SI1231472025: Perbedaan revisi

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari
[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
(Konsep Dasar Black Box Testing dan White Box Testing)
(Konsep Dasar Black Box Testing dan White Box Testing)
Baris 705: Baris 705:
 
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 
<p style="line-height: 2">Tidak ada Waiting : Pengujian dapat dimulai pada tahap awal . Satu tidak perlu menunggu GUI akan tersedia)</p>
 
<p style="line-height: 2">Tidak ada Waiting : Pengujian dapat dimulai pada tahap awal . Satu tidak perlu menunggu GUI akan tersedia)</p>
 +
</ol>
 +
 +
===Konsep Dasar Elisitasi===
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">
 +
'''1. Definisi Elisitasi'''</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Menurut pandangan beberapa ahli pengertian elisitasi, antara lain sebagai berikut:</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Suryo Guritno (2011:302), berpendapat bahwa “Elisitasi (elicitation) berisi usulan rancangan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi”.</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Menurut Adi Nugroho (2010:10), berpendapat bahwa “Akuisisi informasi dari seseorang atau kelompok dengan cara yang tidak mengungkapkan maksud dari wawancara atau percakapan. Sebuah teknik pengumpulan intelijen sumber manusia, umumnya terbuka”.Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa elisitasi adalah usulan rancangan sistem baru yang diinginkan dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">
 +
'''1. Jenis-jenis Elisitasi'''</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut: (Guritno, 2010:302)</p></div>
 +
<ol>
 +
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 +
<p style="line-height: 2">Elisitasi Tahap I</p>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.</p></div>
 +
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 +
<p style="line-height: 2">Elisitasi Tahap II</p>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI.Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi untuk dieksekusi.</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">a. (M) pada MDI itu artinya Mandatory. Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">b. (D) pada MDI itu artinya Desirable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Tetapi jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem, akan membuat sistem tersebut lebih perfect.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">c. (I) pada MDI itu artinya Inessential. Maksudnya bahwa requirement tersebut bukanlah bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.</div>
 +
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 +
<p style="line-height: 2">Elisitasi Tahap III</p>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang option-nya I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE.</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">a. (T) artinyaTechnical, maksudnya bagaimana tata cara / tehnik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">b. (O) artinyaOperasional, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">c. (E) artinya Ekonomi, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut di dalam sistem.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu sebagai berikut:</p></div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">a. High (H) : Sulit untuk dikerjakan, karena tehnik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Sehingga requirement tersebut harus dieliminasi.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">b. Middle (M) : Mampu untuk dikerjakan.</div>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify">c. Low (L) : Mudah untuk dikerjakan.</div>
 +
<li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.0in">
 +
<p style="line-height: 2">Final Draft Elicitation</p>
 +
<div style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify;text-indent: 0.5in">
 +
<p style="line-height: 2">Menurut Suryo Guritno (2010:304), berpendapat bahwa “Final draft merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.</p></div>
 
</ol>
 
</ol>

Revisi per 11 September 2019 06.16

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1231472025
NAMA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM (COS)

UNIVERSITAS RAHARJA

TANGERANG

2018/2019




UNIVERSITAS RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS

PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1231472025
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Fakultas Sains dan Teknologi

Program Studi Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System (COS)

Tahun Akademik 2018/2019

Disetujui Penguji :

Tangerang, September 2019

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :


ABSTRAKSI

Dalam dunia medis infuse merupakan alat yang paling sering digunakan, fungsi infuse sendiri yaitu untuk memberikan cairan pada pasien secara berkala. Kesalahan dalam pemberian cairan infuse dapat berakibat buruk kepada pasien, apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau kehabisan cairan jika tidak segera di tangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang ada saat ini penggunaanya masih secara manual dimana kesalahan – kesalahan seperti tersebut masih sering terjadi. Pembuatan system pembaca tetesan infuse pasien dengan transmisi data wifi merupakan solusi yang tepat untuk pemantauan jara kjauh secara realtime. Dengan menggunakan alat ini, kondisi tetesan infuse dapat dipantau oleh dokter atau perawat melalui android dan melakukan rekam medis untuk kondisi dan status infuse tanpa harus melakukan pengecekan secara langsung sehingga dapat membantu aktifitas dokter maupun perawat dalam penangan pasien khususnya pasien yang sedang dirawat di ICU.


Kata Kunci: Infus, Sensor, Mikrokontroler

ABSTRACT

In the medical world infusion is the most commonly used tools, infusion alone function is to provide fluid in patients on a regular basis. Errors in the administration of intravenous fluids may be detrimental to the patient, if there are problems such as blockages or dehydration if not handled immediately be harmful to the patient. Infusion current use is still manually where mistakes - mistakes such as these are still common. Making the system of drip patient reader with wifi data transmission is the perfect solution for remote monitoring in realtime. By using this tool, the condition of the drip can be monitored by a doctor or nurse through the computer and perform medical records for the condition and status of the infusion without the need to check directly that can help doctors activities although nurses in handling patients, especially patients who are being treated in the ICU.


Keywords : infusion, sensors, microcontroller

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA” tepat pada waktunya.

Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan tambahan pengetahuan bagi para pembaca umumnya serta mahasiswa khususnya. Semoga karya tulis ini dapat menjadi bahan perbandingan dalam periode selanjutnya, dan dapat menjadi suatu karya ilmiah yang baik.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini, antara lain :

  1. Bapak Dr. Po. Abas Sunarya, M.Si. selaku Rektor Universitas Raharja.
  2. Bapak Dr. Henderi, S.Kom., M.kom. selaku Dekan Fakultas Universitas Raharja.
  3. Bapak Padeli, M.Kom. selaku Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Raharja.
  4. Ibu Ageng Setiani Rafika S.Kom., M.Si. selaku Ketua Program Studi Sistem Komputer.
  5. Ibu Diah Aryani, S.T., M.Kom. selaku Pembimbing I yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penelitian ini.
  6. Bapak Hendra Kusumah, S.Kom, selaku Pembimbing II yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam penelitian ini.
  7. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  8. Kedua orang tua dan saudara keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil maupun doa untuk keberhasilan kepada penulis.
  9. Spesial thanks to Ratri RD, yang telah memberikan dukungan dan masukan yang berarti untuk menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Akhir kata, Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Laporan Skripsi ini. Demikian, penulis sampaikan dengan harapan semoga Laporan Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.



Tangerang, September 2019
BELLY GEMA PRATAMA
NIM. 1231472025


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi pun semakin maju. Setiap hari jumlah pasien rawat inap yang ada di rumah sakit, poliklinik, ataupun di puskesmas terus bertambah. Banyaknya jumlah pasien tersebut pun menimbulkan jam kerja perawat menjadi sangat padat. Seiring berjalannya waktu, jam kerja perawat yang padat menimbulkan masalah. Misalnya saja yang sering kita alami yaitu perawat telat mengganti infus pasien yang sudah habis. Apabila cairan infus yang berada di dalam kantung plastik atau botol kaca yang khusus telah habis, maka perawat harus menggantinya dengan yang baru. Tetapi, seringkali pasien tidak mengetahui saat cairan infus tersebut habis dan kerepotan untuk menekan tombol ke ruang penjaga untuk memberitahukan bahwa cairan infusnya habis ataupun tidak menetes. Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh kehabisan cairan infus adalah darah akan naik ke atas karena tekanan yang lebih besar dari pembuluh darah dibandingkan dengan tekanan di dalam kantung infus yang sudah mengempis karena sudah habis sama sekali dan jika perawat sibuk karena banyaknya pasien sehingga perawat tidak memperhatikan infusan dengan benar maka kemungkinan terjadinya emboli udara terhadap pasien bisa terjadi, emboli udara adalah kondisi dimana gelembung atau udara masuk kedalam pembuluh darah atau jantung memlalui selang infusan pasien.

Secara singkat, cairan infus (intravenous fluid) umumnya tersimpan di dalam sebuah kantong atau botol yang akan dialirkan melalui selang menuju pembuluh darah langsung. Kuantitas dan kecepatan tetesan cairan infus pun perlu disesuaikan. Ketentuannya akan bergantung kepada usia, kondisi kesehatan, dan ukuran badan pasien. Pemberian cairan infus perlu diatur agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit jika tidak ingin terjadi komplikasi. Inilah mengapa perawat perlu memeriksa kelancaran dan ketepatan pemberian dosis cairan infus ini secara teratur. Sebaliknya, kurangnya pasokan cairan infus yang diberikan dapat membuat pengobatan menjadi tidak efektif.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan maka untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi di lingkungan kesehatan, maka penulisan laporan skripsi ini dibuat dengan judul :

“ALAT BANTU MONITORING DAN KONTROL INFUS PASIEN PADA RSIA BUNDA SEJAHTERA”

Alat monitoring ini merupakan perangkat yang memberikan kemudahan perawat dalam memantau cairan infus demi kebaikan pasien dan penghematan waktu. Selain dapat memantau isi cairan infus, alat ini juga dapat membatu perawat agar dapat menghidupkan dan mematikan tetesan cairan infus melalui smartphone.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diuraikan beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain :

  1. Bagaimana cara agar cairan infus pasien pada lembaga kesehatan dapat di monitor ?

  2. Dengan menggunakan alat seperti apakah seorang perawat dapat mengetahui kondisi infus pasien secara real time dengan waktu yang singkat ?

  3. Bagaimana cara membuat suatu alat monitor cairan infus yang dapat terhubung melalui internet sehingga dapat membantu perawat dalam mendeteksi keadaan infus pasien dan agar dapat mencegah terjadinya kehabisan cairan dan emboli udara?

    Ruang Lingkup Penelitian

    Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :

    1. Alat monitoring infus menggunakan Wemos D1 yang terkoneksi dengan jaringan internet sebagai otak utama untuk menginstruksikan terhadap sensor Infra Red.

    2. Sensor Infra Red menerima data dan mengirimkan perintah melalui wemos D1

    3. Dihubungkan ke aplikasi blynk pada smartphone yang terhubung oleh koneksi Wifi, dengan notifikasi berupa nada dan tampilan pada layar LCD.

    4. Melalui aplikasi Blynk, perawat dapat menghidupkan dan mematikan tetesan infus pasien.

      Tujuan dan Manfaat Penelitian

      Penelitian ini tentunya dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang diharapkan penulis. Tujuan dan manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

      Tujuan Penelitian

      Ada beberapa hal tujuan dari penelitian yang dilakukan ini yaitu sebagai berikut :

      1. Tujuan operasional

        Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan berbagai teori mengenai sistem monitoring cairan infus yang berbasis internet.

