SI1131469699

Dari widuri
Ini adalah revisi disetujui dari halaman ini; bukan revisi terkini. Lihat revisi terbaru.
Lompat ke: navigasi, cari

PROTOTYPE DETEKSI SUHU MESIN DALAM RANGKA MENCEGAH KERUSAKAN

MESIN BELT CONVEYOR LOADER (BCL) BERBASIS ARDUINO

PADA PT GAPURA ANGKASA


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1131469699
NAMA


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

TANGERANG

(2014 / 2015)

 

LEMBARPENGESAHAN001_zps99938183_1.jpg

PERSETUJUANPEMBIMBING001_zps5aa3b954.jpg

 

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

PROTOTYPE DETEKSI SUHU MESIN DALAM RANGKA MENCEGAH KERUSAKAN

MESIN BELT CONVEYOR LOADER (BCL) BERBASIS ARDUINO

PADA PT GAPURA ANGKASA

Dibuat Oleh :

NIM
: 1131469699
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Computer System

Tahun Akademik 2014/2015

Disetujui Penguji :

Tangerang, 04 Maret 2015


Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :

 

LEMBARKEASLIAN001_zpsa17f17ae_1.jpg

 


Abstraksi

PT Gapura Angkasa merupakan salah satu perusahaan Ground Handling yang melayani jasa penumpang dan bongkar muat yang beroperasi di Indonesia. Kantor pusat PT Gapura Angkasa berpusat di Jakarta yang terletak di Gedung Dapenra Lt.1,2 & 3 Jl. Angkasa, Blok B - 12, Kav. 8 Kota Baru Bandar Kemayoran Jakarta 10610 – Indonesia Telp. (62-21) 654 5410 (hunting) Fax. (62-21) 654 3762, 654 5408 Sita Code : JKTGPXH. PT Gapura Angkasa dibentuk, sebagai pelaksana ground handling dan pendukung kegiatan penerbangan di kawasan bandara baik penerbangan domestik maupun internasional. PT Gapura Angkasa sebagai ground handling memilki jenis-jenis pelayanan salah satunya adalah ramp handling yang merupakan unit untuk memberikan pelayanan di bagian apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo dan mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat stock terhadap pemeliharaan unit load service (ULD) milik airlines.Salah satu kegiatan dalam ramp handling ini yaitu kegiatan Loading dan Unloading. Loading dan Unloading merupakan kegiatan yang dilakukan di Apron area yaitu kegiatan bongkar muat barang (bagasi, cargo dan lain-lain) dari dan kedalam pesawat. Untuk kegiatan Loading, dilakukan pada saat pre flight artinya kegiatan memuat barang (bagasi, cargo, dan lain-lain) dilakukan sebelum pesawat melakukan penerbangan oleh petugas-petugas ground handling. Adapun kegiatan Unloading biasanya dilakukan pada saat post flight, artinya kegiatan membongkar barang dilakukan setelah pesawat melakukan penerbangan. Tentunya para petugas dibantu dengan peralatan-peralatan canggih yang sering disebut dengan GSE (Ground Support Equipment), yang merupakan peralatan pembantu yang dipersiapkan untuk mendukung kebutuhan pesawat, salah satunya untuk kegiatan loading dan unloading. Contoh peralatannya yaitu, seperti Belt Conveyor Loader (BCL), Cargo Transporter Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) dan lain-lain. Mengingat pentingnya peranan unit GSE BCL ini maka perlu menjaga realibilitas dari alat ini agar bekerja optimal dan tidak menggangu kegiatan penaikan dan penurunan bagasi penumpang maupun kargo. Namun kenyataannya di lapangan, ditemukan bahwa BCL mengalami masalah yang termasuk sering. Untuk mengatasi permasalahan yang ada diperlukan sebuah sistem pendeteksi suhu panas pada mesin yang akan mampu mengurangi tingkat kerusakan. Dalam perancangan sistem pendeteksi suhu panas ini digunakan beberapa metode antara lain wawancara, observasi dan studi pustaka.

Kata Kunci: Belt Conveyor Loader, PT Gapura Angkasa, Sistem Kerusakan

 

Abstract

PT Gapura Angkasa is one of the Ground Handling companies that provide services and loading and unloading of passengers operating in Indonesia. The head office of PT Gapura Angkasa based located in Building Dapenra Lt. 1,2 & 3 Jl. Space, Block B - 12, Kav. 8 New Town Bandar Kemayoran Jakarta 10610 - Indonesia Tel. (62-21) 654 5410 (hunting) Fax. (62-21) 654 3762, 654 5408 Sita Code: JKTGPXH. PT Gapura Angkasa is formed, as the executor of ground handling and flight support activities in the area of ??the airport both domestic and international flights. PT Gapura Angkasa as ground handling have the types of services one of which is a ramp handling units to provide services on the apron (Apron Service) which includes loading and unloading services, cargo and mail on aircraft based on the load instruction, noting the stock to the maintenance unit load service (ULD) owned airlines. One of the activities in the ramp handling ie loading and unloading activities. Loading and Unloading an Apron activities carried out in the area is the loading and unloading of goods (baggage, cargo, etc.) from and into the plane. Loading activities, carried out during the pre flight this means that loading goods (baggage, cargo, etc.) done before the aircraft doing flight by ground handling officers. The Unloading activities are usually carried out during post-flight, meaning that activities carried unloaded after a flight aircraft. Of course, the officers assisted with the sophisticated equipment that is often referred to as GSE (Ground Support Equipment), which is prepared auxiliary equipment to support aircraft needs,one for loading and unloading activities. Examples of equipment that, like Belt Conveyor Loader (BCL), Transporter Cargo Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) and others. Given the important role of the BCL GSE unit it is necessary to maintain the reliability of this tool in order to work optimally and do not interfere with raising activities and a decrease in passenger baggage and cargo. But the reality on the ground, it was found that BCL experiencing problems including frequent. To overcome the existing problems required a heat detection system on the machine that will be able to reduce the level of damage. In the design of the heat detection system in use several methods include interviews, observation and literature.

Keywords : Conveyor Belt Loader, PT Gapura Angkasa, System Damage

 


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan seribu jalan, sejuta langkah serta melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan Skripsi Penulis dapat berjalan dengan baik dan selesai dengan semestinya.

Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) untuk jenjang S1 di Perguruan Tinggi Raharja, Cikokol Tangerang. Sebagai bahan penulisan, penulis mengambil data berdasarkan hasil observasi, wawancara, survey serta studi pustaka yang mendukung penulisan ini.

Hati kecil ini pun menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak penyusunan laporan Skripsi ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pada kesempatan yang singkat ini, izinkanlah penulis menyampaikan selaksa pujian dan terimakasih kepada :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I. selaku Ketua Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Raharja.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom. selaku pembantu ketua I (Puket I) Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Raharja.
  3. Bapak Ferry Sudarto, S.Kom., M.Pd. selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Raharja dan juga sebagai Dosen Pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
  4. Bapak Indrianto., M.T selaku Dosen Pembimbing II Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Raharja yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
  5. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  6. Bapak Eko Riyanto selaku manager teknik PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng.
  7. Bapak I Made Masna selaku assisten manager teknik PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng.
  8. Bapak Setiawan selaku pembimbing lapangan PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng.
  9. Kedua orang tua, kakak dan saudara, keluarga yang telah memberikan dukungan, baik moril, materil maupun doa untuk keberhasilan penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan sebagai pemicu untuk dapat berkarya lebih baik lagi. Semoga Laporan Skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Tangerang, 27 Januari 2015
RAHMANA
NIM. 1131469699

 

Daftar isi

 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Prototype

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Black Box

Tabel 2.3. Nilai Kapasistansi

Tabel 2.4. Tabel Daftar Konstanta Bahan Dielektrikum

Tabel 2.5. Karakteristik IC regulator tegangan positif 78xx

Tabel 3.1. Marketing Mix 7P

Tabel 3.2. Analisa SWOT

Tabel 3.3. Komponen dan Jumlah Kerusakan

Tabel 3.4. Kumulatif Kerusakan Komponen GSE

Tabel 3.5. Jumlah Kerusakan Engine

Tabel 3.6. Engine Overheat Unit GSE

Tabel 3.7. Elisitasi Tahap I

Tabel 3.8. Elisitasi Tahap II

Tabel 3.9. Elisitasi Tahap III

Tabel 3.10. Elisitasi Final

Tabel 4.1. Perbedaan Antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan

Tabel 4.2. Uji Blackbox

Tabel 4.3. Schedule Implementasi

Tabel 4.4. Estimasi Biaya

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Belt Conveyor Loader (BCL)

