SI1231472025

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA


SKRIPSI



Disusun Oleh :

NIM
: 1231472025
NAMA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SISTEM (COS)

UNIVERSITAS RAHARJA

TANGERANG

2018/2019




UNIVERSITAS RAHARJA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA

NIM
: 1231472025
Nama
Fakultas
Program Pendidikan
: Strata 1
Program Studi
Konsentrasi

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, September 2019

Rektor
       
Ketua Program Studi
Universitas Raharja
       
Program Studi Sistem Komputer
           
           
           
           
       
(Ageng Setiani Rafika S.Kom., M.Si)
NIP: 000594
       
NID: 13001





UNIVERSITAS RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1231472025
Nama

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System (COS)

Tahun Akademik 2018/2019

Disetujui Oleh :

Tangerang, September 2019

Pembimbing I
       
Pembimbing II
           
           
           
           
(Diah Aryani, S.T., M.Kom )
       
(Hendra Kusumah, S.Kom )
NID : 11010
       
NID : 14017



UNIVERSITAS RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1231472025
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System (COS)

Tahun Akademik 2018/2019

Disetujui Penguji :

Tangerang, September 2019

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :



LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA


Saya yang bertandatangan di bawah ini :

NIM
: 1231472025
Nama
Fakultas
: Sains dan Teknologi
Program Pendidikan
: Strata 1
Program Studi
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System (COS)

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik dilingkungan Universitas Raharja, maupun di Universitas lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia menerima sanksi jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.


Tangerang, September 2019

 
 
 
 
 
NIM : 1231472025

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;


ABSTRAKSI

Dalam dunia medis infuse merupakan alat yang paling sering digunakan, fungsi infuse sendiri yaitu untuk memberikan cairan pada pasien secara berkala. Kesalahan dalam pemberian cairan infuse dapat berakibat buruk kepada pasien, apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau kehabisan cairan jika tidak segera di tangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang ada saat ini penggunaanya masih secara manual dimana kesalahan – kesalahan seperti tersebut masih sering terjadi. Pembuatan system pembaca tetesan infuse pasien dengan transmisi data wifi merupakan solusi yang tepat untuk pemantauan jara kjauh secara realtime. Dengan menggunakan alat ini, kondisi tetesan infuse dapat dipantau oleh dokter atau perawat melalui android dan melakukan rekam medis untuk kondisi dan status infuse tanpa harus melakukan pengecekan secara langsung sehingga dapat membantu aktifitas dokter maupun perawat dalam penangan pasien khususnya pasien yang sedang dirawat di ICU.


Kata Kunci: Infus, Sensor, Mikrokontroler

ABSTRACT

In the medical world infusion is the most commonly used tools, infusion alone function is to provide fluid in patients on a regular basis. Errors in the administration of intravenous fluids may be detrimental to the patient, if there are problems such as blockages or dehydration if not handled immediately be harmful to the patient. Infusion current use is still manually where mistakes - mistakes such as these are still common. Making the system of drip patient reader with wifi data transmission is the perfect solution for remote monitoring in realtime. By using this tool, the condition of the drip can be monitored by a doctor or nurse through the computer and perform medical records for the condition and status of the infusion without the need to check directly that can help doctors activities although nurses in handling patients, especially patients who are being treated in the ICU.


Keywords : infusion, sensors, microcontroller

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA” tepat pada waktunya.

Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan tambahan pengetahuan bagi para pembaca umumnya serta mahasiswa khususnya. Semoga karya tulis ini dapat menjadi bahan perbandingan dalam periode selanjutnya, dan dapat menjadi suatu karya ilmiah yang baik.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, antara lain :

  1. Bapak Dr. Po. Abas Sunarya, M.Si. selaku Rektor Universitas Raharja.
  2. Bapak Dr. Henderi, S.Kom., M.kom. selaku Dekan Fakultas Universitas Raharja.
  3. Bapak Padeli, M.Kom. selaku Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Raharja.
  4. Ibu Ageng Setiani Rafika S.Kom., M.Si. selaku Ketua Program Studi Sistem Komputer.
  5. Ibu Diah Aryani, S.T., M.Kom. selaku Pembimbing I yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penelitian ini.
  6. Bapak Hendra Kusumah, S.Kom, selaku Pembimbing II yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penelitian ini.
  7. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  8. Kedua orang tua dan saudara keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil maupun doa untuk keberhasilan kepada penulis.
  9. Spesial thanks to Ratri RD, yang telah memberikan dukungan dan masukan yang berarti untuk menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Akhir kata, Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Laporan Skripsi ini. Demikian, penulis sampaikan dengan harapan semoga Laporan Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.



Tangerang, September 2019
BELLY GEMA PRATAMA
NIM. 1231472025

Daftar isi


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi pun semakin maju. Setiap hari jumlah pasien rawat inap yang ada di rumah sakit, poliklinik, ataupun di puskesmas terus bertambah. Banyaknya jumlah pasien tersebut pun menimbulkan jam kerja perawat menjadi sangat padat. Seiring berjalannya waktu, jam kerja perawat yang padat menimbulkan masalah. Misalnya saja yang sering kita alami yaitu perawat telat mengganti infus pasien yang sudah habis. Apabila cairan infus yang berada di dalam kantung plastik atau botol kaca yang khusus telah habis, maka perawat harus menggantinya dengan yang baru. Tetapi, seringkali pasien tidak mengetahui saat cairan infus tersebut habis dan kerepotan untuk menekan tombol ke ruang penjaga untuk memberitahukan bahwa cairan infusnya habis ataupun tidak menetes. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kehabisan cairan infus adalah darah akan naik ke atas karena tekanan yang lebih besar dari pembuluh darah dibandingkan dengan tekanan di dalam kantung infus yang sudah mengempis karena sudah habis sama sekali dan jika perawat sibuk karena banyaknya pasien sehingga perawat tidak memperhatikan infusan dengan benar maka kemungkinan terjadinya emboli udara terhadap pasien bisa terjadi, emboli udara adalah kondisi dimana gelembung atau udara masuk kedalam pembuluh darah atau jantung memlalui selang infusan pasien.

Secara singkat, cairan infus (intravenous fluid) umumnya tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol yang akan dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah langsung. Kuantitas dan kecepatan tetesan cairan infus pun perlu disesuaikan. Ketentuannya akan bergantung kepada usia, kondisi kesehatan, dan ukuran badan pasien. Pemberian cairan infus perlu diatur agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit jika tidak ingin terjadi komplikasi. Inilah mengapa perawat perlu memeriksa kelancaran dan ketepatan pemberian dosis cairan infus ini secara teratur. Sebaliknya, kurangnya pasokan cairan infus yang diberikan dapat membuat pengobatan menjadi tidak efektif.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan maka untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi di lingkungan kesehatan, maka penulisan laporan skripsi ini dibuat dengan judul :

“ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA”

Alat monitoring ini merupakan perangkat yang memberikan kemudahan perawat dalam memantau cairan infus demi kebaikan pasien dan penghematan waktu. Selain dapat memantau isi cairan infus, alat ini juga dapat membatu perawat agar dapat menghidupkan dan mematikan tetesan cairan infus melalui smartphone.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diuraikan beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain :

  1. Bagaimana cara agar cairan infus pasien pada lembaga kesehatan dapat di monitor ?

  2. Dengan menggunakan alat seperti apakah seorang perawat dapat mengetahui kondisi infus pasien secara real time dengan waktu yang singkat ?

  3. Bagaimana cara membuat suatu alat monitor cairan infus yang dapat terhubung melalui internet sehingga dapat membantu perawat dalam mendeteksi keadaan infus pasien dan agar dapat mencegah terjadinya kehabisan cairan dan emboli udara?

Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :

  1. Alat monitoring infus menggunakan Wemos D1 yang terkoneksi dengan jaringan internet sebagai otak utama untuk menginstruksikan terhadap sensor Infra Red.

  2. Sensor Infra Red menerima data dan mengirimkan perintah melalui wemos D1

  3. Dihubungkan ke aplikasi blynk pada smartphone yang terhubung oleh koneksi Wifi, dengan notifikasi berupa nada dan tampilan pada layar LCD.

  4. Melalui aplikasi Blynk, perawat dapat menghidupkan dan mematikan tetesan infus pasien.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini tentunya dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang diharapkan penulis. Tujuan dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

Tujuan Penelitian

Ada beberapa hal tujuan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu sebagai berikut :

  1. Tujuan operasional

    Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan berbagai teori mengenai sistem monitoring cairan infus yang berbasis internet.

  2. Tujuan fungsional

    Membuat sistem monitoring cairan infus yang berbasis internet yang dapat membantu pekerjaan perawat dalam mengontrol cairan infus.

  3. Tujuan individu

    Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memenuhi kelulusan jenjang Strata Satu (S1).

Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Dengan penelitian yang dilakukan penulis dapat mengetahui cara kerja alat monitor cairan infus yang dapat terhubung melalui internet

  2. Dari sisi fungsi, sistem ini dapat mempermudah pekerjaan perawat untuk mengontrol cairan infus pasien, yaitu dengan alat yang sudah berbasis internet ini sehingga dapat dengan mudah untuk di gunakan.

  3. Kemudian dari sisi pengawasan pun lebih mudah, karena jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya terjadi emboli udara pada infus pasien, maka akan ada pemberitahuan pada alat monitoring tersebut.

Metode Penelitian

Dalam melakuan penelitian terhadap alat ini maka metode yang penulis gunakan adalah:

Metode Observasi

Observasi yang dilakukan pada RS. Bunda Sejahtera Kutabumi Tangerang selama 3 bulan. Selama melakukan observasi di dapat suatu data meliputi, latar belakang rumah sakit, visi misi, struktur organisasi, dan masalah yang sering terjadi pada pemantauan infuse pasien.

Metode Wawancara

Metode ini dilakukan melalui proses tanya jawab dengan narasumber yaitu Kepala Bagian Perawat di RS. Bunda Sejahtera sebagai lokasi penelitian yang dilakukan. Kepala Bagian Perawat tersebut sebagai stackholder yang memiliki keluhan karena sistem yg dimiliki masih secara manual dalam hal menantau kondisi infus pasien.

