsumsi tidak selalu dalam keadaan baik. Termasuk udara yang dihirup dalam ruangan atau luar ruangan, walaupun diberi pendingin atau tanpa pendingin. Dalam perkembangan teknologi saat ini banyak peralatan yang dibuat untuk mempermudah suatu pekerjaan agar menjadi lebih efisien dan cepat. Sadar akan penting menjaga udara dan untuk menjamin kesehatan manusia, maka dibutuhkan alat pendeteksi debu yang dapat bekerja secara otomatis melakukan pendeteksian untuk membaca sekaligus memberitahukan hasil dari kepekatan debu. Rangkaian pendeteksi debu produksi ini menggunakan sensor GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor yang digunakan untuk mendeteksi debu di sekitar sensor yang diletakan dalam ruang produksi. Dengan adanya Internet Of Things (IoT) yang berfungsi sebagai konektivitas internet dan dihubungkan dengan Wemos D1 Mini sebagai mikrokontroler yang telah dikonfigurasi untuk mempengaruhi kinerja dari sensor debu.Maka hasil dari kepekatan debu dapat ditampilkan secara otomatis pada web ubidots serta akan mengirim notifikasi email jika kepekatan debu meningkat dan sebagai output berupa sistem pembersih debu atau kipas yang akan bekerja untuk membersihkan debu tersebut. Sehingga sistem atau alat ini dapat membantu kinerja tim K3L (Kesehatan, Keselamatan, Kerja Dan Lingkungan) dalam menjamin kualitas udara khususnya dibagian produksi pada PT. Surya Toto Indonesia Tbk.

Kata Kunci: Internet Of Things, Wemos D1 Mini, Sensor GP2Y1010AU0F

ABSTRACT

The air is a necessity in daily life. Air condition consumed is not always in good condition. Including the air they breathe indoors or outdoors, although by cooling or without cooling. In the current technological developments are many tools designed to facilitate a more efficient work and faster. Aware of the importance to maintain the air and to ensure human health, then it takes a dust detector tool that can work automatically do the detection to read at once inform the results of the dust concentration. The series of production dust detectors using the GP2Y1010AU0F Optcal Dust Sensor is used to detect dust around the sensor placed in the production room. With the Internet Of Things (IoT) that function as connected with Wemos D1 Mini as a microcontroller that has been configured to affect the performance of the dust sensor. Then the result of the dust concentration can be displayed automatically on the ubidots web and will send email notification if the dust concentration increases and as output is a dusting or fan cleaning system that will work to clean the dust.So the system or tool can help the performance of the HSE (Health, Safety, Environment) team in ensuring air quality, especially in the production at PT. Surya Toto Indonesi Tbk.

Keywords: Internet Of Things, Wemos D1 Mini, Sensor GP2Y1010AU0F

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini dengan baik. Laporan ini disajikan dalam bentuk buku. Adapun judul yang diambil dalam penyusunan Skripsi ini adalah "PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA".

Tujuan pembuatan laporan Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) di Perguruan Tinggi Raharja. Sebagai bahan penulisan, data dikumpulkan berdasarkan hasil observasi, wawancara dan sumber literature yang mendukung penulisan ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan banyak pihak, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan Skripsi ini, antara lain :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I selaku Ketua STMIK Raharja.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik STMIK Raharja.
  3. Bapak Ferry Sudarto, S.Kom., M.Pd selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer.
  4. Bapak Endang Sunandar, Ir.,M.Kom selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan banyak masukan serta pengarahan dalam penulisan Skripsi ini.
  5. Bapak Dr.,Ir.Sudaryono, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan banyak bimbingan, masukan, dan semangat sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
  6. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  7. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil, maupun doa untuk keberhasilan kepada penulis.
  8. Terimakasih kepada Teman-Teman yang telah memberikan saya semangat dan motivasi.
  9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu dalam penyusunan Laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penyusunan laporan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam penulisan, penyajian ataupun isinya. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat dijadikan acuan untuk menyempurnakannya dimasa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian dari pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan semoga laporan Skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca sekalian

Tangerang, Agustus 2017
Aviv Rivaldi
NIM. 1331477221

Daftar isi


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan udara harus dilakukan secara bijaksana dengan mempertimbangkan kepentingan makhluk hidup generasi sekarang dan yang akan datang. Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang diinginkan, maka pengendalian udara menjadi sangat penting untuk dilakukan

Indeks Kualitas Udara (IKU) adalah suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat kebaikan udara menurut sifat-sifat dan unsur pembentuknya. Ada ketentuan tentang komposisi zat yang bisa dihirup, jika komposisi udara tidak sesuai maka udara tersebut telah tercemar oleh polusi atau debu yang konsentrasinya lebih tinggi. Hal ini termasuk udara yang ada di dalam maupun di luar ruangan

Peneliti akan melakukan penelitian pada PT. Surya Toto Indonesia yang teletak di Jl. Raya MH. Thamrin Km.7 Serpong 15001, dimana perusahaan ini memproduksi keramik baik untuk bagian dalam ruangan (kamar mandi/WC) maupun di luar ruangan (wastafel/tempat cuci tangan, kran dan pipa-pipa). Ditempat Peneliti bekerja, Peneliti mencoba untuk melakukan penelitian dengan mengetahui kadar atau kepekatan debu yang dihasilkan dari kegiatan produksi dan membuat sistem pembersih debu pada perusahaan tersebut. Karena kondisi yang ada saat ini pengujian atau monitoring terjadwal persemester hanya 6 bulan sekali disetiap bagian

Peneliti mencoba membuat alat pendeteksi dan sistem pembersih debu produksi yang diharapkan mampu memberikan solusi terhadap masalah pencemaran udara, sekaligus untuk memonitor kualitas udara serta menjamin kesehatan bagi karyawan yang bekerja. Alat ini dapat ditempatkan disetiap bagian terutama yang mengahasilkan kepekatan debu yang sangat tinggi, agar apabila kondisi ruangan tidak normal dapat diinformasikan secara cepat dan sistem pembersih debu dapat langsung bekerja otomatis untuk membersihkan debu. Untuk biaya yang diperlukan lebih terjangkau terjangkau dibanding membeli alat dari pihak luar. Seiring dengan perkembangan teknologi, dibutuhkan alat pendeteksi dan sistem pembersih debu yang dapat bekerja secara otomatis untuk menginformasikan hasil kepekatan debu. Dengan adanya IoT (Intenet of Things)yang berfungsi sebagai konektivitas internet agar tersambung secara terus menerus untuk berbagi data dalam pengontrolankepekatan debu yang dihasilkan dari alat GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensoratau sensor debu. Alat ini dirancang menggunakan wemos yang dapat berfungsi khususnya untuk project yang mengusung konsep IoT yang telah dikonfigurasi untuk mempengaruhi kinerja dari sensor debu. Wemos dapat running stand-alonetanpa perlu dihubungkan dengan mikrokontroler, berbeda dengan modul wifi lain yang masih membutuhkan mikrokontroler sebagai pengontrol atau otak dari rangkaian tersebut, wemos dapat running stand-alone karena di dalamnya sudah terdapat CPU (Central Procesing Unit) yang dapat memprogram melalui serial port serta transfer program secara wireless. Sehingga hasil dari kepekatan debu tersebut dapat ditampilkan secara otomatis pada web ubidots serta akan mengirimkan notifikasi email jika kepekatan debu meningkat dan sebagai output berupa sistem pembersih debu yang akan bekerja secara otomatis untuk menyedot debu jika kepekatan debu terjadi.

Berdasarkan penjelasan di atas Peneliti mencoba membuat alat pendeteksi dan sistem pembersih debu produksi melakukan penelitian yang berjudul “PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGSDENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA”. Dengan penerapan sistem ini diharapkan dapat membantu mengatasi permasalahan dengan baik.


Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan terhadap latar belakang di atas, ada tiga rumusan masalah dalam pendeteksian debu produksi, diantaranya:

  1. Apakah sensor GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensorefektif dan akurat dalammendeteksi kepekatan debu hasil produksi pada PT. Surya Toto Indonesia?

  2. Apakah arduino unodapat mengkonfigurasikan dalam mendeteksi kepekatan debu dan menghasilkan output sistem pembersih debu produksi tersebut?

  3. Apakah dengan konsep IoT hasil kepekatan debu dapat diinformasikan atau ditampilkan pada web secara otomatis?

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup sebagai pembatas penyusunan laporan ini untuk tetap terarah dan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, maka peneliti mengemukakkan tiga hal ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

  1. Pendeteksian debu hasil produksi dengan menggunakan sensor GP2Y1010AU0FOptical Dust Sensor.

  2. Menggunakan sistem mikrokontroler arduino uno.

  3. Menggunakan konsep IoT sebagai sarana untuk memberikan hasil kepekatan debu pada tampilan web.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin diwujudkan dari penulisan laporan ini adalah:

  1. Untuk memenuhi syarat kelulusan Skripsi dan meningkatkan dalam membuat suatu program atau alat.

  2. Untuk menciptakan alat yang bermanfaat bagi PT. Surya Toto Indonesia dengan merancang alat pendeteksi dan pembersih debu produksi berbasis IoT, sehingga dapat mengetahui berapa tingkat kepekatan debu yang dihasilkan pada bagian produksi khusunya.

  3. Untuk mengetahui cara sistem alat ini bekerja.

  4. Untuk membantu tim K3 (Kesehatan, Keselamatan, Kerja) dalam bekerja mengontrol kepekatan debu secara mudah dan otomatis sehingga tidak perlu mengahabiskan banyak waktu dalam memonitoring kepekatan debu disetiap bagian.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diciptakan dari penelitian ini sebagai berikut:

  1. Penulis mengetahui bagaimana merancang dan membuat alat pendeteksi debu hasil produksi dengan output sistem pembersih debu berbasis IoT dan menggunakan GP2Y100AU0F Optical Dust Sensoryang telah dikonfigurasi arduino uno, sehingga ditemukan solusi bahawa mikrokontroler (arduino uno) tersebut memiliki tingkat kehandalan dan kesetabilan yang tinggi dan mudah digunakan.

  2. Perusahaan PT. Surya Toto Indonesia tetap memberikan jaminan bahwa perusahaan selalu menjaga lingkungan hidup dan kesehatan bagi karyawan yang bekerja. Karena perusahaan dapat memberikan informasi akan pentingnya udara melalui alat yang diciptakan.

  3. Dapat menambah pengetahuan tentang sistem maupun manfaat dari alat yang diciptakan. Karena alat ini dapat mengetahui secara langsung hasil pengukuran kepekatan debu dan hasil pembacaannya dapat lebih akurat dan lebih mudah dengan konsep IoT pada sistem yang dibuat. Sehingga Membantu karyawan untuk mengetahui langsung dan sadar akan pentingnya udara dan menjaga kesehatan dengan selalu menggunakan masker teutama di bagian yang memiliki tingkat kepekatan debu yang sangat tinggi.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan laporan skripsi ini, digunakan metode sebagai berikut:

A. Metode Observasi

Merupakan cara pengumpulan data dimana penelitian dilaksanakan langsung di PT. Surya Toto Indonesia tempat penulis bekerja, guna memperoleh data dan keterangan yang berhubungan dengan jenis penelitian untuk dikumpulkan..

B. Metode Wawancara

Selain observasi penulis melakukan wawancara atau tanya jawab kepada atasan serta karyawan yang berkaitan dengan penelitian untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti yaitu pendeteksian debu hasil produksi.

C. Studi Pustaka

Selain observasi dan wawancara penulis juga melakukan studi pustaka untuk memperoleh dan menghimpun segala informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti. Informasi ini diperoleh dari buku-buku, laporan penelitian, tesis/disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian penulis. Pada metode ini penulis akan mendapatkan informasi lebih dengan mempelajari literature yang ada seperti CCIT Journal Perguruan Tinggi Raharja.

Metode Analisa

Pada metode ini penulis menganalisa sistem-sistem yang sudah ada dengan beberapa pertimbangan, seperti bagaimana cara kerja sistem, apa saja komponen yang membangun sistem tersebut dan juga kekurangan dari sistem tersebut.

Metode Perancangan

Dalam laporan skripsi ini, metode perancangan yang digunakan adalah melalui tahap pembuatan flowchart program dan flowchart sistem dengan desain hardware menggunakan diagram blok. Metode ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sistem dapat dirancang dan alat apa saja yang dibutuhkan.

Pada pembuatan alat ini, penulis menggunakan alat seperti sensor debu GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor, arduino uno, relay, LCD, kipas dan ethernet shield yang digunakan untuk koneksi dan sambungan ke IoT.

Metode Prototipe

Metode prototypeadalah proses pembuatan model sederhana yang mengizinkan pengguna memiliki gambaran dasar tentang program serta melakukan pengujian awal.

Metode prototype yang digunakan yaitu metode prototype evolutionary karena metode ini secara terus menerus dikembangkan hingga prototype tersebut memenuhi fungsi dan prosedur yang dibutuhkan oleh device system.

Metode Pengujian

Pada metode pengujian atau testing ini digunakan untuk menganalisa suatu identitas sistem untuk mendeteksi, mengevaluasi kondisi dan fitur-fitur yang diinginkan serta mengetahui kualitas dari suatu sistem yang dilakukan untuk mengeliminasi kesalahan yang terjadi saat sistem diterapkan.

Penulis menggunakan metode Black Box karena metode Black Box dapat mengetahui apakah perangkat lunak yang dibuat dapat berfungsi dengan benar dan telah sesuai yang diharapkan.

Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan memahami lebih jelas laporan ini, maka penulis mengelompokkan materi penulisan skripsi menjadi 5 bab yang saling berkaitan antara masing-masing bab dengan bab yang lain. Sehingga menjadi kesatuan yang utuh. Penulisan laporan berisi urutan secara garis besar dan kemudian dibagi lagi dalam sub bab yang akan membahas dan menguraikan masalah yang lebih terperinci dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang pembuatan laporan, perumusan masalah, ruamg lingkup, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan pengertian, definisi dan teori-teori yang diambil dari kutipan buku, jurnal, dan beberapa literature review yang berkaitan dengan penyusunan skripsi sehingga menghasilkan karya yang bernilai ilmiah dan memiliki daya guna.

BAB III ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

Bab ini berisikan gambaran umum perusahaan, tata laksana sistem yang berjalan, analisa sistem yang berjalan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif pemecahan masalah, dan user requirement yang terdiri dari 4 (empat) tahap elisitasi, yakni elisitasi tahap I, elisitasi tahap II, elisitasi tahap III, serta final draft elisitasi yang merupakan final elisitasi yang diusulkan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini menjelaskan rancangan sistem yang diusulkan, rancangan basis data, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan program, rancangan prototype, konfigurasi sistem yang berjalan, testing, evaluasi, implementasi dan estimasi biaya. Serta pembahasan detail final elisitasi yang ada di bab sebelumnya dijabarkan secara satu persatu dengan menerapkan konsep sesudah adanya sistem yang diusulkan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

Definisi Sistem

Menurut Hartono (2013:9)[1], “Sistem adalah suatu himpunan dari berbagai bagian atau elemen, yang saling berhubungan secara teroganisasi berdasarkan fungsi-fungsinya, menjadi kesatuan”.

Menurut Taufiq (2013:2)[2], “Sistem adalah kumpulan dari sub-sub sistem abstrak maupun fisik yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Menurut Nasaruddin, dkk dalam Jurnal CCIT Vol.6 No.2 (2013:226)[3], “Sistem merupakan suatu kumpulan komponen-komponen yang saling berhubungan dan mempunyai ketergantungan satu sama lain, sistem dapat berjalan jika komponen-komponen yang ada di dalamnya bisa bekerja sama membentuk suatu lingkaran yang tidak dapat dipisahkan”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan Sistem adalah sekelompok unsur yang saling terhubung satu sama lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Karakteristik Sistem

Menurut Tata Sutabri (2012:20)[4] sebuah sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai sistem, Adapun karakteristik yaang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Komponen Sistem (Component)
  2. Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Contoh: supra sistem dan supra sari.

  3. Batas Sistem (Boundary system)
  4. Ruang lingkup sistem merupakan suatu daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya (ruang lingkup dari sistem tersebut). Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

  5. Lingkungan Luar Sistem (Enviroment System)
  6. Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar system. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Dengan demikian lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan, kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem tersebut.

  7. Penghubung Sistem (Interface System)
  8. Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut penghubung sistem sedang berinteraksi. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.

  9. Masukan Sistem (Input System)
  10. Energi yang dimaksudkan ke dalam sistem disebut masukan sistem-sistem yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan signal (signal input). Maintenance input adalah energi yang dimaksudkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Contoh di dalam suatu unit sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputer dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

  11. Pengolahan Sistem (Processing system)
  12. Suatu bagian pengolah yang memproses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran, contohnya adalah sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan.

  13. Keluaran Sistem (Output system)
  14. Hasil energy diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain seperti sistem informasi keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem lain.

  15. Sasaran Sistem (Objective) dan Tujuan(Goals)
  16. Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat Determinictic. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya, suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

    Sumber: Rusdiana dan Irfan (2014:40).

    Gambar 2.1. Karakteristik Sistem.

Klasifikasi Sistem

Menurut Taufiq (2013:8)[5], Sistem dapat diklasifikasikan dalam beberapa sudut pandang:

  1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
  2. Jika dilihat dari bentuknya sistem bisa dibagi menjadi dua yaitu sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipegang atau dilihat secara kasat mata atau lebih sering disebut sebagai prosedur. Contohnya dari sistem abstrak adalah prosedur pembayaran keuangan mahasiswa, prosedur belajar mengajar, sistem akademik, sistem di perusahaan, sistem antara manusia dengan Tuhan, dan lain-lain.

  3. Sistem Dapat Dipastikan dan Sistem Tidak Dapat Dipastikan
  4. Sistem dapat dipastikan merupakan suatu sistem yang input proses dan outputnya sudah ditentukan sejak awal. Sudah dideskripsikan dengan jelas apa inputnya bagaimana cara prosesnya dan harapan yang belum terdefinisi dengan jelas salah satu dari input-proses-output atau ketiganya belum terdefinisi dengan jelas.

  5. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
  6. Sistem tertutup dan sistem terbuka yang membedakan adalah ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar sistem atau tidak, jika tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar itu bisa disebut dengan sistem tertutup tapi jika ada pengaruh komponen dari luar disebut sistem terbuka.

    Sumber: Taufiq (2013:9)

    Gambar 2.2. Sistem Tertutup

    Sumber: Taufiq (2013:9)

    Gambar 2.3. Sistem Terbuka

  7. Sistem Manusia dan Sistem Mesin
  8. Sistem manuasia adalah suatu sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh manusia sebagai contoh pelaku sistem organisasi, sistem akademik yang masih manual, transaksi jual beli di pasar tradisional, dll. Adapun sistem mesin merupakan sebuah sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh mesin, sebagai contoh sistem motor, mobil, mesin industri, dan lain-lain.

  9. Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
  10. Sistem dilihat dari tingkat kekomplekan masalahnya dibagi menjadi dua yaitu sistem sederhana dan sistem kompleks. Sistem sederhana merupakan sistem yang sedikit subsistemnya dan komponen-komponennya pun sedikit. Adapun sistem kompleks adalah sistem yang banyak sub-sub sistemnya sehingga proses dari sistem itu sangat rumit.