      2. Tujuan fungsional

        Membuat sistem monitoring cairan infus yang berbasis internet yang dapat membantu pekerjaan perawat dalam mengontrol cairan infus.

      3. Tujuan individu

        Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memenuhi kelulusan jenjang Strata Satu (S1).

      Manfaat Penelitian

      Beberapa manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

      1. Dengan penelitian yang dilakukan penulis dapat mengetahui cara kerja alat monitor cairan infus yang dapat terhubung melalui internet

      2. Dari sisi fungsi, sistem ini dapat mempermudah pekerjaan perawat untuk mengontrol cairan infus pasien, yaitu dengan alat yang sudah berbasis internet ini sehingga dapat dengan mudah untuk di gunakan.

      3. Kemudian dari sisi pengawasan pun lebih mudah, karena jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi, misalnya terjadi emboli udara pada infus pasien, maka akan ada pemberitahuan pada alat monitoring tersebut.

      Metode Penelitian

      Dalam melakuan penelitian terhadap alat ini maka metode yang penulis gunakan adalah:

      Metode Observasi

      Observasi yang dilakukan pada RS. Bunda Sejahtera Kutabumi Tangerang selama 3 bulan. Selama melakukan observasi di dapat suatu data meliputi, latar belakang rumah sakit, visi misi, struktur organisasi, dan masalah yang sering terjadi pada pemantauan infuse pasien.

      Metode Wawancara

      Metode ini dilakukan melalui proses tanya jawab dengan narasumber yaitu Kepala Bagian Perawat di RS. Bunda Sejahtera sebagai lokasi penelitian yang dilakukan. Kepala Bagian Perawat tersebut sebagai stackholder yang memiliki keluhan karena sistem yg dimiliki masih secara manual dalam hal menantau kondisi infus pasien.

      Literature Review

      Metode ini dilakukan untuk mencari dan mendapatkan sumber-sumber kajian landasan teori yang mendukung. Informasi yang dikumpulkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan perencanaan, percobaan, pembuatan, dan penyusunan laporan.

      Metode Perancangan Alat

      Dengan metode perancangan ini kita dapat mengetahui bagaimana system monitor tersebut dapat dibuat atau dirancang dan alat apa saja yang dibutuhkan. Melalui tahapan pembuatan flowchart dari sistem yang akan dibuat dan pembuatan desain aplikasi pengontrolan berupa perancangan perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware) berupa rancangan desain diagram blok.

      Pengujian Alat

      Metode ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan masalah-masalah pada sistem yang telah ada dan mencari solusi bagaimana membuat sistem sesuai dengan yang diharapkan tidak ada kesalahan sehingga akan sesuai dengan apa yang dirancang. Dalam pengujian alat ini digunakan metode Black Box Testing terhadap rancangan alat yang telah dibuat.

      Sistematika Penulisan

      Untuk memahami lebih jelas tentang penulisan penelitian ini, maka dikelompokkan materi penulisan menjadi 5 (Lima) bab yang masing-masing saling berkaitan antara bab satu dengan yang lainya, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh, yaitu:

      BAB I : PENDAHULUAN

      Bab ini berisi tentang uraian latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode penelitian, tujuan perancangan, manfaat perancangan, dan sistematika penulisan.

      BAB II : LANDASAN TEORI

      Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori dasar yang akan mendukung pembahasan masalah, serta cara berfikir dalam penyusunan penelitian ini. Uraian tersebut menjelaskan tentang Monitoring cairan infus pasien, saluran pengiriman data serta beberapa komponen pendukung.

      BAB III : PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

      Bab ini berisikan tentang gambaran umum objek yang diteliti meliputi sejarah singkat perusahaan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing divisi, permasalahan yang dihadapi, dan juga perancangan sistem monitoring cairan infus berbasis Internet Of Thing

      BAB IV : RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

      Dalam bab ini membahas tentang sistem yang akan diusulkan, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan, konfigurasi sistem, pengujian, evaluasi, implementasi, dan estimasi biaya.

      BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

      Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil analisa dan rancangan sistem yang dilakukan serta saran-saran terhadap sistem yang diusulkan.

      DAFTAR PUSTAKA

      DAFTAR LAMPIRAN


      BAB II

      LANDASAN TEORI

      Teori Umum

      Konsep Dasar Monitoring

      1. Definisi Monitoring

      Menurut Rizan, dkk (2016:46) “Monitoring adalah penilaian secara terus menerus terhadap fungsi kegiatan-kegiatan program-program di dalam hal jadwal penggunaan input / masukan data oleh kelompok sasaran berkaitan dengan harapan-harapan yang telah direncanakan.

      Menurut Mardiani (2013:36) “Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan/program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/kegiatan itu selanjutnya.

      Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah proses analisa dan pengumpulan data atau informasi yang di lakukan untuk mengambil suatu tindakan untuk penyempurnaan program / kegiatan selanjutnya.

      Konsep Dasar Infus

      1. Definisi Infus

      Menurut Zainuri, dkk (2012:49) “Infus adalah suatu piranti kesehatan yang dalam kondisi tertentu digunakan untuk menggantikan cairan yang hilang dan menyeimbangkan elektrolit tubuh”.

