SI1331477314

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA

RUANG ROKOK PADA

PT PJB


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1331477314
NAMA


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2017/2018

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA

RUANG ROKOK PADA

PT PJB

Disusun Oleh :

NIM
: 1331477314
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, 23 Januari 2018

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan Sistem Komputer
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Ferry Sudarto, S.Kom., M.Pd)
NIP : 00594
       
NIP : 079010

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA

RUANG ROKOK PADA

PT PJB

Dibuat Oleh :

NIM
: 1331477314
Nama

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Disetujui Oleh :

Tangerang, 23 Januari 2018

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
(Jawahir,Ir.,MM)
   
(Ferry Sudarto, S.Kom., M.Pd)
NID : 03023
   
NID : 079010

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA

RUANG ROKOK PADA

PT PJB

Dibuat Oleh :

NIM
: 1331477314
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Tahun Akademik 2017/2018

Disetujui Penguji :

Tangerang, 23 Januari 2018

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA

RUANG ROKOK PADA

PT PJB

Disusun Oleh :

NIM
: 1331477314
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System

 

 

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika pernyataan diatas tidak benar.

Tangerang, 23 Januari 2018

 
 
 
 
 
NIM : 1331477314

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;


ABSTRAKSI

Penelitiaan ini bertujuan membuat alat pengurai CO2 yang di hasilkan oleh rokok, yang mana penguraian di lakukan dengan plasma korona yang di hasilkan oleh listrik bertegangan tinggi dengan metode pengionisasian. Dengan plasma korona, udara kotor termasuk CO2 dapat di urai dan menghasilan udara bersih. Alat ini menggunakan modul trafo tegangan tinggi sebagai alat pematik, plat elektroda, fan DC, relay, LCD, sensor MQ-2 serta sistem minimum dari mikrokontroler arduino sebagai kontrol sistem dan wemos D1 mini sebagai penghubung antara data input MQ-2 dengan database. Sensor MQ-2 mendeteksi adanya asap rokok dalam ruangan, data yang di terima sensor di teruskan kepada arduino untuk mengaktifkan fan DC dan modul trafo. Fan DC sebagai blower menghisap asap rokok kedalam sistem alat pengurai. Asap di hembuskan melewati plasma korona yang muncul antara elektroda positif dan negatif, maka terjadi lah proses ionisasi asap rokok dan membuat udara menjadi bersih. Setelah sensor mendeteksi tingkat konsentrasi asap rokok kurang dari 1200 ppm, maka arduino akan menonaktifkan blower serta modul trafo secara otomatis. LCD sebagai media informasi, memberikan peringatan dan kadar CO2 pada ruangan. Sehingga perokok tau bagaimana kondisi ruang rokok setiap saat.


Kata Kunci: Modul Trafo,Plat Elektroda,Arduino, Wemos D1 mini, LCD, Sensor MQ-2,Fan DC

ABSTRACT

This research can make the CO2 decomposers produced by cigarettes, which the decomposition is done with corona plasma generated by high-voltage electricity by ionization method. With corona plasma, dirty air including CO2 can be degraded and clean air. This tool uses high voltage transformer module as appliance, electrode plate, DC fan, relay, LCD, MQ-2 sensor and minimal system of arduino microcontroller as control system and mini D1 wemos as liaison between MQ-2 input data and database. Sensor MQ-2 dearest cigarette smoke in the room, the data received in the sensor is forwarded to the arduino to activate the DC fan and transformer module. DC Fan as a blower smokes cigarette smoke into the decoder system. Smoke is passed through the corona plasma that appears between the positive and negative electrode, then the process of ionization of cigarette smoke and clean air tools. After the peak sensor smoke concentration level of less than 1200 ppm, then arduino will practice the blower also transformer module automatically. LCD as an information medium, providing heat and CO2 levels in the room. Smokers know how to condition the tobacco in realtime.


Keywords : Trafo Module, Electrode Plate, Arduino, Wemos D1 mini, LCD, MQ-2 Sensor, DC Fan

KATA PENGANTAR


Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan seribu jalan, sejuta langkah serta melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan Skripsi Penulis dapat berjalan dengan baik dan selesai dengan semestinya.

Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) untuk jenjang S1 di Perguruan Tinggi Raharja, Cikokol Tangerang. Sebagai bahan penulisan, penulis mengambil data berdasarkan hasil observasi, wawancara, survey serta studi pustaka yang mendukung penulisan ini.

Hati kecil ini pun menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak penyusunan laporan Skripsi ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pada kesempatan yang singkat ini, izinkanlah penulis menyampaikan selaksa pujian dan terimakasih kepada :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I, MM selaku Ketua STMIK Raharja
  2. Sugeng Santoso, M.Kom selaku Pembantu Ketua I STMIK Raharja.
  3. Ferry Sudarto, S.Kom, M.Pd selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer STMIK Raharja dan juga sebagai Pembimbing 2 yang telah berkenan memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga laporan Skripsi ini bisa diselesaikan.
  4. Jawahir,Ir.,MM Selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah membimbing dan mendukung penulis selama proses Skripsi.
  5. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  6. Kedua orang tua, kakak dan saudara keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil maupun doa untuk keberhasilan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan sebagai pemicu untuk dapat berkarya lebih baik lagi. Semoga Laporan Skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.


Tangerang, 23 Januari 2018
Rahman Noviyanto
NIM. 1331477314

Daftar isi


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udara merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia yang dapat diperoleh secara bebas. Udara yang sangat diperlukan manusia sehari hari adalah berupa oksigen. Kualitas oksigen yang manusia hirup dan konsumsi setiap hari dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.. Tercemarnya udara sebagian besar diakibatkan dari berbagai macam bahan racun yang berasal dari polusi alam, polusi kendaraan dan yang paling memperihatinkan ialah polusi asap rokok yang membahayakan bagi kesehatan manusia.

Pada saat ini hampir di setiap instansi pemerintahan maupun perkantoran membuat regulasi larangan merokok di tempat umum, dengan adanya regulasi tersebut di buatlah solusi adanya smoking room di tempat-tempat tertentu agar terciptanya ketertiban merokok.

Di tinjau dari hasil observasi, peneliti melihat smoking room pada PT. Pembangkit Jawa Bali Unit Pembangkitan Muara Karang memiliki sirkulasi udara yang buruk sehingga meningkatkan dampak dari asap rokok tersebut. Sehingga membutuhkan alat penetralisir asap rokok dan pemantauan kualitas udara didalam ruangan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini berjudul “PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA RUANG ROKOK PADA PT. PJB”.


Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya, dalam rumusan masalah ini memuat uraian secara rinci dari permasalahan yang di identifikasi pada latar belakang diatas.

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis mengambil beberapa pokok permasalahan :

  1. Bagaimana melakukan pemantauan kualitas udara pada ruang rokok?

  2. Bagaimana solusi pencegahan dampak buruk dari asap rokok dengan cara mengurai dan memisahkan kandungan berbahaya seperti carbon?

    Ruang Lingkup Penelitian

    Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut.

    1. Peneliti menyediakan informasi tentang konsentrasi CO2 pada smoking room melalui media LCD.

    2. Melakukan penguraian terhadap senyawa CO2 yang di hasilkan oleh asap rokok.

    3. Menjaga kualitas udara pada ruang rokok agar tetap terjaga sesuai standart yang ada.


      Tujuan dan Manfaat Penelitian

      Tujuan Penelitian

      Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut

      1. Mengurangi dampak buruk dari asap rokok terhadap kesehatan si perokok

      2. Memberikan kenyamanan terhadap perokok aktif pada smoking room

      3. Adanya penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengembangkan sistem agar menjadi lebih baik lagi.

      Manfaat Penelitian

      Sebuah karya yang baik adalah karya yang memiliki banyak manfaat. Adapun manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

      1. Terciptanya ketertiban pada perokok aktif untuk dapat merokok pada smoking room

      2. Diharapkan memberikan kenyaman pada karyawan yang merokok pada smoking room.

      Metode Penelitian

      Dalam rangka menghasikan karya yang sesuai dengan teori ilmiah dan tepat, maka dalam penyusunan penelitian ini ada beberapa metode yang digunakan antara lain

      Metode Pengumpulan Data

      1. Observasi (Pengamatan)

        Observasi yang di lakukan pada PT PJB UNIT PEMBANGKITAN MUARA KARANG selama 3 bulan. Selama melakukan observasi di dapat suatu data meliputi, latar belakang perusahaan, visi misi, struktur organisasi, smoking room.