  11. Sistem Bisa Beradaptasi dan Sistem Tidak Bisa Beradaptasi
  12. Sistem yang bisa beradaptasi terhadap lingkungannya merupakan sebuah sistem yang mampu bertahan dengan adanya perubahan lingkungan. Sedangkan sistem yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan merupakan sebuah sistem yang tidak mampu bertahan jika terjadi perubahan lingkungan.

  13. Sistem Buatan Allah/ Alam dan Sistem Buatan Manusia
  14. Sistem buatan Allah merupakan sebuah sistem yang sudah cukup sempurna dan tidak ada kekurangannya sedikitpun dari sistem ini, misalnya sistem tata surya, sistem pencernaan manusia, dan lain-lain. Sedangakan sistem buatan manusia merupakan sebuah sistem yang telah dikembangkan oleh manusia itu sendiri, sistem ini bisa dirubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hidup. Sistem buatan manusia secara umum bisa disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhannya berubah maka sistem yang sudah ada tadi juga bisa berubah.

  15. Sistem Sementara dan Sistem Selamanya
  16. Sistem sementara dan sistem selamanya merupakan klasifikasi sistem jika dilihat dari pemakaiannya. Sistem sementara merupakan sebuah sistem yang dibangun dan digunakan untuk waktu sementara waktu sebagai contoh sistem pemilihan presiden, setelah proses pemilihan presiden sudah tidak dipakai lagi dan untuk pemilihan lima tahun mendatang kemungkinan sudah dibuat sistem pemilihan presiden yang baru. Sedangkan sistem selamanya merupakan sistem yang dipakai untuk jangka panjang atau digunakan selamanya, misalnya sistem pencernaan.

Tujuan Sistem

Menurut Taufiq (2013:5)[5], tujuan sistem merupakan sasaran atau hasil yang diinginkan. Manusia, tumbuhan, hewan, organisasi, lembaga dan lain sebagainya pasti memiliki tujuan yang bermanfaat minimal bagi dia sendiri atau bagi lingkungannya.

Tujuan sangatlah penting karena tanpa tujuan yang jelas segala sesuatu pasti akan hancur dan berantakan tapi dengan tujuan yang jelas akan lebih besar kemungkinan akan tercapai sasarannya.

Begitu juga sistem yang baik adalah sistem yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur yang memungkinkan untuk dicapai dan memiliki langkah-langkah yang terstruktur untuk mencapainya. Dengan tujuan yang jelas dan terukur serta menggunakan langkah-langkah terstruktur kemungkinan besar sistem itu akan tercapai tujunnya sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuannya.

Daur Hidup Sistem

Menurut Tata Sutabri (2012:27)[4] siklus hidup sistem adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer.

Fase atau tahapan dari daur hidup suatu sistem:

  1. Mengenali adanya kebutuhan
    Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan yang harus dapat dikenali. Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil pengem-bangan dari organisasi dan volume yang meningkat melebihi kapasitas dari sistem yang ada. Suatu kebutuhan ini harus dapat didefinisikan dengan jelas. Tanpa adanya kejelasan dari kebutuhan yang ada, pem-bangunan sistem akan kehilangan arah dan efektifitasnya.
  2. Pembangunan sistem
    Suatu proses atau perangkat prosedur yang harus diikuti untuk menganalisa kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem un-tuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
  3. Pemasangan sistem
    Setelah tahap pembangunan sistem selesai, sistem akan dioperasi-kan. Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting dalam daur hidup sistem. Didalam peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional terjadi pemasangan sistem yang sebenarnya yang merupakan langkah akhir dari suatu pembangunan sistem.
  4. Pengoperasian sistem
    Program-program komputer dan prosedur-prosedur pengoperasian yang membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, se-dangkan organisasi ditunjang oleh sistem informasi tadi. Ia selalu mengalami perubahan-perubahan itu karena pertumbuhan kegiatan bisnis, perubahan peraturan, dan kebijaksanaan ataupun kemajuan teknologi. Untuk perubahan-perubahan tersebut, sistem harus diper-baiki atau diperbaharui.
  5. Sistem menjadi usang
    Kadang perubahan yang terjadi begitu drastis sehingga tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sis-tem yang berjalan. Tibalah saatnya secara ekonomis dan teknik sistem yang ada sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu dibangun untuk menggantikannya.

    Sutabri (2012:29)

    Gambar 2.4. Daur Hidup Sistem

Konsep Dasar Informasi

Definisi Informasi

Menurut Kroenke Dalam Kadir (2014:45)[6], “Informasi adalah Jumlah ketidakpastian yang dikurangi ketika sebuah pesan diterima. Artinya, dengan adanya informasi, tingkat kepastian menjadi meningkat”.

Menurut Taufiq (2013:72)[2], “Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna”.

Menurut Maimunah dkk dalam jurnal CCIT Vol.5 No.3 (2012:284)[7], “Informasi adalah data yang telah di olah menjadi sebuah bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan. Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang diolah dan dibentuk sehingga dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan pada saat ini atau saat mendatang

Sumber: Kadir (2014:46)

Gambar 2.5. Siklus Informasi

Klasifikasi Informasi

Menurut Tata Sutabri (2012:27)[4]informasi dalam menejemen diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Informasi Berdasarkan Persyaratan
  2. Suatu informasi harus memenuhi persyaratan sebagaimana dibutuhkan oleh seorang manajer dalam rangka pengambilan keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan itu informasi dalam manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Informasi yang tepat waktu
    2. Sebuah informasi yang tiba pada manajer sebelum suatu keputusan diambil sebab seperti telah diterangkan dimuka, informasi adalah bahan pengambilan keputusan.

    3. Informasi yang relevan
    4. Sebuah informasi yang disampaikan oleh seorang menajer kepada bawahannya harus relevan, yakni ada kaitannya dengan kepentingan pihak penerima sehingga informasi tersebut akan mendapatkan perhatian.

    5. Informasi yang bernilai
    6. Informasi yang berharga untuk suatu pengambilan keputusan

    7. Informasi yang dapat dipercaya
    8. Suatu informasi harus dapat dipercaya dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra organisasi, terlebih bagi organisasi dalam bentuk perusahaan yang bergerak dalam persaingan bisnis.

  3. Informasi Berdasarkan Dimensi Waktu
  4. Informasi berdasarkan dimensi waktu ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

    1. Informasi masa lalu
    2. Informasi jenis ini adalah mengenai peristiwa masa lampau yang meskipun amat jarang digunakan, namun penyimpanannya pada data strorage perlu disusun secara rapih dan teratur.

    3. Informasi masa kini
    4. Dari sifatnya sendiri sudah jelas bahwa makna dari informasi masa kini ialah informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang.

  5. Informasi Berdasarkan Sasaran
  6. Informasi berdasarkan sasaran adalah informasi yang ditunjukkan kepada seorang atau kelompok orang, baik yang terdapat di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Informasi jenis ini diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Informasi individual
    2. Informasi yang ditunjukkan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijaksanaan (policy maker) dan pengambil keputusan (decision maker) atau kepada seseorang yang diharapkan dari padanya tanggapan terhadap informasi yang diperolehnya.

    3. Informasi komunitas
    4. Informasi yang ditunjukkan kepada khalayak di luar organisasi, suatu kelompok tertentu dimasyarakat.

Ciri-Ciri Informasi

Menurut Davis dalam Kadir (2014:47)[6],Informasi itu sendiri memiliki ciri-ciri seperti berikut :

  1. Benar atau Salah. Dalam hal ini, informasi berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan. Jika penerima informasi yang salah mempercayainya, efeknya seperti kalau informasi itu benar.
  2. Baru. Informasi benar-benar baru bagi si penerima.
  3. Tambahan Informasi dapat memperbaharui atau memberikan perubahan terhadap informasi yang telah ada.
  4. Korektif. Informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi terhadap informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar.
  5. Penegas. Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada sehingga keyakinan terhadap informasi semakin meningkat.

Sedangkan menurut Mc Leod dalam Darmawan dan Nur Fauzi (2013:2)[8], Mengatakan Suatu Informasi yang berkualitas harus meiliki ciri-ciri :

  1. Akurat, Artinya Informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian terhadap hal ini biasanya dlakukan melaui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat.
  2. Tepat Waktu, Artinya Informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.
  3. Relevan, Artinya Informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organisasi maka informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan informasi di berbagai tingkatan atau bagian yang ada dalam organisasi tersebut.
  4. Lengkap, Artinya Informasi harus diberikan secara lengkap. Misalnya informasi tentang penjualan yang tidak ada bulannya atau tidak ada fakturnya

Sumber: Kadir (2014:48)

Gambar 2.6. Hubungan Data, Informasi, dan Pengetahuan.

Konsep Dasar Teknologi Informasi

Definisi Teknologi Informasi

Istilah Teknologi Informasi mulai populer diakhir dekade 70-an. Pada masa sebelumnya, istilah teknologi komputer atau pengolahan data elektronis lebih dikenal. Istilah Teknologi Informasi seringkali rancu dengan istilah Sistem Informasi. Ada yang menggunakan istilah Teknologi Informasi untuk menjabarkan sekumpulan sistem informasi, pemakai dan manajemen. Definisi ini lebih menggambarkan teknologi dalam perspektif yang luas.

  1. Definisi 1
  2. TI mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, memgambil, memanipulasi, atau menampilkan data (Alter, 1992)

  3. Definisi 2
  4. TI adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata- kata, bilangan, dan gambar. (Kamus Oxford, 1995).

  5. Definisi 3
  6. Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang membantu manusia bekerja dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.(Haag dan Keen : 1996)Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (hardware&software) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Martin 1999)

  7. Definisi 4
  8. TI adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan infromasi dalam bentuk elektronis. (Lucas, 2000).

  9. Definisi 5
  10. Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara dan video. ( Williams dan Sawyer :2003)

  11. Definisi 6
  12. TI tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi. (Martin, 2002)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan Teknologi Informasi (TI) adalah gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang digunakan dalam pembentukan, penyimpanan, dan penyebaran informasi.

Sejarah Dan Perkembangan Teknologi Informasi

Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan:

  1. lebih cepat
  2. Lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
  3. Pada awal sejarah, manusia bertukar informasi melalui bahasa. Maka bahasa adalah teknologi.

Perkembangan teknologi informasi memperlihatkan bermunculannya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi ini, seperti e-government, e-commerce, e-education, e-medicine, e-laboratory, dan lainnya, yang kesemuanya itu berbasiskan elektronika.

Peran Teknologi Informasi

Peranan Teknologi Informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi Informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatan-kegiatan bisnis, memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang mendasar pada struktur, operasi dan manjemen organisasi. Berkat teknologi ini, berbagai kemudahan dapat dirasakan oleh manusia. Pengambilan uang melalui ATM, transaksi melalui Internet yang dikenal dengan e-commerce, transfer uang melalui fasilitas e-banking yang dapat dilakukan dari rumah, merupakan contoh penerapan Teknologi Informasi.

Secara garis besar, peran Teknologi Informasi adalah Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam hal ini, teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses.

Konsep Dasar Analisa Sistem

Definisi Analisis Sistem

Menurut Taufiq (2013:156)[2], “Analisis Sistem adalah suatu kegiatan mempelajari sistem (baik sistem manual ataupun sistem yang sudah komputerisasi) secara keseluruhan mulai dari menganalisa sistem, analisa masalah, desain logic, dan memberikan keputusan dari hasil analisa tersebut”.

Menurut Yakub (2012:142)[9], “Analisa sistem dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memahami sistem yang ada, dengan menganalisa jabatan dan uraian tugas (business users), proses bisnis (business prosess), ketentuan atau aturan (business rule), masalah dan mencari solusinya (business problem and business solution), dan rencana-rencana perusahaan (business plan)”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan analisa sistem adalah suatu kegiatan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang terjadi agar kebutuhan dapat dipenuhi dalam sistem baru.

Langkah-langkah Analisis Sistem

Menurut Taufiq (2013:159)[2], “untuk melakukan analisis sistem, supaya hasil analisis bisa maksimal maka langkah-langkah yang dilakukan juga harus terstruktur agar tidak tumpang tindih antara hasil analisa yang satu dengan hasil analisa yang lain. Atau dengan tujuan hasil analisa sistem yang dilakukan bisa dikelompokkan sesuai dengan langkah yang dilakukan sehingga mudah untuk dipelajari atau dikembangkan lagi ke dalam rancang bangun sistem informasi.

Beberapa urutan langkah yang bisa digunakan dalam analisa sistem Menurut Whitten L. Jeffery (2004)[10] yang dijelaskan pada gambar dibawah ini:

Sumber: Taufiq (2013:160)

Gambar 2.7. Langkah Analisa Sistem.

  1. Definisi Lingkup
  2. Definisi lingkup (scope definition) adalah langkah pertama proses pengembangan sistem. Dalam metodologi-metodologi lain hal ini mungkin disebut (preliminary investigation phase), fase studi awal (initial study phase), fase survey (survey phase), atau fase perencanaan (planning phase), komunikasi (communication) atau inisiasi proyek atau pengumpulan kebutuhan.

  3. Analisa Masalah
  4. Analisis masalah menyediakan analisis dengan pemahaman, kesempatan dan atau perintah lebih mendalam yang memicu proyek. Analisa masalah menjawab pertanyaan, “Apakah masalah-masalah tersebut layak untuk dipecahkan!” dan “Apakah sistem yang baru layak untuk dibangun?”. Dalam metodologi lain langkah analisis masalah mungkin dikenal sebagai langkah studi, studi sistem saat ini, langkah penyelidikan terinci, atau langkah analisis kelayakan.

    Tujuan analisis masalah adalah mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya.

  5. Analisa Persyaratan
  6. Beberapa analisis yang kurang pengalaman membuat kesalahan yang fatal sesudah melalui langkah analisis masalah. Godaan pada titik ini adalah mulai melihat berbagai solusi alternative, khususnya solusi teknis. Salah satu kesalahan yang kerap terjadi di dalam sistem informasi terbaru ditunjukkan dalam pernyataan, “Memastikan sistem bekerja dan secara teknis mengesankan, tapi ia harus tidak melakukan apa yang kita inginkan untuk dilakukan oleh sistem.” Langkah analisis persyaratan menentukan persyaratan bisnis bagi sitem yang baru.

  7. Desain Logic
  8. Tidak semua proyek mencakup pengembangna model-driven, tapi kebanyakan masukkan beberapa pemodelan sistem. Desain logic lebih lanjut mendokumentasikan persyaratan bisnis dengan menggunakan model-model sistem yang menggambarkan struktur data, proses bisnis, aliran data dan antarmuka pengguna. Dalam hal tertentu, desain logic mensahkan persyaratan yang dibuat pada langkah sebelumnya.

  9. Analisa Kebutuhan
  10. Dengan adanya persyaratan bisnis, maka kita akhirnya dapat menekankan bagaimana sistem baru termasuk altenatif-alternatif berbasis komputer dapat diimplementasikan dengan teknologi. Maksud dari analisa keputusan adalah unutk mengenali solusi kandidat, menganalisa solusi kandidat tersebut dan merekomendasi sebuah sistem target yang akan dirancang, dibangun dan diimplementasikan. Peluang muncul saat ada seseorang yang telah mendapatkan sebuah visi terhadap solusi teknik. Tetapi hamper selalu ada solusi alternatif yang mungkin merupakan solusi yang lebih baik. Selama analisis keputusan memang penting untuk mengenali berbagai pilihan, menganalisa beberapa pilihan tersebut dan menjual solusi terbaik berdasarkan analisis tersebut.

Konsep Dasar Analisa SDLC

Definisi Analisa SDLC

Menurut Rosa dan Shalahuddin (2016:25)[11], “SDLC singkatan dari Software Development Life Cycle atau kadang disebut juga System Development Life Cycle. SDLC adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model–model dan metodologi yang digunakan orang untuk mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak sebelumnya”.

Tahapan-tahapan yang ada pada SDLC

  1. Inisiasi (initiation)
    Tahap ini biasanya ditandai dengan pembuatan proposal proyek perangkat lunak.
  2. Pengembangan Konsep Sistem (system concept development)
    Mendifinisakn lingkup konsep termasuk dokumen lingkup sistem, analisis biaya, analisis manfaat biaya, manajemen rencana, dan pembelajaran kemudahan sistem.
  3. Perencanaan (planning)
    Mengembangkan rencana manajemen proyek dan dokumen perencanaan lainnya. Menyediakan dasar untuk mendapatkan sumber daya (resources) yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi.
  4. Analisis Kebutuhan (requirements analysis)
    Menganalisis kebutuhan pemakai sistem perangkat lunak (user) dan mengembangkan kebutuhan user. Membuat dokumen kebutuhan fungsional.
  5. Desain (design)
    Menstrafortasikan kebutuhan detail menjadi kebutuhan yang sudah lengkap, dokumen desain sistem fokus pada bagaimana dapat memenuhi fungsi-fungsi yang dibutuhkan.
  6. Pengembangan (development)
    Mengonversi desain ke sistem informasi yang lengkap termasuk bagaimana memperoleh dan melakukan instalasi lingkungan sistem yang dibutuhkan; membuat basis data dan mempersiapkan prosedur kasus pengujian; mepersiapkan berkas atau file pengujian, pengodean, pengompilasian, memperbaiki dan mebersihkan program; peninjauan pengujian.
  7. Integrasi dan Pengujian (integration and test)
    Mendemostrasikan sistem perangkat lunak bahwa telah memenuhi kebutuhan yang dispesifikasikan pada dokumen kebutuhan fungsional. Dengan diarahkan oleh staf penjamin kualitas (quality assurance) dan user. Menghasilkan laporan analisis pengujian.
  8. Implementasi (implementation)
    Termasuk pada persiapan implementasi, implementasi perangkat lunak pada lingkungan produksi (lingkungan pada user) dan menjalankan resolusi dari permasalahan yang teridentifikasi dari fase integrasi dan pengujian.
  9. Operasi dan Pemeliharann (operation and maintenance)
    Mendeskripsikan pekerjaan untuk mengoperasikan dan memelihara sistem informasi pada lingkungan produksi (lingkungan pada user), termasuk pada implementasi akhir dan masuk pada proses peninjauan.
  10. Disposisi (disposition)
    Mendeskripsikan aktifitas akhir dari pengembangan sistem dan membangun data yang sebenarnya sesuai dengan aktifitas user.

Konsep Dasar Perancangan Sistem

Definisi Perancangan Sistem

Menurut Verzello/John Reuter III dalam Darmawan (2013:227), [8], “Perancangan Sistem adalah tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem: Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi: “menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk”.

Menurut Untung Rahardja dalam jurnal CCIT Vol.6 No.2 (2012), [12], ”Perancangan sistem dapat didefinisikan sebagai pengambaran, perancangan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang mesti diselesaikan maka dari itu perancangan sistem mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan untuk pemakai sistem dan memberikan gambaran yang jelas serta rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli teknik lainnya. Perancangan sistem harus mencapai sasaran-sasaran yaitu perancangan sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan. Artinya data harus mudah di tangkap, metode-metode harus mudah diterapkan dan informasi harus mudah dihasilkan serta mudah dipahami dan digunakan. Perancangan sistem harus efisien dan efektif dalam mendukung keputusan dan dapat mempersiapkan rancang bangun yang terinci untuk masing-masing komponen dari sistem informasi yang meliputi data dan informasi”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan perancangan sistem adalah suatu tahapan dari perencanaan untuk membentuk suatu sistem agar dapat berfungsi dan digunakan.