Literature Review

Metode ini dilakukan untuk mencari dan mendapatkan sumber-sumber kajian landasan teori yang mendukung. Informasi yang dikumpulkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan, percobaan, pembuatan, dan penyusunan laporan.

Metode Perancangan Alat

Dengan metode perancangan ini kita dapat mengetahui bagaimana system monitor tersebut dapat dibuat atau dirancang dan alat apa saja yang dibutuhkan. Melalui tahapan pembuatan flowchart dari sistem yang akan dibuat dan pembuatan desain aplikasi pengontrolan berupa perancangan perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware) berupa rancangan desain diagram blok.

Pengujian Alat

Metode ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan masalah-masalah pada sistem yang telah ada dan mencari solusi bagaimana membuat sistem sesuai dengan yang diharapkan tidak ada kesalahan sehingga akan sesuai dengan apa yang dirancang. Dalam pengujian alat ini digunakan metode Black Box Testing terhadap rancangan alat yang telah dibuat.

Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas tentang penulisan penelitian ini, maka dikelompokkan materi penulisan menjadi 5 (Lima) bab yang masing-masing saling berkaitan antara bab satu dengan yang lainya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan perancangan, manfaat perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori dasar yang akan mendukung pembahasan masalah, serta cara berfikir dalam penyusunan penelitian ini. Uraian tersebut menjelaskan tentang Monitoring cairan infus pasien, saluran pengiriman data serta beberapa komponen pendukung.

BAB III : PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum objek yang diteliti meliputi sejarah singkat perusahaan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing divisi, permasalahan yang dihadapi, dan juga perancangan sistem monitoring cairan infus berbasis Internet Of Thing

BAB IV : RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Dalam bab ini membahas tentang sistem yang akan diusulkan, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan, konfigurasi sistem, pengujian, evaluasi, implementasi, dan estimasi biaya.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan rancangan sistem yang dilakukan serta saran-saran terhadap sistem yang diusulkan.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Monitoring

1. Definisi Monitoring

Menurut Rizan, dkk (2016:46)[1] “Monitoring adalah penilaian secara terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program-program di dalam hal jadwal penggunaan input / masukan data oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan.

Menurut Mardiani (2013:36)[2] “Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah proses analisa dan pengumpulan data atau informasi yang di lakukan untuk mengambil suatu tindakan untuk penyempurnaan program / kegiatan selanjutnya.

Konsep Dasar Infus

1. Definisi Infus

Menurut Zainuri, dkk (2012:49)[3] “Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk menggantikan cairan yang hilang dan menyeimbangkan elektrolit tubuh”.

Menurut Muljodipo (2015:13)[4] “Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh”.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa infus adalah suatu piranti kesehatan yang digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang yang di berikan melalui jarum kedalam sebuah pembuluh vena.

2. Komponen Sistem Infus

Infus terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

  1. Botol infuse, merupakan wadah dari cairan infus, biasa dijumpai dijual dalam tiga ukuran 500mL, 1000mL dan 1500mL

  2. Selang infuse, merupakan sarana tempat mengalirnya cairan infuse

  3. Klem selang infuse, yaitu bagian untuk mengatur laju aliran dari cairan infus, dengan mempersempit atau memperlebar jalur aliran pada selang.

  4. Jarum infuse, sarana masuknya cairan infus dari selang infus menuju pembulu vena.

Infusion-Set.jpg
Gambar 2.1 Komponen Infus
3. Prinsip Kerja Sistem Infus

Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infus diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakan untuk mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus/menit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan infus/menit.

Konsep Dasar Internet of Things (IoT)

1. Definisi IoT (Internet of Things)

Menurut Susanti, dkk (2016:401)[5], “IoT (Internet of Things) merupakan teknologi yang dapat mengkoneksikan suatu peralatan dengan internet untuk menjalankan berbagai fungsi”.

Menurut Susanto, dkk (2017:2.7-1)[6], “Internet of Things (IoT) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Internet of Things adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus untuk mengkoneksikan suatu peralatan dengan internet untuk menjalankan berbagai fungsi.

Konsep Dasar WiFi (Wireless Fidelity)

1. Definisi WiFi (Wireless Fidelity)

Menurut Adinandra, dkk (2012:161)[7], “WiFi adalah kepanjangan dari Wireless Fiedelity yang merupakan salah satu jenis komunikasi wireless yang sangat umum digunakan.

Menurut Roby, dkk (2017:34)[8], “Wireless Fedelity (Wi-Fi) merupakan teknologi Wireless Local Area Network (WLAN) yang di standarisasi dalam standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.11.

Dari definsi di atas dapat disimpulkan bahwa WiFi adalah teknologi Wireless Local Area Network (WLAN) jenis komunikasi wireless yang di standarisasi dalam standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.11.

Konsep Dasar Perancangan Sistem

1. Definisi Perancangan Sistem

Menurut Rianti, dkk (2016:52)[9], “Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten SMPN 7 SIJUNJUNG Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”. Jurnal Sains dan Informatika Vol. 2 No. 2. 2016. ISSN : 2459-9549. Perancangan sistem adalah merancang atau mendesain suatu sistem yang baik, yang isinya adalah langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem.

Menurut Ekawati, dkk (2015:58)[10], Perancangan sistem merupakan suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur jalannya suatu sistem.

Berdasarkan definsi di atas dapat disimpulkan perancangan sistem adalah suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur jalannya suatu sistem yang baik yang di dalamnya terdapat langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem.

2. Tujuan Perancangan Sistem

Menurut Yunita dkk (2017:281)[11], . Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:

  1. Memenuhi kebutuhan pemakai sistem.

  2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap untuk pemrogram dan ahli-ahli teknik terlibat.

Teori Khusus

Konsep Dasar Mikrokontroler

1. Definisi Mikrokontroler

Menurut Prayudha, dkk (2014:174)[12], “Mikrokontroler adalah sebuah chip yang didalamnya terdapat mikroprosesor yang telah di kombinasikan I/O dan memori RAM/ROM.”

Menurut Timotius, dkk (2014:125)[13], “Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor dimana di dalamnya sudah terdapat CPU, ROM, I/O, clock, dan peralatan internal lainnya yang sudah saling terhubung dan ter-organisasi dengan baik oleh pabrik pembuatnya dan dikemas dalam satu chip yang siap pakai”.

Menurut Prastyawan, dkk (2014)[14], “Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data”.

Dari definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa mikrokontroler adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip yang pempunyai prosesor, memori dan perlengkapan input dan output yang menjadi kendali dari sebuah program yang ditulis.

2. Karakteristik Mikrokontroler

Menurut Saefullah, dkk (2013:2)[15], mikrokontroler memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu, tidak seperti PC yang multifungsi karena mudahnya memasukkan program. Program mikrokontroler relatif lebih kecil daripada program-program pada PC.

  2. Konsumsi daya kecil.

  3. Rangkaiannya sederhana dan kompak.

  4. Harganya murah, karena komponennya sedikit.

  5. Unit I/O yang sederhana, misalnya LCD, LED, Latch.

  6. Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim, misalnya temperature tekanan, kelembaban, dan sebagainya.

3. Jenis-Jenis Mikrokontroler

Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroler. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas instruksi-instruksi yang dapat diterapkan pada mikrokontroler tersebut. Pembagian itu yaitu RISC dan CISC.

  1. RISC merupakan kependekan dari Reduced Instruction Set Computer. Instruksi yang dimiliki terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih banyak. Contoh RISC yaitu Mikrokontroler AVR, PIC (Peripheral Interface Controller), Mikrokontroler ARM.

  2. CISC kependekan dari Complex Instruction Set Computer. Instruksi bisa dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya. Contoh CISC yaitu Mikrokontroler MCS-51.

Konsep Dasar Microcontroller Wemos

1. Definisi Microcontroller Wemos

Menurut Yuliza (2016:190)[16], “Microcontroller Wemos adalah sebuah Microcontroller pengembangan berbasis modul microcontroller ESP8266. Microcontroller wemos dibuat sebagai solusi dari mahalnya sebuah sistem wireless berbasis microcontroller lainnya. Dengan menggunakan microcontroller wemos biaya yang dikeluarkan untuk membangun sistem WiFi berbasis microcontroller sangat murah, hanya sepersepuluhnya dari biaya yang dikeluarkan apabila membangun sistem WiFi dengan menggunakan microcontroller Arduino Uno dan WiFi Shiled”.

Wemos.jpg
Gambar 2.2 Mikrokontroller Wemos D1
2. Chipset Pada Microcontroller Wemos

Pada microcontroller wemos memiliki 2 buah chipset yang digunakan sebagai otak kerja platform tersebut. Beberapa chipset pada microcontroller ini adalah :

  1. Chipset ESP8266

    ESP8266 adalah sebuah chip microcontroller yang memiliki fitur WiFi yang mendukung stack TCP / IP. Diproduksi oleh produsen cina yang berbasis di Shanghai. Pada Agustus 2014 AI-Thinker membuat modul ESP-01 dengan menggunakan lisensi oleh Espressif. Modul kecil ini memungkinkan microcontroller untuk terhubung dengan jaringan WiFi dan membuat koneksi TCP / Ip hanya menggunakan command yang sederhana. Harganya yang sangat rendah dan sangat sedikit komponen eksternal pada modul ini mengakibatkan sangat murah harga sebuah chip ini. Dengan clock 80 MHz chip ini di bekali dengan 4MB eksernal RAM, mendukung format IEEE 802.11 b/g/n enkripsi WEP (Wired Equivalent Privacy), WPA (WiFi Protected Access) sehingga menjadikan chipset ini sangat aman digunakan. Chipset ini memiliki 16 GPIO (General Purphose Input/Output) pin yang bekerja pada 3,3 Volt, 1 pin ADC dengan resolusi 10 bit.

  2. CHIPSET CH340

    CH340 adalah sebuah chipset yang mengubah USB menjadi serial interface. Sebagai contohnya adalah aplikasi USB conventer to IrDA atau aplikasi USB converter to printer. Dalam mode serial interface,CH340 mengirimkan sinyal penghubung yang umum digunakan pada Modem. CH340 digunakan untuk memperbesar asynchronous serial interface komputer atau mengubah perangkat serial interface umum untuk berhubungan dengan bus USB secara langsung.