      2. Wawancara

        Metode ini dilakukan melalui proses tanya jawab dengan narasumber yaitu assistant engineer sebagai stackholder yang memiliki keluhan pada aspek kenyamanan pada smoking room dengan sirkulasi yang buruk.

      3. Studi Pustaka

        Metode Yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi dan teori-teori yang sesuai dengan sistem yang akan dibuat dengan mencatat dan mengadaptasi dari buku dan jurnal baik nasional maupun internasional.

      Metode Analisa

      Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisa SDLC (System Development Life Cycle) untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan aman untuk digunakan. Metode Analisa SDLC, yaitu perencanaan (planning), analisa (analysis), perancangan (design), implementasi (implementation) dan pemeliharaan (maintenance). Dengan menggunakan metode analisa ini, maka penelitian ilmiah dapat dianalisa dengan teknik-teknik yang tepat.

      Metode Perancangan

      Dalam metode perancangan ini kita dapat mengetahui bagaimana sistem itu dibuat atau dirancang dan alat apa saja yang dibutuhkan. Melalui tahapan pembuatan flowchart dari sistem yang akan dibuat dan pembuatan desain aplikasi pengontrolan berupa perancangan perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware).

      Metode Prototipe

      Penulis menerapkan prototype dengan menggunakan evolutionary karena pada metode ini, hasil prototype tidak langsung dibuang tetapi digunakan untuk iterasi desain berikutnya. Dalam hal ini, sistem atau produk yang sebenarnya dipandang sebagai evolusi dari versi awal yang sangat terbatas menuju produk final atau produk akhir.

      Metode Testing

      Pada metode pengujian ini yang saya pakai adalah metode pengujian black box, karena berfokus pada domain informasi dari perangkat lunak.

      Sistematika Penulisan

      Untuk mempermudah dalam hal penyusunan dan dapat dipahami lebih jelas, laporan ini dibagi atas beberapa bab yang berisi urutan secara garis besar dan kemudian dibagi lagi dalam sub-sub yang akan membahas dan menguraikan masalah yang lebih terperinci. Dengan susunan sebagai berikut:

      BAB I PENDAHULUAN

      Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penulisan.

      BAB II LANDASAN TEORI

      Bab ini berisi tentang teori dan literature review yang sesuai dan akurat sehingga bisa mendukung penelitian dalam penulisan sehingga menghasilkan karya tulis yang bernilai ilmiah.

      BAB III ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

      Bab ini memuat analisa dan perancangan “PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA RUANG ROKOK PADA PT PJB” yang dijelaskan secara terperinci.

      BAB IV HASIL PENELITIAN

      Dalam bab ini membahas tentang sistem yang akan diusulkan seperti usulan prosedur sistem berjalan, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan prototype, konfigurasi sistem, pengujian, evaluasi, implementasi, dan estimasi biaya.

      BAB V PENUTUP

      Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil karya sebagai upaya untuk perbaikan dan pengembangan kedepannya.

      DAFTAR PUSTAKA

      DAFTAR LAMPIRAN


      BAB II

      LANDASAN TEORI

      Teori Umum

      Konsep Dasar Prototipe

      1. Definisi Prototipe

      Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      [1]Menurut (Darmawan et al. 2013), "Prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memeberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai".

      Sedangkan berdasarkan [2] (Darmini & Widyaningtyas 2014), "Prototipe adalah satu versi dalam sistem potensial, memberikan ide para pengembang dan user, bagaimana sistem berfungsi dari bentuk sudah selesai".


      Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prototipe adalah simulasi dari suatu sitem yang memberikan gambaran terhadap ide peneliti bagi para user atau calon pengguna dalam bentuk sebenarnya yang dapat disempurnakan untuk di realisasikan.

      2. Jenis - Jenis Prototipe

      Menurut Simarmata dalam Saefullah (2015:408), Jenis-jenis Prototype secara general dibagi menjadi dua, yaitu:

      [3] Menurut Simarmata dalam Saefullah (2015:408), Jenis-jenis Prototype secara general dibagi menjadi dua, yaitu:
      1. Rapid Throwaway Prototypingdarmawan 2014 Pendekatan pengembangan perangkat keras/Iunak ini dipopulerkan Soleh Gomaa dan Scoot (1981) yang saat ini telah digunakan secara luas oleh industri, terutama di dalam pengembangan aplikasi. Pendekatan ini biasanya digunakan dengan item yang berisiko tinggi (high-risk) atau dengan bagian dari sistem yang tidak dimengerti secara keseluruhan oleh para tim pengembang. Pada pendekatan ini, Prototype “quick and dirty” dibangun diverifikasi oleh kansumen, dan dibuang hingga Prototype yang diinginkan tercapai pada saat proyek berskala besar dimulai.
      2. Prototype Evolusioner Pada pendekatan evolusioner, suatu Prototype berdasarkan kebutuhan dan pemahaman secara umum. Prototype kemudian diubah dan dievolusikan daripada dibuang. Prototype yang dibuang biasanya digunakan dengan aspek sistem yang dimengerti secara luas dan dibangun atas kekuatan tim pengembang. Prototype ini juga didasarkan atas kebutuhan prioritas, kadang-kadang diacu sebagai “chunking” pada pengembang aplikasi (Hough, 1993).


      Tabel 2.1.
      Kelebihan dan Kekurangan Prototipe

      Konsep Dasar Monitoring

      1. Definisi Monitoring

      Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      [4]Menurut Rizan, dkk (2016:46), “Monitoring adalah penilaian secara terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program-program di dalam hal jadwal penggunaan input / masukan data oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan".

      [5]Sementara Menurut Mardiani (2013:36),“Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya".


      Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah proses analisa dan pengumpulan data atau informasi yang di lakukan secara periodic yang berguna sebagai pengambilan keputusan serta tindakan untuk penyempurnaan program / kegiatan selanjutnya

      2. Tujuan Monitoring

      Terdapat beberapa tujuan sistem monitoring. Tujuan sistem monitoring dapat ditinjau dari beberapa segi, misalnya segi obyek dan subyek yang dipantau, serta hasil dari proses monitoring itu sendiri.

      Adapun beberapa tujuan dari sistem monitoring yaitu[6] (Amsler, dkk , 2009) yaitu:
      1. Memastikan suatu proses dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Sehingga, proses berjalan sesuai jalur yang disediakan (on the track).
      2. Menyediakan probabilitas tinggi akan keakuratan data bagi pelaku monitoring.
      3. Mengidentifikasi hasil yang tidak diinginkan pada suatu proses dengan cepat (tanpa menunggu proses selesai).
      4. Menumbuh kembangkan motivasi dan kebiasaan positif pekerja.

      Konsep Dasar Rokok

      1. Definisi Merokok

      Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      menurut [7](Istiqomah, 2013),“Merokok adalah membakar tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara bibir perokok” .

      Sedangkan menurut [8] Sitepoe (2013), “merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif”.


      Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau kemudian menghisap asap rokok sebagai bentuk kepuasan individu yang berdampak negatif bagi lingkungan sekitar.

      2. Komposisi Asap Rokok

      Asap rokok merupakan polusi udara yang sangat memegang peranan yang cukup besar. Efek negatife yang di timbulkan dari asap rokok yang terhisap dari segi perokok aktif maupun perokok pasif sangatlah berbahaya bagi kesehatan. Hampir 80% Karbon monoksida dan karbon dioksida berperan aktif pada asap rokok. Unsur ini di hasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun. Jika zat ini terbawa dalam hemoglobin akan mengganggu kondisi.oksigen dalam darah. Berikut tabel rincian dari komposisi asap.


      Tabel 2.2.
      Komposisi Asap Rokok

      Konsep Dasar Elisitasi

      1. Definisi Elisitasi

      Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      Menurut Amrullah (2016:1.4-27), [9], “Elisitasi merupakan rancangan yang dibuat berdasarkan sistem yang baru yang di inginkan oleh pihak manajemen terkait dan di sanggupi oleh penulis untuk di eksekusi”.