      Menurut Muljodipo (2015:13) “Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh”.

      Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa infus adalah suatu piranti kesehatan yang digunakan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang yang di berikan melalui jarum kedalam sebuah pembuluh vena.

      2. Komponen Sistem Infus

      Infus terdiri dari beberapa komponen utama yaitu:

      1. Botol infuse, merupakan wadah dari cairan infus, biasa dijumpai dijual dalam tiga ukuran 500mL, 1000mL dan 1500mL

      2. Selang infuse, merupakan sarana tempat mengalirnya cairan infuse

      3. Klem selang infuse, yaitu bagian untuk mengatur laju aliran dari cairan infus, dengan mempersempit atau memperlebar jalur aliran pada selang.

      4. Jarum infuse, sarana masuknya cairan infus dari selang infus menuju pembulu vena.

      Infusion-Set.jpg
      Gambar 2.1 Komponen Infus
      3. Prinsip Kerja Sistem Infus

      Prinsip kerja dari cairan infus sama seperti sifat dari air yaitu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dipengaruhi oleh gaya grafitasi bumi sehingga cairan akan selalu jatuh kebawah. Pada sistem infus laju aliran infus diatur melalui klem selang infus, jika klem digerakan untuk mempersempit jalur aliran pada selang maka laju cairan akan menjadi lambat ditandai dengan sedikitnya jumlah tetesan infus/menit yang keluar dan sebaliknya bila klem digerakan untuk memperlebar jalur aliran pada selang infus maka laju cairan infus akan menjadi cepat ditandai dengan banyaknya jumlah tetesan infus/menit.

      Konsep Dasar Internet of Things (IoT)

      1. Definisi IoT (Internet of Things)

      Menurut Susanti, dkk (2016:401) “IoT (Internet of Things) merupakan teknologi yang dapat mengkoneksikan suatu peralatan dengan internet untuk menjalankan berbagai fungsi”.

      Menurut Susanto, dkk (2017:2.7-1) “Internet of Things (IoT) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus”.

      Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Internet of Things adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus untuk mengkoneksikan suatu peralatan dengan internet untuk menjalankan berbagai fungsi.

      Konsep Dasar WiFi (Wireless Fidelity)

      1. Definisi WiFi (Wireless Fidelity)

      Menurut Adinandra, dkk (2012:161) “WiFi adalah kepanjangan dari Wireless Fiedelity yang merupakan salah satu jenis komunikasi wireless yang sangat umum digunakan.

      Menurut Roby, dkk (2017:34) “Wireless Fedelity (Wi-Fi) merupakan teknologi Wireless Local Area Network (WLAN) yang di standarisasi dalam standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.11.

      Dari definsi di atas dapat disimpulkan bahwa WiFi adalah teknologi Wireless Local Area Network (WLAN) jenis komunikasi wireless yang di standarisasi dalam standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) 802.11.

      Konsep Dasar Perancangan Sistem

      1. Definisi Perancangan Sistem

      Menurut Rianti, dkk (2016:52) “Perancangan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Peserta Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten SMPN 7 SIJUNJUNG Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process”. Jurnal Sains dan Informatika Vol. 2 No. 2. 2016. ISSN : 2459-9549. Perancangan sistem adalah merancang atau mendesain suatu sistem yang baik, yang isinya adalah langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem.

      Menurut Ekawati, dkk (2015:58) Perancangan sistem merupakan suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur jalannya suatu sistem.

      Berdasarkan definsi di atas dapat disimpulkan perancangan sistem adalah suatu desain rancangan sistem yang dibuat untuk menggambarkan alur jalannya suatu sistem yang baik yang di dalamnya terdapat langkah-langkah operasi dalam proses pengolahan data dan prosedur untuk mendukung sistem operasi sistem.

      2. Tujuan Perancangan Sistem

      Menurut Yunita dkk (2017:281) . Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:

      1. Memenuhi kebutuhan pemakai sistem.

      2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap untuk pemrogram dan ahli-ahli teknik terlibat.

      Teori Khusus

      Konsep Dasar Mikrokontroler

      1. Definisi Mikrokontroler

      Menurut Prayudha, dkk (2014:174) “Mikrokontroler adalah sebuah chip yang didalamnya terdapat mikroprosesor yang telah di kombinasikan I/O dan memori RAM/ROM.”

      Menurut Timotius, dkk (2014:125) “Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor dimana di dalamnya sudah terdapat CPU, ROM, I/O, clock, dan peralatan internal lainnya yang sudah saling terhubung dan ter-organisasi dengan baik oleh pabrik pembuatnya dan dikemas dalam satu chip yang siap pakai”.

      Menurut Prastyawan, dkk (2014) “Mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data”.

      Dari definisi tersebut, maka disimpulkan bahwa mikrokontroler adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip yang pempunyai prosesor, memori dan perlengkapan input dan output yang menjadi kendali dari sebuah program yang ditulis.

      2. Karakteristik Mikrokontroler

      Menurut Saefullah, dkk (2013:2) mikrokontroler memiliki karakteristik sebagai berikut:

      1. Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu, tidak seperti PC yang multifungsi karena mudahnya memasukkan program. Program mikrokontroler relatif lebih kecil daripada program-program pada PC.