Tujuan Perancangan Sistem

Menurut Darmawan (2013:228)[8], Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:

  1. Untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem.
  2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap pada pemograman komputer dan ahli-ahli teknik yang terlihat (lebih condong pada disain sistem yang terperinci).

Definisi Prototipe

Menurut Uzzaman (2015:71)[13], “Prototype adalah produk demonstrasi. Pada tahap ini tidak semua fitur sudah diletakkan. Pengembang sering memproduksi Prototype semacam ini untuk mempresentasikan contoh produk kepada investor. Dengan demikian, investor bisa melihat produk asli dan membuktikan bahwa produk tersebut menarik dan berguna”.

Menurut Darmawan (2013:229)[8], “Prototype adalah suatau versi dari sebuah sistem potensial yang memeberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai”.

Menurut Seema dan Malhotra pada International Journal Of Advances In Computing And Information Technology (2012:279)[14], “Prototyping is an attractive idea for complicated and large systems for which there is no manual process or existing system to help determining the requirements. A prototype is a toy implementation of a system; usually exhibiting limited functional capabilities, low reliability, and inefficient performance.”

(“Prototyping adalah ide menarik untuk sistem yang rumit dan besar dengan tidak ada proses manual atau sistem yang ada untuk membantu menentukan kebutuhan. Sebuah prototipe adalah implementasi mainan dari sistem; biasanya, ditunjukkan dengan kemampuan terbatas fungsional, kehandalan rendah, dan kinerja yang tidak efisien.”)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan Prototype adalah contoh dari produk atau sistem dalam bentuk sebenarnya yang dapat dirubah sesuai keinginan sebelum direalisasikan.

Jenis-Jenis Prototipe

Menurut Darmawan (2013:230)[8], Terdapat dua jenis Prototipe: Evolusioner dan Persyaratan. Prototipe Evolutioner (Evolutionary Prototype) terus menerus disempurnakan sampai memiliki seluruh fungsional yang dibutuhkan pengguna dari sistem yang baru. Prototipe ini kemudian dilanjutkan produksi. Jadi satu Prototipe Evolutioner akan menjadi sistem aktual. Akan tetapi, Prototipe Persyaratan (Requrement Prototype) dikembangkan sebagai satu cara untuk mendefenisikan persyaratan-persyaratan fungsional dari sistem baru ketika pengguna tidak mampu mengungkapkan apa yang mereka inginkan. Pengembangan Prototipe Evolusioner menunjukan empat langkah dalam pembuatan suatu Prototipe Evolusioner. Empat langkah tersebut adalah :

  1. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna. Pengembang mewanwancarai pengguna untuk mendapatkan ide mengenai apa yang di minta dari sistem.
  2. Membuat satu prototipe. Pengembang mempergunakan satu alat prototipe atau lebih untuk membuat prototipe.
  3. Menentukan apakah prototipe dapat di terima, pengembang mendemonstrasikan prototipe kepada para pengguna untuk mengetahui apakah telah memberikan hasil yang memuaskan. jika sudah, langkah empat akan di ambil, jika tidak prototipe direvisi dengan mengulang kembali langkah satu, dua, tiga, dengan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan pengguna.
  4. Menggunakan prototipe, prototipe menjadi sistem produksi
  5. Sumber: Darmawan (2013:232)

    Gambar 2.8. Pembuatan Prototipe Evolusioner


Daya Tarik Prototipe

Menurut Darmawan (2013:230)[8], Pengguna maupun pengembang menyukai prototipe karena alasan-alasan di bawah ini:.

  1. Membaiknya komunikasi antara pengembang dan pengguna.
  2. Pengembang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam menentukan kebutuhan pengguna
  3. Pengguna memainkan peranan yang lebih aktif dalam pengembangan sistem.
  4. Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam mengembangkan sistem.
  5. Pengembang dan pengguna menghabiskan waktu dan usaha yang lebih sedikit dalam mengembangkan sistem
  6. Implementasi menjadi jauh lebih mudah karena pengguna tahu apa yang diharapkan

Konsep Dasar Monitoring

Definisi Monitoring

Menurut Khanna (2013)[15], “Monitoring adalah kegiatan memantau yang dilakukan dengan rutin mengenai kemajuan pada project yang akan berjalan atau kegiatan memantau sebuah perubahan proses dan outputproject”.

Menurut Ichwan dkk di dalam Jurnal Informatika Vol. 3 No. 2 (2012:15)[16], “Monitoring (pemantauan) adalah pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awarenees) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukan pergerakan kearah tujuan atau menjauh dari itu. Monitoring akan memberikan informasi tentang status dan kecenderungan bahwa pengukuran dan evaluasi yang diselesaikan berulang dari waktu ke waktu, pemantauan umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu.

Dari kedua kutipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah prosedur yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran untuk memperoleh informasi mengenai penyebab dan konsekuensi dari kebijakan publik melalui waktu yang menunjukan pergerakan untuk tujuan tertentu.

Tujuan Monitoring

Menurut Mudjahidin dan Nyoman Dita Pahang Putra di dalam Jurnal Teknik Industri Vol. 11 No. 1 (2011:76)[17], Adapun beberapa tujuan dari monitoring adalah:

  1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana

  2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi

  3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan

  4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan.

Konsep Dasar Debu

Definisi Debu

Debu adalah zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda, baik organik maupun anorganik (Suma‟mur, 2009).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkanoleh proses mekanis. Jadi pada dasarnya pengertian debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai hasil dari proses alami maupun mekanik.

Sifat-Sifat Debu

Menurut Departemen Kesehatan RI yang dikutip oleh Sitepu (2002), partikel-partikel debu di udara mempunyai sifat:

  1. Sifat Pengendapan
  2. Sifat pengendapan adalah sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Namun karena kecilnya ukuran debu, kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara.

  3. Sifat Permukaan Basah
  4. Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.

  5. Sifat Penggumpalan
  6. Oleh karena permukaan debu selalu basah, sehingga dapat menempel satu sama lain dan dapat menggumpal. Turbulensi udara meningkatkan pembentukan penggumpalan debu. Kelembaban di bawah saturasi, kecil pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Kelembaban yang melebihi tingkat huminitas di atas titik saturasi mempermudah penggumpalan debu. Oleh karena itu partikel debu bias merupakan inti dari pada air yang berkonsentrasi sehingga partikel menjadi besar.

  7. Sifat Listrik Statis
  8. Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya proses penggumpalan.

  9. Sifat Optis
  10. Debu atau partikel basah atau lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap. Partikel debu yang berdiameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses-proses mekanis seperti erosi angin, penghancuran dan penyemprotan, dan pelindasan benda-benda oleh kendaraan atau pejalan kaki. Partikel yang berdiameter antara 1-10 mikron biasanya termasuk tanah dan produk-produk pembakaran dari industri lokal. Partikel yang mempunyai diameter 0,1-1 mikron terutama merupakan produk pembakaran dan aerosol fotokimia (Fardiaz, 1992).

Konsep Dasar Internet Of Things (IoT)

Pengertian Internet Of Things

Menurut analisa McKinsey Global Institute, Internet Of Things adalah sebuah teknologi yang memungkinkan kita untuk menghubungkan mesin, peralatan, dan benda fisik lainnya dengan sensor jaringan dan aktuator untuk memperoleh data dan mengelola kinerjanya sendiri, sehingga memungkinkan mesin untuk berkolaborasi dan bahkan bertindak berdasarkan informasi baru yang diperoleh secara independen.

Sumber: www.enterprisecioforum.com

Gambar 2.9.TheInternet Of Things

Sedangkan menurut Wikipedia, Internet Of Things adalah interkoneksi yang unik antara embedded computingdevices dalam infrastruktur internet yang ada. Sebuah publikasi mengenai Internet Of ThingsIn2020 menjelaskan bahwa internet of things adalah suatu keadaan ketika menda memiliki identitas, bisa beroperasi secara intelijen, dan bisa berkomunikasi dengan sosial, lingkungan, dan pengguna.

Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa internet of things membuat suatu koneksi antara mesin dengan mesin, sehingga mesin-mesin tersebut dapat berinteraksi dan bekerja secara independen sesuai dengan data yang diperoleh dan diolahnya secara mandiri.

SejarahInternet Of Things

Internet of things merupakan hal yang relatif baru di dunia teknologi saat ini. Namun, internet of things diprediksi akan menjadi tren yang luar biasa di masa depan. Hal itu tidak akan mungkin terjadi apabila tidak ada yang meneliti dan mengembangkan internet of things. Kita bisa mengembangkan internet of things sesuai dengan bidang yang kita kuasai. Sebelum mengembangkan internet of things dan menjadi bagian dari sejarah internet of things dunia, marilah kita pelajari sejarah internet of things sebelum kita.

Mesin soda di Carniege Mellon University adalah mesin pertama yang terhubung dengan internet pada tahun 1982. Pada tahun 1999, Bill Joy mempresentasikan Six Webs pada World Economic Forum di Davos, dan membahas mengenai komunikasi device to device (D2D). Kevin Asthon mengusulkan istilah “Internet Of Things” pada tahun yang sama. Sejak saat itulah istilah internet of things digunakan.

Aplikasi Internet Of Things

  1. Pemantau Jarak Jauh
  2. Pemantauan jarak jauh adalah salah satu jenis internet of things yang paling sering ditemukan. Caranya adalah dengan meletakkan sensor pada suatu benda yang ingin kita pantau, dan sensor tersebut kita koneksikan dengan internet. Dengan demikian, kita dapat memperoleh apa saja yang kita butuhkan dari sensor, dan memantaunya dari jarak jauh dengan jaringan internet, bahkan bisa langsung kita pantau dari handphone kita.

  3. Operasi Sistem
  4. Selain untuk memantau, internet of things juga memungkinkan sebuah benda untuk melakukan optimasi terhadap dirinya sendiri. Benda dapat mengolah sendiri data yang diperoleh dari sensor pada dirinya, kemudian mengolah input tersebut untuk membuat keputusan. Hal ini sangat berguna bagi sistem yang sangat kompleks. Sebagai contoh di Mannheim, Jerman, sistem listrik menggunakan teknologi smart grid untuk mendeteksi apakah perbaikan yang dilakukan sudah sempurna. Kalau belum, sistem akan menyarankan pelaksanaan perbaikan yang lebih baik lagi.

  5. Kesehatan
  6. Kategori internet of things ini bertujuan untuk membantu manusia memantau keadaan fisik mereka sendiri. Sistem ini membuat manusia bisa memantau kondisi kesehatannya seperti tekanan darah. Sistem ini juga bisa mengingatkan manusia untuk berolah raga atau melakukan aktivitas fisik. Selain itu, sistem ini juga bisa mengingatkan manusia untuk berobat ke dokter apabila ada kondisi fisik yang kurang baik.

Konsep Dasar Flowchart

Definisi Flowchart

Menurut Soeherman (2012:134)[18], “Flowchart adalah untuk menyederhanakan rangkaian proses atau prosedur untuk memudahkan pemahaman penggunaan terhadap informasi tersebut”.

Menurut Sagita (2013:33)[19], “Flowchart merupakan bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan antar proses beserta instruksinya”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Flowchart adalah bentuk gambar/diagram yang mempunyai aliran satu atau dua arah secara sekuensial. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan di evaluasi lebih lanjut. Bila seorang analisi dan programmer akan membuat Flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan.

Simbol-simbol Flowchart

Flowchart terbentuk dari Simbol atau Gambar yang mewakili setiap fungsinya untuk mempresentasikan sebuah alur, Simbol Flowchart yang berbeda juga memiliki arti yang berbeda, namun beberapa simbol umum yang digunakan pada Flowchart berikut adalah sebagai berikut:

Sumber: lecturer.ukdw.ac.id/othie/flowchart.pdf

Tabel 2.1. Simbol-simbol Flowchart

  1. Terminator (start terminator, end terminator): Berbentuk oval sebagai diagram alur yang menunjukkan awal atau akhir proses.
  2. Proses (process): Berbentuk persegi panjang bentuk diagram alur, yang menunjukkan langkah alur proses yang berjalan.
  3. Keputusan (decision): Berbentuk berlian, yang menunjukkan bentuk indikasi dari aliran proses yang bercabang.
  4. Konektor (A): Bentuk lingkaran pada diagram alir yang digunakan untuk menunjukkan lonjakan aliran proses.
  5. Data: Sebuah jajaran genjang yang menunjukkan input data atau output (I/O) dalam proses.
  6. Dokumen (document): Digunakan untuk menunjukkan dokumen atau laporan.

Jenis-jenis Flowchart

Menurut Tri (2015:2)[20], Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu:

  1. Flowchart Sistem (System Flowchart)
    Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, Flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu.

    Sumber: Tri (2015:3)

    Gambar 2.10 Flowchart Sistem (System Flowchart).

  2. Flowchart Dokumen (Document Flowchart)
    Flowchart Dokumen kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form dan laporan di proses, di catat dan di simpan.

    Sumber: Tri (2015:4).

    Gambar 2.11. Flowchart Dokumen (Document Flowchart).

  3. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)
    Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol Flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol Flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol Flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti Flowchart. Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.

    Sumber: Tri (2015:5).

    Gambar 2.12. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart).

  4. Flowchart Program (Program Flowchart)
    Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan Flowchart program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi.

    Sumber: Tri (2015:6).

    Gambar 2.13. Flowchart Program (Program Flowchart).

  5. Flowchart Proses (Process Flowchart)
    Flowchart Proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart proses memiliki lima simbol khusus, yaitu:

    Sumber: Tri (2015:7).

    Gambar 2.14. Simbol Flowchart Proses.


    Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-proses manufacturing. Dalam analisis sistem, Flowchart ini digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan atau form. Berikut adalah contoh gambar dari Flowchart Proses:

    Sumber: Tri (2015:8).

    Gambar 2.15. Flowchart Proses (Process Flowchart).

Konsep Dasar Elisitasi

Definisi Elisitasi

Menurut Siahaan (2012:66)[21], “Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem, dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.”

Menurut Masooma Yousuf dan M.asger dalam International Journal Of Computer applications (2015:8), [22], “Requirements Elicitation (RE) is defined as the process of obtaining a comprehensive understanding of stakeholder’s requirements. It is the initial and main process of requirements engineering phase. Elicitation process usually involves interaction with stakeholders to obtain their real needs”.

(Persyaratan elisitasi didefinisikan sebagai proses mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang persyaratan stakeholder. Ini adalah proses awal dan utama dari tahap rekayasa persyaratan. Proses elisitasi biasanya melibatkan interaksi dengan para pemangku kepentingan untuk mendapatkan kebutuhan mereka)

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan Elisitasi adalah suatu rancangan pada sistem baru yang diinginkan pengguna sistem dan pihak yang terkait untuk pengembangan sistem.

Tahap-Tahap Elisitasi

Ada 4 tahapan dalam membuat proses Elisitasi, diantaranya adalah:

  1. Elisitasi Tahap I
    Elisitasi Tahap I, berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.
  2. Elisitasi Tahap II
    Elisitasi Tahap II, merupakan hasil pengklasifikasian Elisitasi Tahap I berdasarkan Metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Berikut penjelasan mengenai Metode MDI :
    1. M pada MDI berarti Mandatory (Wajib atau Penting) Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
    2. D pada MDI berarti Desirable (Diinginkan atau Tidak Terlalu Penting) Maksudnya, requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
    3. I pada MDI berarti Inessential (Di luar Sistem) Maksudnya, requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
  3. Elisitasi Tahap III
    Elisitasi Tahap III, merupakan hasil penyusutan Elisitasi Tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada Metode MDI. Selanjutnya, semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui Metode TOE, yaitu:
    1. T artinya Teknikal, bagaimana tata cara atau teknik pembuatan requirement dalam sistem diusulkan?
    2. O artinya Operasional, bagaimana tata cara penggunaan requirement dalam sistem akan dikembangkan?
    3. E artinya Ekonomi, berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement di dalam sistem?


    Metode TOE tersebut di bagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:


    1. High (H): Sulit untuk dikerjakan, karena teknik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Maka requirement tersebut harus dieleminasi.
    2. Middle (M): Mampu dikerjakan
    3. Low (L): Mudah dikerjakan
  4. Final Draft Elisitasi
    Final Elisitasi, merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses Elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangakan.

Tujuan Elisitasi Kebutuhan

Menurut Siahaan (2012:67)[21], Elisitasi Kebutuhan Bertujuan untuk:

  1. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali batasan-batasan sistem (system boundaries).
    Proses-proses dalam pengambangan perangkat lunak sangat ditentukan oleh seberapa dalam dan luas pengetahuan developer akan ranah permasalahan. Setiap ranah permasalahan memiliki ruang lingkup dan batsan-batasan. Batasan-batasan ini mendefinisikan sistem akhir yang dibentuk sesuai dengan lingkungan operasional saat ini. Identifikasi dan persetujuan batasan sistem mempengaruhi proses elisitasi selanjutnya. Identifikasi pemangku kepentingan dan kelas pengguna, tujuan dan tugas, dan skenario serta use case bergantung pada pemilihan batasan.
  2. Mengenali siapa saja pemangku kepentingan.
    Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya, instansiasi dari pemangku kepentingan antara lain adalah konsumen atau klien (yang membayar sistem), pengembang (yang merancang, membangun, dan merawat sistem), dan pengguna (yang beriteraksi dengan sistem untuk mendapatkan hasil pekerjaan mereka). Untuk sistem yang bersifat interaktif, pengguna memegang peran utama dalam proses Elisitasi. Secara umum, kelas pengguna tidak bersifat homogen, sehingga bagian dari proses Elisitasi adalah mengidentifikasi kebutuhan kelas pengguna yang berbeda, seperti pengguna pemula, pengguna ahli, pengguna sesekali, pengguna cacat, dan lain-lain.
  3. Mengenali tujuan dari sistem.
    Yaitu sasaran-sasaran yang harus dicapai
tujuan merupakan sasaran sistem yang harus dipenuhi. Penggalian high level goals di awal proses pengembangan sangatlah penting. Penggalian tujuan lebih terfokus pada ranah masalah dan kebutuhan pemangku kepentingan dari pada solusi yang dimungkinkan untuk masalah tersebut.





Langkah-Langkah Elisitasi

Menurut Siahaan (2012:75)[21], Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk elisitasi kebutuhan :

  1. Identifikasi orang-orang yang akan membantu menentukan kebutuhan dan memahami kebutuhan organisasi mereka, menilai kelayakan bisnis dan teknis untuk sistem yang diusulkan.
  2. Menentukan lingkungan teknis (misalnya, komputasi arsitektur, sistem operasi, kebutuhan telekomunikasi) ke mana sistem atau produk akan ditempatkan
  3. Identifikasi ranah permasalahan, yaitu karakteristik lingkungan bisnis yang spesifik keranah aplikasi.
  4. Menentukan satu atau lebih metode elisitasi kebutuhan, misalnya wawancara, kelompok fokus dan pertemuan tim.
  5. Meminta partisipasi dari banyak orang sehingga dapat mereduksi dampak dari kebutuhan yang bias yang teridentifikasi dari sudut pandang yang berbeda dari pemangku kepentingan dan mengidentifikasi alasan untuk setiap kebutuhan yang dicatat.
  6. Mengidentifikasi kebutuhan yang ambigu dan menyelesaikannya.
  7. Membuat skenario penggunaan untuk membantu pelanggan atau pengguna mengidentifikasi kebutuhan utama.