Konsep Dasar Sensor Infrared Avoid Obstacle

1. Definisi Sensor Infrared Avoid Obstacle

Sensor Infrared Avoid Obstacle merupakan sebuah modul yang terdiri dari inframerah dan photodioda yang berfungsi sebagai pendeteksi halangan atau objek di depannya, berikut adalah komponen-komponen yang ada pada modul tersebut:

  1. Komponen utamanya terdiri dari IR dan IR receiver/phototransistor.

  2. Ketika power-up, IR emitter akan memancarkan cahaya infrared yang kasat mata.

  3. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan oleh objek yang ada didepannya, Cahaya terpantul ini kemudian diterima oleh IR receiver.

  4. Terdapat Op-Amp LM363 yang berfungsi sebagai komparator antara resistansi IR receiver dan resistansi trimpot pengatur sensitivitas.

  5. Output Op-Amp ini juga terhubung dengan pin “OUT” yang dihubungkan ke Arduino.

Berikut adalah gambar sensor infrared yang terdapat pada modul tersebut:

IR.jpg
Gambar 2.3 Sensor Infrared Avoid Obstacle

Konsep Dasar Motor servo

1. Definisi Motor servo

Motor servo adalah sebuah motor dengan system umpan balik tertutup dimana posisi dari motor akan dimodifikasikan kembali ke rangkaiain control yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC, serangkaian gear, potensiometer dan rangkaian control. Potensiometer berfungsi untuk menentukan servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel motor.

Secara umum terdapat 2 jenis motor servo, yaitu motor servo standard dan motor servo continuous. Servo motor tipe standard hanya mampu berputar 180°. Motor servo standard sering dipakai pada system robotika misalnya untuk membuat “Robot Arm” (Robot Lengan). Sedangkan motor servo continuous dapat berputar sebesar 360°. Motor servo continuous sering dipakai untuk Mobile Robot. Pada badan servo tertulis tipe servo yang bersangkutan. Motor servo standard yang kali ini dipakai 3 buah kabel yaitu power, ground dan signal.

Motor%2BServo.jpg
Gambar 2.4 Motor Servo

Konsep Dasar Laser

1. Definisi Laser

Menurut Amir (2014 :8-12)[17], “Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan alat yang dapat memancarkan cahaya gelombang radio elektromagnetik pada daerah infrared, visible atau ultraviolet. Cahaya yang dipancarkan oleh laser yang di hasilkan dari stimulasi emisi radiasi dari medium yang ada di laser, emisi radiasi tersebut dikuatkan sehingga menghasilkan cahaya yang mempunyai sifat monokromatis (tunggal / hanya satu), koheren, ter-arah dan brightness (sifat kecerahan tinggi)”.

Konsep Dasar Aplikasi Blynk

1. Definisi Aplikasi Blynk

Blynk adalah platform untuk aplikasi OS Mobile (iOS dan Android) yang bertujuan untuk kendali module Arduino, Raspberry Pi, ESP8266, WEMOS D1, dan module sejenisnya melalui Internet.

Blynkk.png
Gambar 2.5 Logo Aplikasi Blynk Pada Smartphone

Aplikasi ini merupakan wadah kreatifitas untuk membuat antar muka grafis untuk proyek yang akan diimplementasikan hanya dengan metode drag and drop widget.

Penggunaannya sangat mudah untuk mengatur semuanya dan dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 5 menit. Blynk tidak terikat pada papan atau module tertentu. Dari platform aplikasi inilah dapat mengontrol apapun dari jarak jauh, dimanapun kita berada dan waktu kapanpun. Dengan catatan terhubung dengan internet dengan koneksi yang stabil dan inilah yang dinamakan dengan sistem Internet of Things (IOT).

Konsep Dasar Flowchart

1. Definisi Flowchart

Menurut Lestari dkk (2016:44)[18], “Flowchat adalah diagram yang menyatakan aliran proses dengan menggunakan anotasi bidang-bidang geometri, seperti lingkaran, persegi empat, wajik, oval dan sebagainya untuk mempresentasikan langkah-langkah kegiatan beserta urutannya dengan menghubungkan masing-masing langkah tersebut menggunakan tanda panah”.

Menurut Rejeki (2013:451)[19], “Flowchart merupakan penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan-urutan prosedur dari suatu program”.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa flowchart adalah diagram yang mempresentasikan langkah langkah beserta urutan-urutan prosedur dari suatu program yang di hubungkan menggunakan tanda panah.

Berikut simbol-simbol flowchart :

simbol%2Bflowchart.jpg
Tabel 2.1 Simbol Flowchart
2. Jenis-Jenis Flowchart

Menurut Tri (2015:2)[20], “Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu:

  1. Flowchart Sistem (System Flowchart)

    Flowchart sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan danmenjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu.

  2. Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

    Flowchart dokumen kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form danlaporan diproses, dicatat dan disimpan.

  3. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

    Flowchart skematik mirip dengan flowchart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart. Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.

  4. Flowchart Program (Program Flowchart)

    Flowchart program dihasilkan dari flowchart sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentangbagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah program atauprosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi.

  5. Flowchart Proses (Prosses Flowchart)

    Flowchart proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-proses manufacturing. Dalam analisis sistem, flowchart ini digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan atau form.

Simbol%2BFlowchart%2BKhusus.jpg
Tabel 2.2 Simbol Khusus Flowchart Proses

Konsep Dasar Black Box Testing dan White Box Testing

1. Definisi Black Box Testing

Menurut pandangan beberapa ahli Black Box Testing dapat diartikan, antara lain sebagai berikut:

Menurut Soetam Rizky (2011:264)[21], berpendapat bahwa “Black box testing adalah tipe testing yang memperlakukan perangkat lunak yang tidak diketahui kinerja internalnya.Sehingga para tester memandang perangkat lunak seperti layaknya sebuah “kotak hitam” yang tidak penting dilihat isinya, tapi cukup dikenai proses testing di bagian luar”.

Menurut Agustiar Budiman (2012:4)[22], berpendapat bahwa “Pengujian black box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji dibangkitkan, dieksekusi pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak diuji apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.”

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pengujian Black box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan pada pengujian kinerja, spesifikasi dan antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada. Berbeda dengan white box testing, black box testing tidak membutuhkan pengetahuan mengenai, alur internal (internal path), struktur atau implementasi dari software under test (SUT). Karena itu uji coba blackbox memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. Uji coba blackbox bukan merupakan alternatif dari uji coba whitebox, tetapi merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan lainnya, selain menggunakan metode whitebox testing. BlackBoxTesting dapat dilakukan pada setiap level pembangunan sistem. Mulai dari unit, integration, system, dan acceptance.

Uji coba blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya:

    a. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang
    b. Kesalahan interface
    c. Kesalahan performa
    d. Kesalahan performaFungsi-fungsi yang salah atau hilang
    e. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
    f. Kesalahan inisialisasi dan terminasi

Tidak seperti metode whitebox yang dilaksanakan diawal proses, uji coba blackbox diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya.Karena uji coba blackbox dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi domain. Uji coba didesain untuk dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:

    a. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
    b. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik?
    c. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
    d. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
    e. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
    f. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?
    g. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi sistem?

Sehingga dalam uji coba BlackBox harus melewati beberapa proses sebagai berikut:

    a. Pemilihan jenis input yang memungkinkan menghasilkan output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji
    b. Melakukan pengujian.
    c. Menganalisis kebutuhan dan spesifikasi dari perangkat lunak.
    d. Menentukan fungsionalitas yang seharusnya ada pada perangkat lunak yang sedang diuji.
    e. Pengujian dilakukan dengan input-input yang telah benar-benar diseleksi.
    f. Pembandingan output yang dihasilkan dengan output yang diharapkan.
A. Metode Pengujian Dalam Black Box

Ada beberapa macam metode pengujian Black Box, berikut diantaranya:

  1. Equivalence Partioning

    Equivalence Partioning merupakan metode uji coba BlackBox yang membagi domain input dari program menjadi beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah kesalahan (misalnya: kesalahan pemrosesan dari seluruh data karakter) yang merupakan syarat lain dari suatu kasus yang dieksekusi sebelum kesalahan umum diamati.

  2. Boundary Value Analysis

    Sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi dalam batasan domain input dari pada nilai tengah. Untuk alasan ini boundaryvalueanalysis (BVA) dibuat sebagai teknik uji coba.BVA mengarahkan pada pemilihan kasus uji yang melatih nilai-nilai batas.BVA merupakan desain teknik kasus uji yang melengkapi Equivalencepartitioning. Daripada memfokuskan hanya pada kondisi input, BVA juga menghasilkan kasus uji dari domain output.

  3. Cause-Effect Graphing Techniques

    Cause-Effect Graphing merupakan desain teknik kasus uji coba yang menyediakan representasi singkat mengenai kondisi logikal dan aksi yang berhubungan. Tekniknya mengikuti 4 tahapan berikut:

    a. Causes (kondisi input), dan Effects (aksi) didaftarkan untuk modul dan identifier yang dtujukan untuk masing-masing.
    b. Pembuatan grafik Causes-Effect graph.
    c. Grafik dikonversikan kedalam tabel keputusan.
    d. Aturan tabel keputusan dikonversikan kedalam kasus uji
  4. Comparison Testing

    Dalam beberapa situasi (seperti: aircraft avionic, nuclear Power plant control) dimana keandalan suatu software amat kritis, beberapa aplikasi sering menggunakan software dan hardware ganda (redundant). Ketika softwareredundant dibuat, tim pengembangan software lainnya membangun versi independent dari aplikasi dengan menggunakan spesifikasi yang sama. Setiap versi dapat diuji dengan data uji yang sama untuk memastikan seluruhnya menyediakan output yang sama. Kemudian seluruh versi dieksekusi secara parallel dengan perbandingan hasil real-time untuk memastikan konsistensi. Dianjurkan bahwa versi independent suatu software untuk aplikasi yang amat kritis harus dibuat, walaupun nantinya hanya satu versi saja yang akan digunakan dalam sistem. Versi independent ini merupakan basis dari teknik BlackBoxTesting yang disebut ComparisonTesting atau back-to-backTesting.