      Sedangkan menurut [10]Prastomo (2014:166), “Elisitasi adalah suatu metode untuk analisa kebutuhan dalam rekayasa perangkat lunak”.

      Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prototipe adalah simulasi dari suatu sitem yang memberikan gambaran terhadap ide peneliti bagi para user atau calon pengguna dalam bentuk sebenarnya yang dapat disempurnakan untuk di realisasikan.

      2. Tahapan Elisitasi

      Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:


      1. Tahap I ,Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.


      2. Tahap II, Hasil pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk di eksekusi. M pada MDI berarti mandatory (penting). Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru. D pada MDI berarti desirable, maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun, jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna. I pada MDI berarti inessential, maksudnya requirement tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas, tetapi bagian dari luar sistem.


      3. Tahap III, Merupakan hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui TOE, yaitu: a. T artinya teknikal, bagaimana tata cara atau teknik pembuatan requirement dalamsistem disusulkan. b. O artinya operasional, bagaimana tata cara pengguna requirement dalam sistem akan dikembangkan. c. E artinya ekonomi, berapakah biaya yang diperlukan guna membanguan requirement didalam sistem. Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu: a. High (H) : Sulit untuk dikerjakan, karena teknik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Maka requirement tersebut harus di eliminasi. b. Middle (M) : Mampu dikerjakan. c. Low (L) : Mudah dikerjakan.


      Konsep Dasar Flowchart

      1. Definisi Flowchart

      Berikut ini beberapa pengertian tentang flowchart menurut beberapa ahli

      Menurut Lestari dkk (2016:44) “Flowchat adalah diagram yang menyatakan aliran proses dengan menggunakan anotasi bidang-bidang geometri, seperti lingkaran, persegi empat, wajik, oval dan sebagainya untuk mempresentasikan langkah-langkah kegiatan beserta urutannya dengan menghubungkan masing-masing langkah tersebut menggunakan tanda panah”.

      [11] Sedangkan Menurut Md. Shakil dll (2013)

      The flowchart is a simple mapping tool that shows the sequence of actions within a process in a form that is easy to read and communicate..


      (Flowchart adalah sebuah alat pemetaan yang menunjukan urutan dari aksi dalam sebuah bentuk proses yang memudahkan dalam pembacaan dan komunikasi).

      Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa flowchart adalah diagram yang mempresentasikan langkah urutan dari sebuah proses untuk memudahkan dalam pembacaan dan komunikasi.


      Konsep Dasar WiFi

      1. Definisi WiFi

      Berikut ini beberapa pengertian tentang WiFi menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      [12] Menurut Shuang Song dan Biju Issac (2014),

      WiFi is technology using wireless means to interconnect personal computers,hand-held devices.


      (WiFi adalah teknologi tanpa kabel yang di bertujuan menghubungkan setiap perangkat komputer maupun telepon genggam).

      [13] Sedangkan menurut Neeraj Tiwari(2015),

      WiFi is a wireless computer network that links two or more devices using a wireless distribution method (often spread-spectrum or OFDM radio) within a limited area such as a home, school, computer laboratory or office bulding.


      (WiFi adalah sebuah jaringan komputer tanpa kabel yang terhubung dua atau lebih peralatan yang menggunakan metode distribusi tanpa kabel dalam area batasan salah satunya rumah, sekolah laboratorium komputer ataupun gedung perkantoran).

      Dari definsi di atas dapat disimpulkan bahwa WiFi adalah teknologi yang menghubungkan dua atau lebih peralatan yang menggunakan metode wifi serupa dengan cangkupan wilayah tertentu.

      2. Keunggulan WiFi

      Salah satu kelebihan dari Wi-Fi adalah kecepatannya yang beberapa kali lebih cepat dari modem kabel yang tercepat. Wi-Fi dapat di akses dengan komputer,laptop, PDA atau Cellphone yang telah dikonfigurasi dengan Wi-Fi certified Radio.Untuk Laptop, user dapat menginstall Wi-Fi PC Cards yang berbentuk kartu di PCMCIA slot yang telah tersedia. Untuk PDA, user dapat menginstall Compact Flash format Wi-Fi radio di slot yang telah tersedia.

      Konsep Dasar IoT (Internet of Things)

      1. Definisi IoT

      Berikut ini beberapa pengertian tentang IoT menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      [14] Menurut Madakam S, dkk (2015),

      An open and comprehensive network of intelligent objects that have the capacity to auto-organize, share information, data and resources, reacting and acting in face of situations and changes in the environment.


      (sebuah keterbukaan dan objek pintar dari jaringan komprehensif yang memiliki kapasitas otomatisasi organisasi, pembagian informasi, data dan sumber informasi, reaksi dan perilaku langsung terhadap situasi dan perubahan lingkungan).

      [15]Menurut Kevin Ashton dalam Tripathy BK (2017),

      Internet of Things (IoT) is shifting content in a world of data breaches, threats, adn vulnerabilites.


      (IoT adalah bergeseran konten dalam dunia dunia data ancam, ancaman dan kejahatan).

      Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Internet of Things adalah sebuah konsep yang dapat berbagi informasi data dan sumber informasi namun meningkatkan sebuah ancaman terhadap keamaan data tersebut.

      2. Prinsip Kerja IoT

      Dasar prinsip kerja perangkat IoT adalah, benda di dunia nyata diberikan identitas unik dan dapat dikali di sistem komputer dan dapat di representasikan dalam bentuk data di sebuah sistem komputer.Pada awal-awal implementasi gagasan IoT pengenal yang digunakan agar benda dapat diidentifikasi dan dibaca oleh komputer adalah dengan menggunakan kode batang (Barcode), Kode QR (QR Code) dan Identifikasi Frekuensi Radio (RFID). dalam perkermbangan nya sebuah benda dapat diberi pengenal berupa IP address dan menggunakan jaringan internet untuk bisa berkomunikasi dengan benda lain yang memiliki pengenal IP address. Cara Kerja Internet of Things yaitu dengan memanfaatkan sebuah argumentasi pemrograman yang dimana tiap-tiap perintah argumennya itu menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak berapa pun.Internetlah yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi mesin .



      Teori Khusus

      Konsep Dasar Mikrokontroler

      1. Definisi Mikrokontroler

      Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

      [16] Menurut Prayudha, dkk (2014:174) [17],“Mikrokontroler adalah sebuah chip yang didalamnya terdapat mikroprosesor yang telah di kombinasikan I/O dan memori RAM/ROM.”.

      Sedangkan Menurut Timotius, dkk (2014:125) ,“Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor dimana di dalamnya sudah terdapat CPU, ROM, I/O, clock, dan peralatan internal lainnya yang sudah saling terhubung dan ter-organisasi dengan baik oleh pabrik pembuatnya dan dikemas dalam satu chip yang siap pakai”.


      Dari definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa mikrokontroler adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip yang pempunyai prosesor, memori dan perlengkapan input dan output yang menjadi kendali dari sebuah program yang ditulis

      2. Karakteristik Mikrokontroler

      [18] Menurut Saefullah, dkk (2013:2) mikrokontroler memiliki karakteristik sebagai berikut:


      1) Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu, tidak seperti PC yang multifungsi karena mudahnya memasukkan program. Program mikrokontroler relatif lebih kecil daripada program-program pada PC.
      2) Konsumsi daya kecil.
      3) Rangkaiannya sederhana dan kompak.
      4) Harganya murah, karena komponennya sedikit.
      5) Unit I/O yang sederhana, misalnya LCD, LED, Latch.
      6) Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim, misalnya temperature tekanan, kelembaban, dan sebagainya.


      Konsep Dasar Relay

      1. Definisi Relay

      Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.


      Gambar 2.1.
      Relay

      2. Prinsip Kerja Relay

      Setelah mengetahui pengertian dan fungsi relay, berikut adalah cara kerja atau prinsip kerja relay yang juga harus anda ketahui. Namun sebelumnya anda perlu tahu bahwa dalam sebuah relay terdapat 4 buah bagian penting yakni Electromagnet (Coil), Armature, Switch Contact Point (Saklar), dan Spring. Untuk info lebih jelasnya silahkan lihat gambar di bawah ini.