Masalah Dalam Elisitasi

Menurut Siahaan (2012:68)[21], Tahap Elisitasi termasuk tahap yang sulit dalam spesifikasi perangkat lunak. Secara umum kesulitan ini disebabkan tiga masalah, yaitu:

  1. Masalah Ruang Lingkup
    Pelanggan atau pengguna menentukan detail teknis yang tidak perlu sebagai batasan sistem yang mungkin membingungkan dibandingkan dengan menjelaskan tujuan sistem secara keseluruhan.
  2. Masalah Pemahaman
    Hal tersebut terjadi ketika pelanggan atau pengguna tidak benar-benar yakin tentang apa yang dibutuhkan oleh sistem, memiliki pemahaman yang sedikit dan tidak memiliki pemahaman penuh terhadap ranah masalah.
  3. Masalah Perubahan
    Yaitu perubahan kebutuhan dari waktu ke waktu. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perekayasa sistem (system engineers) harus melakukan kegiatan pengumpulan kebutuhan secara terorganisir.

Konsep Dasar Pengujian

Black Box Testing

  1. Definisi Black Box

    Menurut Harsh Bhasin dalam International Journal of Computer Applications (2014:36)[23], “Black Box Testing is used when code of the module is not available. In such situations appropriate priorities can be given to different test cases, so that the quality of software is not compromised, if testing is to be stopped prematurely. This paper proposes a framework, which uses requirement analysis and design specification, to prioritize the test cases. The work would be beneficial to both practitioners and researchers.”

    (Kotak hitam pengujian digunakan ketika kode modul tidak tersedia. Dalam situasi seperti prioritas yang tepat dapat diberikan kepada kasus uji yang berbeda, sehingga kualitas perangkat lunak tidak terganggu, jika pengujian harus dihentikan sebelum waktunya. Lembar ini mengusulkan kerangka kerja, yang menggunakan analisis persyaratan dan desain spesifikasi, memprioritaskan kasus uji. Pekerjaan akan bermanfaat bagi praktisi dan peneliti.)

    Menurut Srinivas Nidhra dan Jagruthi Dondeti pada International Journal of Embedded Systems and Applications (2012:29) [24], “Black box testing is also called as functional testing, a functional testing technique that designs test cases based on the information from the specification With black box, Black box testing not concern with the internal mechanisms of a system; these are focus solely on the outputs generated in response to selected inputs and execution conditions the code”.

    (Pengujian Kotak Hitam di sebut sebagai uji fungsional, pengujian fungsional, teknik yang mendesain uji kasus berdasarkan informasi dari spesifikasi dengan kotak hitam, pengujian kotak hitam tidak memperhatikan mekanisme internal sistem hanya berfokus pada output yang dihasilkan dalam menanggapi input yang di pilih dan kondisi eksekusi kode).

    Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengujian Black Box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan pada pengujian kinerja, spesifikasi dan antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada.

    Berbeda dengan White Box, Black Box Testing tidak membutuhkan pengetahuan mengenai, alur internal (internal path), struktur atau implementasi dari Software Under Test (SUT). Karena itu uji coba Black Box memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program.

    Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengujian Black Box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan pada pengujian kinerja, spesifikasi dan antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada.

    Uji coba Black Box bukan merupakan alternatif dari uji coba White Box, tetapi merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan lainnya, selain menggunakan metode White Box. Black Box Testing dapat dilakukan pada setiap level pembangunan sistem. Mulai dari unit, integration, system, dan acceptance.

    Uji coba Black Box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya :

    1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang.
    2. Kesalahan interface
    3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal.
    4. Kesalahan performa.
    5. Kesalahan inisialisasi dan terminasi.

    Tidak seperti metode White Box yang dilaksanakan di awal proses, uji coba Black Box diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya. Karena uji coba Black Box dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi domain.

    Uji coba di desain untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

    1. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
    2. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik?
    3. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
    4. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
    5. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?
    6. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi sistem?

    Sehingga dalam uji coba Black Box harus melewati beberapa proses sebagai berikut:

    1. Menganalisis kebutuhan dan spesifikasi dari perangkat lunak
    2. Pemilihan jenis input yang memungkinkan menghasilkan output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji
    3. Menentukan output untuk suatu jenis input
    4. Pengujian dilakukan dengan input-input yang telah benar-benar diseleksi.
    5. Melakukan pengujian
    6. Pembandingan output yang dihasilkan dengan output yang diharapkan.
    7. Menentukan fungsionalitas yang seharusnya ada pada perangkat lunak yang sedang diuji
  2. Metode Pengujian Dalam Black Box

    Ada beberapa macam metode pengujian Black Box, berikut diantaranya:

    1. Equivalence Partioning
      Equivalence Partioning merupakan metode uji coba Black Box yang membagi domain input dari program menjadi beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah kesalahan (misalnya: kesalahan pemrosesan dari seluruh data karakter) yang merupakan syarat lain dari suatu kasus yang dieksekusi sebelum kesalahan umum diamati.
    2. Boundary Value Analysis
      Sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi dalam batasan domain input dari pada nilai tengah. Untuk alasan ini Boundary Value Analysis (BVA) dibuat sebagai teknik uji coba. BVA mengarahkan pada pemilihan kasus uji yang melatih nilai-nilai batas. BVA merupakan desain teknik kasus uji yang melengkapi Equivalence partitioning. Dari pada memfokuskan hanya pada kondisi input, BVA juga menghasilkan kasus uji dari domain output.
    3. Cause-Effect Graphing Techniques
      Cause-Effect Graphing merupakan desain teknik kasus uji coba yang menyediakan representasi singkat mengenai kondisi logikal dan aksi yang berhubungan. Tekniknya mengikuti 4 tahapan berikut:
      1. Causes (kondisi input), dan Effects (aksi) didaftarkan untuk modul dan identifier yang ditunjukan untuk masing-masing.
      2. Pembuatan grafik Causes-Effect Graph.
      3. Grafik dikonversikan kedalam tabel keputusan
      4. Aturan tabel keputusan dikonversikan kedalam kasus uji.
    4. Comparison Testing
      Dalam beberapa situasi (seperti: aircraft avionic, nuclear Power plant control) dimana keandalan suatu software amat kritis, beberapa aplikasi sering menggunakan software dan hardware ganda (redundant). Ketika software redundant di buat, tim pengembangan software lainnya membangun versi independent dari aplikasi dengan menggunakan spesifikasi yang sama. Setiap versi dapat diuji dengan data uji yang sama untuk memastikan seluruhnya menyediakan output yang sama. Kemudian seluruh versi dieksekusi secara parallel dengan perbandingan hasil real-time untuk memastikan konsistensi. Dianjurkan bahwa versi independent suatu software untuk aplikasi yang amat kritis harus di buat, walaupun nantinya hanya satu versi saja yang akan digunakan dalam sistem. Versi independent ini merupakan basis dari teknik Black Box Testing yang disebut Comparison Testing atau Back-To-Back Testing.
    5. Sample dan Robustness Testing
      1. Sample Testing
        Melibatkan beberapa nilai yang terpilih dari sebuah kelas ekivalen, seperti Mengintegrasikan nilai pada kasus uji. Nilai-nilai yang terpilih mungkin dipilih dengan urutan tertentu atau interval tertentu.
      2. Robustness Testing
        Pengujian ketahanan (Robustness Testing) adalah metodologi jaminan mutu difokuskan pada pengujian ketahanan perangkat lunak. Pengujian ketahanan juga digunakan untuk menggambarkan proses verifikasi kekokohan (yaitu kebenaran) kasus uji dalam proses pengujian.
    6. Behavior Testing dan Performance Testing
      1. Behavior Testing
        Hasil uji tidak dapat dievaluasi jika hanya melakukan pengujian sekali, tapi dapat dievaluasi jika pengujian dilakukan beberapa kali, misalnya pada pengujian struktur data stack.
      2. Performance Testing
        Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan program untuk beroperasi dengan benar dipandang dari sisi acuan kebutuhan. Misalnya: aliran data, ukuran pemakaian memori, kecepatan eksekusi, dll. Selain itu juga digunakan untuk mencari tahu beban kerja atau kondisi konfigurasi program. Spesifikasi mengenai performansi didefinisikan pada saat tahap spesifikasi atau desain. Dapat digunakan untuk menguji batasan lingkungan program.
    7. Requirement Testing
      Spesifikasi kebutuhan yang terasosiasi dengan perangkat lunak (input/ output/ fungsi/ performansi) diidentifikasi pada tahap spesifikasi kebutuhan dan desain.
      1. Requirement Testing melibatkan pembuatan kasus uji untuk setiap spesifikasi kebutuhan yang terkait dengan program.
      2. Untuk memfasilitasinya, setiap spesifikasi kebutuhan bisa ditelusuri dengan kasus uji dengan menggunakan traceability matrix.
    8. Endurance Testing
      Endurance Testing melibatkan kasus uji yang diulang-ulang dengan jumlah tertentu dengan tujuan untuk mengevaluasi program apakah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.
      Contoh : Untuk menguji keakuratan operasi matematika (floating point, rounding off, dll), untuk menguji manajemen sumber daya sistem (resources) (pembebasan sumber daya yang tidak benar, dll), input/outputs (jika menggunakan framework untuk memvalidasi bagian input dan output). Spesifikasi kebutuhan pengujian didefinisikan pada tahap spesifikasi kebutuhan atau desain.
  3. Kelebihan dan Kelemahan Black Box

    Dalam uji coba Black Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya :

    Sumber : Siddiq (2012:14).

    Tabel 2.2. Kelebihan dan Kelemahan Black Box

White Box Testing

  1. Definisi White Box
  2. Menurut Anjani Bhasin dalam International Journal of Research in Engineering & Advanced Technology (2015:23), [25], ”White box testing It is the detailed investigation of internal logic and structure of the code. In white box testing it is necessary for a tester to have full knowledge of source cod.”

    ((Kotak putih pengujian ini merupakan penyelidikan rinci dari logika internal dan struktur kode. Dalam kotak putih pengujian penting untuk tester untuk memiliki pengetahuan lengkap tentang kode sumber.)

    Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa White Box adalah sebuah cara pengujian yang menggunakan struktur kontrol perangkat lunak.

  3. Metode Pengujian Dalam White Box
  4. Menggunakan metode desain test case yang menggunakan struktur control desain procedural untuk memperoleh test case. Di sebut juga pengujian glassbox. Dengan pengujian White Box, perekayasa dapat melakukan :

    1. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independen pada suatu modul telah digunakan paling tidak satu kali.
    2. Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true and false.
    3. Mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas operasional mereka.
    4. Menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya.

    Dengan menggunakan metode White Box, analis sistem akan dapat memperoleh test case yang :

    1. menjamin seluruh independent path di dalam modul yang dikerjakan sekurang-kurangnya sekali
    2. mengerjakan seluruh keputusan logical
    3. mengerjakan seluruh loop yang sesuai dengan batasannya.
    4. mengerjakan seluruh struktur data internal yang menjamin validitas.
  5. Kelebihan dan Kelemahan White Box
  6. Dalam uji coba White Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya :

    Sumber : kompasiana.com

    Tabel 2.3. Kelebihan dan Kelemahan White Box

  • Konsep Dasar Gray Box
  • Menurut Anjani Bhasin dalam International Journal of Research in Engineering & Advanced Technology (2015:23), [25], “White box + Black box = Grey box, it is a technique to test the application with limited knowledge of the internal working of an application and also has the knowledge of fundamental aspects of the system.”.

    (Sebuah teknik untuk menguji aplikasi dengan pengetahuan yang terbatas dari internal bekerja aplikasi dan juga memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek mendasar dari sistem.)

    Konsep Dasar Gray Box Adalah metode pengujian perangkat lunak, kombinasi dari Black box testing dan White box testing. Dalam Black box testing, struktur internal dari item yang sedang di uji tidak diketahui tester dan White box testing struktur internal di kenal. Dalam pengujian Gray box testing, struktur internal sebagian di kenal. Ini melibatkan memiliki akses ke internal data struktur dan algoritma untuk tujuan merancang uji kasus, tetapi pengujian pada pengguna, atau tingkat Black box. Gray box, berusaha menggabungkan kedua metode di atas, mengambil kelebihan keduanya, mengurangi kekurangan keduanya. Teknik verifikasi modern menerapkan combine-method ini.

    Teori Khusus

    Konsep Dasar Mikrokontroler

    Definisi Mikrokontroler

    Menurut Syahwil (2013:53)[26], “Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input-output”. Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu sistem komputer meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu komputer pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler di bangun dari elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan output spesifik berdasarkan inputan yang di terima dan program yang dikerjakan.

    Menurut Santoso dkk di dalam Jurnal FEMA Vol. 1, No. 1 (2013:17)[27], "Mikrokontroler adalah Sistem Mikroprosesor lengkap yang terkandung di dalam sebuah chip. Mikrokontroler berbeda dari Mikroprosesor serba guna yang digunakan dalam sebuah PC, karena sebuah Mikrokontroler umumnya telah berisi komponen pendukung sistem minimal Mikroprosesor, yakni memori dan pemrograman Input-Output."

    Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan mikorkontroler adalah sebuah sistem dari mikroprosesor dalam chip tunggal, dimana memiliki input-output dan kendali yang difungsikan untuk membaca data dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus.

    Perkembangan Mikrokontroler

    Mikrokontroler pertama kali dikenalkan oleh texas intrument dengan seri TM S 1000 pada tahun 1974 yang merupakan mikrokontroler 4 bit pertama. Mikrokontroler ini mulai di buat sejak 1971 merupakan mikrokomputer dalam sebuah chip, lengkap dengan RAM dan ROM. Kemudian, pada tahun 1976 intel mengeluarkan mikrokontroler yang kelak menjadi populer dengan nama 8748 yang merupakan mikrokontroler 8 bit, yang merupakan mikrokontroler dari keluarga MCS 48. sekarang dipasaran banyak sekali ditemui mikrokontroler mulai dari 8 bit sampai dengan 64 bit, sehingga perbedaan antara mikrokontroler dan mikroprosesor sangat tipis. Masing-masing vendor mengeluarkan mikrokontroler dengan dilengkapi fasilitas yang cendrung memudahkan user untuk merancang sebuah sistem dengan komponen luar yang relatif lebih sedikit.

    Saat ini mikrokontroler yang banyak beredar dipasaran adalah mikrokontroler 8 bit carian keluarga MCS51 (CISC) yang dikeluarkan oleh Atmel dan seri AT89Sxx dan mikrokontroler AVR yang merupakan varian dari mikrokontroler RISC dengan seri ATMEGA8535 (walaupun varian dari mikrokontroler AVR sangatlah banyak, dengan masing-masing memiliki fitur yang berbeda-beda).

    Karakteristik Mikrokontroler

    Menurut Saefullah, pada jurnal CCIT Vol.2 No.3 (2013:2) bahwa terdapat karakteristik-karakteristik mikrokontroler, yaitu:

    1. Mempunyai program khusus yang disimpan di memori untuk aplikasi lain dan program mikrokontroler lebih kecil dari PC
    2. Konsumsi daya kecil.
    3. Rangkaiannya yang sederhana dan kompak
    4. Harga yang murah dan komponennya yang sedikit
    5. Unit I/O yang sederhana misalnya LED, LCD, Latch
    6. Tahan situasi ekstrim (misal: temperatur tekanan, kelembaban).

    Jenis-jenis Mikrokontroler

    Secara teknis hanya ada dua macam mikrokontroler. Pembagian ini di dasarkan pada kompleksita intruksi-intruksi yang dapat diterapkan pada mikrokontroler tersebut. Pembagian itu, yaitu RISC dan CISC serta masing-masing keturunan atau keluarga sendi-sendiri.

    1. RISC merupakan kependekan dari Reduced Instruction Set Computer. Intruksi yang di miliki terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih banyak. Contoh RISC diantaranya adalah AVR. Arduino, ARM, PIC, dll
    2. Sebaliknya, CISC kependekan dari Complex Intruction Set Computer. Intruksi bisa dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya. Contoh CISC diantaranya MCS51.

    Dengan mengetahui jenis-jenis mikrokontroller pada pembahasan di atas, maka peneliti dapat mengetaui bahwa dalam pembuatan projek skripsi, Peneliti menggunakan jenis mikrokontroller berarsitektur RISC yang termasuk dalam keluarga Arduino.

    Konsep Dasar Wemos D1 Mini

    Definisi Wemos D1 Mini

    Sumber: dianmstkputri.wordpress.com

    Gambar: 2.16. Wemos D1 Mini

    Wemos merupakan salah satu modul board yang dapat berfungsi dengan arduino khususnya untuk project yang mengusung konsep IOT. Wemos dapat running stand- alone tanpa perlu dihubungkan dengan mikrokontroler, berbeda dengan modul wifi lain yang masih membutuhkan mikrokontroler sebagai pengrontrol atau otak dari rangkaian tersebut, wemos dapat running stand-alone karena didalammnya sudah terdapat CPU yang dapat memprogram melalui serial port atau via OTA serta transfer program secara wireless..

    Pada masa sekarang atau masa yang akan datang, penggunaan komputer akan mendominasi pekerjaan manusia atau bahkan akan mengalahkan kemampuan komputasi manusia seperti mengontrol peralatan elektronik dari jarak jauh dengan menggunakan dukungan media IOT (Internet of Things). Salah satu hardware dari pengembangan yang berbasis IOT adalah Wemos D1 mini, yang merupakan sebuah mikrokontroler hasil pengembangan berbasis modul ESP8266. Masih terdapat modul wifi yang berbasis ESP8266 seperti Nodemcu yang sering digunakan sebagai penghubung internet antara Arduino ke smartphone atau PC melalui jaringan wifi. Modul Wemos D1 ini diciptakansebagai solusi dari mahalnya sebuah modul wirelessyang berbasis mikrokontroler. Dengan adanya mikrokontroler Wemos ini biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan sebuah project yang berbasis IOT (Internet Of Things) jadi lebih sedikit, terlebih lagi wemos ini dapat menjalankan sistem kode bait tanpa menggunakan arduino sebagai mikrokontrolernya. Adapun keunggulan menggunakan modul Wemos adalah dapat diprogram menggunakan Arduino IDE dengan sintaks program library yang banyak terdapat di internet dan pin out yang compatible dengan Arduino Uno sehingga mudah untuk menghubungkan dengan arduino shield lainnya serta mempunyai memory yang sangat besar yaitu 4MB. Wemos juga sesuai dengan beberapa bahasa pemograman lainnya seperi bahasa Pyhton dan Lua sehingga memudahkan untuk mengupload program kedalam wemos apabila seorang programmer belum terlalu paham dengan cara program menggunakan Arduino IDE. Bentuk board yang kecil dan harga yang ekonomis membuat banyak pengembang semakin dipermudah untuk menerapkan sebuah perangkat atau project IOT ke dalam Wemos yang akan dikontrol maupun dimonitor menggunakan smartphone atau PC secara online dan realtime. Secara kinerja dan spesifikasi wemos D1 mini ini lebih baik jika dibandingkan dengan Arduino dikarenakan speed dari controller yang lebih baru dan lebih tinggi ditambah telah terintegrasi dengan wifi connection sehingga dapat updatesoftware via on the air.