  5. Sample and Robustness Testing

    a. Sample Testing

    Melibatkan beberapa nilai yang terpilih dari sebuah kelas ekivalen, seperti Mengintegrasikan nilai pada kasus uji.Nilai-nilai yang terpilih mungkin dipilih dengan urutan tertentu atau interval tertentu.

    b. Robustness Testing

    Pengujian ketahanan (Robustness Testing) adalah metodologi jaminan mutu difokuskan pada pengujian ketahanan perangkat lunak. Pengujian ketahanan juga digunakan untuk menggambarkan proses verifikasi kekokohan (yaitu kebenaran) kasus uji dalam proses pengujian.

  6. Behavior Testing dan Performance Testing

    a. Behavior Testing

    Hasil uji tidak dapat dievaluasi jika hanya melakukan pengujian sekali, tapi dapat dievaluasi jika pengujian dilakukan beberapa kali, misalnya pada pengujian struktur data stack.

    b. Performance Testing

    Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan program untuk beroperasi dengan benar dipandang dari sisi acuan kebutuhan. Misalnya: aliran data, ukuran pemakaian memori, kecepatan eksekusi, dll. Selain itu juga digunakan untuk mencari tahu beban kerja atau kondisi konfigurasi program.Spesifikasi mengenai performansi didefinisikan pada saat tahap spesifikasi atau desain.Dapat digunakan untuk menguji batasan lingkungan program.

  7. Requirement Testing

    a. Spesifikasi kebutuhan yang terasosiasi dengan perangkat lunak (input/output/fungsi/performansi) diidentifikasi pada tahap spesifikasi kebutuhan dan desain.
    b. Requirement Testing melibatkan pembuatan kasus uji untuk setiap spesifikasi kebutuhan yang terkait dengan program.
    c. Untuk memfasilitasinya, setiap spesifikasi kebutuhan bisa ditelusuri dengan kasus uji dengan menggunakan traceability matrix.
  8. Endurance Testing

    EnduranceTesting melibatkan kasus uji yang diulang-ulang dengan jumlah tertentu dengan tujuan untuk mengevaluasi program apakah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.

    Contoh: Untuk menguji keakuratan operasi matematika (floating point, rounding off, dll), untuk menguji manajemen sumber daya sistem (resources) (pembebasan sumber daya yang tidak benar, dll), input/outputs (jika menggunakan frameworkuntuk memvalidasi bagian input dan output). Spesifikasi kebutuhan pengujian didefinisikan pada tahap spesifikasi kebutuhan atau desain.

B. Kelebihan dan Kekurangan Black Box Testing

Dalam uji coba Black Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya:

Kelebihan%2BBlack%2BBox.jpg
Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Black Box Testing
2. Definisi White Box Testing

Menurut Desmira dkk (2015:40)[23],. “White Box Testing yaitu menguji perangkat lunak dari segi desain dan kode program apakah mampu menghasilkan fungsi-fungsi, masukkan, dan keluaran yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan”.

Menurut Silvia dkk (2015:48)[24],. “White Box adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara prosedural untuk membagi pengujian kedalam beberapa kasus pengujian”.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode pengujian White Box adalah metode pengujian yang di lakukan pada perangkat lunak dari segi desain dan kode program secara prosedural untuk mengetahui apakah sudah berjalan sesuai spesifikasi kebutuhan. Berikut keuntungan pengujian white box :

  1. Peningkatan Efektivitas : silang keputusan desain dan asumsi terhadap kode sumber dapat menguraikan kuat.

  2. Desain , tapi pelaksanaannya mungkin tidak sejajar dengan maksud desain.

  3. Kode penuh Pathway Mampu : semua jalur kode yang mungkin dapat diuji termasuk penanganan error ,dependensi , dan tambahan kode logika / aliran intern .

  4. Awal Cacat Identifikasi : Menganalisis kode sumber dan mengembangkan tes berdasarkan rincian pelaksanaan memungkinkan.

  5. Penguji untuk menemukan kesalahan pemrograman dengan cepat .

  6. Mengungkapkan Kode Tersembunyi Cacat : akses modul program.

  7. Tidak ada Waiting : Pengujian dapat dimulai pada tahap awal . Satu tidak perlu menunggu GUI akan tersedia)

Konsep Dasar Elisitasi

1. Definisi Elisitasi

Menurut pandangan beberapa ahli pengertian elisitasi, antara lain sebagai berikut:

Suryo Guritno (2011:302)[25], berpendapat bahwa “Elisitasi (elicitation) berisi usulan rancangan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi”.

Menurut Adi Nugroho (2010:10)[26],, berpendapat bahwa “Akuisisi informasi dari seseorang atau kelompok dengan cara yang tidak mengungkapkan maksud dari wawancara atau percakapan. Sebuah teknik pengumpulan intelijen sumber manusia, umumnya terbuka”.Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa elisitasi adalah usulan rancangan sistem baru yang diinginkan dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.

2. Jenis-jenis Elisitasi

Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut: (Guritno, 2010:302)

  1. Elisitasi Tahap I

    Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.

  2. Elisitasi Tahap II

    Merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi untuk dieksekusi.

    a. (M) pada MDI itu artinya Mandatory. Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
    b. (D) pada MDI itu artinya Desirable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Tetapi jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem, akan membuat sistem tersebut lebih perfect.
    c. (I) pada MDI itu artinya Inessential. Maksudnya bahwa requirement tersebut bukanlah bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.
  3. Elisitasi Tahap III

    Merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang option-nya I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE.

    a. (T) artinyaTechnical, maksudnya bagaimana tata cara / tehnik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan.
    b. (O) artinyaOperasional, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan.
    c. (E) artinya Ekonomi, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut di dalam sistem.

    Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu sebagai berikut:

    a. High (H) : Sulit untuk dikerjakan, karena tehnik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Sehingga requirement tersebut harus dieliminasi.
    b. Middle (M) : Mampu untuk dikerjakan.
    c. Low (L) : Mudah untuk dikerjakan.
  4. Final Draft Elicitation

    Menurut Suryo Guritno (2010:304)[27], berpendapat bahwa “Final draft merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

Konsep Dasar Elektronika

1. Definisi Komponen Elektronika

Menurut Heri Andriyanto dan Aan Darmawan (2016:5)[28], “Rangkaian elektronik adalah rangkaian listrik yang memakai komponen-komponen elektronik. Komponen elektronik dibagi menjadi dua jenis yaitu komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif, yaitu komponen yang tidak dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik serta tidak dapat mengubah suatu energy kebentuk lainnya. Contoh komponen pasif yaitu : resistor, kapasitor, dan inductor.

Komponen aktif adalah komponen yang dapat menguatkan dan menyearahkan sinyal listrik, serta mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Contoh komponen aktif : Dioda, LED, Dioda Zener, Transistor dan Operational Amplifier.

Bentuk komponen elektonika pasif dan aktif dapat dilihat pada tabel berikut :

Komponen%2BElektonika.jpg
Tabel 2.4 Komponen Elektonika

Dibawah ini merupakan simbol-simbol elektronika :

Flowchart%2BKhusus.jpg
Tabel 2.5 Simbol Elektonika

Literature Review

Definisi Literature Review

Menurut Amalya Meta dkk dalam jurnal CCIT Vol.8 No.1 (2014:125)[29], Metode literature review dilakukan untuk menunjang metode wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Manfaat dari literature review ini antara lain :

  1. Mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps) dari penelitian ini.

  2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu dan juga menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.

  3. Mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan terhadap penelitian ini.

  4. Meneruskan apa yang penelitian sebelumnya telah dicapai sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat membangun di atas landasan (platform) dari pengetahuan atau ide yang sudah ada.

Adapun Literature Review sebagai landasan dalam mendukung penelitian adalah sebagai berikut:

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Syahrul Hidayat, (2012).[30], Dari Universitas Komputer Indonesia, Bandung yang berjudul “SISTEM PEMANTAUAN INFUS PASIEN TERPUSAT” Penelitian ini membahas tentang sebuah sistem yang di bangun menggunakan sensor optoelektronik untuk mendeteksi cairan infus apakah masih ada atau sudah habis, menetes atau tidak, jumlah tetesan per menit serta mendeteksi terjadinya pendarahan pada jarum di tubuh pasien yang masuk ke dalam selang cairan infus, dari hasil pemrosesan mikrokontroller kondisi cairan infus selanjutnya di kirimkan ke komputer untuk keperluan pemantauan infus terpusat.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Decy Nataliana, Nandang Taryana, Egi Riandita, (2016),[31] Dari kampus Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung, yang berjudul “ALAT MONITORING INFUS SET PADA PASIEN RAWAT INAP BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535” Penelitian ini membahas tentang sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui volume cairan infus adalah dengan cara mendeteksi tetesan yang berada pada chamber infus. Tetesan di deteksi oleh sensor cahaya yaitu LED inframerah dan photodioda, sinyal tegangan dari sensor dikondisikan dengan IC komparator LM339, mikrokontroller Atmega 8538 digunakan sebagai pengolah data I/O dari komparator sehingga informasi dari parameter yang dimonitor dapat ditampilkan pada LED dan LCD serta bunyi buzzer jika kondisi tetesan infus tidak stabil.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Tjio Hook Hoo, (2013),[32] Dari kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer (STIKOMP SURABAYA) Surabaya, yang berjudul “RANCANGAN BANGUN PEMANTAUAN INFUS PASIEN SECARA TERPUSAT BERBASIS MIKROKONTROLER” Penelitian ini membahas tentang pemantauan cairan infus pada pasien rawat inap menggunakan sistem berbasis mikrokontroller, sehingga dapat mengetahui kondisi cairan infus dari sensor yang terpasang pada cairan infus pada setiap pasien rawat inap dengan menggunakan komputer, informasi data yang diperoleh dari sensor dirubah menjadi karakter, kemudian dikirimkan ke komputer menggunakan komunikasi serial ke RS232, sebelum di terjemahkan karakter yang dikirimkan ke komputer oleh RS485 akan dirubah kembali ke RS232, sehingga data dapat dibaca oleh komputer.