      Gambar 2.2.
      Prinsip Kerja Relay

      Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh kumparan Coil, berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil dialiri arus listrik, maka akan muncul gaya elektromagnetik yang dapat menarik Armature sehingga dapat berpindah dari posisi sebelumnya tertutup (NC) menjadi posisi baru yakni terbuka (NO). Dalam posisi (NO) saklar dapat menghantarkan arus listrik. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali ke posisi awal (NC). Sedangkan Coil yang digunakan oleh relay untuk menarik Contact Poin ke posisi close hanya membutuhkan arus listrik yang relatif cukup kecil. Oh iya, buat anda yang belum tahu apa itu NO dan NC, berikut penjelasannya.
       NC atau Normally Close adalah kondisi awal relay sebelum diaktifkan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup).
       NO atau Normally Open adalah kondisi awal relay sebelum diaktifkanselalu berada di posisi OPEN (terbuka).

      Konsep Dasar Sensor MQ2

      1. Definisi Sensor MQ2

      MQ-2 adalah komponen elektronika untuk mendeteksi kadar gas hidrokarbon seperti iso butana (C4H10 / isobutane), propana (C3H8 / propane), metana (CH4 / methane), etanol (ethanol alcohol, CH3CH2OH), hidrogen (H2 / hydrogen), asap rokok (smoke), dan LPG (liquid petroleum gas). Gas sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran gas di rumah / pabrik, misalnya untuk membuat rangkaian elektronika pendeteksi kebocoran elpiji.


      Gambar 2.3.
      Sensor MQ2

      2. Spesifikasi Sensor MQ2

      Tingkat sensitivitas sensor MQ-2 bervariasi untuk masing-masing tipe gas hidrokarbon yang dapat dideteksi sesuai tabel berikut ini:  LPG & propana: 200 - 5000 ppm  i-butana: 300 - 5.000 ppm  metana: 5.000 - 20.000 ppm (untuk sensor yang lebih sensitif terhadap methane, gunakan gas sensor MQ-4)  hidrogen: 300 - 5.000 ppm  etanol / alkohol: 100 - 2.000 ppm (bila diperlukan sensor yang spesifik untuk alkohol, gunakan MQ-3 Alcohol Detector Sensor)



      Gambar 2.4.
      Spesifikasi Mq2

      Konsep Dasar Fan DC

      1. Definisi Fan DC

      DC Brushless Fan Motor adalah motor DC yang menggunakan Hall Sensor untuk menggantikan kerja komutator dalam system motor DC. DC Brushless Fan Motor yang sedang kita pelajari ini, adalah DC fan motor yang banyak dipakai untuk peralatan elektronik sehari-hari, dengan input tegangan (voltage 5 Volt DC, 12 Volt DC, 24 Volt DC dan 48 Volt DC.


      Gambar 2.5.
      Fan DC

      2. Prinsip Kerja Fan DC

      Cara kerja pada motor BLDC cukup sederhana, yaitu magnet yang berada pada poros motor akan tertarik dan terdorong oleh gaya elektromagnetik yang diatur oleh driver pada motor BLDC. Hal ini membedakakn motor BLDC dengan motor DC yang menggunakan sikat mekanis yang berada pada komutator untuk mengatur waktu dan memberikan medan magnet pada lilitan. Motor BLDC ini juga berbeda dengan motor AC yang pada umumnya menggunakan siklus tenaga sendiri untuk mengatur waktu dan memberi daya pada lilitan. BLDC dapat memberikan rasio daya dan beban yang lebih tinggi secara signifikan dan memberikan efisiensi yang lebih baik dibandingkan motor tanpa sikat tradisional.


      Gambar 2.6.
      Prinsip Kerja Fan DC

      Konsep Dasar Trafo Step Up ballast

      1. Definisi Trafo Trafo Step Up ballast

      Trafo step up ballast merupak salah satu trafo yang biasa terpasang pada lampu LED perumahan. Namun Pada konsep nya yang terpasang pada lampu rumah tersebut ballast tipe step down atau penurun tegangan. Sedangkan trafo yang saya gunakan ialah trafo step up atau dengan kata lain untuk menaikan tegangan. Tegangan yang dapat di hasilkan dari trafo ini ialah hinggan mencapai 3KV. Transformator step up ballast dapat dilihat pada gambar 2.7. berikut ini :


      Gambar 2.8.
      Trafo Step UP ballast

      Konsep Dasar LCD

      1. Definisi LCD

      Liquid Crystal Display atau disingkat LCD adalah sebuah media yang tipis dan datar yang menggunakan media cair sebagai penghasil warna. LCD sendiri tidak mengeluarkan cahaya, karena itu LCD memerlukan cahaya aktif atau pasif. Hampir semua alat elektronik pada jaman ini menggunakan LCD sebagai media informasinya, dari kalkulator sampai dengan komputer notebook. LCD berfungsi untuk menampilkan data yang telah diolah sebelumnya. elemen penampil data. LCD dibagi menjadi dua jenis, yaitu LCD karakter dan LCD grafik. Pada proyek akhir ini digunakan LCD karakter 2x16. LCD karakter adalah LCD yang dapat menampilkan karakter ASCII dengan format dot matrix. Untuk dapat mengirimkan sebuah karakter ke LCD, dapat dilakukan dengan dua cara pengiriman, yaitu pengiriman data 4 bit dan pengiriman data 8 bit. Berikut pada Gambar 2.11 adalah contoh dari LCD 2x16


      Gambar 2.10.
      LCD

      2. Prinsip Protokol I2C

      Untuk mengatasi terbatasnya jumlah PIN pada arduino, beberapa perusahaan IC mengembangkan teknik transfer data secara seri untuk menghubungkan IC prosesor ke IC pendukungnya, Sebuah IC memori dengan kapasitas 2 KiloByte yang dibentuk dengan teknik transfer data secara pararel paling tidak mempunyai 24 kaki, yaitu : ➢ 8 kaki untuk jalur data, ➢ 11 kaki untuk jalur penomoran memori (jalur alamat), ➢ kaki untuk jalur kontrol, ➢ 2 kaki untuk catu daya. Komunikasi data secara I2C dilakukan melalui dua saluran, masing-masing adalah saluran data secara seri (SDA) = Serial Data dan saluran clock (SCL) = Serial Clock, kedua saluran ini dikenal sebagai I2C Bus yang dipakai menghubungkan banyak IC I2C untuk berbagai macam keperluan. IC-IC I2C itu dibedakan menjadi induk (master) dan anak buah (slave), yang dimaksud dengan induk adalah peralatan I2C yang memulai transfer data dan yang membangkitkan clock (SCK). Gambar 2.12 merupakan contoh penggunaan protokol I2C


      Gambar 2.11.
      Prinsip Kerja I2c Pada LCD

      Konsep Dasar Standarisasi CO2 pada Ruangan Rokok

      1. Definisi Standarisasi CO2 pada Ruangan Rokok

      Modulasi ventilasi sesuai dengan hunian aktual di dalam ruang dapat secara signifikan mengurangi energi dampak memberikan tingkat ventilasi yang lebih tinggi untuk merokok. Semakin banyak, membangun sistem kontrol menggunakan konsentrasi karbon dioksida (komponen utama nafas yang dihembuskan), sebagai indikator tingkat hunian dan ventilasi dalam ruang. Sebagian besar perusahaan pembuat bangunan utama sekarang menawarkan jenis ini kontrol ventilasi yang dapat memastikan bahwa target cfm / orang dipertahankan. Pendekatan hunian berbasis kontrol ventilasi ini didasarkan pada fakta bahwa konsentrasi CO2 di dalamnya udara di luar secara konsisten rendah (biasanya mendekati 400 bagian per juta - ppm). Di dalam gedung, orang-orang berada satu-satunya sumber CO2 yang signifikan. Akibatnya, pengukuran CO2 dalam ruangan adalah ukuran dinamis dari 1 cfm = kaki kubik per menit udara luar.