    Chipset Dan PIN Wemos D1 Mini

    1. Chipset
    2. Wemos memiliki 2 (dua) buah chipset yang digunakan sebagai otak kerja diantaranya:

      1. Chipset ESP8266
      2. ESP8266 merupakan sebuah chip yang memiliki fitur wifi dan mendukung stack TCP/IP. Modul kecil ini memungkinkan sebuah mikrokontroler terhubung kedalam jaringan wifi dan membuat koneksi TCP/IP hanya dengan menggunakan command yang sederhana. Dengan clock 80 MHz chip ini dibekali dengan 4MB eksternal RAM serta mendukung format IEEE802.11 b/g/n sehingga tidak menyebabkan gangguan bagi yang lain.

      3. Chipset CH340
      4. CH340 adalah chipset yang mengubah USB serial menjadi serialinterface, contohnya adalah aplikasi converter to IrDA atau aplikasi USB converter to printer. Dalam mode serial interface, CH340 mengirimkan sinyal penghubung yang umum digunakan pada modem. CH340 digunakan untuk mengubah perangkat serial interface umum untuk berhubungan dengan bus USB secara langsung.

    3. PIN Wemos D1 Mini
    4. Dalam modul wemos terdapat pin digital dan analog:

      1. Pin Digital
      2. Salah satu I/O port pada modul wemos dikenal dengan pin digital. Pin ini dapat dikonfigurasikan baik sebagai input ataupun output

      3. Pin Analog
      4. Pin analog pada modul wemos ini memiliki 10 bit resolusi dengan nilai maksimal3.2 volt. Pin analog ini dapat digunakan persis dengan cara yang sama dengan pin digital.

    Berikut contoh dan fungsi dari pin wemos.

    Sumber: dianmstkputri.wordpress.com

    Gambar 2.17. Fungsi Pin Wemos

    Keunggulan Wemos

    Beberapa keunggulan wemos diantara modul wifi lainnya:

    1. Pinout yang compatible dengan arduino uno, wemos D1 merupakan modul yang memiliki bentuk pinoutstandart seperti arduino.
    2. Untuk sekelas modul tambahan, wemos memiliki frekuensi CPU yang tinggi, karena wemos memiliki processor utama 32 bit dengan kecepatan 80MHz sehingga dapat mengeksekusi program lebih cepat dibandingkan mikrokontroler yang masih menggunakan ClockRate 8 bit.
    3. Didukung dengan banyak bahasa pemograman, selain dapat dikontrol dengan arduino IDE, wemos juga dapat deprogram dengan bahasa Python dan Lua. Dengan banyaknya bahasa program yang support pada wemos memudahkan para programmer yang belum terbiasa dengan Arduino.
    4. Khusus untuk programmer pemula yang ingin menciptakan sebuah project yang berbasis IOT, wemos merupakan solusi yang baik dan ekonomis dari segi harga dan cara penggunaannya
    5. Dapat running tanpa mikrokontroler arduino dan bisa deprogram melalui OverThe Air atau transfer program via wireless.

    Pemograman Bahasa C

    Definisi Bahasa C

    Menurut Alfith di dalam Jurnal Momentum Vol. 17, No. 1 (2015:2)[28], “Bahasa C memiliki keuntungan-keuntungan yang di miliki bahasa assembler (bahasa mesin), hampir semua operasi yang dapat dilakukan oleh bahasa mesin, dengan penyusunan program yang lebih sederhana dan mudah. Bahasa C terletak di antara bahasa pemrograman tingkat tinggi dan assembly”.

    Kelebihan Bahasa C

    1. Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer
    2. Kode Bahasa C bersifat portable untuk semua jenis computer. Suatu program ditulis dengan versi Bahasa C tertentu akan dapat dikomplikasi dengan versi Bahasa C yang lain hanya dengan sedikit modifikasi.
    3. C adalah bahasa pemrograman yang fleksibel. Dengan bahasa C, kita dapat menulis dan mengembangkan berbagai jenis program mulai dari operating system, word processor, graphic processor, spreadsheets, ataupun compiler untuk suatu bahasa pemrograman.
    4. Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci, hanya terdapat 32 kata kunci. Yaitu: auto break case char const continue default do double else enum extern float for goto if int long register return short signed sizeof static struct switch typedef union unsigned void volite while.
    5. Proses executable program Bahasa C lebih cepat.
    6. Dukungan pustaka yang banyak.
    7. C adalah bahasa yang terstruktur
    8. Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah
    9. Dibandingkan dengan assembly, kode Bahasa C lebih mudah dibaca dan ditulis.

    Kekurangan Bahasa C

    1. Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadang-kadang membingungkan pemakai.
    2. Para pemrogram C tingkat pemula umumnya belum pernah mengenal pointer dan tidak terbiasa menggunakannya. Keampuhan C justru terletak pada pointer

    Sensor GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor

    efinisi Sensor

    Sensor adalah transduseryang berfungsi untuk mengolah variasi gerak, panas, cahaya atau sinar, magnetis, dan kimia menjadi tegangan serta arus listrik. Sensor sendiri adalah komponen penting pada berbagai peralatan. Sensor juga berfungsi sebagai alat untuk mendeteksi dan juga untuk mengetahui magnitude.

    Transduser sendiri memiliki arti mengubah. Bentuk perubahan yang dimaksud adalah kemampuan merubah suatu energi ke dalam bentuk energi lain. Energi yang diolah bertujuan untuk menunjang daripada kinerja piranti yang menggunakan sensor itu sendiri. Sensor sendiri sering digunakan dalam proses pendeteksi untuk proses pengukuran. Sensor yang sering menjadi digunakan dalam berbagai rangkaian elektronik antara lain sensor cahaya atau sinar, sensor suhu, serta sensor tekanan

    GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor

    GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor ialah sensor debu yang berbasisinframerah. Sensor ini sangat efektif dalam mendeteksi partikel yang sangat halus seperti debu atau asap rokok, dan umumnya digunakan dalam sistem pemantau udara.

    Sumber: repository.usu.ac.id/handle123456789/45280

    Gambar 2.18. GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor.

    Prinsip kerja dari sensor ini ialah dengan mendeteksi debu ataupun partikel yang lain kemudian akan dipantulkan cahaya ke bagian penerima.

    Sumber: repository.usu.ac.id/handle123456789/45280

    Gambar 2.19. (a) Internal Schematic (b) Outline Dimensions1

    Cahaya dicerminkan pada partikel melewati keseluruhan permukaan, kemudian oleh photodiode diubah menjadi tegangan. Tegangan harus diperkuat untuk dapat membaca perubahan. Output dari sensor adalah tegangan analog sebanding dengan kepadatan debu yang terukur, dengan sensitivitas 0.5V/0.1 mg/m3.

    Spesifikasi dari GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor :

    1. Berbasis Inframerah
    2. Output tegangan: analog, semakin tinggi intensitas debu semakin tinggi nilai tegangan output
    3. Sensitivitas : 0,5/01.mg/m3
    4. Suplai tegangan: 5-7 V
    5. Suhu operasi : -10-65 derajat celcius
    6. Konsumsi saat ini: 20mA max

    LCD (Liquid Crystal Display)

    Definisi LCD (Liquid Crystal Display)

    Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD (Liquid Crystal Display) adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang ada di sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-lit. LCD berfungsi sebagai penampil data baik dalam bentuk karakter, huruf, angka ataupun grafik.

    Material LCD (Liquid Crystal Display)

    LCD adalah lapisan dari campuran organik antara lapisan kaca bening dengan elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan seven-segment dan lapisan elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal depan dan polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul yang telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi gelap dan membentuk karakter data yang ingin ditampilkan.

    Sumber: elektronik-dasar.web.id

    Gambar 2.20. Bentuk 16x2 LCD (Liquid Crystal Display)

    Pengendali/Kontroler LCD (Liquid Crystal Display)

    Dalam modul LCD (Liquid Crystal Display) terdapat microcontroller yang berfungsi sebagai pengendali tampilan karakter LCD. Microntroller pada suatu LCD dilengkapi dengan memori dan register. Memori yang digunakan microcontroler internal LCD adalah:

    1. DDRAM (Display Data Random Access Memory) merupakan memori tempat karakter yang akan ditampilkan berada
    2. CGRAM (Character Generator Random Access Memory) merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan
    3. CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut merupakan karakter dasar yang sudah ditentukan secara permanen oleh pabrikan pembuat LCD tersebut sehingga pengguna tinggal mangambilnya sesuai alamat memorinya dan tidak dapat merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM.

    Pin, kaki atau jalur input dan kontrol dalam suatu LCD (Liquid Cristal Display) diantaranya adalah:

    1. Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan menggunakan LCDdapat dihubungkan dengan bus data dari rangkaian lain seperti mikrokontroler dengan lebar data 8 bit
    2. Pin R/W (Read Write) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low tulis data, sedangkan high baca data.
    3. Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar.
    4. Pin VLCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin ini dihubungkan dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan dihubungkan ke ground, sedangkan tegangan catu daya ke LCD sebesar 5 volt.

    Kipas DC

    Definisi Kipas

    Kipas adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menghasilkan aliran pada fluida gas seperti udara. Kipas memiliki fungsi yang berbeda dengan kompresor sekalipun media kerjanya sama, dimana kipas menghasilkan aliran fluida dengan debit aliran yang besar pada tekanan rendah, sedangkan kompresor menghasilkan debit aliran yang rendah namun tekanan kerja yang tinggi. Dengan fungsi yang berbeda dari kompresor tersebut, kipas banyak diaplikasikan seperti untuk kenyamanan ruangan (kipas meja/dinding), sistem pendingin pada kendaraan atau sistem permesinan, ventilasi, penyedot debu, sistem pengering (dikombinasikan dengan heater), membuang gas-gas berbahaya, dan juga supply udara untuk proses pembakaran (seperti pada boiler).

    Kipas DC

    Sumber: skemarangkaianpcb.com

    Gambar 2.21. Kipas DC 12 cm

    Kipas DC dipergunakan untuk menghasilkan angin. Fungsi yang umum adalah untuk pendingin udara, penyegar udara, ventilasi (exhaust fan), pengering (umumnya memakai komponen penghasil panas). Kipas DC juga ditemukan di mesin penyedotdebu dan berbagai ornamen untuk dekorasi ruangan. Kipas DC disini digunakan untuk membersihkan debu.

    Rangkaian kontrol fan (kipas) 12 volt DC ini berfungsi untuk mengendalikan kecepatan putaran motor DC 12 volt. Komponen yang digunakan untuk mengendalikan kecepatan fan (kipas) DC 12 volt ini adalah IC LM2941CT. IC LM2941CT merupakan sebuah regulator tegangan 1A. Rangkaian kontrol fan (Kipas) 12V ini dapat digunakan untuk mengendalikan kecepatan fan (kipas) 12 volt dengan arus maksimum 1 A. Rangkaian kontrol fan 12 volt ini cukup sederhana dan menggunakan komponen yang mudah diperoleh, untuk membuat atau merakit rangkian kontrol fan ini dapat melihat gambar rangkaian dan komponen yang digunakan seperti pada gambar berikut.

    Sumber: skemarangkaianpcb.com

    Gambar 2.22. Rangkaian Kontrol Kipas (Fan)

    Konsep Dasar Wireless

    Definisi Wifi (Wireless Fidelity)

    Wi-Fi (Wireless Fidelity) memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks disingkat WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Standar terbaru dari spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.16 g, saat ini sedang dalam penyusunan, spesifikasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan transfernya. Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk pengunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Local (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinan komputer dengan kartu nirkabel (wireless card) atau personal digital assistant (PDA) dapat terhubung dengan internet melalui access point (atau dikenal dengan hotspot) terdekat.

    Jaringan Wifi memiliki lebih banyak kelemahan di banding dengan jaringan kabel. Saat ini, perkembangan teknologi wifi sangat signifikan sejalan dengan kebutuhan sistem informasi yang mobile. Banyak penyedia jasa wireless seperti hotspot komersil, ISP, Warnet, kampus-kampus maupun perkantoran sudah mulai memanfaatkan wifi pada jaringan masing masing, tetapi sangat sedikit yang memperhatikan keamanan komunikasi data pada jaringan wireless tersebut. Hal ini membuat para hacker menjadi tertarik untuk mengeksplore keamampuannya untuk melakukan berbagai aktifitas yang biasanya ilegal menggunakan wifi.

    Wi-Fi di rancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Empat variasi dari 802.11, yaitu:

    1. 802.11a
    2. 802.11b
    3. 802.11g
    4. 802.11n

    Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi. Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005.

    Sumber : vnetkomputer.com

    Tabel 2.4. Spesifikasi Wi-Fi

    Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama.Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz).

    Keamanan Jaringan Wifi

    Peralatan sinyal yang ditranmisikan oleh jaringan wifi menggunakan frekuensi secara bebas, sehingga dapat ditangkap oleh komputer lain sesame user wifi. Keamanan jaringan wifi secara umum terdiri dari non secure dan share key (secure):

    1. On secure: computer yang mempunyai wifi dapat menangkap transmisi pancaran dari sebuah wifi dan langsung dapat masuk kedalam jaringan tersebut
    2. 8Share key: untuk dapat masuk ke jaringan wifi diperlukan kunci atau password, contohnya sebuah network yang menggunakan WEP.
    3. Selain menggunakan WEP, dapat ditambahkan WPA ( wifi protected access ).
    4. Membatasi akses dengan mendaftarkan MAC Address dari koomputer klien yang berhak mengakses jaringan.

    Keunggulan Dan Kelemahan Jaringan Wifi

    1. Keunggulan Jaringan WiFi yaitu sebagai berikut :
      1. Infrastruktur berdimensi kecil
      2. Pembangunannya cepat
      3. Mudah dan murah untuk direlokasi
      4. Mendukung portabilitas.
    2. Kelemahan Jaringan WiFi adalah :
      1. Delay yang sangat besar
      2. Kesulitan karena masalah propagasi radio
      3. Mudah untuk terinterferensi
      4. Kapasitas jaringan kecil, karena keterbatasan spectrum
      5. Keamanan atau kerahasian data kurang aman

    Konsep Dasar Web Browser

    Definisi Web Browser

    Menurut Hastanti dalam jurnal IJCSS Indonesian Jurnal on Computer Science-Speed (2013:3) [29], “Web Browser adalah sebuah perangkat lunak atau software yang berfungsi untuk menampilkan dan melakukan interaksi dengan dokumen-dokumen yang disediakan oleh server web. Dengan Web Browser kita dapat memperoleh informasi yang disediakan oleh server web. Web Browser di kenal juga dengan istilah browser, atau peselancar, atau Internet browser adalah suatu program computer yang menyediakan fasilitas untuk membaca halaman web di suatu komputer.”.

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan Web Browser adalah aplikasi perangkat lunak yang memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dengan teks, image, video, games dan informasi lainnya yang berlokasi pada halaman web pada World Wide Web (WWW).

    Komponen Elektronika

    Definisi Komponen Elektronika

    Menurut Zona Elektro (2014:1)[30], “Komponen Elektronika adalah elemen terkecil dalam suatu rangkaian elektronika.”

    Menurut Hakiem (2015:41)[31],“Elektronika adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tentang pengendalian partikel bermuatan di dalam ruang hampa, gas, dan bahan semikonduktor”.

    Bedasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan elektronika adalah ilmu yang memoelajari tentang muatan listrik, yang terjadi pada di dalam ruangan yang hampa, gas dan bahan semikonduktor

    Jenis-Jenis Komponen Elektronika

    Menurut Hakiem (2015:42)[31], komponen elektronika adalah sebagai elemen terkecil dari rangkaian sistem/ekronis di bagi menjadi dua kelompok yaitu :

    1. Komponen Pasif
    2. Komponen Pasif adalah komponen yang tidak dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik, serta tidak dapat mengubah energy dari satu bentuk ketempat yang lain. Macam-macam komponen pasif :

      1. Resistor

        Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring ‎elektronik dan sirkuit elektronik‎.

        Menurut Istiyanto (2014:16)[32], “Resistor berfungsi sebagai perendam tegangan DC (direct current, arus searah) atau AC (alternating current, arus bolak-balik).”

        Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor di sebut Ohm (Ω). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran dinamakan gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohm (Ω) meter.

        Sumber: Istiyanto (2014:22)

        Tabel 2.5 Skema Warna Resistor

        Nilai satuan terbesar yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai resistor adalah:
        1 Mega Ohm (MΩ) = 1.000.000 Ω
        1 kilo Ohm (KΩ) = 1.000 Ω

      2. Kapasitor

        Menurut Istiyanto (2014:22)[32], Kapasitor memiliki banyak fungsi di antaranya sebagai penstabil degangan DC untuk rangkaian catu daya atau lapis gelombang AC. Kapasitor menggunakan satuan Farad (F), jangkauannya antara 1pF (pico-Farad) atau 1 x 10-12 F hingga 1 F. Beberapa jenis kapasitor ada yang bertipe polar dan non-polar. Pada badan kapasitor terdapat sejumlah angka dan huruf sebagai kode nilai besaran kapasitans. Misalkan jika ada tiga digit angka, digit paling kiri pertama dan kedua sebagai nilai nominal kapasitans, angka ke-3 sebagai faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, misalnya 1=101=10, 2=102=100, 3=103=1000, dan seterusnya.

        Sumber: Istiyanto (2014:22)

        Tabel 2.6 Macam-Macam Kapasitor

        Berikut ini adalah perhitungan rumus kapasitor:
        Q = CV..............................(1)
        Dimana
        Q = muatan elektron dalam C (coulomb)
        C = nilai kapasitansi dalam F (farad)
        V = besar tegangan dalam V (volt)

      3. Kristal (XTAL)

        Menurut Hernanto (2014:20)[33], Kristal berfungsi untuk menghasilkan sinyal dengan tingkat kestabilan frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada oscilator ini terbuat dari quartz atau Rochelle salt dengan kualitas yang baik. Material ini memiliki kemampuan mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran atau sebaliknya. Kristal dapat difungsikan sebagai umpan balik pada suatu frekuensi tertentu saja.

        Sumber: Hernanto (2014:20)

        Gambar 2.23 Kristal (XTAL)


      4. Relay

        Menurut Diah Aryani, Indrianto, Naimuddin dalam jurnal CCIT Vol.‎‎6 No.2 (2013:195), [34], ‎‎“Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu rangkaian trigger.”.

        Menurut Hernanto (2014:21)(2013)[33], ‎‎“Relay adalah saklar (switch) elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet. Relay terdiri dari suatu lilitan dan switch mekanik. Switch mekanik akan bergerak jika ada arus listrik yang mengalir melalui lilitan”.