      2. Konsumsi daya kecil.

      3. Rangkaiannya sederhana dan kompak.

      4. Harganya murah, karena komponennya sedikit.

      5. Unit I/O yang sederhana, misalnya LCD, LED, Latch.

      6. Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim, misalnya temperature tekanan, kelembaban, dan sebagainya.

      3. Jenis-Jenis Mikrokontroler

      Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroler. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas instruksi-instruksi yang dapat diterapkan pada mikrokontroler tersebut. Pembagian itu yaitu RISC dan CISC.

      1. RISC merupakan kependekan dari Reduced Instruction Set Computer. Instruksi yang dimiliki terbatas, tetapi memiliki fasilitas yang lebih banyak. Contoh RISC yaitu Mikrokontroler AVR, PIC (Peripheral Interface Controller), Mikrokontroler ARM.

      2. CISC kependekan dari Complex Instruction Set Computer. Instruksi bisa dikatakan lebih lengkap tapi dengan fasilitas secukupnya. Contoh CISC yaitu Mikrokontroler MCS-51.

      Konsep Dasar Microcontroller Wemos

      1. Definisi Microcontroller Wemos

      Menurut Yuliza (2016:190) “Microcontroller Wemos adalah sebuah Microcontroller pengembangan berbasis modul microcontroller ESP8266. Microcontroller wemos dibuat sebagai solusi dari mahalnya sebuah sistem wireless berbasis microcontroller lainnya. Dengan menggunakan microcontroller wemos biaya yang dikeluarkan untuk membangun sistem WiFi berbasis microcontroller sangat murah, hanya sepersepuluhnya dari biaya yang dikeluarkan apabila membangun sistem WiFi dengan menggunakan microcontroller Arduino Uno dan WiFi Shiled”.

      Wemos.jpg
      Gambar 2.2 Mikrokontroller Wemos D1
      2. Chipset Pada Microcontroller Wemos

      Pada microcontroller wemos memiliki 2 buah chipset yang digunakan sebagai otak kerja platform tersebut. Beberapa chipset pada microcontroller ini adalah :

      1. Chipset ESP8266

        ESP8266 adalah sebuah chip microcontroller yang memiliki fitur WiFi yang mendukung stack TCP / IP. Diproduksi oleh produsen cina yang berbasis di Shanghai. Pada Agustus 2014 AI-Thinker membuat modul ESP-01 dengan menggunakan lisensi oleh Espressif. Modul kecil ini memungkinkan microcontroller untuk terhubung dengan jaringan WiFi dan membuat koneksi TCP / Ip hanya menggunakan command yang sederhana. Harganya yang sangat rendah dan sangat sedikit komponen eksternal pada modul ini mengakibatkan sangat murah harga sebuah chip ini. Dengan clock 80 MHz chip ini di bekali dengan 4MB eksernal RAM, mendukung format IEEE 802.11 b/g/n enkripsi WEP (Wired Equivalent Privacy), WPA (WiFi Protected Access) sehingga menjadikan chipset ini sangat aman digunakan. Chipset ini memiliki 16 GPIO (General Purphose Input/Output) pin yang bekerja pada 3,3 Volt, 1 pin ADC dengan resolusi 10 bit.

      2. CHIPSET CH340

        CH340 adalah sebuah chipset yang mengubah USB menjadi serial interface. Sebagai contohnya adalah aplikasi USB conventer to IrDA atau aplikasi USB converter to printer. Dalam mode serial interface,CH340 mengirimkan sinyal penghubung yang umum digunakan pada Modem. CH340 digunakan untuk memperbesar asynchronous serial interface komputer atau mengubah perangkat serial interface umum untuk berhubungan dengan bus USB secara langsung.

      Konsep Dasar Sensor Infrared Avoid Obstacle

      1. Definisi Sensor Infrared Avoid Obstacle

      Sensor Infrared Avoid Obstacle merupakan sebuah modul yang terdiri dari inframerah dan photodioda yang berfungsi sebagai pendeteksi halangan atau objek di depannya, berikut adalah komponen-komponen yang ada pada modul tersebut:

      1. Komponen utamanya terdiri dari IR dan IR receiver/phototransistor.

      2. Ketika power-up, IR emitter akan memancarkan cahaya infrared yang kasat mata.

      3. Cahaya tersebut kemudian dipantulkan oleh objek yang ada didepannya, Cahaya terpantul ini kemudian diterima oleh IR receiver.

      4. Terdapat Op-Amp LM363 yang berfungsi sebagai komparator antara resistansi IR receiver dan resistansi trimpot pengatur sensitivitas.

      5. Output Op-Amp ini juga terhubung dengan pin “OUT” yang dihubungkan ke Arduino.

      Berikut adalah gambar sensor infrared yang terdapat pada modul tersebut:

      IR.jpg
      Gambar 2.3 Sensor Infrared Avoid Obstacle

      Konsep Dasar Motor servo

      1. Definisi Motor servo

      Motor servo adalah sebuah motor dengan system umpan balik tertutup dimana posisi dari motor akan dimodifikasikan kembali ke rangkaiain control yang ada di dalam motor servo. Motor ini terdiri dari sebuah motor DC, serangkaian gear, potensiometer dan rangkaian control. Potensiometer berfungsi untuk menentukan servo diatur berdasarkan lebar pulsa yang dikirim melalui kaki sinyal dari kabel motor.