Gambar 2.2. Karakteristik Sistem

Gambar 2.3. Sistem Tertutup

Gambar 2.4. Sistem Terbuka

Gambar 2.5. Daur Hidup Sistem

Gambar 2.6. Langkah Analisis Sistem

Gambar 2.7. Diagram Tahap Perancangan

Gambar 2.8. Mengidentifikasi Peluang-peluang Organisasi

Gambar 2.9. Liquid Crystal Display (LCD)

Gambar 2.10. Buzzer

Gambar 2.11. Bagan Alir Sistem

Gambar 2.12. Bagan Alir Dokumen

Gambar 2.13. Resistor

Gambar 2.14. Skema Warna Resistor

Gambar 2.15. Lambang Kondensator

Gambar 2.16. Lambang Kapasitor

Gambar 2.17. Dielektrikum

Gambar 2.18. Dioda

Gambar 2.19. Transistor

Gambar 2.20. Simbol Transistor NPN

Gambar 2.21. Simbol Transistor PNP

Gambar 2.22. Rangkaian Internal Kristal

Gambar 2.23. Rangkaian Oscilator Collpits Dengan Kristal

Gambar 2.24. Integrated Circuit

Gambar 2.25. Rangkaian IC regulator tegangan positif 78xx

Gambar 2.26. Rangkaian IC regulator

Gambar 2.27. Simbol Relay dan Gambar Relay

Gambar 2.28. Rangkaian power-on reset

Gambar 2.29. Konfigurasi PIN ATmega328

Gambar 2.30. Arsitektur ATmega328

Gambar 2.31. Diagram Blok Arduino Uno

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 3.2. Use Case Diagram Pelaporan Kerusakan

Gambar 3.3. Use Case Diagram Pelaporan Kerusakan

Gambar 3.4. Activity Diagram Laporan Kerusakan

Gambar 3.5. Sequence Diagram

Gambar 3.6. Diagram Pareto Trouble Komponen

Gambar 3.7. Grafik Perbaikan Kerusakan Engine

Gambar 3.8. Kerusakan Komponen Engine Akibat Overheat

Gambar 4.1. Use Case Diagram Deteksi Suhu Mesin

Gambar 4.2. Activity Diagram Deteksi Suhu Mesin

Gambar 4.3. Flowchart Program

Gambar 4.4. Flowchart Sistem

Gambar 4.5. Rancangan Program

Gambar 4.6. Diagram Blok

 

DAFTAR SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM

Daftar Simbol Sequence Diagram.png

 

DAFTAR SIMBOL USE CASE DIAGRAM

Daftar Simbol Use Case Diagram.png

DAFTAR SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM

Daftar Simbol Activity Diagram.png

 

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam era globalisasi perkembangan perusahaan penerbangan mengalami banyak kemajuan. Dengan banyaknya bermunculan perusahan-perusahaan penerbangan baik di domestik maupun internasional. Kemajuan dalam bisnis penerbangan tidak lepas dari campur tangan pihak yang dapat membantu jalannya semua operasi penerbangan, baik itu keberangkatan (departure) maupun kedatangan (arrival).

Dalam hal ini ground handling berperan sangat penting dalam sebuah maskapai penerbangan, karena ground handling ini juga sudah seperti sarana dan prasarana sebuah maskapai penerbangannya. Dan kalau tidak ada ground handling, operasional di airlines ini pasti akan terbengkalai. Tidak mungkin sebuah airlines harus membuka cabang untuk menangani operasionalnya di setiap airlines tersebut melakukan transit. Dan apabila maskapai penerbangan itu harus menyediakan pasti akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Mengingat pentingnya ground handling ini maka PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan ground handling sendiri untuk keperluan perusahan sendiri, mengingat kebutuhan akan pelayanan yang professional dan tuntutan hasil kerja yang optimal dan tanpa mengabaikan tuntutan keselamatan (safety), kehandalan (reliability), ketepatan waktu (punctually) dan kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) maka PT Garuda Indonesia mempertimbangkan untuk menyerahkan kegiatan ground handling untuk semua pesawat yang dimilikinya dan bisa berkonsentrasi pada operasional pesawat saja . Dari sinilah asal mulanya PT Gapura Angkasa dibentuk, sebagai pelaksana ground handling dan pendukung kegiatan penerbangan di kawasan bandara baik penerbangan domestik maupun internasional.

PT Gapura Angkasa sebagai ground handling memilki jenis-jenis pelayanan salah satunya adalah ramp handling yang merupakan unit untuk memberikan pelayanan di bagian apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo dan mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat stock terhadap pemeliharaan unit load service (ULD) milik airlines. Tujuannya yang ingin dicapai dengan adanya ramp handling ini diantaranya:

  1. Safety (Keselamatan).
  2. Reguler (Teratur).
  3. OTP (On Time Performance).

Salah satu kegiatan dalam ramp handling ini yaitu kegiatan Loading dan Unloading. Loading dan Unloading merupakan kegiatan yang dilakukan di Apron area yaitu kegiatan bongkar muat barang (bagasi, cargo dan lain-lain) dari dan kedalam pesawat. Untuk kegiatan Loading, dilakukan pada saat pre flight artinya kegiatan memuat barang (bagasi, cargo, dan lain-lain) dilakukan sebelum pesawat melakukan penerbangan oleh petugas-petugas ground handling. Adapun kegiatan Unloading biasanya dilakukan pada saat post flight, artinya kegiatan membongkar barang dilakukan setelah pesawat melakukan penerbangan. Tentunya para petugas dibantu dengan peralatan-peralatan canggih yang sering disebut dengan GSE (Ground Support Equipment), yang merupakan peralatan pembantu yang dipersiapkan untuk mendukung kebutuhan pesawat, salah satunya untuk kegiatan loading dan unloading. Contoh peralatannya yaitu, seperti Belt Conveyor Loader (BCL), Cargo Transporter Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) dan lain-lain.

Karena begitu banyaknya peralatan GSE di PT Gapura Angkasa maka dibutuhkan pengontrolan dan perawatan yang baik agar peralatan dapat berfungsi optimal sehingga mendukung kegiatan operasional ground handling. Namun ternyata masih banyak kendala yang terjadi pada peralatan GSE tersebut. Kendala tersebut berupa kerusakan komponen-komponen yang ada di equipment (GSE) tersebut. Berdasarkan data yang di dapat dari Heavy Maintenance Report yang penulis dapatkan di unit GSE, Belt Conveyor Loader (BCL) ini yang memiliki frekuensi kerusakan engine overheat (temperatur melebihi suhu yang diijinkan) lebih besar. Kerusakan yang terjadi pada unit GSE dapat mengakibatkan proses pemindahan bagasi dan cargo ke pesawat menjadi terlambat, pergerakan BCL bisa berhenti tiba-tiba sehingga bisa menyebabkan accident dan incident, biaya perawatan menjadi lebih besar karena adanya pergantian spareparts unit tersebut. Mengingat pentingnya peranan unit GSE BCL ini maka perlu menjaga realibilitas dari alat ini agar bekerja optimal dan tidak menggangu kegiatan penaikan dan penurunan bagasi penumpang maupun cargo. Namun kenyataannya di lapangan, ditemukan bahwa BCL mengalami masalah yang termasuk sering.

Berdasarkan permasalahan di atas dari maka penulis mencoba membahas ruang lingkup yang kecil dalam pendeteksian suhu panas pada mesin. Sehubungan hal tersebut maka pada Skripsi ini penulis mengambil judul " PROTOTYPE DETEKSI SUHU PANAS MESIN DALAM RANGKA MENCEGAH KERUSAKAN MESIN BELT CONVEYOR LOADER (BCL) BERBASIS ARDUINO PADA PT GAPURA ANGKASA "

 

Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan pada bahasan sebelumnya, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi dilapangan untuk mencegah frekuensi kerusakan pada mesin Belt Conveyor Loader (BCL), sehingga equipment dapat berfungsi secara optimal.

Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis mengambil beberapa pokok permasalahan :

  1. Bagaimana meminimalisir tingkat kerusakan mesin pada Belt Conveyor Loader (BCL) ?
  2. Bagaimana menimimalisir biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan mesin pada Belt Conveyor Loader (BCL) ?
  3. Bagaimana mencegah keterlambatan penaikan bagasi atau cargo sehingga kinerja alat dapat ditingkatkan ?

 

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penulisan Skripsi ini dibatasi dengan ruang lingkup penilitian hanya pada input temperature mesin ke dalam Arduino Uno data yang masuk di olah kemudian Arduino meberikan perintah untuk membunyikan buzzer alarm sebagai warning dan memberikan informasi ke unit maintenance dan ke hotline melalui sms gateway untuk menekan tingkat kerusakan engine Belt Conveyor Loader (BCL) terhadap peningkatan kinerja alat GSE PT Gapura Angkasa dalam pelayanan kerusakan pada GSE sehingga kegiatan baggage handling tidak terhambat.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis sebelumnya, maka dapat diuraikan beberapa tujuan diantaranya:

  1. Tujuan Individu
    1. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh nilai Skripsi di STMIK RAHARJA.
    2. Menerapkan ilmu yang penulis dapatkan selama perkuliahan.
    3. Memperbaiki sistem kerja perbaikan alat yang ada di PT GAPURA ANGKASA.
  2. Tujuan Fungsional
    1. Agar kerusakan lebih cepat diinformasikan.
    2. Agar penanganan kerusakan alat lebih maksimal.
    3. Agar system deteksi dapat berjalan secara maksimal.
  3. Tujuan Operasional
    1. Agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar tanpa hambatan.
    2. Agar mekanik dan operator lebih cepat respon pada saat terjadi masalah kerusakan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

  1. Manfaat Individu
    1. Dapat mengembangkan ilmu yang penulis dapatkan selama perkuliahan.
    2. Memberikan kepuasan karena dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi mekanik dan operator.
    3. Memberikan terobosan baru pada tempat perkuliahan penulis di STMIK RAHARJA.
  2. Manfaat Fungsional
    1. Mempermudah dalam pendeteksian kerusakan.
    2. Menambah device yang bisa mengurangi terjadinya engine overheat pada Belt Conveyoy Loader (BCL).
  3. Manfaat Operasional
    1. Dapat menghemat biaya perbaikan alat.
    2. Menghemat waktu dan tenaga perbaikan alat.

 

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

  1. Observasi (Pengamatan)

    Merupakan metode pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

  2. Wawancara

    Merupakan metode Tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( panduan wawancara ) untuk memperoleh keterangan.

  3. Studi Pustaka

    Studi Pustaka adalah suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku- buku referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu dalam menganalisa dan mendesain suatu struktur .

Metode Analisa

  1. Metode Analisa Sistem

    Dalam metode penelitian ini penulis menganalisa system yang sudah ada dengan beberapa pertimbangan, seperti bagaimana cara kerja equipment, system yang ada pada equipment, serta komponen yang membangun system equipment juga kekurangan dari system equipment tersebut dilapangan. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisa SWOT, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), kesempatan (oppurtunities), dan yang menjadi ancaman (threats). Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menggunakan konsep service marketing mix (bauran pemasaran jasa) 7P–Product, Price, Promotion,Place, People, Process, dan Physical Evidence. Dengan menggunakan metode analisa ini maka penelitian ilmiah dapat dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.

  2. Metode Analisa Perancangan Program

    Untuk menganalisa program yang dirancang, penulis menggambarkannya dengan menggunakan bagan alir program ( flowchart program ).

Metode Perancangan

Pada metode pengembangan ini penulis dapat mengetahui perkembangan prototype,testing dan evaluasi konfigurasi sistem yang diusulkan. Metode analisa pengembangan prototype yang digunakan yaitu dengan bagan alir program (flowchart program) dan unified modeling language (UML).

Metode Prototype

Pada metode penulisan skripsi ini metode prototype yang digunakan yaitu metode prototype evolutionary karena metode prototype ini secara terus menerus dikembangkan hingga prototype tersebut memenuhi fungsi dan prosedur yang dibutuhkan oleh device system.

Metode Testing

Pada metode testing ini penulis melakukan uji coba dengan Blacbox terhadap prototype yang telah dibuat agar diketahui apakah prototype sudah berjalan sesuai ketentuan yang diharapkan dan dapat membantu kegiatan operasional.

 

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan SKRIPSI ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar atau umum dan teori-teori khusus yang berkaitan dengan analisa serta permasalahan yang dibahas pada bagian sistem yang sedang berjalan, konsep dasar elisitasi dan literature review.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan, sejarah singkat PT Gapura Angkasa, visi dan misi PT Gapura Angkasa, struktur organisasi dan wewenang serta tanggung jawab, tata laksana sistem yang berjalan, analisa sistem yang berjalan, konfigurasi sistem yang berjalan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif pemecahan masalah, dan user requirement tentang rancangan pada pembuatan alat deteksi suhu mesin Belt Conveyor Loader (BCL).

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian, rancangan sistem usulan, rancangan basis data, flowchart sistem yang diusulkan, rancangan program, rancangan prototype, konfigurasi sistem usulan, testing, evaluasi, implementasi, dan estimasi biaya.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari skripsi dan saran-saran terhadap sistem yang diusulkan dan kesan dalam pembuatan laporan skripsi ini.


 

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

konsep Dasar Belt Conveyor Loader

1. Informasi Umum

Berikut ini beberapa pengertian tentang Belt Conveyor Loader (BCL) yang dijabarkan oleh Weihai Guangtai Airport Equipment Co, Ltd.

Menurut Weihai Guangtai (2011:C-7)[1], This manual is part of document delivered to user, which provides safety check and required data for operator, maintenance person and someone who are interersted in it. Read and obey instructions and suggestions in this manual to ensure safer, more comfortable and more pleasant driving and operation. The standard version of this manual as well as option available at the time of printing has been considered. Instructions for some important parts, please refer to their operation manuals. (E.g. engine).

(Panduan ini merupakan bagian dari dokumen yang dikirim ke pengguna, yang menyediakan pemeriksaan keamanan dan data yang diperlukan untuk operator, pemeliharaan orang dan seseorang yang interersted di dalamnya. Membaca dan mematuhi petunjuk dan saran dalam panduan ini untuk memastikan aman, lebih nyaman dan lebih menyenangkan mengemudi dan operasi. Versi standar dari panduan ini serta pilihan yang tersedia pada saat pencetakan telah dipertimbangkan. Petunjuk untuk beberapa bagian penting, silakan lihat manual operasi mereka.(Div. engine)).

2. Pengenalan Alat

Menurut Weihai Guangtai (2011:C-7)[1], WGJS70 Belt loader is a type of common belt loader, which features self-made chassis, static hydraulic transmission, hydraulik steering and rear axle driving. It can be used to load/unload luggage, small cargoes and postal matter to/from aircraft, and also can be used to transfer cargoes for trucks between one point and the other point with the same or different height.

(WGJS70 Belt loader adalah jenis umum loader belt, yang menampilkan chassis buatan sendiri, transmisi hydraulik statis, hydraulik kemudi dan belakang poros mengemudi. Hal ini dapat digunakan untuk memuat / membongkar bagasi, kargo kecil dan materi pos ke / dari pesawat, dan juga dapat digunakan untuk mentransfer kargo untuk truk antara satu titik dan titik lainnya dengan ketinggian yang sama atau berbeda).

3. Struktur

Menurut Weihai Guangtai (2011:C-7)[1], WGJS70 belt loader mainly consists of conveyor belt and bracket, front/rear lifting device, chassis frame, cabin, hydraulik system, engine assembly, driving brake system, electrical system and front/rear axle etc. Refer to figure C - 1 and figure C - 2.