        Sumber: Hernanto (2014:21)

        Gambar 2.24 Relay

    3. Komponen Aktif
    4. Komponen Aktif adalah komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik, serta mengubah energy dari satu bentuk ketempat yang lain. Macam-macam komponen aktif :

      1. Transistor

        Menurut Istiyanto (2014:26)[32], Transistor merupakan komponen semikonduktor yang berfungsi sebagai penguat arus, pemutus dan penyambung (switching) sirkuit, sebagai regulator tegangan, atau sebagai pemodulasi sinyal. Pada transistor terdapat 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Colektor (C). Pada rangkaian analog, Transistor digunakan sebagai penguat arus (amplifier) seperti rangkaian pengeras suara, penstabil tegangan listrik (stabilizer) dan penguat gelombang radio (radio amplifier). Pada aplikasi digital sebagai saklar berkecapatan tinggi, sebagai gerbang logika (logic gate), atau sebagai penyimpan data bit. Transistor di susun menggunakan sambungan dioda. Berdasarkan jenis sambungan transistor dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

        1. NPN (Negative Positive Negative)

          Transistor NPN terdiri dari 1 lapisan semikondutor tipe-P di antara 2 lapisan semikonduktor tipe-N. Arus kecil yang memasuki basis pada emitter dikuatkan di keluran kolektor. Dengan kata lain, transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi dari pada tengan emitter.

          Sumber: Istiyanto (2014:29)

          Gambar 2.25 Simbol Transistor NPN

        2. PNP (Positive Negative Positive)

          Transistor PNP terdiri dari 2 lapisan semikonduktor tipe-N di antara 2 lapisan semikonduktor tipe-P. arus kecil yang meninggalkan basis pada moda tunggal emitter dikuatkan dikeluran kolektor. Dengan kata lain, transistor PNP hidup ketika tegangan basis lebih rendah dari pada tegangan emitter.

          Sumber: Istiyanto (2014:29)

          Gambar 2.26 Simbol Transistor PNP

      2. Dioda

        Menurut Istiyanto (2014:28)[32], Dioda adalah komponen semikonduktor yang hanya mengalirkan arus searah. Dalam operasinya, dioda akan bekerja bila diberi arus bolak-balik (AC) dan berfungsi sebagai penyearah. Selain itu dioda dapat mengalirkan arus searah (DC) dari kutub anoda (+) ke kutub katoda (-). Jika kutub anoda diberi arus negatif dan kutub katoda diberi arus positif maka dioda akan bersifat menahan arus listrik. Dioda merupakan gabungan antara bahan semikonduktor tipe P dan tipe N. Bahan tipe P adalah bahan campuran yang terdiri dari germanium atau silikon dengan aluminium dan merupakan bahan yang kekurangan elektron dan bersifat positif. Bahan tipe N adalah bahan campuran yang terdiri dari germanium atau silikon dengan fosfor dan merupakan bahan yang kelebihan elektron dan bersifat negatif.

        Sumber: Istiyanto (2014:28)

        Gambar 2.27 Dioda

      3. IC (Integreted Circuit)

        Menurut Hernanto (2014:22)[33], “IC (Integrated Circuit) merupakan suatu komponen semikonduktor yang dirancang dari beberapa komponen elektronika seperti transistor, dioda, resistor, kapasitor, dan komponen semikonduktor lainya, sehingga menjadi satu kesatuan yang berbentuk chip.”

        Sumber: Hernanto (2014:22)

        Gambar 2.28 IC (Integrated Circuit)

      4. LED (Light Emitting Diode)

        Menurut Ramadhan (2013:15)[35], “LED atau singkatan dari Light Emitting Diode adalah salah satu komponen elektronika yang terbuat dari bahan semi konduktor jenis dioda yang mempu mengeluarkan cahaya.”

        Menurut Alfith (2015:3)[28], “LED (Light Emitting Dioda) merupakan komponen aktif bipolar semikonduktor, karena itu hanya mampu mengalirkan arus dalam satu arah saja. Untuk menyalakan LED, cukup dengan mengalirkan arus dari anoda ke katoda (forward bias) dengan beda potensial minimum berkisar antara 1,5 hingga 2 volt dan arusnya berkisar di 20mA”.

        Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan LED (Light Emitting Dioda) adalah dioda yang dapat memancarkan cahaya pada saat mendapat arus bias maju (forward bias).

        Sumber: marktechopto.com

        Gambar 2.29. Lampu LED (Light Emitting Dioda)

    Definisi Platform Ubidots

    Definisi Wemos D1 Mini

    Sumber: www.ubidots.com

    Gambar 2.30. Logo Ubidots

    Ubidots menawarkan platform untuk pengembang yang memungkinkan mereka untuk dengan mudah menangkap data sensor dan mengubahnya menjadi informasi yang berguna. Menggunakan platform ubidots untuk mengirim data ke awan dari perangkat berkemampuan internet. Selain itu, dapat mengkonfigurasi berupa tindakan dan alert berdasarkan data real-time dan membuka nilai dari data sensor melalui alat visual. Ubidots menawarkan fitur API yang memungkinkan sensor untuk membaca dan menulis data ke sumber daya yang tersedia: sumber data, variabel, nilai-nilai, peristiwa dan wawasan. API mendukung HTTP dan HTTPS dan Key API diperlukan

    Ubidots adalah tentang membantu dunia memahami data yang dihasilkan oleh ribuan sensor di sekitar kita.Memiliki menyediakan layanan rekayasa untuk kesehatan, makanan dan industri minyak & gas di Amerika Latin selama lebih dari 5 tahun, tim Ubidots dirancang layanan awan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar hal Internet proyek.

    Ubidots adalah startup muda dan alumni Mass Challenge Accelerator 13 (Boston, MA), dunia startup accelerator terbesar. Produk kami dikembangkan dari AtomHouse Medellín dan Bogota, dengan kehadiran pengembangan bisnis di Boston. Dan didukung oleh lembaga inovasi Innpulsa dan Rutan.

    Konsep Dasar Power Supply

    Definisi Power Supply

    Menurut Husaini (2014:1)[36], Power Supply merupakan sebuah sistem yang menyediakan sumber daya DC (direct current) atau arus searah, diperoleh dengan jalan merubah arus bolak-balik AC menjadi arus searah dan menstabilkan tegangan keluarannya minaret kebutuhan sebum sistem elektronik.

    Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan power supply adalah alat atau sistem yang berfungsi untuk menyalurkan energi listrik atau bentuk energi jenis apapun yang sering digunakan untuk menyalurkan energi listrik.

    Sumber: makeblock.com

    Gambar 2.31 Power Supply

    Konsep Dasar Literature Review

    Definisi Literature Review

    Menurut Warsito, dkk (2015:29)[37], “Metode study pustaka dilakukan untuk menunjang metode survei dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi- referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.”

    Menurut Hermawan dalam Tiara (2013:75)[38], "Tinjauan pustaka adalah menganalisis secara kritis pustaka penelitian yang ada saat ini. Tinjauan pustaka tersebut perlu dilakukan secara ketat."

    Dari ke dua definisi yang dikemukakan di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Literature Review merupakan suatu metode penelitian yang digukan untuk mengumpulkan informasi mengenai penelitian yang sejenis atau pada kasus yang sejenis.

    Tujuan Literature Review

    Menurut Hermawan dalam Tiara (2013:76)[38], "Tinjauan Pustaka berisi penjelasan secara sistematik mengenai hubungan antara variabel untuk menjawab perumusan masalah penelitian. Tinjauan pustaka dalam suatu penelitian memiliki beberapa tujuan, yaitu:

    1. Untuk berbagi informasi dengan para pembaca mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya yang erat kaitannya dengan penelitian yang sedang kita laporkan.
    2. Untuk menghubungkan suatu penelitian ke dalam pembahasan yang lebih luas serta terus berlanjut sehingga dapat megisi kesenjangan-kesenjangan serta memperluas atau memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian sebelumnya
    3. Menyajikan suatu kerangka untuk menunjukan atau meyakinkan pentingnya penelitian yang dilakukan dan untuk membandingkan hasil atau temuan penelitian dengan temuan-temuan penelitian lain dengan topik serupa.

    Studi Pustaka (Literature Review

    Banyak penelitian yang sebelumnya dilakukan mengenai deteksi debu berbasis arduino uno. Dalam upaya mengembangkan dan menyempurnakan deteksi debu berbasis arduino uno ini perlu dilakukan studi pustaka (literature review) sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang akan dilakukan. Hasil dari studi pustaka (literature review) ini antara lain:

    1. Penelitian dalam sebuah jurnal yang telah dilakukan oleh Ilham Setiadi (2014) dari Universitas Mercubuana yang berjudul “Perancangan Alat Pengukur Dan Pendeteksi Debu Berbasis Arduino Uno”. Alat pengukur dan pendeteksi debu berbasis arduino bisa mendeteksi seberapa besar kadar debu di lingkungan. Alat akan bekerja secara otomatis dengan menggunakan sensor debu yang diletakkan di ruangan, dengan mengirimkan sinyal output ke mikrokontroler untuk menampilkan hasilnya melalui LCD berupa seberapa besar polusi debu tersebut.
    2. Penelitian dalam sebuah jurnal yang telah dilakukan oleh Sugiyarni, Haryanto (2016) dari STMIK AUB Surakarta yang berjudul “Alat Pendeteksi Kadar Debu Di Area Gunung Merapi Berbasis Mikrokontroler AT89S51”. Cara Kerja alat ini adalah Mikrokontroler AT89S51 akan membaca masukan yang diberikan dari sensordigunakan untuk mengatur pada awal sebelum sistem bekerja sebagaimana yang telah dikehendaki oleh pengguna. Kemudian mikrokontroler AT89S51 mengirimkan data yang akan ditampilkan ke LCD. Board ini juga akan digunakan untuk interfacing atau antarmuka dengan perangkat komputer dan digunakan untuk pengendalian.
    3. Penelitian dalam sebuah jurnal yang telah dilakukan oleh Rizky Nelar Lesmana, Yunita Rahayu (2016) dari Universitas Riau yang berjudul “Membangun Sistem Pemantau Kualitas Udara Dalam Ruangan Dengan Mengaplikasikan Sensor CO, O3, PM10 Berbasis LabVIEW”. Alat ini dibangun dengan menggunakan sensor MQ7 sebagai pengukur besaran karbon monoksida(CO), sensor GP2Y1010AU0F sebagai pengukur besaran Dust atau particulate matter (PM10)dan sensor MQ131 sebagai pengukur besaran gas O3. Arduino Mega2560 berperan sebagai Master Control Unit (MCU) yang mengelola data sinayal Analog hasil pembacaan sensor menjadi data digital yaitu kualitas udara sesuai standar yang digunakan, dan MCU juga akan menampilkan data kualitas udara ruangan pada layar LCD nokia 5110 84x48. Tampilan data berupa grafik dan numerik ditunjukkan pada display komputer (laptop) dengan menggunakan software LabVIEW. Untuk memudahkan pengguna data hasil pengukuran indeks kualitas udara ruangan disajikan dengan menggunakan standar indeks kualitas udara yang telah ditentukan pemerintah yaitu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).
    4. Penelitian dalam sebuah jurnal yang telah dilakukan oleh Reza Hastuti, Edita Rosana Widasari dan Barlian Henryanu Prasetio (2017) dari Universitas Brawijaya yang berjudul “Sistem Pendeteksi Pencemaran Udara Ambien Di Kawasan Lumpur Lapindo Dengan Menggunakan Logika Fuzzy”. Pada perancangan sistem ini, dibagi beberapa perancanganyaitu perancangan hardware dalam pembuatan sistem ini meliputi perancangan sensor MQ-4, sensor MQ-7, dan sensor debu, perancangan software dalam pembuatan sistem ini adalah perancangan user interface dan pengolahan data sensor dengan menggunakan pemrograman NI Labview. dan perancangan logika fuzzy pada sistem ini adalah dimulai dari tahap pertama yaitu fuzzyfication yaitu menentukan parameter yang menjadi membership function. Kemudian tahap kedua adalah inferensi fuzzy atau pembuatan rule fuzzy yang disesuaikan dengan membership function yang ada. Pada sistem ini digunakan 7 membership, dan tahap ketiga adalah defuzzyfication yaitu tahap mengubah fuzzy output menjadi crips value berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan
    5. Penelitian dalam sebuah tugas akhir yang telah dilakukan olehWirda Harisa Hasibun (2014) dari Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Alat Ukur Densitas Debu Di Udara Berbasis Mikrokontroler”. alat ukur densitas debu menggunakan GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor berbasis mikrokontroler ATMega 16, dimana sensor ini mendeteksi densitas debu pada simulasi ruangan yang berukuran 15 cm x15 cm dan di dalam ruangan tersebut terdapat Fan PC yang berfungsi untuk menyerap dan mengeluarkan debu. Prinsip kerjanya ialah cahaya dicerminkan pada partikel melewati keseluruhan permukaan, kemudian oleh photodiode diubah menjadi tegangan. Tegangan harus diperkuat untuk dapat membaca perubahan. Output dari sensor adalah tegangan analog yang sebanding dengan kepadatan debu yang terukur, dengan sensitivitas0.5V/0.1mg/m3. Program dieksekusi melalui mikrokontroler untuk memberikan output yang akan ditampilkan pada LCD dalam angka digital.

    Berdasarkan literatur review di atas, maka penulis mengambil acuan dari literatur review tersebut karena masih ada kaitannya mengenai sistem pendeteksian dengan menggunakan mikrokntroler.Tapi dari acuan tersebut belum ditemukan solusi dari permasalahan yang ada, karena itu penulis melakukan penambahan output sistem pembersih debu yang dapat membersihkan debu produksi yang bisa diaplikasikan di lapangan atau tempat penulis bekerja. Dalam penelitian ini penulis menambahkan konsepinternet of things yang sedang menjadi trend pada saat inikarena lebih memudahkan dan membantu dalam proses pendeteksian debu produksi.Untuk itu dibuatlah penelitian yang berjudul “PROTOTYPE PENDETEKSI DEBU BERBASIS INTERNET OF THINGS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GP2Y1010AU0F PADA PT. SURYA TOTO INDONESIA”

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Gambaran Umum PT. Surya Toto Indonesia Tbk

    Sejarah Singkat PT. Surya Toto Indonesia Tbk

    TOTO Ltd didirikan pada tahun 1917 sebagai produsen sanitasi keramik dan perangkat keras saluran air. Semakin berkembang, TOTO Ltd tumbuh menjadi pemimpin industri Jepang dalam produk sanitasi dan pipa-pipa. Dan dengan visi misi perusahaan sekarang di abad ke-21, TOTO Ltd, siap untuk bergerak maju dan memberikan produk serta layanan untuk meningkatkan kebersihan, kenyamanan dan kemudahan ruang hunian dan non-perumahan. TOTO Ltd juga merupakan perusahaan yang ditunjukan untuk meningkatkan gaya hidup dan sambil menjaga kemurnian lingkungan kita.

    PT. Surya Toto Indonesia memulai tradisi yang sederhana dengan CV Surya, bisnis yang berkembang yang mengkhususkan diri dalam perdagangan bahan bangunan. Perusahaan mengambil langkah pertama menuju menjadi nama dihormati dalam industri saniter ketika terpilih sebagai agen untuk TOTO Limited dari Jepang, salah satu produsen terbesar di dunia sanitasi dan saluran air.

    Meramalkan masa depan yang menjanjikan dalam produksi sanitasi, CV. Surya mengadakan joint venture dengan TOTO Terbatas Jepang di bawah nama PT. Surya Toto Indonesia Tbk. Langkah ini diambil dalam rangka untuk mengambil keuntungan dari sumber dayayang cukup di Indonesia, yang mencakup suplai pekerja terampil, bahan baku melimpah dan biaya bahan bakar rendah.

    Gambar 3.1. PT. Surya Toto Indonesia (Serpong)

    PT. Surya Toto Indonesia Tbk. Saat ini mengoperasikan tiga pabrik diantaranya sanitary, fitting, dan kitchen set dan mempekerjakan sekitar 3.500 orang. Perusahaan yang dinamis ini terus mengandalkan produk unggulan, pemasaran cerdas, karyawan yang sangat termotivasi dan perluasan jaringan penjualan di seluruh dunia untuk menyediakan produk berkualitas yang memperbaiki cara hidup manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

    Visi Misi PT. Surya Toto Indonesia Tbk

    1. Visi PT. Surya Toto Indonesia

    Menjadi perusahaan Terkemuka Yang Dapat Memberikan Kontribusi Terhadap Perkembangan Masyarakat

    2. Misi PT. Surya Toto Indonesia Tbk

    1. Memberikan Produk Yang Bermanfaat Dan Berkualitas Tinggi.

    2. Memberikan Pelayanan Prima Untuk Memenuhi Kepuasan Pelanggan

    3. Mencintai Pekerjaan Dengan Sepenuh Hati

    4. Menghargai Individu Dan Membina Kerja Sama

    5. Melindungi Lingkungan Dunia Dengan Penghematan Penggunaan Sumber Daya Alam Dan Energi

    Struktur Organisasi SMK Yuppentek 1 Tangerang

    Dalam suatu instansi, struktur organisasi merupakan hal sangat penting. Karena dengan adanya struktur organisasi yang berjalan baik, maka fungsi-fungsi manajemen akan dapat dijalankan dengan baik pula. Sehingga dalam hal ini diperlukan adanya suatu hubungan kerja sama yang baik antara bagian terkait.

    Struktur organisasi dapat tercermin dalam suatu bagian yang menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang dan aturan-aturan yang berlaku sesuai prosedur yang ada termasuk komunikasi dan arus kerja di perusahaan.

    PT. Surya Toto Indonesia mengelola sumber daya manusia sekitar 3.500 orang dan memiliki struktur organisasi manajemen sebagai berikut:

    Gambar 3.2. Struktur Organisasi Perusahaan

    Wewenang dan Tanggung Jawab

    Komisaris Utama

    1. Menyelenggarakan progran kerja yang berpedoman pada visi, misi, fungsi dan tujuan pendirian PT. Surya Toto Indonesia

    2. Menyelenggarakan kegiatan dan penelitian

    3. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan pemasaran

    Komisaris

    1. Menjalankan program kebijaksanaan Perusahaan

    2. Mengawasi dan membina untuk mengembangkan program usaha sesuai kebijakan yang telah digariskan

    3. Membina dan mengembangkan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat

    Direktur

    1. Melaksanakan dan mengelola seluruh kegiatan

    2. Membina dan mengembangkan kepegawaian

    3. Mengadakan sarana dan prasarana kepegawaian

    Asisten Direktur Finansial

    1. Mengusulkan kepada Direktur atas prosedur pembuatan budget atau biaya pada setiap bagian dan pemakai dana.

    2. Mengusulkan kepada Direktur tentang kenaikan gaji, pengangkatan dan pemberhentian terhadap staff

    3. Memberikan kebijakan pelaksanaan pada bidang layanannya dan memberikan sanksi kepada staff binaan yang melanggar tata tertib karyawan

    Asisten Direktur Operasional

    1. Mengusulkan kepada Direktur atas prosedur pelaksanaan penjualan

    2. Mengusulkan kepada Direktur tentang kenaikan honor staff perusahaan

    3. Mengusulkan kepada Direktur tentang pengangkatan dan pemberhentian staff

    Tata Laksana Sistem Berjalan

    Prosedur Sistem Yang Berjalan

    Prosedur sistem yang berjalan sebelumnya untuk mendeteksi kepekatan debu masih terjadwal pengujiannya dengan cara petugas K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja Dan Lingkungan) datang ke setiap seksi atau bagian untuk mengukur kepekatan debu yang dihasilkan dari kegiatan produksi.Cara dan hasil pengukurannya masih manual dengan membawa alat pendeteksi debulalu mencatat hasil kepekatan debu untuk mengetahui hasilnya, agar di lokasi kerja masih layak atau tidak udara yang dihirup untuk karawan yang berada di lingkungan kerja.