      Secara umum terdapat 2 jenis motor servo, yaitu motor servo standard dan motor servo continuous. Servo motor tipe standard hanya mampu berputar 180°. Motor servo standard sering dipakai pada system robotika misalnya untuk membuat “Robot Arm” (Robot Lengan). Sedangkan motor servo continuous dapat berputar sebesar 360°. Motor servo continuous sering dipakai untuk Mobile Robot. Pada badan servo tertulis tipe servo yang bersangkutan. Motor servo standard yang kali ini dipakai 3 buah kabel yaitu power, ground dan signal.

      Motor%2BServo.jpg
      Gambar 2.4 Motor Servo

      Konsep Dasar Laser

      1. Definisi Laser

      Menurut Amir (2014 :8-12) “Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan alat yang dapat memancarkan cahaya gelombang radio elektromagnetik pada daerah infrared, visible atau ultraviolet. Cahaya yang dipancarkan oleh laser yang di hasilkan dari stimulasi emisi radiasi dari medium yang ada di laser, emisi radiasi tersebut dikuatkan sehingga menghasilkan cahaya yang mempunyai sifat monokromatis (tunggal / hanya satu), koheren, ter-arah dan brightness (sifat kecerahan tinggi)”.

      Konsep Dasar Aplikasi Blynk

      1. Definisi Aplikasi Blynk

      Blynk adalah platform untuk aplikasi OS Mobile (iOS dan Android) yang bertujuan untuk kendali module Arduino, Raspberry Pi, ESP8266, WEMOS D1, dan module sejenisnya melalui Internet.

      Blynkk.png
      Gambar 2.5 Logo Aplikasi Blynk Pada Smartphone

      Aplikasi ini merupakan wadah kreatifitas untuk membuat antar muka grafis untuk proyek yang akan diimplementasikan hanya dengan metode drag and drop widget.

      Penggunaannya sangat mudah untuk mengatur semuanya dan dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 5 menit. Blynk tidak terikat pada papan atau module tertentu. Dari platform aplikasi inilah dapat mengontrol apapun dari jarak jauh, dimanapun kita berada dan waktu kapanpun. Dengan catatan terhubung dengan internet dengan koneksi yang stabil dan inilah yang dinamakan dengan sistem Internet of Things (IOT).

      Konsep Dasar Flowchart

      1. Definisi Flowchart

      Menurut Lestari dkk (2016:44) “Flowchat adalah diagram yang menyatakan aliran proses dengan menggunakan anotasi bidang-bidang geometri, seperti lingkaran, persegi empat, wajik, oval dan sebagainya untuk mempresentasikan langkah-langkah kegiatan beserta urutannya dengan menghubungkan masing-masing langkah tersebut menggunakan tanda panah”.

      Menurut Rejeki (2013:451) “Flowchart merupakan penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan-urutan prosedur dari suatu program”.

      Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa flowchart adalah diagram yang mempresentasikan langkah langkah beserta urutan-urutan prosedur dari suatu program yang di hubungkan menggunakan tanda panah.

      Berikut simbol-simbol flowchart :

      simbol%2Bflowchart.jpg
      Tabel 2.1 Simbol Flowchart
      2. Jenis-Jenis Flowchart

      Menurut Tri (2015:2), “Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu:

      1. Flowchart Sistem (System Flowchart)

        Flowchart sistem merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistem secara keseluruhan danmenjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk suatu sistem. Flowchart Sistem terdiri dari data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu.

      2. Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

        Flowchart dokumen kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form danlaporan diproses, dicatat dan disimpan.

      3. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

        Flowchart skematik mirip dengan flowchart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standar, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem. Flowchart Skematik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart. Gambar-gambar ini mengurangi kemungkinan salah pengertian tentang sistem, hal ini disebabkan oleh ketidak-mengertian tentang simbol-simbol yang digunakan. Gambar-gambar juga memudahkan pengamat untuk mengerti segala sesuatu yang dimaksudkan oleh analis, sehingga hasilnya lebih menyenangkan dan tanpa ada salah pengertian.

      4. Flowchart Program (Program Flowchart)

        Flowchart program dihasilkan dari flowchart sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentangbagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukkan setiap langkah program atauprosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analis Sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi.

      5. Flowchart Proses (Prosses Flowchart)

        Flowchart proses merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-proses manufacturing. Dalam analisis sistem, flowchart ini digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan atau form.

      BELUM UPLOAD SIMBOL KHUSUS FLOWCHART PROSES"
      Tabel 2.2 Simbol Khusus Flowchart Proses

      Konsep Dasar Black Box Testing dan White Box Testing

      1. Definisi Black Box Testing

      Menurut pandangan beberapa ahli Black Box Testing dapat diartikan, antara lain sebagai berikut:

      Menurut Soetam Rizky (2011:264), berpendapat bahwa “Black box testing adalah tipe testing yang memperlakukan perangkat lunak yang tidak diketahui kinerja internalnya.Sehingga para tester memandang perangkat lunak seperti layaknya sebuah “kotak hitam” yang tidak penting dilihat isinya, tapi cukup dikenai proses testing di bagian luar”.

      Menurut Agustiar Budiman (2012:4), berpendapat bahwa “Pengujian black box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji dibangkitkan, dieksekusi pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak diuji apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.”

      Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pengujian Black box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan pada pengujian kinerja, spesifikasi dan antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada. Berbeda dengan white box testing, black box testing tidak membutuhkan pengetahuan mengenai, alur internal (internal path), struktur atau implementasi dari software under test (SUT). Karena itu uji coba blackbox memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. Uji coba blackbox bukan merupakan alternatif dari uji coba whitebox, tetapi merupakan pendekatan yang melengkapi untuk menemukan kesalahan lainnya, selain menggunakan metode whitebox testing. BlackBoxTesting dapat dilakukan pada setiap level pembangunan sistem. Mulai dari unit, integration, system, dan acceptance.

      Uji coba blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya:

        a. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang
        b. Kesalahan interface
        c. Kesalahan performa
        d. Kesalahan performaFungsi-fungsi yang salah atau hilang
        e. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
        f. Kesalahan inisialisasi dan terminasi

      Tidak seperti metode whitebox yang dilaksanakan diawal proses, uji coba blackbox diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya.Karena uji coba blackbox dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi domain. Uji coba didesain untuk dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:

        a. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
        b. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik?
        c. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
        d. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
        e. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
        f. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?
        g. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi sistem?

      Sehingga dalam uji coba BlackBox harus melewati beberapa proses sebagai berikut:

        a. Pemilihan jenis input yang memungkinkan menghasilkan output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji
        b. Melakukan pengujian.
        c. Menganalisis kebutuhan dan spesifikasi dari perangkat lunak.
        d. Menentukan fungsionalitas yang seharusnya ada pada perangkat lunak yang sedang diuji.
        e. Pengujian dilakukan dengan input-input yang telah benar-benar diseleksi.
        f. Pembandingan output yang dihasilkan dengan output yang diharapkan.
      A. Metode Pengujian Dalam Black Box

      Ada beberapa macam metode pengujian Black Box, berikut diantaranya:

      1. Equivalence Partioning

        Equivalence Partioning merupakan metode uji coba BlackBox yang membagi domain input dari program menjadi beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah kesalahan (misalnya: kesalahan pemrosesan dari seluruh data karakter) yang merupakan syarat lain dari suatu kasus yang dieksekusi sebelum kesalahan umum diamati.

      2. Boundary Value Analysis

        Sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi dalam batasan domain input dari pada nilai tengah. Untuk alasan ini boundaryvalueanalysis (BVA) dibuat sebagai teknik uji coba.BVA mengarahkan pada pemilihan kasus uji yang melatih nilai-nilai batas.BVA merupakan desain teknik kasus uji yang melengkapi Equivalencepartitioning. Daripada memfokuskan hanya pada kondisi input, BVA juga menghasilkan kasus uji dari domain output.

      3. Cause-Effect Graphing Techniques

        Cause-Effect Graphing merupakan desain teknik kasus uji coba yang menyediakan representasi singkat mengenai kondisi logikal dan aksi yang berhubungan. Tekniknya mengikuti 4 tahapan berikut:

        a. Causes (kondisi input), dan Effects (aksi) didaftarkan untuk modul dan identifier yang dtujukan untuk masing-masing.
        b. Pembuatan grafik Causes-Effect graph.
        c. Grafik dikonversikan kedalam tabel keputusan.
        d. Aturan tabel keputusan dikonversikan kedalam kasus uji
      4. Comparison Testing

        Dalam beberapa situasi (seperti: aircraft avionic, nuclear Power plant control) dimana keandalan suatu software amat kritis, beberapa aplikasi sering menggunakan software dan hardware ganda (redundant). Ketika softwareredundant dibuat, tim pengembangan software lainnya membangun versi independent dari aplikasi dengan menggunakan spesifikasi yang sama. Setiap versi dapat diuji dengan data uji yang sama untuk memastikan seluruhnya menyediakan output yang sama. Kemudian seluruh versi dieksekusi secara parallel dengan perbandingan hasil real-time untuk memastikan konsistensi. Dianjurkan bahwa versi independent suatu software untuk aplikasi yang amat kritis harus dibuat, walaupun nantinya hanya satu versi saja yang akan digunakan dalam sistem. Versi independent ini merupakan basis dari teknik BlackBoxTesting yang disebut ComparisonTesting atau back-to-backTesting.

      5. Sample and Robustness Testing

        a. Sample Testing

        Melibatkan beberapa nilai yang terpilih dari sebuah kelas ekivalen, seperti Mengintegrasikan nilai pada kasus uji.Nilai-nilai yang terpilih mungkin dipilih dengan urutan tertentu atau interval tertentu.

        b. Robustness Testing

        Pengujian ketahanan (Robustness Testing) adalah metodologi jaminan mutu difokuskan pada pengujian ketahanan perangkat lunak. Pengujian ketahanan juga digunakan untuk menggambarkan proses verifikasi kekokohan (yaitu kebenaran) kasus uji dalam proses pengujian.