(WGJS70 belt loader terutama terdiri dari conveyor belt dan braket, depan / belakang perangkat mengangkat, frame chassis,kabin, sistem hydraulik, perakitan mesin, mengemudi sistem rem, sistem listrik dan depan / belakang poros dan lain lain Lihat di C - 1 dan angka C - 2.)


BeltConveyorLoader_zps1885f573.jpg

Sumber : Guangtai Weihai (2011:1)[1]"/>

Gambar 2.1. Belt Conveyor Loader (BCL)

 

Konsep Dasar Sistem

1. Definisi Sistem

Berikut ini beberapa pengertian tentang sistem menurut beberapa ahli yang dijabarkan dibawah ini.

Menurut Tata Sutabri (2012:22)[2], sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus yang terjadi dalam sistem tersebut.

Menurut Jogiyanto dalam bukunya Yakub (2012:1)[3], Menurut Jogiyanto dalam bukunya Yakub, “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk tujuan tertentu”.

Menurut McLeod dalam bukunya Yakub (2012:1)[4],Menurut McLeod dalam bukunya, “Sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan tujuan yang sama untuk mencapai tujuan”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang diatas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Karakteristik Sistem

Menurut Sutabri (2012:20)[5],, sebuah sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Komponen Sistem (Components)
    Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar atau sering disebut “supra sistem”.
  2. Batasan Sistem (Boundary)
    Ruang lingkup sistem yang merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
  3. Lingkungan Luar Sistem (Evinronment)
    Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka akan mengganggu kalangsungan hidup dari sistem tersebut.
  4. Penghubung Sistem (Interface)
    Media yang menghubung sistem dengan subsistem yang lainya disebut penghubung sistem. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
  5. Masukan Sistem (Input)
    Energi yang dimasukan kedalam sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). Contoh, didalam suatu unit sistem komputer, “program” adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
  6. Keluaran Sistem (Output)
    Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain seperti informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsitem lain.
  7. Pengolahan Sistem (Process)
    Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran, contohnya adalah sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
  8. Sasaran Sistem (Objective)
    Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministic. Jika suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.


Gambar21Karakteristiksistem_zpsb3775780.jpg

Sumber : Sutabri (2012:22)[5]

Gambar 2.2. Karakteristik Sistem


3. Klasifikasi Sistem

Menurut Taufiq (2013:8)[6], sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya:

  1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
    Jika dilihat dari bentuknya sistem bisa dibagi menjadi dua yaitu sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipegang atau dilihat secara kasat mata atau lebih sering disebut sebagai prosedur, contohnya dari sistem abstrak adalah prosedur pembayaran keuangan mahasiswa, prosedur belajar mengajar, sistem akademik, sistem diperusahaan, sistem antara manusia dengan Tuhan, dan lain-lain.
    Sistem fisik merupakan sistem yang bisa dilihat dan bisa dipegang oleh panca indera. Contoh dari sistem fisik adalah sistem komputer, sistem transportasi, sistem akuntansi, sistem perguruan tinggi, sistem mesin pada kendaraan bermotor, sistem mesin mobil, sistem mesin-mesin perusahaan.
    Dilihat dari fungsinya, baik sistem abstrak maupun sistem fisik memiliki fungsi yang pentingnya, sistem abstrak berperan penting untuk mengatur proses-proses atau prosedur yang nantinya berguna bagi sistem lain agar dapat berjalan secara optimal sedangkan sistem fisik berperan untuk mengatur proses dari benda-benda atau alat-alat yang bisa digunakan untuk mendukung proses yang ada di dalam organisasi.
  2. Sistem dapat dipastikan dan Sistem tidak dapat dipastikan
    Sistem dapat dipastikan merupakan suatu sistem yang input proses dan outputnya sudah ditentukan sejak awal. Sudah dideskripsikan dengan jelas apa inputannya bagaimana cara prosesnya dan harapan yang menjadi outputnya seperti apa. Sedangkan sistem tidak dapat dipastikan atau sistem probabilistik merupakan sebuah sistem yang belum terdefinisi denganjelas salah satu dari input-proses-output atau ketiganya belum terdefinisi dengan jelas.
  3. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
    Sistem tertutup dan sistem terbuka yang membedakan adalah ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar sistem atau tidak, jika tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar itu bisa disebut dengan sistem tertutup tapi jika ada pengaruh komponen dari luar disebut sistem terbuka.


    Gambar22SistemTertutup_zps474a750d.jpg

    Sumber : Taufiq (2013:9)[6]

    Gambar 2.3. Sistem Tertutup


    Gambar23SistemTerbuka_zpsf499acc3.jpg

    Sumber : Taufiq (2013:9)[6]

    Gambar 2.4. Sistem Terbuka


  4. Sistem Manusia dan Sistem Mesin
    Sistem manusia dan sistem mesin merupakan sebuah klasifikasi sistem jika dipandang dari pelakunya. Pada zaman yang semakin global dan semuanya serba maju ini tidak semua sistem dikerjakan oleh manusia tapi beberapa sistem dikerjakan oleh mesin tergantung dari kebutuhannya.
    Sistem manusia adalah suatu sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh manusia sebagai contoh pelaku sistem organisasi,sistem akademik yang masih manual, transaksi jual beli di pasar tradisional, dll. Adapun sistem mesin merupakan sebuah sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh mesin, sebagai contoh sistem motor, mobil, mesin industri, dan lain-lain.
  5. Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
    Sistem dilihat dari tingkat kekomplekan masalahnya dibagi menjadi dua yaitu sistem sederhana dan sistem kompleks. Sistem sederhana merupakan sistem yang sedikit subsistemnya dan komponen-komponennya pun sedikit. Adapun sistem kompleks adalah sistem yang banyak sub-sub sistemnya sehingga proses dari sistem itu sangat rumit.
  6. Sistem Bisa Beradaptasi dan Sistem Tidak Bisa Beradaptasi
    Sistem yang bisa berdaptasi terhadap lingkungannya merupakan sebuah sistem yang mampu bertahan dengan adanya perubahan lingkungan. Sedangkan sistem yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan merupakan sebuah sistem yang tidak mampu bertahan jika terjadi perubahan lingkungan.
  7. Sistem Buatan Allah/Alam dan Sistem Buatan Manusia
    Sistem buatan Allah merupakan sebuah sistem yang sudah cukup sempurna dan tidak ada kekuranganya sedikitpun dari sistem ini,misalnya sistem tata surya, sistem pencernaan manusia, dan lain-lain. Sedangkan sistem buatan manusia merupakan sebuah sistem yang telah dikembangkan oleh manusia itu sendiri, sistem ini bisa dirubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hidup. Sistem buatan manusia secara umum bisa disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhannya berubah maka sistem yang sudah ada tadi juga bisa berubah.
  8. Sistem Sementara dan Sistem Selamanya
    Sistem sementara dan sistem selamanya merupakan klasifikasi sistem jika dilihat dari pemakaiannya. Sistem sementara merupakan sebuah sistem yang dibangun dan digunakan untuk waktu sementara waktu sebagai contoh sistem pemilihan presiden, setelah proses pemilihan presiden sudah tidak dipakai lagi dan untuk pemilihan lima tahun mendatang kemungkinan sudah dibuat sistem pemilihan presiden yang baru. Sedangkan sistem selamanya merupakan sistem yang dipakai untuk jangka panjang atau digunakan selamanya, misalnya sistem pencernaan.

4. Tujuan Sistem

Menurut Taufiq (2013:5)[6], tujuan sistem merupakan sasaran atau hasil yang diinginkan. Manusia, tumbuhan, hewan, organisasi, lembaga dan lain sebagainya pasti memiliki tujuan yang bermanfaat minimal bagi dia sendiri atau bagi lingkungannya.

Tujuan sangatlah penting karena tanpa tujuan yang jelas segala sesuatu pasti akan hancur dan berantakan tapi dengan tujuan yang jelas akan lebih besar kemungkinan akan tercapai sasarannya.

Begitu juga sistem yang baik adalah sistem yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur yang memungkinkan untuk dicapai dan memiliki langkah-langkah yang terstuktur untuk mencapainya. Dengan tujuan yang jelas dan terukur serta menggunkan langkah-langkah terstruktur kemungkinan besar sistem itu akan tercapai tujuannya sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuannya.