  4. Penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Zainuri, Didik R. Santoso, M. Aziz Muslim Dari Uiversitas Brawijaya, Fakultas Teknik, Malang, Indonesia, (2012), yang berjudul “MONITORING DAN IDENTIFIKASI GANGGUAN INFUS MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AVR” Penelitian ini membahas tentang rancangan suatu sistem pendeteksian kondisi cairan infus yang secara realtime yang dimonitoring oleh perawat, Detektor kondisi infus meliputi volume cairan infus, gangguan penyumbatan dan laju aliran cairan infus dibangun dengan menggabungkan sensor strain gauge, RPS, mikrokontroller dan modul Rx-Tx, Pengiriman data kondisi infus akan dikirimkan dengan komunikasi wireless dengan baudrate serial sebesar 4800bps ke komputer.

  5. Penelitian yang dilakukan oleh Ardy Bernard Sinaga, Dari Universitas Sumatra Utara, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan, (2014),[33], yang berjudul “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT MONITORING CAIRAN INFUS DENGAN MENGGUNAKAN KOMUNIKASI WIRELESS PADA PC BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16” Penelitian ini membahas tentang dengan cara menampilkan seberapa besar sisa cairan yang terdapat pada infus yang sedang terpasang pada seorang pasien, untuk mendeksi tetsan cairan infus digunakan sensor photodioda dan kemudian hasil pembacaan sensor dikirimkan ke mikrokontroler Atmega 16 untuk diolah, hasil pengolahan data akan dikirimkan melalui radio TWS 433 dan diterima oleh RWS 374 kemudian ditampilkan pada display komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman visual basic 6.0.

  6. “Penelitian yang dilakukan oleh Gill R. Delas Jr, Jesusa N. Padilla and Bartolome T. Tanguilig III dari Technological Institute of the Philippines, Quezon City, Philippines 2016.[34] “Intravenous Piggyback Infusion Control and Monitoring System Using Wireless Technology”. Pada penelitian ini membahas tentang sistem infus piggyback intravena berbasis mikrokontroler yang akan dipantau dan di kendalikan menggunakan Wireless Sensor Network (WSN), Jurnal ini juga membahas komunikasi berbasis Ethernet nirkabel jarak jauh yang dapat memantau dan mengendalikan tingkat infus dengan menggunkan Ponsel Android, Komputer, Sensor yang terpasang di ruang infus menggunakan sensor inframerah untuk mengetahui tetesan infus intravena (IV) yang mampu menghitung tingkat penurunan dalam pemantauan real time.

  7. “Penelitian yang dilakukan oleh Mansi G. Chidgopkar, Aruna P. Phatale dalam International Journal of Electrical, Electronics and Computer System (IJEECS) ISSN : 2347-2820, Volume -3, Issue-6 2015.[35], “Automatic Saline Level Monitoring System Using Microcontroller ATMEGA 328”. Pada penelitian ini membahas tentang pengukuran kadar cairan infus otomatis menggunakan mikrokontroler ATMega328, modul Bluetooth dan sensor IR, sistem ini berisi 2 LED, status cairan infus dapat diberikan dalam 2 bentuk yaitu status normal dan status peringtan, bila kadar cairan normal maka LED hijau akan berkedip, saat LED merah berkedip maka buzzer akan mulai berdering dan perawat akan mendapatkan notifikasi melalui ponsel dengan bantuan modul Bluetooth, saat ini tidak ada pemantauan tingkat kadar cairan infus yang valid. Sistem yang diusulkan mengurangi usaha perawat dan sangat hemat biaya karena rangkaian yang sama yang digunakan untuk botol cairan infus dapat digunakan kembali untuk botol lain. Hal ini juga dapat dengan mudah di implementasikan di rumah sakit pedesaan”.

  8. “Penelitian yang dilakukan oleh Gowthani.P, Dr. P. Sathishkumar dalam International Journal of Innovative Research in Advanced Engineering (IJIRAE) Issue 04, Volume 3 (April 2016) ISSN 2349-2763.[36] “An Android Based Patient Monitoring System”. Pada penelitian ini membahas tentang pemantauan pasien secara online menggunakan aplikasi android. Telemedicine adalah aplikasi pengobatan klinis yang berkembang pesat dimana informasi medis di transfer melalui telepon atau internet atau jaringan lain untuk konsultasi dan prosedur medis atau pemeriksaan jarak jauh. Telemedicine dapat diterapkan pada bidang pemantauan pasien yang berfungsi sebagai alat utama, dalam metode ini tanda vital pasien seperti detak jantung . tekanan darah , suhu, pengukuran Angle Displacment, pengukuran refleksi objek ditangkap dan nilainya dimasukan ke dalam datsabase. Kemudian di upload ke server berbasis web dan dikirim ke telepon dokter dengan menggunakan teknologi Android.

  9. “Penelitian yang dilakukan oleh Shubhangi M. Verulkar, Maruti Limkar dalam International Journal of Computer Science and Network (IJCSN) Volume 1, Issue 3, June 2012 ISSN : 2277-5420.[37], “Real Time Health Monitoring Using GPRS Technology”. Pada penelitian ini membahas tentang suatu sistem pemantauan kesehatan Mobile untuk orang-orang yang tinggal sendiri di rumah atau menderita penyakit jantung. Sistem ini menyajikan solusi konektivitas berbasis platform terpadu untuk pemantauan kesehatan yang tidak menganggu. Mengembangkan perangkat keras yang akan merasakan detak jantung dan suhu pasien, menggunakan modem Bluetooth semua informasi yang semarak di transmisikan ke ponsel pintar, dari ponsel pintar semua informasi dikirimkan ke server menggunakan GPRS. Pada server data yang diterima dibandingkan dengan standart treshold minimum dan nilaimaksimal. Rentang normal denyut jantung adalah 60 sampai 135 dan suhu pasien dikatakan normal diatas 95^F dan dibawah 104^F. Jika tingkat kenaikannya di atas 145 atau menurun dibawah 55, ini mungkin berakibat fatal dan jika melewati ambang batas ini maka SMS akan dikirim ke kerabat pasien dan dokter beserta nilai terukur”.

  10. "Penelitian yang di lakukan oleh R.Priyadharshini, C.Sathya, S.Sandhiya, Mrs.M.Maheswari dalam International Journal of Latest Engineering Research and Applications (IJLERA) ISSN : 2455-7173, Volume-02, Issue-03, March-2017, PP-54-63.[38], “AUTONOMOUS PATIENT MONITORING AND BLOOD FLOW CONTROL USING IOT METHOD”. Pada penelitian ini membahas tentang sistem yang dapat memantau kebocoran aliran darah yang akan terdeteksi oleh sensor warna, bila ada darah di selang infus maka akan terdeteksi oleh sensor warna dan akan mengirimkan informasi ke PC melalui komunikasi nirkabel. Oksimetri pulsa digunakan untuk mengukur denyut jantung pasien. Sensor aliran digunakan untuk mengukur aliran darah dan sesuai dengan nilai kecepatan motor yang dikontrol. Lalu LCD digunakan untuk menampilkan nilai sensor”.

BAB III

PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah Singkat RSIA Bunda Sejahtera

RSIA Bunda Sejahtera merupakan Rumah Sakit Ibu dan Anak yang berlokasi di Perumahan Pondok Makmur, Jl. Puri Agung No.3, Kuta Baru, Kec. Ps. Kemis, Tangerang, Banten 15560. Rumah Sakit ini didirikan oleh Hj. Sumarni pada tahun 2012 yang berawal dari sebuah klinik bersalin pribadi, tercetus ide untuk mengembangkannya menjadi sebuah rumah sakit yang fokus kepada penanganan Ibu dan Anak. Karena sesuai dengan namanya Rumah sakit ini berfokus untuk menangani ibu dan anak dengan pelayanan unggulan dengan pelayanan OBGYN , akan tetapi saat ini RSIA Bunda Sejahtera sudah mengembangkan pelayanan seperti pelayanan Gigi , Spesialis Anak, dan Penyakit Dalam dan Jantung.

Fasilitas-fasilitas yang tersedia saat ini antara lain, sebagai berikut:

  1. USG, CTG, EKG

  2. Incubator & Blue Light

  3. Ambulance 24 jam

  4. Senam Hamil

  5. Apotik

  6. R. OK

  7. Radiology

  8. UGD

  9. Rawat Jalan/Poliklinik

Visi dan Misi RSIA Bunda Sejahtera

Berikut Visi dan Misi dari RSIA Bunda Sejahtera :

  1. Visi

    Mewujudkan Rumah Sakit sebagai Tempat Pelayanan Kesehatan Fetomaternal, Kesehatan Ibu dan Anak yang Berkualitas dan Terpercaya.

  2. Misi

    a. Menyelenggarakan pertolongan persalinan tanpa rasa sakit sebagai pelayanan unggulan.
    b. Menyelenggarakan pelayanan kebidanan dan penyakit kandungan yang bermutu.
    c. Menyelenggarakan upaya preventif kesehatan balita dan kesehatan ibu laktasi.
    d. Mensukseskan program Keluarga Berencana dengan menyelenggarakan pelayanan kontrasepsi sesuai kebutuhan masyarakat dengan selalu mengikuti perkembangan metode kontrasepsi terkini.

Struktur Organisasi RSIA Bunda Sejahtera

SO.jpg
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSIA Bunda Sejahtera

Tujuan Perancangan

Adapun tujuan perancangan sistem ini adalah untuk merancang Alat monitoring dan kontrol cairan infus pasien di rumah sakit dengan menggunakan Wemos D1 sebagai media inputnya sehingga dapat dihasilkan sebuah alat yang dapat membantu perawat dalam memonitoring kondisi cairan infus pada pasien di rumah sakit.

Langkah-Langkah Perancangan

Dalam perancangan sistem yang dibutuhkan adalah seberapa jauh pihak stakeholder menginginkan output yang dihasilkan dari sistem tersebut. Dalam hal ini output yang diberikan oleh stakeholder adalah membuat sebuah sistem yang dapat mengurangi keterlambatan dalam pergantian infus pada pasien.