    Gambar 3.3. Alat Pendeteksi Debu PT. Surya Toto Indonesia

    Prosedur Sistem Yang Berjalan

    Flowchart Sistem Yang Berjalan

    Untuk menganalisa sistem yang sedang berjalan pada saat ini, peneliti menggunakan tenik pembacaan melalui flowchart diagram, tujuannya agar mempermudah pembacaan sistem yang berjalan. Berikut adalah gambaran sistem flowchart pendeteksian debu:

    Gambar 3.4.Flowchart Sistem Berjalan

    Berdasarkan flowchart di atas, pada saat pendeteksian yang sedang berjalan masih menggunakan metode manual sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pendeteksian dan masih secara manual dalam mendata hasil kepekatan debu. Dengan cara membuat jadwal lalu petugas datang ke setiap seksi atau bagian.

    Flowchart Sistem Yang Diusulkan

    Pada rancangan sistem yang diusulkan ini adalah dengan adanya sistem pendeteksi debu yang dapat dikendalikan atau monitoring melalui web browser dengan kata lain berbasis internet of things, yang diharapkan dapat membantu dan memberikan kemudahan dalam penggunannya. Karena pada umumnya permasalahan dihadapi oleh petugas adalah pengendalikan yang masih secara manual.

    Bagi petugas hal seperti ini dapat menguras tenaga dan waktu, serta dapat berpengaruh pada keefektifan kerja. Berikut adalah flowchart pendeteksi debu yang berbasis internet of things yang bisa dikontrol melalui browserdan hasilnya ditampilkan pada web ubidots.

    Gambar 3.5. Flowchart Sistem Yang Diusulkan

    Perancangan Prototype

    Dalam pembuatan proses prototype ini akan dibentuk dengan membuat alat menyerupai alat pendeteksi debu pada umumnya, rancangan ini disertai dengan komponen seperti: sensor GP2Y1010AU0F sebagai alat pendeteksi kepekatan debu, wemos berfungsi sebagai mikrokontroler pengendali atau otak dari rangkaian yang berguna untuk komunikasi pada web browser menggunakan jaringan wifi dengan transfer program secara wireless yang akan ditampilkan pada web ubidots, dan tambahan tampilan lcd untuk menampilkan hasilnya secara langsung, serta kipas dc yang berguna untuk membersihkan debu hasil produksi


    Gambar 3.6. Perancangan Prototype

    Metode Prototype

    Metode prototype yang digunakan pada penellitian Skripsi ini yaitu metode prototype evolusioner, artinya suatu pengembangan dari sistem yang sudah ada, dan perbandingan antara sistem yang sudah ada dengan sistem yang akan diusulkan. Berikut dijelaskan perbandingan sistem

    Tabel 3.1. Perbandingan Sistem

    Cara Kerja Alat

    Input, Process, Output

    Gambar 3.7. Alur Kerja Alat

    a. Input

    Proses input terjadi ketika sensor pendeteksi debu mengirimkan sinyal ke mikrokontroler wemos yang kemudian akan memproses dalam pendeteksian debu

    b. Proses

    Saat proses terjadi, maka sensor debu akan mengirimkan informasi ke mikokontroler wemos, informasi yang diterima akan diproses wemosdan diolah menjadi data. Wemos akan mengambil keputusan untuk bekerja yang menghasilkan output

    c. Output

    Setelah kedua line input dan proses terjadi, maka output dapat bekerja. Adapun hasilnya yaitu kepekatan debu ditampilkan pada web ubidots yang berfungsi untuk pengotrolan dalam pendeteksian debu produksi.Selain pada web ubidots, hasil kepekatan debu juga dapat langsung ditampilkan pada layar LCD. Sistem ini juga dilengkapi kipas pembersih, apabila terjadi tingkat kepekatan debu yang tinggi, maka kipas dc akan bekerja untuk menyedot atau membersihkan debu

    Diagram Blok

    Dalam perancangan perangkat keras atau hardware dibutuhkan beberapa alat atau komponen elektronika, perlengkapan mekanik dan penunjang lainnya agar sistem dapat berjalan dan bekerja dengan benar sesuai prosedur. supaya mudah dipelajari, peneliti membuat alur diagram blok sebagai berikut

    Gambar 3.8. Diagram Blok

    1. Power supply merupakan catu daya (listrik) yang berguna untuk memberikan tegangan arus listrik ke wemos, layar lcd, kipas dc dan perangkat lainnya yang sesuai kebutuhan.

    2. Modem merupakan hardware untuk mendapatkan alamat ip address pad Tp-Link.

    3. Sensor GP2Y1010AU0F atau sensor debu merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi debu dan dapat mengirimkan sinyal ke perangkat wemos

    4. Wemos D1 Mini sebagai platform dalam pengontrolan sistem

    5. Wifi merupakan jaringan untuk gerbang penghubung antara web browser dengan wemos

    6. Web Browser sebagai input untuk mengakses web ubidots yang berfungsi sebagai pengendalian debu

    7. Web Ubidots merupakan sistem aplikasi software atau plaform untuk mengetahui hasil dari kepekatan debu yang terdeteksi dari sensor

    8. Layar LCD merupakan komponen elektronika yang berfungsi sebagai tampilan suatu data kepekatan debu secara langsung

    9. Kipas DC merupakan alat untuk membersihkan debu,apabila kepekatan debu tersebut meningkat

    Pembuatan Alat

    Pada pembuatan alat ini meliputi rancangan perangkat keras (hardware) dan rancangan perangkat lunak (software). Gambaran secara umum berupa rancangan diagram blok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.7. dan alat yang akan dibuat akan membentuk suatu “Prototype Pendeteksi Debu Berbasis Internet Of Things Dengan Menggunakan Sensor GP2Y1010AU0F”. Rancangan sistem secara keseluruhan diperlukan beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan sistem. Adapun rincihan alat dan bahan sebagai berikut

    a) Alat-alat yang digunakan

    1. Laptop

    2. Software Arduino IDE, untuk membuat kode program

    3. Software Microsoft Office 2010

    4. Printed circuit board/ Papan pcb bolong

    5. Solder Timah

    6. Tang dan Obeng

    b). Bahan-bahan yang digunakan

    1. Wemos D1 Mini

    2. Sensor GP2Y1010AU0FOptical Dust Sensor

    3. Hotspot/Wifi

    4. Kipas DC

    5. Komponen Elektronika

    6. Adapter Switch 12 V

    Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

    Rangkian Catu Daya

    Agar alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan prosedurnya, dibutuhkan sumber tegangan arus listrik sebagai catu daya. Rangkaian catu daya yang digunakan mendapatkan sumber tegangan dari adaptor dengan tegangan output 12 volt. Kemudian tegangan tersebut distabilkan menjadi 5 volt tegangan DC, melalui IC regulator LM7805. Arus yang masuk dari adaptor akan masuk melalui kapasitor yang bertujuan untuk merendahkan beban pada tegangan DC.

    Setelah itu keluaran dari kapasitor tersebut masuk ke IC regulator yang nantinya berguna untuk menstabilkan tegangan. IC regulator ini terdiri dari dua buah IC, yaitu LM7805 menghasilkan tegangan +5 volt. output dari IC regulator ini kemudian akan masuk kembali ke kapasitor agar tegangan DC yang dikeluarkan dapat lebih rendah (smooth) lagi

    Gambar 3.9. Rangkaian Catu Daya

    Rangkaian Sistem Wemos D1 Mini Dengan Sensor Debu

    Dalam perancangan alat ini menggunakan GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor yang berfungsi untuk komunikasi dan mengirim sinyal antara sensor debu dengan mikrokontroler wemos d1 mini.


    Gambar 3.10. Rangkaian Wemos D1 Mini Dengan Sensor Debu

    Rangkaian Wemos D1 Mini Dengan LCD

    Pengendalian kepekatan debu produksi tidak hanya pada web. Untuk mengetahui hasil dari sensor debu yang telah diprogram oleh mikrokontroler wemos d1 mini, peneliti juga menampilkan pada layar lcd hasil dari kepekatan debu produksi yang terjadi, shingga dapat diketahui hasilnya scara digital dan dapat dilihat secara real time. Berikut rangkaian wemos dengan lcd.

    Gambar 3.11. Rangkaian Wemos Dengan LCD

    Rangkaian Kipas DC (Pembersih Debu)

    Pada rangkaian kipasdc ini tidak banyak pin yang digunakan, hanya menggunakan 2 pinyaitu pin D5 dan pin GND. Sehingga kipas dcdapat bergerak dalam proses pembersihan debu. Berikut adalah rangkaian kipas dc yang ditunjukan pada gambar 3.12

    Gambar 3.12. Rangkaian Kipas DC 12 V

    Rangkaian Sistem Keseluruhan

    Setelah melakukan semua perancangan perangkat keras dari seluruh komponen dan bahan yang digunakan, maka Rangkaian Sistem Keseluruhan akan terlihat seperti gambar 3.16 sebagai berikut


    Gambar 3.13. Rangkaian Sistem Keseluruhan

    Perancangan Perangkat Lunak (Software)

    Memprogram Mikrokontroler Wemos Dengan Software Arduino

    Pada perancangan perangkat lunak akan memakai program arduino yang digunakan untuk menuliskan kode program dan menyimpandengan file arduino sebagai sarana yang digunakan untuk mengupload program ke dalam mikrokontroler (wemos), sehingga mikrokontroler (wemos) dapat bekerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan berikut adalah gambar untuk memprogram mikrokontroler wemos dengan softwarearduino. membuka software arduino kemudian ke menu File =>Preference

    Gambar 3.14. Listing Program Wemos Dengan Software Arduino

    Kemudian pada bagianAdditional Boards Manager URLs, masukkan URLs berikut ini:

    Kemudian pada bagianAdditional Boards Manager URLs, masukkan URLs berikut ini:

    Gambar 3.15. Board Manager Arduino

    Gambar 3.16. Tampilan MenuBoard Manager

    Pada kotak pencarian masukkan esp8266, maka akan muncul pilihan dari ESP8266 Community. Klik pada bagian more info dan install. Lalu tunggu sampai selesai.

    Gambar 3.17. ESP8266 Community

    Setelah selesai tipe board baru akan tampil di arduino. Masuk ke menu Tools =>Board lalu cari Wemos D1 R2 & Mini. Pilih tipe board ini untuk memprogram wemos dengan softwarearduino.

    Gambar 3.18. Memprogram BoardWemos Dengan Software Arduino

    Selanjutnya pilih port serial yang sesuai dengan yang digunakan wemos. Contoh di bawah COM5 dan tidak semua komputer sama

    Gambar 3.19.Menentukan Port Wemos Pada Arduino

    Untuk menguji cobauploadlisting program wemos pada arduino, gunakan Examples dari contoh program blink dari Sub Folder ESP8266. Dengan contoh sebagai berikut:

    Gambar 3.20. Pengujian Upload Program

    Pastikan proses upload program telah sukses dengan notifikasi pesan “Done Uploading”

    Gambar 3.21. Listing Program Hasil Pengujian

    Konsep Perancangan Ubidots

    Ubidots merupakan suatu sarana penyimpanan data berbasis open scout yang memproses data analog dan digital yang dikirim oleh mikrokontroler seperti arduino dan raspberry. Ubidots menghasilkan data statistik dan analog secara online, kelebihan ubidots dapat di pasang lebih dari 3 sensor dan maksimal 5 sensor untuk free user dan untuk lebih dari 5 sensor harus upgrade ke premium user.

    Pada pengujian ubidot ini menggunakan sebuah sensor debu jenis GP2Y1010AU0F Optical Dust Sensor.

    Gambar 3.22. Halaman Utama Web Ubidots

    Agar dapat memakai aplikasi web ubidots ini, kita harus memiliki akun atau sebagai userdengan cara sign up. Lalu isi biodata yang dibutuhkan, setelah itu kita bisa menggunakan web ubidots ini sesuai kebutuhan yang diperlukan

    Permasalahan Yang Dihadapi Dan Alternatif Pemecahan Masalah

    Permasalahan Yang Dihadapi

    Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Bapak Hasan Ipmawan selaku Supervisor HRD bagian HSE/K3L di PT. Surya Toto Indonesia perlu adanya penemuan atau terobasan baru perihal perlunya suatu media informasi yang dapat meringankan, mempercepat dan memberikan informasi secara effisien dan akurat.

    1. Pendeteksian dan pemberian informasi masih memakai metode manual

    2. Memperlambat tugas pegawai

    3. Jadwal pendeteksian lama persemester 6 bulan sekali

    4. Tidak dilengkapi notifikasi jika kepekatan debu terjadi

    Alternatif Pemecahan Masalah

    Setelah diuraikan permasalahan yang sedang dihadapi di atas, maka peneliti akan membuatkan alternatif pemecahan masalah, yaitu

    1. Membuat dan membangun sistem yang dapat memantau kepekatan debu, sehingga memudahkan pegawai dalam mendapatkan informasi

    2. Monitoring dilakukan berbasis internet of things sehingga dapat dikontrol melalui jaringan wifi.

    3. Memberikan notifikasi email sebagai pesan ketika kepekatan debu meningkat dan membuat sistem pembersih debu menggunakan kipas dc.

    User Requirement

    Elisitasi Tahap I

    Elisitasi tahap 1 disusun berdasarkanhasil dari interview yang telah dilakukan dengan pihak stakeholder terkait sistem yang akan diusulkan, dan ada beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk membangun sistem yang diinginkan. Kemudian kebutuhan-kebutuhan tersebut disusun ke dalam Tabel Elisitasi Tahap I sebagai berikut

    Tabel 3.2. Elisitasi Tahap I

    Elisitasi Tahap II

    Elisitasi tahap II merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I sebelumnya berdasarkan metode MDI. Pada metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi

    Tabel 3.3. Elisitasi Tahap II

    Keterangan:

    1. M (Mandatory): Dibutuhkan atau penting

    2. D (Desirable):Diinginkan atau tidak terlalu penting

    3. I(Imnessential):Diluar sistem atau dieliminasi

    Elisitasi Tahap III

    Elisitasi tahap III merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang option "I" pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali dengan metode TOE. Berikut ini adalah penjelasan mengenai TOE :

    1. T (Technical) Maksudnya, adalah pertanyaan perihal bagaimana tata cara atau teknik pembuatan elisitasi tersebut dalam sistem yang diusulkan?

    2. O (Operational) Maksudnya, adalah pertanyaan perihal bagaimana tata cara penggunaan elisitasi tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan?

    3. E (Economic) Maksudnya, adalah pertanyaan perihal berapakah biaya yang diperlukan guna membangun elisitasi tersebut didalam sistem?

    Metode tersebut di bagi kembali menjadi beberapa option, antara lain:

    1. L (Low) : Mudah untuk dikerjakan.

    2. M (Middle) : Mampu untuk dikerjakan.

    3. H (High) : Sulit untuk dikerjakan karena teknik pembuatan dan penggunaannya sulit serta biayanya mahal, sehingga elisitasi tersebut harus dieliminasi.

    Tabel 3.4. Elisitasi Tahap III

    Final Elisitasi

    Final elisitasi merupakan bentuk akhir dari tahap-tahap elisitasi yang dapat dijadikan acuan dasar untuk pengembangan sistem pendeteksi debu berbasis internet of things. Berdasarkan elisitasi tahap III diatas, dihasilkanlah 8point final elisitasi yang diharapkan dapat mempermudah dalam membuat suatu sistem pengontrolannya. Berikut lampiran Final Elisitasi:

    Tabel 3.5. Final Elisitasi

    BAB IV

    UJI COBA DAN ANALISA

    Uji Coba

    Setelah proses perancangan dan pemasangan alat pendeteksi debu, langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba pada masing-masing komponen alat yang bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian spesifikasi dan hasil yang dicapai. Agar lebih jelas terkait pembahasan hasil dari uji coba yang akan dilakukan, dapat dilihat pada bagian-bagian uji coba dan analisaberikut

    Metode Black Box

    Berikut ini adalah tabel pengujian black box berdasarkan Prototype Pendeteksi Debu Berbasis Internet Of Things Dengan Menggunakan Sensor GP2Y1010AU0FPada PT. Surya Toto Indonesia, untuk pengujian pada alat sebagai berikut

    Tabel 4.1. Pengujian Black Box Pada Sistem

    Pengujian Catu Daya

    Daya merupakan bagian penting sebagai sumber arus listrik untuk pergerakan alat. Dalam merealisasi sistem alat ini dibutuhkan catu daya. Untuk wemos d1 mini membutuhkan tegangan dan arus yang cukup besar untuk melakukan pergerakan. Wemos d1 mini hanya membutuhkan listrik sebesar 5v untuk dapat bekerja, sedangkan untuk sensor debu, lcd dan kipas dc juga bisa menerima tegangan sampai dengan 5v. Pengujian Catu Daya untuk wemos d1 mini dilakukan menggunakan multitester. Dengan cara ujung multitester berwarna merah dihubungkan ke pada pin positif pada soket USB dan ujung multitester berwarna hitam dihubungkan ke pin negatif pada soket USB.

    Gambar 4.1. Rangkaian Catu Daya

    Setelah dilakukan pengujian sesuai gambar di atas didapatkan hasil tegangan yang keluar dari catu daya sebesar 5v dengan arus 3 Ampere. Hasil ini bisa dikatakan cukup untuk menghidupkan Wemos D1 mini, sensor debu, lcd dan kipas dc.

    Pengujian Sensor Debu

    Pada pengujian sensor debu ini, sensor diletakkan pada area yang akan dideteksi kepekatan debu, yang nantinya data kepekatan debu dapat ditunjukkan pada tampilan dashboardweb ubidots dan dapat mengirimkan notifikasi email. Berikut merupakan tampilan pengujian snsor debu

    Gambar 4.2. Pengujian Sensor Debu

    Dalam pengujian sensor debu dengan wemos menggunakan listing program seperti gambar berikut

    Gambar 4.3. Listing Program Untuk Pengujian Sensor Debu

    Pengujian Tampilan LCD

    Dalam pengujian pendeteksi debu selain output pada tampilan web ubidots, peneliti menambahkan tampilan pada layar lcd yang berfungsi sebagai pengontrolan yang dapat diketahui dan dilihat secara langsung oleh karyawan di lokasi kerja. Berikut tampilan hasil dari pendeteksian pada layar lcd.

    Gambar 4.4. Pengujian Tampilan LCD

    Berikut adalah listing program tampilan lcd dengan wemos seperti gambar di bawah ini:

    Gambar 4.5. Listing Program Pengujian Tampilan LCD

    Pengujian Kipas DC

    Pengujian kipas dc merupakan output tambahan untuk menanggulangi masalah agar apabila kepekatan debu meningkat maka kipas dc akan bekerja untuk membersihkan debu. Berikut pengujian tersebut.