5. Daur Hidup Sistem

Menurut Sutabri (2012:27)[5], Siklus Hidup Sistem adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer.
Fase atau tahapan dari daur hidup suatu sistem:

  1. Mengenali adanya kebutuhan
    Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan yang harus dapat dikenali. Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil pengembangan dari organisasi dan volume yang meningkat melebihi kapasitas dari sistem yang ada. Suatu kebutuhan ini harus dapat didefinisikan dengan jelas. Tanpa adanya kejelasan dari kebutuhan yang ada, pembangunan sistem akan kehilangan arah dan efektifitasnya.
  2. Pembangunan sistem
    Suatu proses atau perangkat prosedur yang harus diikuti untuk menganalisa kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
  3. Pemasangan sistem
    Setalah tahap pembangunan sistem selesai,sistem akan dioperasikan. Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting dalam daur hidup sistem. Didalam peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional terjadi pemasangan sistem yan sebenarnya yang merupakan langkah akhir dari suatu pembangunan sistem.
  4. Pengoperasian sistem
    Program-program komputer dan prosedur-prosedur pengoperasian yang membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, sedangkan organisasi ditunjang oleh sistem informasi tadi. Ia selalu mengalami perubahan-perubahan itu karena pertumbuhan kegiatan bisnis, perubahan peraturan, dan kebijaksanaan ataupun kemajuan teknologi. Untuk perubahan-perubahan tersebut, sistem harus diperbaiki atau diperbaharui.
  5. Sistem menjadi usang
    Kadang perubahan yang terjadi begitu drastis sehingga tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sistem yang berjalan. Tibalah saatnya secara ekonomis dan teknik sistem yang ada sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu dibangun untuk menggantikannya.


Gambar24Daurhidupsistem_zps7c8f252b.jpg

Sumber : Sutabri (2012:29)[5]

Gambar 2.5. Daur Hidup Sistem

 

Konsep Dasar Data

1. Definisi Data

Menurut Sutabri (2012:1)[5], “Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata”.

Menurut Taufiq (2013:13)[6], “Data adalah sesuatu yang diberikan untuk kemudian diolah”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi yang menunjukkan fakta.

2. Klasifikasi Data

Menurut Sutabri (2012:3)[5], data dapat diklasifikasikan menurut jenis, sifat dan sumber:

  1. Klasifikasi data menurut jenis data:
    1. Data Hitung (enumeration/counting data)
      Data hitung adalah hasil perhitungan atau jumlah tertentu.
    2. Data Ukur (measurement data)
      Data ukur adalah data yang menunjukkan ukuran mengenai nilai sesuatu.
  2. Klasifikasi data menurut sifat data:
    1. Data Kuantitatif (quantitative data)
      Data kuantitatif adalah data mengenai penggolongan dalam hubungannya dengan penjumlahan.
    2. Data Kualitatif (qualitative data)
      Data kualitatif adalah data mengenai penggolongan dalam hubungannya dengan kualitas atau sifat sesuatu.
  3. Klasifikasi data menurut sumber data:
    1. Data Internal (internal data)
      Data internal adalah data yang asli, artinya data sebagai hasil observasi yang dlakukan sendiri, bukan data hasil karya orang lain.
    2. Data Eksternal (external data)
      Data eksternal adalah data hasil observasi orang lain. Seseorang boleh saja mengunakan data untuk suatu keperluan, meskipun data tersebut hasil kerja orang lain. Data eksternal ini terdiri dari 2 jenis yaitu:

    a. Data Eksternal Primer (primary external data)

    Data eksternal primer adalah data dalam bentuk ucapan lisan atau tulisan dari pemiliknya sendiri, yakni orang yang melakukan observasi sendiri.

    b. Data Eksternal Sekunder (secondary external data).

    Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari orang lain yang melakukan observasi melainkan melalui seseorang atau sejumlah orang lain.

3. Pengolahan Data

Data merupakan bahan mentah untuk diolah yang hasilnya kemudian menjadi informasi. Dengan kata lain, data yang telah diperoleh harus diukur dan dinilai baik dan buruk, berguna atau tidak dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Pengolahan data terdiri dari kegiatan-kegiatan penyimpanan data dan penanganan data. Menurut Sutabri (2012:6), pengolahan data dapat diuraikan seperti dibawah ini, yaitu:

  1. Penyimpanan Data (Data Storage)
    Penyimpanan data meliputi pekerjaan pengumpulan (filing), pencarian (searching), dan pemeliharaan (maintenance). Data disimpan dalam suatu tempat yang lazim dinamakan “file”. File dapat berbentuk map, ordner, disket, tape, hard disk, dan lain sebagainya. Sebelum disimpan, suatu dta diberi kode menurut jenis kepentingannya. Peraturan dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah mencarinya. Pengkodean memegang peranan penting. Kode yang salah akan mengakibatkan data yang masuk ke dalam file juga salah yang selanjutnya akan mengakibatkan kesulitan dalam mencari data tersebut apabila diperlukan. Jadi, file diartikan sebagai suatu susunan data yang terbnetuk dari sejumlah catatan (record) yang berhubungan satu sama lain (sejenis) mengenai suatu bidang dalam suatu unit usaha.Sistem yang umumnya dalam penyimpanan data (filing) ialah berdasarkan lembaga, perorangan, produksi, atau lain-lainnya, tergantung dari sifat organisasi yang bersangkutan. Kadang-kadang dijumpai kesulitan apabila menghadapi suatu data dalam bentuk surat, misalnya yang menyangkut ketiga klasifikasi tadi. Metode yang terbaik adalah referensi silang (cross reference) antara file yang satu dengan file yang lain. Untuk memperoleh kemudahan dalam pencarian data (searching) di dalam file maka file dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
    1. File Induk (Master File)
      File induk ini berisi data-data permanen yang biasanya hanya dibentuk satu kali saja dan kemudian digunakan untuk pengolahan data selanjutnya.
    2. File Transaksi (Detail File)
      File transaksi berisi data-data temporer untuk suatu periode atau untuk suatu bidang kegiatan atau suatu periode yang dihubungkan dengan suatu bidang kegiatan.

    Pemeliharaan file (file maintenance) juga meliputi “peremajaan data” (data updating), yaitu kegiatan menambah catatan baru pada suatu data, mengadakan perbaikan,dan lain sebagainya. Misalnya, dalam hubungan dengan file kepegawaian, sudah tentu sebuah organisasi, entah itu perusahaan atau jawatan, akan menambah pegawainya. Ini berarti ada tambahan data baru mengenai pegawai. Sementara itu, ada pula pegawai yang pensiun atau berhenti bekerja sehingga putus hubungan dengan organisasi. Dengan demikian, data mengenai pegawai yang bersangkutan akan dikeluarkan dari file tersebut. Tidak jarang pula harus dilakukan perubahan terhadap data seorang pegawai, misalnya kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, menikah, pindah alamat, dan lain sebagainya.

  2. Penanganan Data (Data Handling)
    Penanganan data meliputi berbagai kegiatan seperti: pemeriksaan, perbandingan, pemilihan, peringkasan, dan penggunaan. Pemeriksaan data mencakup pengecekan data yang muncul pada berbagai daftar yang berkaitan atau yang datang dari berbagai sumber, untuk mengetahui berbagai sumber dan untuk mengetahui perbedaan atau ketidaksesuaian, pemeriksaan ini dilakukan dengan kegiatan pemeliharaan file (file maintenance).Pemilihan (sorting) dalam rangka kegiatan penanganan data mencakup peraturan ke dalam suatu urutan yang teratur, misalnya daftar pegawai menurut pangkatnya, dari pangkat yang tertinggi sampai terendah atau daftar pelanggan dengan menyusun namanya menurut abjad dan lain sebagainya. Peringkasan merupakan kegiatan lain dalam penanganan data. Ini mencakup keterangan pilihan, misalnya daftar pegawai yang telah mengabdikan dirinya kepada organisasi atau perusahaan lebih dari 10 tahun atau daftar pelanggan yang memesan beberapa hasil produksi sekaligus dan lain-lain.Pengguna data (data manipulation) merupakan kegiatan untuk menghasilkan informasi. Kegiatan ini meliputi komplikasi tabel-tabel, statistik, ramalan mengenai perkembangan, dan lain sebagainya. Tujuan manipulasi ini adalah menyajikan informasi yang memadai mengenai apa yang terjadi pada waktu yang lampau guna menunjang manajemen, terutama membantu menyelidiki alternatif kegiatan mendatang. Jadi, hasil pengolahan data itu merupakan data untuk disimpan bagi pengunaan di waktu yang akan datang, yakni informasi yang akan disampaikan kepada yang memerlukan atau mengambil keputusan mengenai suatu hal.