Rancangan Prosedur Sistem Yang Berjalan

Prosedur sistem pengecekan infus pada sistem yang berjalan pada saat ini terdiri dari beberapa alur, yaitu sebagai berikut :

  1. Perawat menulis di buku catatan infus dipasang pada pasien.

  2. Perawat mendatangi pasien untuk mengecek kondisi infus.

  3. Apakah infus sudah habis atau belum.

  4. Jika sudah habis perawat mengganti infus yang habis dengan yang baru.

Pengecekan Infus pada RSIA Bunda Sejahtera masih dilakukan secara manual dengan cara mendatangi kamar pasien untuk mengecek kondisi infus pada pasien. Berikut adalah flowchart sistem pengecekan infus yang berjalan pada pasien di RSIA Bunda Sejahtera.

Flowchart%2B1.jpg
Gambar 3.2 Flowchart Sistem Pengecekan Cairan Infus Yang Berjalan

Pada Gambar 3.2 flowchart sistem pengecekan kondisi infus pada pasien, dapat dijelaskan bahwa :

  1. Terdapat 2 (dua) simbol terminal, yang berperan sebagai “Mulai” dan “Selesai” pada aliran proses flowchart sistem pengecekan kondisi infus pada pasien.

  2. Terdapat 2 (dua) simbol proses, yang menyatakan sebuah proses pengecekan kondisi infus.

  3. Terdapat 1 (satu) simbol decision, yang berperan menunjukan sebuah langkah pengambilan keputusan jika “Ya” dan “Tidak”. Yaitu : apakah cairan infus sudah habis. Jika “Ya” maka perawat akan mengganti infus yang baru.

Diagram Blok

Agar mempermudah penulis dalam menjelaskan perancangan perangkat keras (Hardware), maka di gambarkan alur dan cara kerja perangkat keras pada rangkaian diagram blok dibawah ini :

Diagram%2BBlok.jpg
Gambar 3.3 Diagram Blok Perancangan Alat

Pada Gambar 3.3 merupakan diagram blok dimana terdapat konfigurasi seluruh rangkaian yang digunakan. Keterangan :

  1. Sensor Infra Red merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi cairan infus, dengan cara ditempelkan pada selang tetesan cairan infus.

  2. Wemos D1 merupakan mikrokontroler yang digunakan untuk memproses dan mengolah data yang akan ditampilkan pada layar LCD melalui jaringan Wi-Fi yang terdapat pada Wemos D1 tersebut dan dihubungkan.

  3. LCD merupakan suatu alat yang dapat menampilkan data yang telah dikirimkan dan diolah oleh wemos D1.

  4. Motor servo merupakan alat yang berfungsi untuk mengurangi atau mempercepat jumlah tetesan cairan infus.

  5. Smartphone berfungsi sebagai penerima notifikasi ketika infus sudah habis atau tidak ada tetesan.

Cara Kerja Alat

Pada sistem ini dapat dijelaskan cara kerja alat yaitu, penggunaan mikrokontroller Wemos D1 sebagai tempat pemrosesan atau data yang diinput dari perangkat-perangkat yang telah diprogram, sehingga ketika tidak ada tetesan cairan infuse atau cairan infus habis sensor Infrared Obstacle akan membaca data, dan mengirimkan printah melalu Wemos D1 untuk ditampilkan pada layar LCD yang terhubung melalui koneksi Wifi, dan kemudian dikirimkan notifikasi berupa nada pada smartphone secara real time.

Perancangan Alat

Pada perancangan saat ini yang dimaksudkan meliputi perancangan perangkat keras (Hardware) dan perangkat lunak (software). Alat yang dirancang akan membentuk suatu sistem “ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA”.

Perancangan sistem secara keseluruhan memerlukan beberapa alat dan bahan yang digunakan, berikut deskripsi alat dan bahan :

A. Alat yang digunakan meliputi :
  1. Smartphone Android

  2. Wemos D1

  3. Motor Servo

  4. Sensor Infrared Avoid Obstacle

  5. LCD 0,96”

  6. Powerbank

  7. Kabel Jumper

  8. Modem Wifi

B. Bahan-bahan yang digunakan meliputi :
  1. Infus

  2. Akrilik

  3. Tiang Infus

  4. Lem Tembak

Perancangan Perangkat Keras (Hardware)

1. Perancangan Skematik Perangkat Keras (Hardware)

Dalam perancangan skematik diperlukan sebuah aplikasi yaitu Fritzing. Fritzing merupakan sebuah software yang bersifat open source untuk merancang rangkaian elektronika. Software tersebut mendukung untuk membuat prototype product dengan merancang rangkaian berbasis mikrokontroller Wemos D1. Berikut gambar skematik untuk perancangan alat monitoring cairan infus.

Skematik.jpg
Gambar 3.4 Skematik Perancangan Alat
2. Rangakaian Sensor Infra Red

Modul Sensor IR Obstacle Avoidance merupakan sebuah modul yang terdiri dari chip comparator LM393 yang stabil serta inframerah dan photodioda yang berfungsi sebagai pendeteksi halangan atau objek di depannya. Sensor inframerah ini menggunakan prinsip pantulan cahaya infrared sebagai penentu nilai nya. Ketika modul sensor mendeteksi sebuah halangan atau object di depan sensor maka akan diperoleh pantulan cahaya dengan intensitas yang diatur sesitivitasnya. Nilai yang dihasilkan adalah high atau low, yang kemudian bisa digunakan oleh MCU untuk melakukan kontrol terhadap device lain. Sensor ini dapat mendeteksi objek berjarak 2 cm sampai 30 cm dengan sudut 35 °. Berikut cara kerja Modul Sensor IR Obstacle Avoidance :

Cara%2BKerja%2BSensor.jpg
Gambar 3.5 Cara Kerja Sensor

Berikut adalah cara kerja Modul Sensor IR Obstacle Avoidance:

  1. Ketika power-up, IR emitter akan memancarkan cahaya infrared yang kasat mata.

  2. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan oleh objek yang ada di depannya, Cahaya terpantul ini kemudian diterima oleh IR receiver.

  3. Terdapat Op-Amp LM363 yang berfungsi sebagai komparator antara resistansi IR receiver dan resistansi trimpot pengatur sensitivitas.

  4. Saat terkena cahaya infrared pantulan objek tadi, resistansi IR receiver akan mengecil sehingga output Op-Amp menjadi high/5V dan menghidupkan LED sensor.

  5. Output Op-Amp ini juga terhubung dengan pin “OUT” yang dihubungkan ke Wemos D1.

Konfigurasi%2BModul%2BIR.jpg
Gambar 3.6 Konfigurasi Modul Sensor IR Obstacle Avoidance

Keterangan :

  1. Vcc Tegangan kerja 3,3V sampai 5V

  2. Gnd Ground Input

  3. Out Output

  4. Power LED Menyala saat daya diterapkan

  5. Obstacle LED Menyala saat hambatan terdeteksi

  6. Distance adjust Menyesuaikan jarak deteksi.

  7. IR emitter LED pemancar inframerah

  8. IR Receiver Menerima sinyal yang ditransmisikan oleh pemancar inframerah

3. Rangkaian Alat
  1. Tampilan Pada Smartphone

    9e934854-c62c-4053-866e-a775f2684b9d.JPG
    Gambar 3.7 Tampilan Pada Smartphone
  2. Tampilan Alat

    be2231ae-87c6-4159-bf9e-b31fb2f1b3f7.JPG
    Gambar 3.9 Tampilan Rangkaian Alat
    c4f8efb0-c9c6-41ae-87e9-4ba3cbae5c21.JPG
    Gambar 3.10 Tampilan Rangkaian Alat
    99b6ed5e-6990-4a19-a9a0-87a4237befbe.JPG
    Gambar 3.11 Tampilan Rangkaian Alat
    8954e244-23fc-4661-b354-e34c156de085.JPG
    Gambar 3.12 Tampilan Rangkaian Alat

Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Perancagan perangkat lunak adalah melakukan penulisan listing program ke dalam software Arduino IDE dengan menggunakan bahasa C, dimana perintah -perintah program tersebut akan di eksekusi oleh hardware atau sistem yang dibuat.

IDE itu merupakan singkatan dari Integrated Development Environment, atau secara bahasa mudahnya merupakan ling006Bungan terintegrasi yang digunakan untuk melakukan pengembangan. Disebut sebagai lingkungan karena melalui software inilah Arduino dilakukan pemrograman untuk melakukan fungsi-fungsi yang dibenamkan melalui sintaks pemrograman. Arduino menggunakan bahasa pemrograman sendiri yang menyerupai bahasa C. Bahasa pemrograman Arduino (Sketch) sudah dilakukan perubahan untuk memudahkan pemula dalam melakukan pemrograman dari bahasa aslinya. Sebelum dijual ke pasaran, IC mikrokontroler Arduino telah ditanamkan suatu program bernama Bootlader yang berfungsi sebagai penengah antara compiler Arduino dengan mikrokontroler.

Arduino IDE dibuat dari bahasa pemrograman JAVA. Arduino IDE juga dilengkapi dengan library C/C++ yang biasa disebut Wiring yang membuat operasi input dan output menjadi lebih mudah. Arduino IDE ini dikembangkan dari software Processing yang dirombak menjadi Arduino IDE khusus untuk pemrograman dengan Arduino.

Flowchart Sistem Yang Diusulkan

FCU.jpg
Gambar 3.13 Flowchart Sistem Yang Diusulkan

Dapat dijelaskan pada gambar 3.13 flowchart sistem yang diusulkan di atas terdiri dari :

  1. Terdapat 2 (dua) simbol terminal, yang berperan sebagai “Mulai” dan “Selesai” pada aliran proses flowchart sistem monitoring infus yang berjalan.

  2. Terdapat 2 (dua) simbol proses, yang menyatakan sebuah proses yaitu, proses pada Wemos D1, dan proses kirim data ke semartphone melalui jaringan Wifi.

  3. Terdapat 3 (tiga) simbol Data, yang menyatakan sistem sedang membaca data tetesan, data pada LCD dan data pada smartphone.

  4. Terdapat 2 (dua) simbol decision, yang berperan menunjukan sebuah langkah pengambilan keputusan jika “Ya” dan “Tidak”. Yaitu : apakah sensor infrared dapat membaca tetesan cairan dan apakah infus sudah habis tidak ada tetesan. Jika “Tidak” maka akan dicek kembali, jika “Ya” maka akan mengirimkan notifikasi melalui smartphone secara realtime.