      6. Behavior Testing dan Performance Testing

        a. Behavior Testing

        Hasil uji tidak dapat dievaluasi jika hanya melakukan pengujian sekali, tapi dapat dievaluasi jika pengujian dilakukan beberapa kali, misalnya pada pengujian struktur data stack.

        b. Performance Testing

        Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan program untuk beroperasi dengan benar dipandang dari sisi acuan kebutuhan. Misalnya: aliran data, ukuran pemakaian memori, kecepatan eksekusi, dll. Selain itu juga digunakan untuk mencari tahu beban kerja atau kondisi konfigurasi program.Spesifikasi mengenai performansi didefinisikan pada saat tahap spesifikasi atau desain.Dapat digunakan untuk menguji batasan lingkungan program.

      7. Requirement Testing

        a. Spesifikasi kebutuhan yang terasosiasi dengan perangkat lunak (input/output/fungsi/performansi) diidentifikasi pada tahap spesifikasi kebutuhan dan desain.
        b. Requirement Testing melibatkan pembuatan kasus uji untuk setiap spesifikasi kebutuhan yang terkait dengan program.
        c. Untuk memfasilitasinya, setiap spesifikasi kebutuhan bisa ditelusuri dengan kasus uji dengan menggunakan traceability matrix.
      8. Endurance Testing

        EnduranceTesting melibatkan kasus uji yang diulang-ulang dengan jumlah tertentu dengan tujuan untuk mengevaluasi program apakah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.

        Contoh: Untuk menguji keakuratan operasi matematika (floating point, rounding off, dll), untuk menguji manajemen sumber daya sistem (resources) (pembebasan sumber daya yang tidak benar, dll), input/outputs (jika menggunakan frameworkuntuk memvalidasi bagian input dan output). Spesifikasi kebutuhan pengujian didefinisikan pada tahap spesifikasi kebutuhan atau desain.

      B. Kelebihan dan Kekurangan Black Box Testing

      Dalam uji coba Black Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya:

      Kelebihan%2BBlack%2BBox.jpg
      Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Black Box Testing
      2. Definisi White Box Testing

      Menurut Desmira dkk (2015:40). “White Box Testing yaitu menguji perangkat lunak dari segi desain dan kode program apakah mampu menghasilkan fungsi-fungsi, masukkan, dan keluaran yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan”.

      Menurut Silvia dkk (2015:48). “White Box adalah pengujian yang didasarkan pada pengecekan terhadap detail perancangan, menggunakan struktur kontrol dari desain program secara prosedural untuk membagi pengujian kedalam beberapa kasus pengujian”.

      Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode pengujian White Box adalah metode pengujian yang di lakukan pada perangkat lunak dari segi desain dan kode program secara prosedural untuk mengetahui apakah sudah berjalan sesuai spesifikasi kebutuhan. Berikut keuntungan pengujian white box :

      1. Peningkatan Efektivitas : silang keputusan desain dan asumsi terhadap kode sumber dapat menguraikan kuat.

      2. Desain , tapi pelaksanaannya mungkin tidak sejajar dengan maksud desain.

      3. Kode penuh Pathway Mampu : semua jalur kode yang mungkin dapat diuji termasuk penanganan error ,dependensi , dan tambahan kode logika / aliran intern .

      4. Awal Cacat Identifikasi : Menganalisis kode sumber dan mengembangkan tes berdasarkan rincian pelaksanaan memungkinkan.

      5. Penguji untuk menemukan kesalahan pemrograman dengan cepat .

      6. Mengungkapkan Kode Tersembunyi Cacat : akses modul program.

      7. Tidak ada Waiting : Pengujian dapat dimulai pada tahap awal . Satu tidak perlu menunggu GUI akan tersedia)

      Konsep Dasar Elisitasi

      1. Definisi Elisitasi

      Menurut pandangan beberapa ahli pengertian elisitasi, antara lain sebagai berikut:

      Suryo Guritno (2011:302), berpendapat bahwa “Elisitasi (elicitation) berisi usulan rancangan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi”.

      Menurut Adi Nugroho (2010:10), berpendapat bahwa “Akuisisi informasi dari seseorang atau kelompok dengan cara yang tidak mengungkapkan maksud dari wawancara atau percakapan. Sebuah teknik pengumpulan intelijen sumber manusia, umumnya terbuka”.Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa elisitasi adalah usulan rancangan sistem baru yang diinginkan dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.

      1. Jenis-jenis Elisitasi

      Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut: (Guritno, 2010:302)

      1. Elisitasi Tahap I

        Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.

      2. Elisitasi Tahap II

        Merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI.Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi untuk dieksekusi.

        a. (M) pada MDI itu artinya Mandatory. Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
        b. (D) pada MDI itu artinya Desirable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Tetapi jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem, akan membuat sistem tersebut lebih perfect.
        c. (I) pada MDI itu artinya Inessential. Maksudnya bahwa requirement tersebut bukanlah bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.
      3. Elisitasi Tahap III

        Merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang option-nya I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE.

        a. (T) artinyaTechnical, maksudnya bagaimana tata cara / tehnik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan.
        b. (O) artinyaOperasional, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan.
        c. (E) artinya Ekonomi, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut di dalam sistem.

        Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu sebagai berikut:

        a. High (H) : Sulit untuk dikerjakan, karena tehnik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Sehingga requirement tersebut harus dieliminasi.
        b. Middle (M) : Mampu untuk dikerjakan.
        c. Low (L) : Mudah untuk dikerjakan.
      4. Final Draft Elicitation

        Menurut Suryo Guritno (2010:304), berpendapat bahwa “Final draft merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

Contributors

Admin, Bellygemapratama