 

Konsep Dasar Informasi

1. Definisi Informasi

Menurut Darmawan (2012:2)[7], “Informasi adalah sejumlah data yang sudah diolah atau proses melalui prosedur pengolahan data dalam rangka menguji tingkat kebenarannya, keterpakaiannya sesuai dengan kebutuhan”.

Menurut Taufiq (2012:72) [6], “Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan informasi adalah data yang sudah diolah untuk menguji kebenarannya sehingga bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan.

2. Klasifikasi Informasi

Menurut Sutabri (2012:34)[5], informasi dalam menejemen diklasifikasikan sebagai berikut:

  1. Informasi Berdasarkan Persyaratan
    Suatu informasi harus memenuhi persyaratan sebagaimana dibutuhkan oleh seorang manajer dalam rangka pengambilan keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan itu informasi dalam manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:
    1. Informasi yang tepat waktu
      Sebuah informasi yang tiba pada manajer sebelum suatu keputusan diambil sebab seperti telah diterangkan dimuka, informasi adalah bahan pengambilan keputusan.
    2. Informasi yang relevan
      Sebuah informasi yang disampaikan oleh seorang menajer kepada bawahannya harus relevan, yakni ada kaitannya dengan kepentingan pihak penerima sehingga informasi tersebut akan mendapatkan perhatian.
    3. Informasi yang bernilai
      Informasi yang berharga untuk suatu pengambilan keputusan.
    4. Informasi yang dapat dipercaya
      Suatu informasi harus dapat dipercaya dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra organisasi, terlebih bagi organisasi dalam bentuk perusahaan yang bergerak dalam persaingan bisnis.
  2. Informasi Berdasarkan Dimensi Waktu
    Informasi berdasarkan dimensi waktu ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
    1. Informasi masa lalu
      Informasi jenis ini adalah mengenai peristiwa masa lampau yang meskipun amat jarang digunakan, namun penyimpanannya pada data strorage perlu disusun secara rapih dan teratur.
    2. Informasi masa kini
      Dari sifatnya sendiri sudah jelas bahwa makna dari informasi masa kini ialah informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang.
  3. Informasi Berdasarkan Sasaran
    Informasi berdasarkan sasaran adalah informasi yang ditunjukkan kepada seorang atau kelompok orang, baik yang terdapat di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Informasi jenis ini diklasifikasikan sebagai berikut:
    1. Informasi individual
      Informasi yang ditunjukkan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijaksanaan (policy maker) dan pengambil keputusan (decision maker) atau kepada seseorang yang diharapkan dari padanya tanggapan terhadap informasi yang diperolehnya.
    2. Informasi komunitas
      Informasi yang ditunjukkan kepada khalayak di luar organisasi, suatu kelompok tertentu dimasyarakat.

3. Nilai dan Kualitas Informasi

Menurut Sutabri (2012:37)[5], nilai informasi ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaat lebih efektif disbanding dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah tertentu dengan biaya untuk memperolehnya karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam perusahaan.

Lebih lanjut, sebagian informasi tidak dapat persis ditafsir keuntungannya dengan sesuatu nilai uang, tetapi dapat ditafsir nilai efekifitasnya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectivess atau cost benefit. Nilai informasi ini didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

  1. Mudah diperoleh
    Sifat ini menunjukkan informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Kecepatan memperoleh dapat diukur, misalnya 1 menit versus 24 jam. Akan tetapi, beberapa nilainya bagi pemakai informasi sulit mengukurnya.
  2. Luas dan Lengkap
    Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifat ini sangat kabur, Karena itu sulit mengukurnya.
  3. Ketelitian
    Sifat ini menunjukkan minimnya kesalahan dan informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar biasanya terjadi dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
  4. Kecocokan
    Sifat ini menunjukkan seberapa baik keluaran informasi dalam hubungan dengan permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang sedang dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna tetapi mahal mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
  5. Ketepatan Waktu
    Menunjukkan tak ada keterlambatan jika ada seseorang yang ingin mendapatkan informasi. Masukkan, pengolahan, dan pelaporan keluaran kepada pemakai biasanya tepat waktu. Dalam beberapa hal, ketepatan waktu dapat diukur, misalnya berapa banyak penjualan dapat ditamabah dengan memberikan tanggapan segera kepada permintaan langganan mengenai tersedianya barag-barang inventaris.
  6. Kejelasan
    Sifat ini menunjukkan keluaran informasi yang bebas dari istilah-istilah yang tidak jelas. Memberikan laporan dapat memakan biaya yang besar. Bebrapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki laporan tersebut.
  7. Keluwesan
    Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya dengan beberapa keputusan, tetapi juga dengan beberapa pengambil keputusan. Sifat ini sulit diukur, tetapi dalam banayk hal dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
  8. Dapat dibuktikan
    Sifat ini menunjukkan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
  9. Tidak ada prasangka
    Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
  10. Dapat diukur
    Sifat ini menunjukkan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal. Meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya sering dianggap informasi, hal-hal tersebut berada di luar lingkup pembicaraan kita.

Menurut Sutabri (2012:41)[5], kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal, yaitu:

  1. Akurat (Accurate)
    Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena biasanya dari sumber informasi sampai penerima informasi ada kemungkinan terjadi gangguan (noise) yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut.
  2. Tepat Waktu (Timeline)
    Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat maka dapat berakibat fatal bagi organisasi. Dewasa ini, mahalnya informasi disebabkan karena harus cepatnya informasi tersebut dikirim atau didapat sehingga diperlukan teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah, dan mengirimkan.
  3. Relevan (Relevance)
    Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk orang suatu dengan yang lain berbeda, misalnya informasi sebab musibah kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan apabila ditunjukan kepada ahli teknik perusahaan. Sebaliknya, informasi menenai harga pokok produksi untuk ahli teknik merupakan informasi yang kurang relevan, tetapi akan sangat relevan untuk seorang akuntan perusahaan.

4. Komponen-komponen Informasi

Menurut Darmawan (2012:5)[7], sebuah informasi bisa bermanfaat, bisa memberikan pemahaman bagi orang yang menggunakannya, jika informasi tersebut memenuhi atau mengandung salah satu komponen dasarnya. Jika di analisis berdasarkan pendekatan information system, pada dasarnya ada sekitar 6 (enam) komponen. Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Root of Information, yaitu komponen akar bagian dari informasi yang berada pada tahap awal keluaran sebagai proses pengolahan data. Misalnya yang termasuk ke dalam komponen awal ini adalah informasi yang disampaikan pleh pihak pertama.
  2. Bar of Information, merupakan komponen batangnya dalam suatu informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dan memerlukan informasi lain sebagai pendukung sehingga informasi awal tadi bisa dipahami. Contohnya jika anda membaca headline dalam sebuah surat kabar, maka untuk memahami lebih jauh tentunya harus membaca informasi selanjutnya, sehingga maksud dari informasi yang ada pada headline tadi bisa dipahami secara utuh.
  3. Branch of Information, yaitu komponen informasi yang bisa dipahami jika informasi sebelumnya telah dipahami. Sebagai contoh adalah informasi yang merupakan penjelasan keyword yang telah ditulis sebelumnya, atau dalam ilmu eksakta seperti matematika bentuknya adalah hasil dari sebuah uraian langkah penyelesaian soal dengan rumus-rumus yang panjang, misalnya dapat berupa petunjuk lanjutan dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu.
  4. Stick of Information, yaitu komponen informasi yang lebih sederhana dari cabang informasi, biasanya informasi ini merupakan informasi pengayaan pengetahuan. Kedudukannya bersifat pelengkap (supplement) terhadap informasi lain. Misalnya informasi yang muncul ketika seseorang telah mampu mengambil kebijakan/keputusan menyelesaikan suatu proses kegiatan, maka untuk menyempurnakannya ia memperoleh informasi-informasi pengembangan dari keterampilan yang sudah ia miliki tersebut.
  5. Bud of Information, yaitu komponen informasi yang sifatnya semi mikro, tetapi keberadaannya sangat penting sehingga di masa yang akan datang dalam jangka waktu yang akan datang informasi ini akan berkembang dan dicari, serta ditunggu oleh pengguna informasi sesuain kebutuhannya. Misalnya yang termasuk ke dalam informasi ini adalah informasi tentang masa depan, misalnya bakat dan minat, cikal bakal, prestasi seseorang, harapan-harapan yang positif dari seseorang dan lingkungan.
  6. Leaf of Information, yaitu komponen informasi yang merupakan informasi pelindung, dan lebih mampu menjelaskan kondisi dan situasi ketika sebuah informasi itu muncul. Biasanya informasi ini berhubungan dengan informasi mengenai kebutuhan pokok, informasi yang mejelaskan cuaca, musim, yang mana kehadirannya sudah pasti muncul.