Permasalahan Yang Dihadapi Dan Alternatif Pemecahan Masalah

Permasalahan Yang Dihadapi

Berdasarkan hasil dari observasi serta wawancara yang telah dilakukan sebelumnya mengenai cairan infus pada RSIA Bunda Sejahtera, Maka dapat disimpulkan bahwa analisa permasalahan yang dihadapi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Proses pengecekan infus masih dilakukan secara manual, yaitu dengan cara perawat mengecek infus ke tiap-tiap ruangan pasien.

  2. Terbatasnya jumlah perawat.

  3. Tidak ada yang mengingatkan ketika infus habis.

Alternatif Pemecahan Masalahi

Berdasarkan analisa permasalahan yang telah disebutkan, maka penulis memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

  1. Proses pengecekan infus dapat berlangsung dengan mudah, sehingga perawat tidak perlu berulang-ulang mengecek setiap rungan pasien sehingga proses pengecekan infus menjadi lebih baik dan lebih cepat.

  2. Proses pengecekan infus menggunakan alat bantu monitoring dan kontrol infus berbasis mikrokontroller Wemos D1 dapat mempermudah perawat dalam melakukan pengecekan dan juga mangatur, menghidupkan atau mematikan tetesan cairan infus pada pasien melalui smartphone.

User Requirement

Elisitasi Tahap I

Elisitasi tahap I berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara. Berikut dilampirkan Diagram Elisitasi Tahap I:

Elsiitasi%2BI.jpg
Tabel 3.1 Tabel Elisitasi Tahap I

Elisitasi Tahap II

Elisitasi tahap II dibentuk berdasarkan elisitasi tahap I yang kemudian diklasifikasikan melalui metode MDI. Berikut penjelasan dari beberapa requirement yang diberi opsi Inessential (I) dan harus dieliminasi:

Elsiitasi%2BII.jpg
Tabel 3.2 Tabel Elisitasi Tahap II

Elisitasi Tahap III

Berdasarkan elisitasi tahap II diatas, dibentuklah elisitasi tahap III yang diklasifikasikan kembali dengan menggunakan metode TOE dengan opsi HML. Terdapat requirement yang opsinya High (H) dan harus dieliminasi. Berikut adalah requirement tersebut :

Elisitasi%2BIII-1.jpg
Elisitasi%2BIII-2.jpg
Tabel 3.3 Tabel Elisitasi Tahap III

Final Elisitasi

Final draft elisitasi merupakan bentuk akhir dari tahap – tahap elisitasi yang dapat dijadikan acuan dan dasar pengembangan sistem yang akan dibentuk. Berikut saya lampirkan Diagram Final Draft Elisitasi:

Elisitasi%2BFinal.jpg
Tabel 3.4 Tabel Elisitasi Tahap Final

BAB IV

RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Flowchart Sistem Yang Diusulkan

Dalam pembuatan sistem dan perancangan dapat digambarkan dalam bentuk flowchart sehingga dapat mempermudah dalam melakukan dan merancang langkah-langkah atau proses dengan benar. Adapun bentuk dari flowchart keseluruhan dari sistem yang dibuat dapat dilihat pada gambar berikut :

FCU.jpg
Gambar 4.1 Flowchart Sistem Yang Diusulkan

Dapat dijelaskan pada gambar 4.1 flowchart sistem yang diusulkan di atas terdiri dari :

Berdasarkan analisa permasalahan yang telah disebutkan, maka penulis memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :

  1. Terdapat 2 (dua) simbol terminal, yang berperan sebagai “Mulai” dan “Selesai” pada aliran proses flowchart sistem monitoring infus yang berjalan.

  2. Terdapat 2 (dua) simbol proses, yang menyatakan sebuah proses yaitu, proses pada Wemos D1, dan proses kirim data ke semartphone melalui jaringan Wifi.

  3. Terdapat 3 (tiga) simbol Data, yang menyatakan sistem sedang membaca data tetesan, data pada LCD dan data pada smartphone.

  4. Terdapat 2 (dua) simbol decision, yang berperan menunjukan sebuah langkah pengambilan keputusan jika “Ya” dan “Tidak”. Yaitu : apakah sensor infrared dapat membaca tetesan cairan dan apakah infus sudah habis tidak ada tetesan. Jika “Tidak” maka akan dicek kembali, jika “Ya” maka akan mengirimkan notifikasi melalui smartphone secara realtime.

Konfigurasi Sistem

Pada perancangan sistem usulan ini terdapat beberapa hardware ataupun software yang digunakan yaitu untuk melakukan perancangan dan membuat program. Adapun perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang digunakan dapat di lihat pada sub bab berikut ini.

1. Spesifikasi Hardware

Pada spesifikasi perangkat keras (hardware) dibawah ini merupakan perangkat keras atau modul yang digunakan, memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing, serta dapat digambarkan secara garis besar saja tidak secara detail dalam pembuatan suatu modul tersebut. Adapun perangkat keras (hardware) yang digunakan meliputi sebagai berikut:

  1. Smartphone Android Asus Zenfone

  2. Wemos D1

  3. Motor Servo

  4. Sensor Infrared Avoid Obstacle

  5. LCD 0,96”

  6. Powerbank

  7. Kabel Jumper

  8. Modem Wifi

2. Spesifikasi Software

Pada spesifikasi perangkat lunak (software) dibawah ini merupakan aplikasi yang digunakan untuk membuat program, merancang alur diagram, mengedit program, sebagai interface, media untuk mengupload program dan meng¬edit suatu gambar. Adapun perangkat lunak (software) yang digunakan meliputi sebagai berikut:

  1. Microsoft Office 2007

  2. Aplikasi Blynk

  3. Software IDE Arduino

  4. Paint

  5. Software Fritzing”

Hak Akses

Dalam membuat sebuah sistem perangkat keras (hardware) perlu adanya sebuah hak akses, baik oleh petugas yang berwenang atau seseorang yang menjabat sebagai pemegang. Hak akses sangat diperlukan untuk keamanan dari sistem perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware) yang dirancang. Berikut ini yang mempunyai hak akses untuk menggunakan sistem monitoring infus pada RSIA Bunda Sejahtera adalah para perawat pada Rumah Sakit tersebut.

Pengujian

Setelah melakukan perancangan dan pemasangan komponen, selanjutnya adalah melakukan serangkain uji coba pada masing-masing blok rangkaian yang bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian spesifikasi dan hasil yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian hasil uji coba dilakukan pada sub bab berikut :

1. Uji Coba Hardware
a. Pengujian Rangkaian Catu Daya

Catu daya sebagai sumber tegangan pergerakan alat merupakan bagian yang sangat penting. Dalam merealisasi sistem alat ini dibutuhkan catu daya. untuk Wemos D1 pemakaian catu daya harus 5V dengan jumlah resistensi maksimal +20%. Apabila kurang atau lebih dari 5V sensor infrared tidak bisa digunakan dengan normal dan bisa terjadi hangus terbakar karena kelebihan arus.

b. Pengujian Sensor Infrared

Pada bagian sensor terdapat trimpot (potensio) yang digunakan sebagai pengatur jarak untuk mendeteksi objek. Untuk mendeteksi tetesan infuse maka trimpot pada sensor harus diatur terlebih dahulu agar infuse dapat terbaca, namun saat infuse tersenggol maka akan mempengaruhi pantulan pada sensor infrared ke photodioda maka harus pengaturan ulang dengan trimpot yang terdapat pada sensor.

2. Metode Black Box Testing

Berikut ini adalah tabel pengujian black box berdasarkan hasil perancangan alat bantu monitoring cairan infus, untuk pengujian pada sistem yaitu sebagai berikut :

Hasil%2BBlackbox.jpg
Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian Black Box Testing

Pada tahap testing dilakukan pengujian terhadap sistem yang dibuat yaitu dengan menggunakan metode BlackBox testing, adapun pengujian dilakukan melalui interface Arduino IDE, dimana pengujian tersebut agar dapat mengetahui fungsionalitas dari suatu interface yang dirancang, adapun tahapannya tersebut untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang digunakan, seperti fungsi untuk berkomunikasi dengan piranti lain dengan memperhatikan fungsionalitasnya

  2. Memperhatikan kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi ketika melakukan debug ataupun running program

  3. Dengan memperhatikan struktur performa sehingga aplikasi dapat digunakan dengan baik dan mendukung sistem yang dibuat

  4. Dengan memperhatikan kesalahan-kesalahan inisialisasi fungsi yang digunakan dalam berinteraksi dengan piranti lain

Pengujian dengan metode BlackBox sangat memperhatikan pada fungsi fungsional dari suatu program dengan melakukan pendekatan yang melengkapi untuk menemuka kesalahan atau error.

Implementasi

Berdasarkan data yang dikumpulkan, sehingga Alat bantu monitoring dan kontrol cairan infus dapat dirancang dan dibuat, penulis melakukan pendekatan terhadap pihak yang berkaitan dan merupakan tempat observasi penulis. Hal ini dilakukan demi terciptanya suatu sistem infus yang dapat dimonitoring sehingga mempermudah perawat dalam memantau dan mengecek kondisi infus pada pasien.

Estimasi Biaya Penelitian

Berikut ini adalah rincian biaya yang di keluarkan dari pembuatan alat ini yaitu sebagai berikut:

estimasi%2Bbiaya.jpg
Tabel 4.2 Tabel Estimasi Biaya Penelitian

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun beberapa kesimpulan yang melatar belakangi penelitian sistem monitoring dan kontrol cairan infus pada RSIA Bunda Sejahtera adalah :

  1. Dari cara kerja keseluruhan alat, infus yang telah dipasang sensor infra red obstacle memiliki fungsi dimana komponen tersebut memberikan sinyal ketika infusan tidak terjadi tetesan atau cairan infus habis. Wemos merupakan salah satu komponen pada sistem yang menjembatani antara data yang terdapat pada alat untuk diteruskan ke dalam database online server sehingga infus dapat dimonitoring. Notifikasi pada smartphone, notifikasi tersebut berupa nada , yang memberikan informasi cairan infus secara realtime.