      2. Standarisasi CO2 pada Ruangan Rokok

      Pada ruang rokok yang mengandung CO2 pasti nya terdapat standarisasi, seberapa toleransi CO2 pada tiap ruangan mempengaruhi kesehatan perokok yang terdapat di dalam nya. berikut merupakan gambar standar CO2 pada ruang rokok :


      Gambar 2.2.
      Standar CO2 pada ruang rokok

      Konsep Dasar Corona Discharge

      1. Definisi Corona Discharge

      Korona merupakan proses pembangkitan arus di dalam fluida netral diantara dua elektroda bertegangan tinggi dengan mengionisasi fluida tersebut sehingga membentuk plasma di sekitar salah satu elektroda dan menggunakan ion yang dihasilkan dalam proses tersebut sebagai pembawa muatan menuju elektroda lainnya seperti tampak pada Gambar 2. Proses terjadinya lucutan pijar korona dalam medan listrik diawali dengan lucutan townsend kemudian diikuti oleh lucutan pijar (glow discharge) atau korona (corona discharge) dan berakhir dengan arc discharge (Reizer, 1997).


      Gambar 2.16.
      Corona Discharge

      2. Pengaplikasian Corona Discharge

      Aplikasi corona discharge untuk menghancurkan senyawa beracun dan polusi serta pengendalian bau pada umum nya telah banyak menarik perhatian. Banyaknya senyawa organik yang berbahaya seperti sisa-sisa pembakaran, polusi dapat di kendalikan dengan spesies tereksitasi, senyawa radikal bebas, elektron, ionisasi serta sinar UV ataupun rekayasa serupa yang di hasilkan oleh corona discharge. Prinsip pengaplikasian corona discharge untuk mengendalikan gas polusi sederhana yaitu lucutan dari corona discharge sebagai sumber electron yang akan bereaksi terhadap senyawa polutan. O3 (ozon) hasil dari reaksi penguraian CO2 (karbondioksida) dan CO (karbon monoksida) dapat menanggulangi pencemaran polusi serta bau yang tak sedap pada ruangan. Berikut gambaran yang terjadi pada lucutan corona discharge.


      Gambar 2.17.
      Penggambaran Teori Penguraian Carbon dengan Corona Discharge

      3. Dasar Teori Corona Discharge Membentuk Ozone


      Gambar 2.18.
      Formula Corona discharge Mengurai Carbone

      Corona discharge mengurai CO2 , yang mana carbon akan melekat pada pelepasan titik bunga listrik karena peran nya sebagai unsur kimia yang semi konduktor yang dalam artian melepaskan diri dari CO2 = C + O + O yang mana unsur Oksigen (O) pun ikut terurai oleh corona discharge. Karena yang masuk ke dalam kotak reaksi tidak hanya CO2 (karbon dioksida) ataupun CO (karbonmonoksida), Terdapat pula O2 (oksigen) yang ikut terhisap oleh kipas. Maka di jelaskan rumusan kimia sebagai berikut:


      Gambar 2.19.
      Formula Corona discharge Menghasilkan Ozone

      Literature Review

      Menurut Meta Amalya Dewi dkk dalam jurnal CCIT Vol.8 No.1 (2014:125) Metode literature review dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Manfaat dari literature review ini antara lain :
      1. Mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps) dari penelitian ini.
      2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu dan juga menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.
      3. Mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan terhadap penelitian ini.
      4. Meneruskan apa yang penelitian sebelumnya telah dicapai sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat membangun di atas landasan (platform) dari pengetahuan atau ide yang sudah ada. Adapun Literature Review sebagai landasan dalam mendukung penelitian adalah sebagai berikut:

      1. Penelitian M. Aldiki Febriantono dari Universitas Brawijaya yang berjudul “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA SMOKING ROOM MENGGUNAKAN KONTROLER PID” Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun alat pengurai asap rokok pada smoking room dengan menggunakan corona discharge sebagai media pengurai, serta menggunakan kontrol PID sebagai pengaturan putaran kipas DC. Peneliti menggunakan mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengendali system.

      2. Penelitian Muhamad Taupik Hidayatullah dari Politeknik Negeri Bandung yang berjudul “RANCANG BANGUN ALAT PENGURAI ASAP ROKOK MENGGUNAKAN METODE ELECTROSTATIC PRECIPITATOR BERBASIS ARDUINO UNO” tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk membuat prototype alat yang dapat mengurai asap rokok dengan menggunakan metode Electrostatic precipitator. Serta menggunakan sensor MQ-7 dan mikrokontroler Arduino uno sebagai pengendali utama.

      3. Penelitian Radhitya Pujosakti dari Universitas Diponegoro yang berjudul “PERANCANGAN KONTROLER PID BERBASIS ATMEGA 8535 UNTUK PENGENDALIAN KADAR ASAP GAS CO PADA RUANGAN KONTAMINASI ASAP” Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan memaksimalkan proses penguraian asap rokok melalui metode corona discharge dan mengkontrol putaran kipas DC dengan metode PID agar kipas dapat bekerja lebih responsif terhadap gas CO. Menggunakan sensor MQ-7 sebagai pendeteksi asap rokok dan menggunakan mikrokontroler ATmega 8535 sebagai pengontrolan kerja system.
      4. Penelitian Agung Budi Handoko, Yudha Rohman, Tri Satya P dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang berjudul “PENETRALISIR CO PADA RUANG SMOKING AREA MENGGUNAKAN CORONA DISCHARGE)” tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk membuat alat penetralisir CO pada ruang merokok dengan corona dischare sebagai media penguraiannya. Lalu peneliti menggunakan sensor PIR untuk mendeteksi keberadaan perokok dalam ruangan dam DC-DC converter guna menghasilkan corona discharge.

      5. Penelitian Slachsa Dikman dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya yang berjudul “ PROTOTYPE PEMBERSIH DAN MONITORING ASAP ROKOK PADA RUANG TERTUTUP MENGGUNAKAN FUZZY LOGIC CONTROLLER” tahun 2016. Penelitian ini bertujuan membersihkan asap rokok dengan menggunakan proses ionisasi untuk mengendapkan asap rokok serta memonitoring asap rokok dengan fuzzy logic controller. Peneliti menggunakan sensor AF 30 dan TGS 2442 untuk mendeteksi asap rokok.

      6. G Horv´ath, J D Skaln´y and N J Mason from Open University, UK 2017. “FTIR study of decomposition of carbon dioxide in dc corona discharges”. This study discusses the carbon dioxide decomposition using corona discharge method through FTIR (Fourier-transform infrared spectroscopy). The decomposition rate of carbon dioxide and the generation of ozone and carbon monoxide in coaxial corona discharges fed by pure CO2 has been investigated in a dc corona discharge operated in both positive and negative polarities using FTIR spectroscopy. The degree of CO2 decomposition is found to be dependent on the voltage, U, with a maximum CO2 decomposition of nearly 10% found in a negative corona discharge for U = 7.5 kV. In all cases the amount of CO2 decomposition was lower in positive polarity discharges than in negative polarity discharges operated under same conditions. CO and ozone were found to be the main products observed in the discharges. “Penelitian yang dilakukan oleh G Horvath, J D Skalny and N J Mason dari Universitas Open, UK 2017. “FTIR study of decomposition of carbon dioxide in dc corona discharges”. Pada penelitian ini membahas tentang melihat penguraian carbon dioksida menggunakan metode corona discharge melalui FTIR (Fourier-transform infrared spectroscopy). Tingkat dekomposisi karbon dioksida dan pembangkitan ozon dan karbon monoksida dalam pelepasan korona koaksial yang diberi makan oleh CO2 murni telah diteliti dalam debit korona dc yang dioperasikan pada polaritas positif dan negatif menggunakan spektroskopi FTIR. Derajat dekomposisi CO2 ditemukan bergantung pada voltase, U, dengan dekomposisi CO2 maksimum hampir 10% yang ditemukan pada pelepasan korona negatif untuk U = 7.5 kV. Dalam semua kasus, jumlah dekomposisi CO2 lebih rendah pada pelepasan polaritas positif daripada pelepasan polaritas negatif yang dioperasikan pada kondisi yang sama. CO dan ozon ditemukan sebagai produk utama yang diamati dalam pembuangan.