 

Konsep Sistem Informasi

1. Definisi Sistem Informasi

Menurut Taufiq (2013:17)[6], “Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan cara mengolah data dengan alat yang namanya komputer sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna”.

Menurut Sutabri (2012:46)[5], “Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolah transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan untuk mengolah data sehingga memiliki nilai tambah untuk membantu manajer dalam mengambilan keputusan.

2. Komponen Sistem Informasi

Menurut Sutabri (2012:47)[5], sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut blok bangunan (building block), yang terdiri dari:

  1. Blok masukan (input block)
    Input mewakili data yang masuk kedalan sistem informasi. Input yang dimaksud adalah metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
  2. Blok model (model block)
    Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan dibasis data, dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
  3. Blok keluaran (output block)
    Produk dari sistem informasi adalah keluarab yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
  4. Blok teknologi (technology block)
    Teknologi merupakan tool box dengan sistem informasi. Teknologi yang digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware).
  5. Blok basis data (database block)
    Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain, tersimpan diperangkat keras komputer dan menggunakan pernagkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih kanjut. Data didalan basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System)
  6. Blok kendali (control block)
    Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, ketidakefisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

 

Konsep Dasar Analisa Sistem

1. Definisi Perancangan Analisa Sistem

Menurut Taufiq (2013:156)[6], “Analisis Sistem adalah suatu kegiatan mempelajari sistem (baik sistem manual ataupun sistem yang sudah komputerisasi) secara keseluruhan mulai dari menganalisa sistem, analisa masalah, desain logic, dan memberikan keputusan dari hasil analisa tersebut”.

Menurut Rosa (2013:18)[8], “Analisis Sistem adalah kegiatan untuk melihat sistem yang sudah berjalan, melihat bagian mana yang bagus dan tidak bagus, dan kemudian mendokumentasikan kebutuhan yang akan dipenuhi dalam sistem yang baru”.

Menurut Henderi (2011:322)[9], “Analisa sistem adalah penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat dibuat rancangan sistem yang baru yang sesuai dengan kebutuhan”.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan analisis sistem adalah suatu kegiatan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang terjadi agar kebutuhan dapat dipenuhi dalam sistem baru.

2. Langkah-langkah Analisa Sistem

Menurut Taufiq (2013:159)[6], untuk melakukan analisis sistem, supaya hasil analisis bisa maksimal maka langkah-langkah yang dilakukan juga harus terstruktur agar tidak tumpang tindih antara hasil analisa yang satu dengan hasil analisa yang lain. Atau dengan tujuan hasil analisa sistem yang dilakukan bisa dikelompokkan sesuai dengan langkah yang dilakukan sehingga mudah untuk dipelajari atau dikembangkan lagi ke dalam rancang bangun sistem informasi.

Beberapa urutan langkah yang bisa digunakan dalam analisa sistem Menurut Whitten L. Jeffery (2004) yang dijelaskan pada gambar dibawah ini:


Gambar25LangkahAnalisisSistem_zpsfc48c857.jpg

Sumber : Taufiq (2013:160)[6]

Gambar 2.6. Langkah Analisis Sistem


  1. Definisi Lingkup
    Definisi lingkup (scope definition) adalah langkah pertama proses pengembangan sistem. Dalam metodologi-metodologi lain hal ini mungkin disebut (preliminary investigation phase), fase studi awal (initial study phase), fase survey (survey phase), atau fase perencanaan (planning phase), komunikasi communication) atau inisiasi proyek atau pengumpulan kebutuhan.
  2. Analisis Masalah
    Analisis masalah menyediakan analisis dengan pemahaman, kesempatan dan atau perintah lebih mendalam yang memicu proyek. Analisa masalah menjawab pertanyaan, “Apakah masalah-masalah tersebut layak untuk dipecahkan!” dan “Apakah sistem yang baru layak untuk dibangun?”. Dalam metodologi lain langkah analisis masalah mungkin dikenal sebagai langkah studi, studi sistem saat ini, langkah penyelidikan terinci, atau langkah analisis kelayakan.
    Tujuan analisis masalah adalah mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya.
  3. Analisis Persyaratan
    Beberapa analisis yang kurang pengalaman membuat kesalahan yang fatal sesudah melalui langkah analisis masalah. Godaan pada titik ini adalah mulai melihat berbagai solusi alternative, khususnya solusi teknis. Salah satu kesalahan yang kerap terjadi di dalam sistem informasi terbaru ditunjukkan dalam pernyataan, “Memastikan sistem bekerja dan secara teknis mengesankan, tapi ia harus tidak melakukan apa yang kita inginkan untuk dilakukan oleh sistem.” Langkah analisis persyaratan menentukan persyaratan bisnis bagi sitem yang baru.
  4. Desain Logic
    Tidak semua proyek mencakup pengembangna model-driven, tapi kebanyakan masukkan beberapa pemodelan sistem. Desain logic lebih lanjut mendokumentasikan persyaratan bisnis dengan menggunakan model-model sistem yang menggambarkan struktur data, proses bisnis, aliran data dan antarmuka pengguna. Dalam hal tertentu, desain logic mensahkan persyaratan yang dibuat pada langkah sebelumnya.
  5. Analisa Kebutuhan
    Dengan adanya persyaratan bisnis, maka kita akhirnya dapat menekankan bagaimana sistem baru termasuk altenatif-alternatif berbasis komputer dapat diimplementasikan dengan teknologi. Maksud dari analisa keputusan adalah unutk mengenali solusi kandidat, menganalisa solusi kandidat tersebut dan merekomendasi sebuah sistem target yang akan dirancang, dibangun dan diimplementasikan. Peluang muncul saat ada seseorang yang telah mendapatkan sebuah visi terhadap solusi teknik. Tetapi hamper selalu ada solusi alternatif yang mungkin merupakan solusi yang lebih baik. Selama analisis keputusan memang penting untuk mengenali berbagai pilihan, menganalisa beberapa pilihan tersebut dan menjual solusi terbaik berdasarkan analisis tersebut.

 

Konsep Dasar Perancangan Sistem

1. Definisi Perancangan Sistem

Menurut Verzello/John Reuter III dalam Darmawan (2013:227)[10], “Perancangan Sistem adalah tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem: pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi: “menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk”.

Menurut Al-Jufri (2011:141)[11], “Rancangan Sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan perancangan sistem adalah suatu tahapan perencanaan untuk membentuk suatu sistem agar dapat berfungsi.

2. Tujuan Perancangan Sistem

Menurut Darmawan (2013:228)[10], Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:

  1. Untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem.
  2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap pada pemograman komputer dan ahli-ahli teknik yang terlihat (lebih condong pada disain sistem yang terperinci).