  2. Dengan menggunakan alat bantu monitoring dan kontrol infus perawat tidak perlu keluar masuk ruangan pasien untuk mengecek kondisi infus, infus yang terpasang pada pasien dapat dimonitoring melalui samartphone, pada saat infus tersebut habis maka akan mengirimkan notifikasi pada smartphone secara realtime, sehingga keterlambatan pergantian infus dapat di tangani dengan baik.

Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah agar penelitian berikutnya bisa mengembangkan sistem ini lebih baik lagi, sehingga kekurangan yang ada bisa dilengkap atau diperbaiki. Saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangannya adalah sebagai berikut :

  1. Monitoring infus juga dapat di kembangkan dengan mengkombinasikan monitoring kondisi pasien yang lain seperti panas tubuh dan detak jantung.

  2. Sistem perlu dikembangkan lagi untuk mendeteksi informasi lain seperti berapa banyak tetesan per menit dan juga berapa banyak sisa cairan infus.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Rizan. Okkita, Hamidah. 2016. “Rancangan Aplikasi Monitoring Kamera CCTV Untuk Perangkat Mobile Berbasis Android”.Jurnal Teknologi Informatika dan Komputer Atma Luhur Vol. 3 No. 1 Maret 2016. ISSN : 2406-7962.
  2. Mardiani. Tri. Gentisya. 2013. “ Sistem Monitoring Data Aset Dan Inventaris PT Telkom Cianjur Berbais Web”. Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Vol. 2, 1, Maret 2013, ISSN : 2089-9033.
  3. Zainuri. Akhmad dkk. 2012. “Monitoring Dan Identifikasi Gangguan Infus Menggunakan Mikrokontroler AVR” Jurnal EECCIS Vol. 6 No.1 2012.
  4. Muljodipo. Nuryanto, dkk. 2015. “Rancang Bangun Otomatis Sistem Infus Pasien”. E-journal Teknik Elektro dan Komputer vol.4 no.4, (2015) ISSN : 2301-8402.
  5. Susanti. Erma. Tiyono Joko. 2016. “Prototype Alat Iot (Internet of Things) Untuk Pengendali Dan Pemantau Kendaraan Secara Realtime. Simposium Nasional RAPI XV – 2016 FT UMS ISSN : 1412-9612.
  6. Susanto. Fredy, dkk. 2017. “Internet Of Things Pada Sistem Keamanan Ruangan, Studi Kasus Ruang Server Perguruan Tinggi Raharja”. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2017 Yogyakarta, 4 Febuari 2017. ISSN: 2302-3805.
  7. Adinandra. Sisdarmanto, dkk.. 2012. “Kendali Robot Pemonitor Jarak Jauh Berbasis Smartphone Android”. Seminar Nasional Ke-9:Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi.
  8. Robby. Budi Pono. 2017. “Bel Pemanggil Perawat Rumah Sakit Berbasis Wireless Menggunakan Android”. JUTEI Volume.1 No.1 April 2017 ISSN 2579-3675.
  9. Rianti. Eva. Pratama Noval Robby. 2016
  10. Ekawati. Henny, dkk. 2015. “Sistem Informasi Pengagendaan Surat Keluar Masuk Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kecamatan Polanharjo Dengan Aplikasi Multi User”. Jurnal Ilmiah SINUS ISSN : 1693-1173.
  11. Yunita. Irma, Devitra. Joni. 2017. “ Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset Pada SMK NEGERI 4 Kota Jambi”. Vol. 2, No, 1 Maret 2017. ISSN : 2528-0082.
  12. Prayudha. Jaka, Novriansyah Dicky. 2014. “Otomatisasi Pendeteksi Jarak Aman Dan Intensitas Cahaya Dalam Menonton Televisi Dengan Metode Perbandingan Diagonal Layar Berbasis Mikrokontroler ATMega8535” Jurnal Ilmiah SAINTIKOM (Sains dan Komputer) Vol 13, No.3, September 2014.
  13. Timotius. William, Safrodin Mohamad. 2014. “Efisiensi Penerangan Jalan Umum Menggunakan Sensor Gerak Berbasis Mikrokontroler” Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX Vol 5, No.1 Juni 2014.
  14. Prastyawan, dkk (2014)
  15. Saefullah dkk dalam jurnal CCIT Vol.2 No.3 (2013:1) Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran.
  16. Yuliza. Pangaribuan Hasan. 2016. “Rancang Bangun Kompor Listrik Digital IoT” Jurnal Teknologi Elektro” Vol.7 No.3, September 2016.
  17. D. Amir. 2014. “Analisis Kecepatan Reaksi Sensor Terhadap Gelombang Cahaya Inframerah dan Laser” Jurnal Litek Vol.11, No.1, Maret 2014.
  18. Lestari dkk. 2016. “ Sistem Informasi Geografis (SIG) Daerah Rawan Banjir Di Kota Bengkulu Menggunakan Arcview”. Jurnal Media Infotama Vol. 12 No. 1, Ferbruari 2016.
  19. Rejeki. Setyo. Muslim, Tarmuji Ali. 2013. “Membangun Aplikasi Autogenerate Script Ke Flowchart Untuk Business Proses Reengeneering”. Vol. 1 No. 2, Oktober 2013. E-ISSN : 2338-5197.
  20. Tri (2015:2), Flowchart terbagi menjadi lima jenis
  21. Soetam, Rizky. 2011.
  22. Agustiar, Budiman. 2012.
  23. Desmira. Fauzi.Rizal. 2015. “Perancangan Aplikasi Pengenalan Pendidikan Islam Berbasis Android Untuk Pendidikan Anak Usia Dini”. Jurnal Sistem informasi Vol. 2, 2015. ISSN : 2406-7768.
  24. Silvia dkk. 2015. “Aplikasi Diagnosa Karies Pada Gigi Manusia Berbasis Web”. Ultimatics Vol.Vii No. 1 Juni 2015. ISSN : 2085-4552.
  25. Suryo, Guritno. 2011
  26. Nugroho, Adi. 2010
  27. Suryo, Guritno. 2010
  28. Heri Andriyanto dan Aan Darmawan.2016.Arduino Belajar Cepat dan Pemrograman.Bandung:Informatika Bandung.
  29. Amalya Meta Dewi, Dede Cahyadi dan Yunita Wulansari.2014.”Sistem Ujian Online Calon Mahasiswa Baru Berbasis Ilearning Education Marketing pada perguruan tinggi”.Jurnal CCIT Vol 8. No 1 Sept 2014.
  30. Syahrul Hidayat, (2012), Dari Universitas Komputer Indonesia, Bandung yang berjudul “SISTEM PEMANTAUAN INFUS PASIEN TERPUSAT”
  31. Decy Nataliana, Nandang Taryana, Egi Riandita, (2016), Dari kampus Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung, yang berjudul “ALAT MONITORING INFUS SET PADA PASIEN RAWAT INAP BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535”
  32. Tjio Hook Hoo, (2013), Dari kampus Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer (STIKOMP SURABAYA) Surabaya, yang berjudul “RANCANGAN BANGUN PEMANTAUAN INFUS PASIEN SECARA TERPUSAT BERBASIS MIKROKONTROLER”
  33. Ardy Bernard Sinaga, Dari Universitas Sumatra Utara, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan, (2014), yang berjudul “PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT MONITORING CAIRAN INFUS DENGAN MENGGUNAKAN KOMUNIKASI WIRELESS PADA PC BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 16”
  34. Gill R. Delas Jr, Jesusa N. Padilla and Bartolome T. Tanguilig III dari Technological Institute of the Philippines, Quezon City, Philippines 2016. “Intravenous Piggyback Infusion Control and Monitoring System Using Wireless Technology
  35. Mansi G. Chidgopkar, Aruna P. Phatale dalam International Journal of Electrical, Electronics and Computer System (IJEECS) ISSN : 2347-2820, Volume -3, Issue-6 2015. “Automatic Saline Level Monitoring System Using Microcontroller ATMEGA 328”
  36. Gowthani.P, Dr. P. Sathishkumar dalam International Journal of Innovative Research in Advanced Engineering (IJIRAE) Issue 04, Volume 3 (April 2016) ISSN 2349-2763. “An Android Based Patient Monitoring System
  37. Shubhangi M. Verulkar, Maruti Limkar dalam International Journal of Computer Science and Network (IJCSN) Volume 1, Issue 3, June 2012 ISSN : 2277-5420
  38. R.Priyadharshini, C.Sathya, S.Sandhiya, Mrs.M.Maheswari dalam International Journal of Latest Engineering Research and Applications (IJLERA) ISSN : 2455-7173, Volume-02, Issue-03, March-2017, PP-54-63. “AUTONOMOUS PATIENT MONITORING AND BLOOD FLOW CONTROL USING IOT METHOD”


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

    A.1. Kartu Bimbingan Skripsi

    A.2. Form Penggantian Judul

    A.3. Kartu Study Tetap Final (KSTF)

    A.4. Form Validasi Skripsi

    A.5. Kwitansi Pembayaran Skripsi

    A.6. Daftar Nilail

    A.7. Formulir Final Presentasi

    A.8. Formulir Pertemuan Stakeholder

    A.9. Sertifikat TOEFL

    A.10. Sertifikat Prospek

    A.11. Sertifikat Seminar International How Can I Become a SAP Profesional, Tahun 2015

    A.12. Sertifikat Seminar IT Nasional Peran dan Pengaruh Teknologi Informasi Dalam Masyarakat Kekinian dalam Tata Kelola Kota, Tahun 2017

    A.13. Sertifikat Seminar IT Nasional Peran dan Pengaruh Teknologi Informasi Dalam Masyarakat Kekinian dalam Ekonomi Kreatif, Tahun 2017

    A.14. Sertifikat Seminar IT Nasional Peran dan Pengaruh Teknologi Informasi Dalam Masyarakat Kekinian dalam Sosial Budaya, Tahun 2017

    A.15. Sertifikat Seminar IT Nasional Upgradung Personality And Getting Organized (Up and Go) Himasikom, Tahun 2012

    A.16. Sertifikat Seminar IT Nasional Mikrokontroller Dalam Kehidupan Sehari-hari, Tahun 2014

    A.17. Curiculum Vitae (CV)

Lampiran B

    B.1. Daftar Wawancara

    B.2. Surat Keterangan Observasi

Contributors

Admin, Bellygemapratama