      7. F. Pontiga, K. Hadji, M. Guemou,K. Yanallah, A. Fernandez-Rueda and H. Moreno from Universidad de Sevilla, Spain 2014. “Ozon Production by corona discharge using a hollow needle-plat electrode system”. In this study discusses about producing ozone (O3) using corona discharge method which is produced from two electrode that is needle and plate . Ozone generation using a hollow needle-to-plate corona reactor has been investigated using both positive and negative polarities and various flow rates. Oxygen could be introduced in the reactor either through the needle electrode or through a port on the lateral wall. This configuration al-lowed studying the effect of the flow direction on ozone production.. “Penelitian yang dilakukan oleh F. Pontiga, K. Hadji, M. Guemou,K. Yanallah, A. Fernandez-Rueda and H. Moreno dari univesitas sevilla, spain 2014. “Ozon Production by corona discharge using a hollow needle-plat electrode system”. Pada penelitian ini membahas tentang menghasilkan ozon (O3) menggunakan metode corona discharge yang di hasilkan dari dua elektroda yaitu jarum dan papan besi. Generasi ozon menggunakan reaktor korona jarum-ke-piring berongga telah diteliti dengan menggunakan polaritas positif dan negatif dan berbagai laju alir. Oksigen bisa diperkenalkan di reaktor baik melalui elektroda jarum atau melalui port pada dinding lateral. Konfigurasi ini al-lowed mempelajari pengaruh arah aliran pada produksi ozon”.

      8. Marcela Marvova from institute of physics Comenius University , Slovak republic 1998“Dc corona discharges in CO2–air and CO–air mixtures for various electrode materials”. Positive and negative dc corona discharges in CO–air and CO2–air mixtures were applied. Natural humid air was used. The step by step development with time of the formation of gas products after the action of the corona discharge was measured in situ . The discharge tube was situated in an IR gas cell. The IR absorption spectra were scanned from the area of the inter-electrode distance in successive time steps of the action of the discharge (about 1 min). Measurements were performed for three combinations of electrode materials, namely Mo–stainless steel, Mo–brass and Cu–brass. Reflection IR absorption spectra from the surfaces of the electrodes used were scanned after the action of the discharge. The influence of the electrode material on the development with time of the reaction products was observed. Polymer–metal complexes with possible catalytic activity are formed on the surfaces of electrodes. From measurements it resulted that the discharge processes consist of simultaneously acting volume processes of plasmochemical nature (probably initiated by electrons) and electrocatalytic surface processes on electrodes (probably initiated by photons). “Penelitian yang dilakukan oleh Marcela Marvova dari institute fisika Universitas Comenius, republic Slovakia 1998 “Dc corona discharges in CO2–air and CO–air mixtures for various electrode materials”. Pada penelitian ini membahas tentang dc corona discharge dalam pencampuran CO2 dan udara melalui material elektroda yang bervariasi. Cairan korona positif dan negatif dc di udara CO-udara dan CO2 campuran yang diterapkan. Udara lembab alami yang digunakan. Perkembangan selangkah demi selangkah dengan waktu pembentukan produk gas setelah aksi pelepasan korona diukur secara in situ Tabung pelepasannya terletak di sel gas infra merah. IR spektrum serapan dipindai dari daerah jarak antar elektroda di Langkah waktu berurutan dari tindakan pelepasan (sekitar 1 menit). Pengukuran dilakukan untuk tiga kombinasi bahan elektroda, yaitu baja Mo-stainless, Mo-kuningan dan Cu-kuningan. Refleksi penyerapan IR spektra dari permukaan elektroda yang digunakan dipindai setelah aksi debit. Pengaruh bahan elektroda terhadap perkembangan dengan waktu dari produk reaksi diamati. Kompleks polimer logam dengan kemungkinan Aktivitas katalitik terbentuk pada permukaan elektroda. Dari pengukuran itu. mengakibatkan proses pelepasan terdiri dari volume akseptor secara bersamaan proses sifat plasmokimia (mungkin diprakarsai oleh elektron) dan Proses permukaan elektrokatalitik pada elektroda (mungkin diprakarsai oleh foton).

      9. Irma Aleknaviciute,from Brunel University,London 2013 “plasma assisted decomposition of methane and propane and cracking of liquid hexadecane” In this project she performed a parametric study for methane and propane decomposition under a corona discharge for COx free hydrogen generation. For methane and propane a series of experiments were performed for a positive corona discharge at a fixed inter-electrode distance (15 mm) to study the effects of discharge power (range of 14 - 20 W and 19 – 35 W respectively) and residence time (60 - 240 s and 60 – 303 s respectively). A second series of experiments studied the effect of inter-electrode distance on hydrogen production, with distances of 15, 20, 25, 30 and 35 mm tested. The analysis of the results shows that both discharge power and residence time, have a positive influence on gaseous hydrocarbon conversion, hydrogen selectivity and energy conversion efficiency for methane and propane decomposition. Longer discharge gaps favour hydrogen production for methane and propane decomposition. A final series of experiments on corona polarity showed that a positive discharge was preferable for methane decomposition. “penelitian yang di lakukan Irma Aleknaviciute dari Universitas Brunel, London 2013 “plasma assisted decomposition of methane and propane and cracking of liquid hexadecane “ Dalam proyek ini dia melakukan studi parametrik untuk metana dan propana dekomposisi di bawah pelepasan korona untuk pembangkitan hidrogen bebas COx. Untuk metana dan propana serangkaian percobaan dilakukan untuk korona positif debit pada jarak antar elektroda tetap (15 mm) untuk mempelajari efek dari debit daya (masing-masing berkisar antara 14 - 20 W dan 19 - 35 W) dan tempat tinggal waktu (60 - 240 s dan 60 - 303 s). Percobaan kedua mempelajari pengaruh jarak antar elektroda pada produksi hidrogen, dengan jarak 15, 20, 25, 30 dan 35 mm diuji. Hasil analisis menunjukkan bahwa baik debit daya dan waktu tinggal, memiliki pengaruh positif pada gas konversi hidrokarbon, selektifitas hidrogen dan efisiensi konversi energi dekomposisi metana dan propana. Kelongsong yang lebih panjang disukai hidrogen produksi untuk dekomposisi metana dan propana. Seri terakhir eksperimen Pada polaritas korona menunjukkan bahwa pelepasan positif lebih disukai untuk dekomposisi metana”.

      10. Stuart Greig,in his research from corona supplies Ltd, UK “CORONA GENERATED OZONE-IN-HOUSE DESTRUCTION”. In this study discuss about the effective management of ozone generated during corona discharge treatment has long since been a major concern to the industry. As Health and Safety and Environmental pressures grow, the necessity to contain and destroy ozone close to source intensifies. This paper discusses the dangers of ozone and how it can be successfully prevented from polluting the workplace and the local environmental atmosphere by using a catalytic decomposition unit. "Penelitian yang di lakukan oleh Stuart Greig, di corona supplies Ltd, UK “CORONA GENERATED OZONE-IN-HOUSE DESTRUCTION”. Dalam studi ini membahas tentang pengelolaan ozon yang efektif yang dihasilkan selama perawatan debit corona telah lama menjadi perhatian utama industri ini. Seiring tekanan Kesehatan dan Keselamatan dan Lingkungan, kebutuhan untuk mengandung dan menghancurkan ozon yang dekat dengan sumber meningkat. Makalah ini membahas bahaya ozon dan bagaimana hal itu dapat berhasil dicegah untuk mencemari lingkungan kerja dan lingkungan lokal dengan menggunakan unit dekomposisi katalitik.”

      BAB III

      PEMBAHASAN

      Gambaran Umum Perusahaan

      Sejarah Singkat Perusahaan

      Sejarah PJB bermula sejak tahun 1945, dimana didirikan Perusahaan Listrik dan Gas. Tahun 1965, perusahaan tersebut dibagi menjadi 2: Perusahaan Listrik Negara dan Perusahaan Gas Negara. Tahun 1972, status PLN menjadi Perusahaan umum (Perum). Tahun 1982, PLN dipecah lagi menjadi dua: Unit Divisi dan Unit Pembangkitan Tenaga Listrik dan Transmisi. Tahun 1994, status PLN menjadi Persero. Setahun kemudian, dilakukan restrukturisasi atas PT PLN (Persero) dengan pendirian subsider pembangkitan. Restrukturisasi ini dilakukan untuk memisahkan misi perusahaan atas sosial dan komersial.

      Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk 2 (dua) anak perusahaan untuk mengelola pembangkit listrik yang memasok energi listrik di Pulau Jawa dan Bali. Kedua anak perusahaan PLN tersebut adalah PT PLN Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) yang berkantor pusat di Jakarta dan PT PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PT PLN PJB II) yang berkantor pusat di Surabaya. Pada tahun 2000, PT PLN PJB II diubah nama menjadi PT Pembangkitan Jawa-Bali atau singkatnya PT PJB. Sedangkan PT PLN Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) berubah nama menjadi PT Indonesia Power.


      Gambar 3.1
      PT.PJB

      Struktur Organisasi PT.PJB


      Gambar 3.1
      PT.PJB

      Tata Laksana Sistem Yang Berjalan

      Prosedur Sistem Yang Berjalan

      Prosedur sistem ruang rokok pada sistem yang berjalan pada saat ini terdiri dari beberapa alur, yakni sebagai berikut :
      1. Perokok merokok pada ruang rokok.
      2. Perokok mengaktifkan kipas pembuangan dan sirkulasi udara



      Gambar 3.3
      Flowchart sistem yang berjalan

      Rancangan Prosedur Sistem Berjalan

      Rancangan prosedur sistem ruang rokok pada sistem yang berjalan pada saat ini terdiri dari beberapa alur, yakni sebagai berikut :
      1. Perokok merokok pada ruang rokok.
      2. Sensor mendeteksi adanya asap rokok
      3. sistem pengurai akan aktif jika sensor mendeteksi asap rokok >1800ppm



      Gambar 3.4
      Flowchart rancangan sistem yang di usulkan

      Diagram Blok

      Agar mempermudah penulis dalam menjelaskan perancangan perangkat keras (Hardware), maka di gambarkan alur dan cara kerja perangkat keras pada rangkaian diagram blok pada gambar 3.5 bawah ini :



      Gambar 3.5
      Diagram Blok

      Pada Gambar 3.5 merupakan diagram blok dimana terdapat konfigurasi seluruh rangkaian yang digunakan. Keterangan :
      1. MQ2 merupakan komponen I/O berupa sensor yang digunakan untuk mendeteksi asap rokok.
      2. Relay merupakan komponen yang digunakan sebagai pemutus dan penyambung tegangan listrik yang masuk ke sistem dimmer dan sistem kontrol.
      3. Wemos D1mini merupakan mikrokontroler yang digunakan untuk memproses data yang akan dikirim kedalam database online melalui jaringan Wi-Fi yang terdapat pada Wemos d1mini tersebut.
      4. Database Online berfungsi sebagai data untuk memonitoring kondisi kadar CO2 pada asap rokok.
      5. LCD sebagai media informasi kadar CO2 asap rokok yang di monitoring setiap saat.
      6. Fan DC sebagai kipas sirkulasi udara yang di teruskan ke sistem penguraian lalu di keluarkan kembalik ke dalam ruang rokok.

      Cara Kerja Alat

      Pada sistem ini di jelaskan cara kerja alat yaitu peneliti menggunakan mikrokontroller sebagai media pemrosesan data I/O yang telah di program sehingga ketikan sensor MQ2 mendeteksi kadar CO2 pada asap rokok maka ia akan menampilkan informasi melalui LCD. Jika kadar asap rokok lebih dari 1800 ppm maka mikrokontroller akan mengaktifkan rangkaian dimmer dan kontrol yang akan di teruskan ke trafo step up guna menghasilkan corona discharge.

      Perancangan Alat

      Pada perancangan saat ini yang dimaksudkan meliputi perancangan perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (software). Secara umum pada perancangan alat ini adalah seperti yang di tunjukkan pada diagram blok pada gambar 3.5. Alat yang dirancang akan membentuk suatu sistem “PROTOTYPE ALAT PENGURAI ASAP ROKOK PADA SMOKING ROOM PADA PT.PJB”. Perancangan sistem secara keseluruhan memerlukan beberapa alat dan bahan yang digunakan, berikut deskripsi alat dan bahan :

      A. Alat yang digunakan meliputi :
      1. Personal Computer (PC)
      2. Wemos D1mini
      3. Arduino Uno
      4. Software Arduino IDE
      5. Relay
      6. Fan DC
      7. LCD
      8. Trafo step up

      B. Bahan-bahan pendukung yang digunakan:
      1. Akrilik
      2. Timah Solder


      Permasalahan yang dihadapi dan Alternatif Pemecahan Masalah

      A. Permasalahan Yang Dihadapi Berdasarkan hasil dari observasi serta wawancara yang telah dilakukan sebelumnya mengenai Alat pengurai asap rokok, Maka dapat disimpulkan bahwa analisa permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
      1. Sirkulasi pada ruangan masih kurang baik.
      2. Kipas exhausted terhadap padatnya pengguna ruangan tidak sebanding sehingga menimbulkan ketidak nyamanan.
      3. Efek negatif dari asap rokok.

      B. Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan analisa permasalahan yang telah disebutkan, maka penulis memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :
      1. Melakukan perbaikan sirkulasi.
      2. Melakukan penguraian asap rokok agar meminimalisir efek negatif terhadap kesehatan perokok.

      User Requirement

      Elisitasi Tahap I

      Tabel 2.16.
      Tahap 1

      Elisitasi Tahap II

      Tabel 2.16.
      Tahap 2

      Elisitasi Tahap III

      Tabel 2.16.
      Tahap 3

      Final Draft Elisitasi

      Tabel 2.16.
      Tahap final



      BAB IV

      HASIL PENELITIAN

      Uji Coba

      Setelah menyelesaikan perancangan serta pemasangan komponen, maka di lanjutkan dengan melakukan uji coba terhadap masing-masing blok rangkaian guna memperoleh kesesuaian spesifikasi dan hasil yang diinginkan. Berikut hasil dan uji coba.

      Skenario Uji Coba

      Tabel 4.1.
      Skenario Uji Coba

      Metode White Box

      Pada penelitian kali ini pengujian di lakukan dengan menggunakan metode White Box. Metode ini akan di lakukan berdasarkan penelitan prototype alat pengurai asap rokok pada ruang rokok. Untuk pengujian pada sistem yaitu sebagai berikut :

      Pengujian White Box Sistem Pada Algorithma Pemrograman


      Gambar 4.1.
      Pengujian Algorithma

      Metode Black Box

      Pada penelitian kali ini pengujian di lakukan dengan menggunakan metode black box. Metode ini akan di lakukan berdasarkan penelitan prototype alat pengurai asap rokok pada ruang rokok. Untuk pengujian pada sistem yaitu sebagai berikut :

      Pengujian Black Box Sistem Pada Saat Sensor MQ2 Mendeteksi Adanya Asap Rokok

      Tabel 4.2.
      Pengujian Black BoxSistem Pada Pembacaan Nilai Asap Rokok Pada Sensor MQ2 Yang Tersinkronisasi Dengan Database

      Pada pengujian ini sensor pada wemos D1 mini di koneksikan dengan database io.adafruit. lalu di uji coba apakah respon sensor yang di terima secara aktual bisa di teruskan kepada database. Dan hasilnya berhasil tersimpan.

      Pengujian Black Box Sistem Pada Respon Pembacaan Nilai Asap Rokok Pada Sensor MQ2

      Tabel 4.3.
      Pengujian Sistem Pada Respon Pembacaan Nilai Asap Rokok Pada Sensor MQ2

      Pada pengujian ini sensor pada wemos D1 mini di berikan respon dengan tidak adanya objek asap rokok. Dan pembacaan nilai sensor pada LCD valid dan menunjukan status “OK”.

      Pengujian Black Box Sistem Pada Respon Pembacaan Nilai Asap Rokok Pada Sensor MQ2

      Tabel 4.4.
      Pengujian Sistem Pada Respon Pembacaan Nilai Asap Rokok Pada Sensor MQ2

      Pada pengujian ini sensor pada wemos D1 mini di berikan respon dengan adanya objek asap rokok. Dan pembacaan nilai sensor pada LCD valid dan menunjukan status “Warning”.