    Gambar 4.6.Pengujian Kipas DC

    Dan berikut adalah listing program untuk menggerakkankipas dc seperti gambar di bawah ini

    Gambar 4.7. Listing Program Pengujian Kipas DC

    Pengujian Kipas DC

    Pada pengujian tampilan web ubidots ini, dimana hasil kepekatan debu yang dideteksi oleh sensor GP2Y1010AU0FOptical Dust Sensorakan dikirimkan dari mikrokontroler wemoske web ubidots secara otomatis.Adapun hasil dari kepekatan debu dan listing program yang digunakan pada pengujian ini sebagai berikut:

    Gambar 4.8. Tampilan HasilPadaWeb Ubidots

    Berikut listing program untuk menghasilkan tampilan kepekatan debu pada web ubidots:

    Gambar 4.9. Listing Program Tampilan Web Ubidots

    Flowchart Program Yang Diusulkan

    Dalam pembuatan sistem dan perancangan program dapat digambarkan dalam bentuk flowchart, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan langkah-langkah atau proses dengan benar. Adapun bentuk flowchart dari keseluruhan sistem yang dibuat dapat dilihat pada gambar berikut

    Gambar 4.10. Flowchart Program Yang Diusulkan

    Analisa

    Dari pengujian di atas ditemukan analisa terhadap listing program dari hardware maupun software. Maka dari itu akan dijelaskan sebagai berikut

    Analisa Program Arduino

    Proses analisa dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian antara perangkat keras yang sudah diuji coba dengan perangkat lunak yang telah diprogram kedalam arduino. Penulisan listing program menggunakan software arduino yang telah ditambahkan library untuk mikrokontroler wemos. Untuk lebih jelas mengenai pembahasan analisa program pada mikrokontroler yang akan dilakukandapat dilihat seperti berikut

    Koding di atas berfungsi untuk memasukkan library yang digunakan.

    Koding token di atas untuk mendeklarasikan token ubidots

    Koding di atas tersebut untuk mendeklarasikan komunikasi serial yang akan digunakan

    Analisa Program Pada WebUbidots

    Proses analisa dilakukan untuk mendapat kesesuaian data yang diuji coba pada ubidots. Berikut ini dijelaskan koding yang ada dalam program ubidots.

    Merupakan string yang digunakan sebagai identitas pribadi pemilik ubidots untuk dapat mengakses program yang ada pada arduino, yang nantinya data kepekatan debu akan dikirim ke email.

    Gambar 4.11. Notifikasi Email)

    Hak Akses

    Dalam membuat alat atau sistem inidiperlukan adanya sebuah hak akses yang digunakan baik untuk petugas yang berwenang atau seseorang yang menjabat sebagai pemegang hak akses. Hal ini sangat diperlukan untuk keamanan dari sistem perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware) yang dirancang.Berikut ini yang mempunyai hak akses untuk menggunakan sistem pendeteksi debu berbasis internet of things ini adalah petugas K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja Dan Lingkungan) dalam mengakses perangkat lunak (software) untukmonitoring dan karyawan PT. Surya Toto Indonesia hanyauntuk mengetahui hasil kepekatan debu secara langsung di tempat kerja melalui tampilan LCD

    Evaluasi

    Berdasarkan uji coba dari keseluruhan sistem yang dibuat terdapat dua metode pengujian yaitu secara softwaredan hardwareuntuk melakukan pengujian padawemos dan software arduino

    Kemudian uji coba dilakukan kembaliuntuk melakukan pengontrolan dengan web browseruntuk tampilan pada ubidots melalui jalur komunikasi wifi dan mengirim hasil kepekatan debu melauli notifikasi email.. Dan hasil dari evaluasi baik secara software dan hardware mendapat hasil yang cukup baik.

    Implementasi

    Pada tahap implementasi ini adalah tahap-tahap yang digunakan untuk merealisasikan dari sistem yang telah dirancang, mulai dari tahap pengumpulan data-data, yang diharapkan bisa membantu dan dapat saling mendukung sehingga sampai tercapainya dalam tahap penerapannya.

    Schedule

    1. Pengumpulan Data
      Proses pengumpulan data dilakukan untuk mencari informasi, sumber dan mengetahui beberapa teori yang digunakan dalam pembuatan sistem. Dan dilakukan selama 8 minggu dimulai dari awal Maret 2017 sampai dengan akhir April 2017.

    2. Analisa Sistem
      Analisa sistem ini dilakukan untuk mengetahui komponen apa saja yang dibutuhkan untuk digunakan dalam sistem dan mendiagnosis persoalan yang ada untuk memperbaiki sistem tersebut. Analisa sistem dilakukan selama 3 minggu dimulai dari minggu ke 2 bulan Maret 2017 sampai dengan akhir April 2017

    3. Perancangan Sistem
      Dalam perancangan sistem ini dibagi menjadi dua, yaitu perancangan hardware dan software.Perancangan sistem merupakan proses yang dilakukan seorang peneliti untuk dapat menghasilkan suatu rancangan yang mudah dipahami dan digunakan oleh user. Perancangan sistem dilakukan selama 7 minggu yaitu pada minggu ke 3 bulan Maret 2017 sampai awal bulan Mei 2017

    4. Pembuatan Program
      Pembuatan program dilakukan untuk menyempurnakan suatu sistem agar dengan sistem yang telah dirancang dapat berjalan dengan baikdan bisa digunaknan. Pembuatan program dilakukan selama sebulan pada bulanMei 2017.

    5. Testing program
      Testing program ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada disuatu program pada saat program berjalan. Testing program dilakukan dari minggu ke 3 bulan Mei 2017 sampai awal bulan Juni 2017.

    6. Evaluasi Sistem
      Setelah mengetahui kesalahan dan kekurangan dari program yang telah dibuat maka perlu dilakukan evaluasi program tersebut, kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu, minggu ke 4 di bulan Mei 2017 sampai minggu ke 1 dibulan Juni 2017.

    7. Perbaikan Sistem
      Dalam perbaikan sistem, penambahan atau penguranganpada poin-poin tertentu yang tidak diperlukan, sehingga menjadikan program benar-benar dapat dioptimalkan sesuai kebutuhan user. Perbaikan program dilakukan selama 2 minggu, pada minggu 1 awal bulan Juni 2017 sampai minggu ke 2 dibulan Juni 2017.

    8. Training User
      Percobaan alat yang diuji coba bersama userdilakukan untuk mengetahui apakah alat yang dibuat sudah dapat berjalan dengan optimal atau tidak. Testing user dilakukan selama 2 minggu ke 2 dibulan Juni 2017 dan minggu ke 3 dibulan dibulan Juni 2017

    9. Implementasi Sistem
      Setelah diketahui kelayakan dari program yang dibuat, maka akan dilakukan tahap implementasi program. Dan implementasi program dilakukan selama 2 minggu, pada minggu 2 dan 3 Juni 2017

    10. Dokumentasi
      Sistem atau program yang dibuat didokumentasikan selama penelitian dan perancangan berlangsung. Peneliti membutuhkan sebuah dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan sebagai data atau bukti bahwa peneliti telah menjalankan penelitian dengan baik dan benar sesuai prosedur.Berikut ini merupakan Tabel 4.2. yang berisi schedule penelitian yang dilakukan selama 4 bulan. Dari awal bulan Maret 2017 sampai dengan akhir bulan Juni 2017

    Tabel 4.2. Schedule Penelitian

    Estimasi Biaya

    Berikut ini merupakan tabel estimasi biaya yang dibutuhkan dalam perancangan dan pembuatan alat pendeteksi debu berbasis internet of things, pada Tabel 4.3. berikut ini:

    Tabel 4.2. Estimasi Biaya

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Kesimpulan Terhadap Rumusan Masalah

    Berikut kesimpulan perihal rumusan masalah mengenai sistem prototypependeteksi debu berbasis internet of thingsdengan menggunakan sensor GP2Y1010AU0F pada PT. Surya Toto Indonesia sebagai berikut:

    1. Sensor GP2Y1010AU0F ini mampu dijadikan alat pendeteksi debu yang efektif dan akurat karena dapat mendeteksi kepekatan debu, khusunya di bagian produksi pada PT. Surya Toto Indonesia

    2. Sistem pendeteksi debu ini dapat bekerja dengan cara dikontrol menggunakan wemos yang telah dikonfigurasi untuk menghasilkan output tambahan berupa sistem pembersih debu.

    3. Dengan adanya internet of things dan mikrokontroler wemos d1 mini yang dapat terhubung dengan koneksi internet, maka monitoring pendeteksian debu dapat lebih mudah dan cepat, karena hasil kepekatan debu dapat langsung diinformasikan atau ditampilkan pada web ubidots secara otomatis dan dapat memberikan notifikasi email jika kepekatan debu meningkat

    'Kesimpulan Terhadap Tujuan Dan Manfaat

    Berikut adalahkesimpulan perihaltujuan dan manfaat mengenai sistem prototype pendeteksi debu berbasis internet of things dengan menggunakan sensor GP2Y1010AU0F pada PT. Surya Toto Indonesia sebagai berikut

    1. Sistem internet of things ini mampu membantu dalam penyampaian informasi mengenai hasil dari pendeteksian debu pada PT. Surya Toto Indonesia

    2. Sensor GP2Y1010AU0F atau sensor debu dan wemos d1 mini tersebut memiliki tingkat kehandalan dan kesetabilan yang tinggi dalam pengoperasiannya dan mudah digunakan

    3. Aplikasi sistem pendeteksian ini dapat membantu kinerja tim K3L (Kesehatan Keselamatan Kerja Dan Lingkungan) dalam menjamin kondisi lingkungan dan kesehatankaryawan yang bekerja agar tetap aman terkendali

    'Kesimpulan Terhadap Metode Penelitian

    Berikut kesimpulan perihal metode penelitian mengenai sistem prototype pendeteksi debu berbasis internet of things dengan menggunakan sensor GP2Y1010AU0F pada PT. Surya Toto Indonesia sebagai berikut

    1. Bahwa pendeteksian debu berbasis internet of things belum pernah ada di PT. Surya Toto Indonesia, hanya ada pendeteksian manual, sehingga peneliti membuat penelitian ini

    2. Dalam merancang sistem pendeteksian debu berbasis internet of things ini menggunakan sensor GP2Y1010AU0F, mikrokontroler wemos d1 mini, relay, lcd dan kipas dc sebagai outputtambahan untuk membersihkan debu

    3. Pengujian terhadap sistem yang dibuat berjalan dengan baik

    Saran

    Berdasarkan penelitian, analisa, perancangan serta kesimpulan yang telah dijelaskan, ada beberapa saran yang dapat diberikan dan disampaikan dalam rangka untuk pengembangan sistem yaitu

    1. Hendaknya menggunakan sensor debu dengan kualitas yang lebih baik dan berkualitas tinggi sehingga dalam pendeteksian debu dapat dihasilkan data yang lebih akurat dan cepat untuk membaca kepekatan debu.

    2. Output kipas dc untuk membersihkan debu masih kurang efektif karena daya sedot kecilsehingga tidak maksimal, maka diperlukan alat atau kipas lain yang dapat bekerja dengan tenaga sedot yang lebih tinggi

    3. Informasi pendeteksian debu dapat diintegrasikan dengan database sehingga dapat menambahkan atau menghapus data yang dihasilkan oleh sistem tersebut dan dapat dimonitoring melalui aplikasi smartphone

    Kesan

    Adapun kesan yang didapat setelah Penulis melakukan penelitian dan penyusunan Skripsi ini, diantaranya adalah

    1. Penulis mendapatkan banyak ilmu tambahan serta wawasan yang sebelumnya tidak terdapat di dalam perkuliahan

    2. Menambah ilmu sosial dan bisa berkomunikasi dengan masyarakat dan instansi terkait.

    3. Belajar bagaimana permasalahan yang terjadi dilingkungan masyrakat khususnya dibidang teknologi dan cara menyeselasaikan atau bahkan mencegah permasalahan

    4. Memberikan pengalaman yang berharga selama penelitian dan pembuatan alat

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Hartono, Bambang. 2013. “Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
    2. 2,0 2,1 2,2 2,3 Taufiq, Rohmat. 2013. “Sistem Informasi Manajemen”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
    3. Nasaruddin, Djafar Imran dan Samsie Indra. 2013. “Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (SCM) Pada CV Rajawali Multi Niaga Makassar”. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.6 No.2, Hal-228.
    4. 4,0 4,1 4,2 Sutabri 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
    5. 5,0 5,1 Taufiq, Rohmat. 2013. “Sistem Informasi Manajemen”. Yogyakarta: Graha Ilmu
    6. 6,0 6,1 Kadir, Abdul. 2014. “Pengenalan Sistem Informasi Edisi Revisi”. Yogyakarta: Andi Offset.
    7. Maimunah, Sunarya Lusyani, Larasati Nina. 2012. “Media Company Profile Sebagai Sarana Penunjang Informasi dan Promosi”. Tangerang: Journal CCIT Vol.5 No.3 Mei 2012.
    8. 8,0 8,1 8,2 8,3 8,4 8,5 Darmawan, Nur Fauzi. 2013. “Sistem Informasi Manajemen”. Bandung: PT.Remaja ROSDA KARYA.
    9. Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
    10. Whitten L. Jeffery.2004
    11. AS, Rosa, Shalahuddin, M. 2016. “Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek”. Bandung: Informatika.
    12. Rahardja. Untung, Yusup. Muhamad, Rosyifa. Eva. 2012. “Optimalisasi Key Performance Indicators (KPI) Melalui Pendekatan Balance Scorecard Upaya Mengimplementasikan Performance Management System (PMS) Pada Perguruan Tinggi”. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.6 No.2
    13. Uzzaman. Anis. 2015. “Panduan Membangun Starup Ala Sillicon Valey”. Yogyakarta.
    14. Seema, Sona Malhotra. 2012. “Analysis and comparison of popular SDLC models”. International Journal Of Advances In Computing And Information Technology (ISSN 2277-9140, 2012 Hal-279)
    15. Khanna, Ika Nur. 2013. WirelessMon, Very Handle to Capturing your WiFi Network Access. Diambil dari http://ilmukomputer.org (Diakses pada tanggal 21 Mei 2017).
    16. Ichwan, M., Winarno Sugeng dan Agus Brata. 2012. Perancangan dan Implementasi Prototype Sistem Realtime Monitoring Performa Server. Jurnal Informatika Vol. 3, No. 2, Mei - Agustus 2012.
    17. Mudjahidin dan Nyoman Dita Pahang Putra. 2010. Rancang Bangun Sistem Informasi Monitoring Perkembangan Proyek Berbasis WEB Studi Kasus di Dinas Bina Marga dan Pemantusan. Jurnal Teknik Industri Vol. 11, No. 1, Februari 2010.
    18. Soeherman. Bonie. Pinantaan. Marian. 2012. “Design Information System”. Jakarta : PT Elex Media Kumputindo.
    19. Sagita, Vina, Maria Irmina Prasetiyowati. 2013. “Studi Perbandingan Implementasi Algoritma Boyer-Moore, Turbo Boyer-Moore, dan Tuned Boyer-Moore dalam Pencarian String”. Jurnal Teknik Informatika (Ultimatics), Vol.4, No.1 Juni 2013.
    20. Tri, S. 2015. “Analisis dan Perancangan Sistem”. Universitas Gunadarma
    21. 21,0 21,1 21,2 21,3 Siahaan, Daniel. 2012. “Analisa Kebutuhan dalam Rekayasa Perangkat Lunak”. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
    22. Masooma Yousuf dan M.asger. 2015. “Comparison of Various Requirements Elicitation Techniques” International Jurnal Of Computer applications (ISSN 0975-8887 Vol.116 No.4, April 2015).
    23. Bhasin, Harsh, Khanna, Esha dan Sudha. 2014. “Black Box Testing based on Requirement Analysis and Design Specifications” International Journal of Computer Applications (ISSN 0975-8887 Vol.87 No.18, February 2014).
    24. Srinivas, Nidhra. Jagruthi, Dondeti. 2012. “Black Box And White Testing Techniqeus a Literature Review”. International Journal of Embedded Systems and Applications ( IJESA, Vol.2, No.2, 2012)
    25. 25,0 25,1 Bhasin, Anjani, Kumar, Mr Manoj. 2015. “Study Of White Box, Black Box And Grey Box Testing Techniques ”. International Journal of Research in Engineering & Advanced Technology, (IJREAT, Vol.3, Issue.3, June-July 2015)
    26. Syahwil, Muhammad. 2013. "Panduan Mudah Simulasi Dan Praktek Mikrokontroler Arduino". Yogyakarta: CV. Andi Offset
    27. Santoso, Ari Beni, Martinus Dan Sugiyanto. 2013. “Pembuatan Otomatis Pengaturan Kereta Api, Pengereman, dan Palang Pintu Pada Rel Kereta Api Mainan Berbasis Mikrokontroler”. Jurnal FEMA Vol.1, No.1 Januari 2013
    28. 28,0 28,1 Alfith. 2015. “Perancangan Traffic Light Berbasis Microcontroller ATmega 16”. Jurnal Momentum Vol.17, No.1, Februari 2015.
    29. Hastanti. Rulia Puji, Wardati. Indah Uly, Purnama. Bambang Eka. 2013. “Sistem Penjualan Berbasis Web (E-Commerce) Pada Tata Distro Kabupaten”. Surakarta: IJCSS - Indonesian Jurnal on Computer Science - Speed - FTI UNSA
    30. Elektro, Zona. 2014. “Mengenal Komponen Elektronika Dan Fungsinya”. Di ambil dari: Referensi Belajar Elektronika Online.,
    31. 31,0 31,1 Hakiem, Ilmiawan. 2015. “Toko Teknologi Electronic Design And Repair”. Porbolinggo: PT Toko Teknologi Mikro Elektronik Nusantara
    32. 32,0 32,1 32,2 32,3 Istiyanto, Jazi Eko. 2014. “Pengantar Elektronika Dan Instrumentasi (Pendekatan Project Arduino Dan Android)”. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
    33. 33,0 33,1 33,2 Hernanto, Dendi dan Nuzul Imam Fadillah. 2014. “Pembuatan Gelang Ultrasonik Untuk Alat Bantu Mobilitas Tunanetra Menggunakan Mikrokontroler ATMEGA8”. Jurnal Evolusi Vol.2, No.2 September 2014.
    34. Aryani, Diah. Indrianto, Naimudin. 2013. “Perancangan Aquarium Cerdas Dengan ‎Mikrokontroller Atmega89551”. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.6, NO.2.
    35. Ramadhan, Arsyad. 2013. “Implementasi Visible Light Communication (VLC) Pada Sistem Komunikasi”. Jurnal Teknik Elekro Itenas No.1 Vol. 1, Januari - Juni 2013.
    36. Husaini, M. 2014. “Analisi Manajemen Sistem Kerja Power Supply Pada Saat Komputer Sedang Bekerja”. Jurnal Mikrotik, Vol.3, No.1 Bulan November 2014.
    37. Warsito, Ary Budi, Muhamad Yusup, Moh. Iqbal Awi Makaram. 2015. “Perancangan SiS+ Menggunakan Metode YII Framework Pada Perguruan Tinggi Raharja”. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.8 No.2, Hal-29 Januari 2015.
    38. 38,0 38,1 Tiara, Khanna. 2013. “Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya”. Skripsi. Tangerang: STMIK Raharja.