      Pengujian Black Box Sistem Menghasilkan Ozone

      Tabel 4.5.
      Pengujian Sistem Menghasilkan Ozone

      Pada pengujian ini sistem di aktifkan guna mengetahui apakah sistem benar menghasilkan unsur kimia ozone. Dengan di bantu menggunakan alat detektor ozone milik PT.PJB, hasil yang di dapatkan valid dengan konsentrasi ozone o,12 ppm.

      Pengujian Black Box Sistem Pada Saat Kondisi Sistem Off

      Tabel 4.6.
      Pengujian Sistem Saat Alat Off

      Pada pengujian ini sistem di nonaktifkan dan di berikan respon objek asap rokok, guna mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah sistem diaktifkan. Dan hasilnya sistem mendeteksi CO2 dari asap rokok sebesar 1870.5 ppm.

      Pengujian Black Box Sistem Pada Saat Kondisi Sistem On

      Tabel 4.7.
      Pengujian Sistem Saat Alat On

      Pada pengujian ini sistem di aktifkan dan di berikan respon objek asap rokok, guna mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah sistem diaktifkan. Dengan menggunakan aplikasi chemlab yang dimiliki oleh PT.PJB di dapatlah hasil sistem mendeteksi CO2 dari asap rokok sebesar 1212,50 ppm dengan lama waktu 2,5 menit untuk mengurai asap rokok dalam ruang rokok.


      Gambar 4.2.
      Grafik Penguraian Asap Rokok Terhadap Waktu

      Schedule

      Berdasarkan data yang dikumpulkan, sehingga prototipe alat pengurai asap rokok ini dibuat, penulis melakukan pendekatan terhadap pihak yang berkaitan dan merupakan tempat observasi penulis. Hal ini dilakukan demi terciptanya suatu sistem yang dapat dikontrol sehingga mempermudah dalam melakukan tindakan terhadap pelanggar rambu lalu lintas khususnya area parkir, sedangkan penulis sangat perlu melakukan pendekatan tesebut karena ada beberapa hal yang akan menjadi kendala ketika dalam proses perancangan dan pembuatan. Adapaun jadwal yang dilakukan dalam proses mulai perancangan hingga selesai disajikan pada tabel sebagai berikut :

      Tabel 2.10.
      Tabel Jadwal Penelitian

      Estimasi Biaya

      Berdasarkan perancangan alat serta pembuatan software maupun hardware, penulis membuat estimasi biaya sebagai berikut :

      Tabel 2.10.
      Estimasi Biaya Yang Di Keluarkan




      BAB V

      PENUTUP

      Kesimpulan

      Dari penelitian ini di ambil beberapa kesimpulan yang dapat mewakili penelitian prototype alat pengurai asap rokok pada ruang rokok pada PT.PJB adalah :

      1. Dari cara kerja keseluruhan alat, alat pengurai yang terpasang sensor MQ2 berfungsi sebagai inputan informasi terhadap kadar CO2 pada ruangan dan juga sebagai pengambilan keputusan terhadap respon sistem. Mikrokontroler yang terpasang pada sistem berfungsi sebagai penjebatan antara inputan sistem dengan database server. Data yang terdapat pada database di jadikan acuan sebagai monitoring setiap saat terhadap kondisi ruang rokok.

      2. Dengan adanya prototype alat pengurai asap rokok ini, perokok diberikan kenyamanan di dalam ruangan rokok karena adanya sistem otomatisasi penguraian asap rokok sehingga mengurangi dampak negatif dari adanya asap rokok.

      3. Dengan memiliki konsumsi daya yang hanya 45,545 Watt dengan biaya perjam nya Rp. 62,85 / jam ini mampu mengurai asap rokok dengan konsentrasi 1250 ppm dengan waktu hanya 2,5 menit.

      Saran

      Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah agar penelitian berikutnya dapat mengembangkan sistem menjadi lebih baik, dapat meningkatkan fungsi nya. Saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangannya adalah sebagai berikut:

      1. Akurasi respon sensor dapat di tingkatkan lagi dengan menggunakan sensor yang lebih spesifik terhadap asap rokok dan CO2.

      2. Sistem penguraian dapat di tingkatkan lagi dengan menggunakan tegangan yang lebih tinggi guna menghasilkan corona discharge yang lebih kuat.

      3. Dapat di tambahkan peringatan suara terhadap perokok yang berada di dalam ruangan dengan acuan sensor sebagai objek informasi.

      kedepannya diharapkan bagi mahasiswa atau peneliti yang mengambil judul penelitian yang sama untuk dapat mengembangkan sistem ini menjadi aplikasi yang lebih canggih dan yang lebih baik dari sebelumnya.

      DAFTAR PUSTAKA

      1. Darmawan Deni, Kunkun Nur Fauzi. 2013. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
      2. Darmini, N. & Widyaningtyas, R.S., 2014. INFORMED CONSENTATAS TINDAKAN KEDOKTERAN DI RUMAH SAKIT GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA. Mimbar Hukum - Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 26(2), p.234.
      3. Saefullah, Asep. Nur Azizah & Andri Ansyah, 2015. PERANCANGAN SISTEM IINFORMASI MONITORING ANTRIAN PEMBAYARAN KULIAH PADA LKM PERGURUAN TINGGI RAHARJA. CCIT Journal. Volume 9, No.1 September 2015.
      4. H. & Rizan, O., 2016. Sistem Informasi Penjadwalan Dosen Ajar Studi Kasus : STMIK Atma Luhur. Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi, 2(1), p.65.
      5. Mardiani, L.K., Sukarsa, K.G. & I Gusti Ayu, 2013. PENERAPAN REGRESI ZERO INFLATED POISSON UNTUK MENGATASI OVERDISPERSI PADA REGRESI POISSON (Studi Kasus: Ketidaklulusan Siswa SMA/MA dalam Ujian Nasional di Buleleng). E-Jurnal Matematika, 2(3), p.23.
      6. Amsler, G. M., Findley, H. M., & Ingram, E., 2009, Performance monitoring: guidance for the modern workplace. Supervision, 70, 12-19.
      7. Istiqomah. (2013). Remaja Tanpa Rokok. Bandung : Alfabeta.
      8. Sitepoe, M. & Indonesia, 2013. Kekhususan rokok Indonesia: mempermasalahkan PP no. 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan.
      9. Amrullah, 2016. Proses Manajemen Resiko Pada Perusahaan
      10. Prastomo, Andi. 2014. Prototipe Sistem E-Learning Dengan Pendekatan Elisitasi Dan Framework Codeigniter: Studi Kasus SMP Yamad Bekasi. Jakarta: Jurnal Faktor Exacta.
      11. Md.Shakill, 2013. The Quality book : How to understand the flowchart
      12. Shuang Song dan Biju Issac (2014). Analysis of wifi, wimax and wireless network coexistance
      13. Neeraj Tiwari(2015). An Investigation on Wireless Mobile Network and Wireless LAN (Wi-Fi) for Performance Evaluation
      14. Madakam S, dkk (2015). Internet Of things. Smart Things
      15. Kevin Ashton dalam Tripathy BK (2017).The internet of Things will disrupt transportation
      16. Prayudha, dkk (2014:174). Mikrokontroler ATMega16 Mikrokontroler Alf and Vegard s Risc
      17. Sutabri, Tata. 2012. “Konsep Sistem Informasi”. Yogyakarta: Andi Offset
      18. Saefullah. Jurnal CCIT Vol.2 No.3 (2013:1)

      DAFTAR LAMPIRAN

      DAFTAR LAMPIRAN

      Lampiran A

      1. Surat Pengantar Skripsi

      2. Kartu Bimbingan

      3. Kartu Studi Tetap Final (KSTF)

      4. Form Validasi Skripsi

      5. Kwitansi Pembayaran Skripsi

      6. Daftar Nilai

      7. Sertifikat Prospek

      8. Sertifikat TOEFL

      9. Sertifikat IT Internasional

      10. Sertifikat IT Nasional

      11. Elisitasi

      12. Curriculum Vitae (CV)

      Lampiran B

      1. Keterangan Observasi

      2. Keterangan Implementasi

      3. Keterangan Hibah

      4. Form Wawancara