Menurut Sutabri (2012:225)[5], tahap rancangan sistem dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu rancangan sistem secara umum dan rinci. Adapun tujuan utama dari tahap rancangan sistem ini adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan evaluasi serta merumuskan pelayanan sistem yang baru secara rinci dan menyeluruh dari masing-masing bentuk informasi yang akan dihasilkan.
  2. Mempelajari dan mengumpulkan data untuk disusun menjadi sebuah struktur data yang teratur sesuai dengan sistem yang akan dibuat yang dapat memberikan kemudahan dalam pemrograman sistem serta keluwesan atau fleksibilitas keluaran informasi yang dihasilkan.
  3. Penyusunan perangkat lunak sistem yang akan berfungsi sebagai sarana pengolahan data dan sekaligus penyaji informasi yang dibutuhkan.
  4. Menyusun kriteria tampilan informasi yang akan dihasilkan secara keseluruhan sehingga dapat memudahkan dalam hal pengindentifikasian, analisis, dan evaluasi terhadap aspek-aspek yang ada dalam permasalahan sistem yang lama.
  5. Penyusunan buku pedoman (manual) tentang pengoperasian perangkat lunak sistem yang akan dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan serta penerapan sistem sehingga sistem tersebut dapat dioperasikan oleh organisasi atau instansi yang bersangkutan.

3. Tahap-tahap Perancangan Sistem

Menurut Al Jufri (2011:141)[11], Langkah-langkah tahap rancangan yaitu:

  1. Menyiapkan Rancangan Sistem Yang Terinci
    Analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru denagan alat-alat yang dijelaskan dengan modul teknis. Bebrapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top down, dimulai dengan gambaran besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top down ini merupakan ciri rancangan terstruktur (structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem. Alat-alat dokumentasi yang popular yaitu:
    1. Diagram arus data (data flow diagram)
    2. Diagram hubungan entitas (entity relathionship diagram)
    3. Kamus data (Data dictionary)
    4. Flowchart
    5. Model hubungan objek
    6. Spesifikasi kelas
  2. Mengidentifikasi Berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
    Analis mengidentifikasi konfigurasi, bukan merek atau model peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan.
  3. Mengidentifikasi Berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
    Analis mengidentifikasi konfigurasi, bukan merek atau model peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan.
  4. Mengevaluasi berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
    Analis bekerjasama dengan manager mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.
  5. Memilih Konfigurasi Terbaik
    Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan mnyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai analis membuat rekomendasi kepada manager untuk disetujui. Bila manager menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan selanjutnya dilakukan oleh MIS.
  6. Menyiapkan Usulan Penerapan
    Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation proposal) yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerpan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biayanya.
  7. Menyetujui atau Menolak Penerapan Sistem
    Keputuasan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang terlibat. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui.


Gambar26Diagram_zps62d1a27f.jpg

Sumber : Al-Jufri (2011:141)[11]

Gambar 2.7. Diagram Tahap Perancangan

 

konsep Dasar Analisa SWOT

1. Definisi Analisa SWOT

Menurut Hendro (2011:289)[12], “Analisa SWOT adalah analisis masalah terhadap kegiatan penting yang sama pentingnya dengan proses pengambilan keputusan itu sendiri”.

Menurut Fahmi (2013:252)[13], “SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman), dimana SWOT ini dijadikan sebagai suatu model dalam menganalisis suatu organisasi yang berorientasi profit dengan tujuan utama untuk mengetahui keadaan organisasi tersebut secara lebih komprehensif.”.


Gambar27Peluang2_zpsf8c404e9.jpg

Sumber : Fahmi (2013:252)[13]

Gambar 2.8. Mengidentifikasi Peluang-peluang Organisasi


Menurut Gasperz (2012:34)[14], “Analisis SWOT merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi:

    1. Kekuatan-kekuatan (strengths),
    2. Kelemahan-kelemahan (weaknesses),
    3. Kesempatan-kesempatan (opportunities), dan
    4. Ancaman-ancaman (threats),

Dalam suatu proyek, program, atau unit-unit organisasi.

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, dimana aplikasinya adalah:

    1. Bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) yang ada dapat dipergunakan untuk menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada?
    2. Bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang ada agar meningkatkan atau menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada?
    3. Selanjutnya bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) mampu menghadapi atau menangkal ancaman-ancaman (threats) yang ada?
    4. Dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang mampu menghindarkan dari ancaman (threats) yang mungkin terjadi?

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan, analisa SWOT adalah analisis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, ancaman dalam setiap organisasi.

2. Tujuan Penerapan SWOT diperusahaan

Menurut Fahmi (2013:254)[13], “penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan untuk memberikan suatu panduan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan analisa SWOT tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai bandingan pikir dari berbagai sudut pandang, baik dari segi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang mungkin bisa terjadi di masa-masa yang akan datang.

3. Penerapan Analisa SWOT

Menurut Hendro (2011:291)[12],"Analisa digunakan dalam:

    1. Memasuki sebuah industri baru.
    2. Memutuskan untuk meluncurkan produk baru.
    3. Menganalisa posisi perusahaan dalam persaingan saat ini.
    4. Untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan perusahaan.
    5. Membuat keputusan untuk memecahkan masalah yang akan terjadu sehubungan dengan ancaman yang akan datang dan peluang yang bisa diambil.

4. Manfaat Analisa SWOT

Menurut Hendro (2011:289)[12],"Banyak manfaat bila kita melakukan analisa masalah secara swot yaitu Srength, Weakness, Oppurtunity, and Threats sebelum diambil keputusan untuk dibandingkan dengan pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan dan melakukan analisa masalah, Manfaatnya adalah:

    1. Dapat diambil tindakan manajemen yang tepat sesuai dengan kondisi.
    2. Untuk membuat rekomendasi.
    3. Informasi lebih akurat. Untuk mengurangi resiko akibat dilakukannya keputusan yangberkali-kali (double decision).
    4. Menjawab hal yang bersifat intutif atas keputusan yang bersifat emosional.

5. Langkah-langkah Penyusunan SWOT

Menurut Rangkuti (2011:8)[15]"langkah mudah dalam penyusunan SWOT yaitu:

    1. Melakukan proses input untuk menyusun SWOT, tujuannya adalah untuk mengetahui informasi strategi apa saja yang harus dikumpulkan sebelum menyusun SWOT.
    2. Mengembangkan timeline (ketepatan waktu), tujuannya adalah untuk menentukan target berapa lama penyusunan SWOT ini dibutuhkan sampai selesai.
    3. Membentuk teamwork, tujuannya adalah menentukan isu penting yang harus dimiliki oleh setiap anggota dalam teamwork dengan nilai-nilai budaya organisasi yang sesuai dan tepat.
    4. Kuisioner riset SWOT, tujuannya adalah untuk menyusun formulasi strategi berdasarkan foktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman).
    5. Identifikasi penyebab masalah, tujuannya adalah untuk menemukan masalah yang sebenarnya dan tidak terjebak dengan fenomena.
    6. Menentukan tujuan dan sasaran strategis, tujuannya dalah untuk menentukan tujuan strategis berikut sasaran strategis secara tepat, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.
    7. Menyusun isu strategis, formulasi strategis, tema strategis dan pemetaan strategis, tujuannya dalah pengujian apakah isu strategis dan tema strategis yang akan dalam SWOT sudah cukup baik dan mendudkung pencapai visi dan misi peruhaan berdasarkan isu strategis. Pemetaan strategis adalah rencana pemetaan strategis ke dalam kerangka empat strategis perspektif SWOT, sehingga semuanya dapat terintegrasi dalam tujuan dan sasaran strategi yang ingin dicapai perusahaan.
    8. Menentukan ukuran yang dipakai dalam SWOT, tujuannya adalah menentukan ukuran apa dalam SWOT.
    9. Merumuskan strategis initiatives dan menyusunkey performance indicators dalam bentuk tag dan lead indicator. Dalam bagian ini akan dijelaskan juga perbandingan ukuran hasil dengan pemicu kerja
    10. Memberikan bobot dan nilai untuk mengukur kinerja tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi semua persoalan pengukuran kinerja ke dalam bentuk ukuran yang mudah dipahami.
    11. Melakukan cascading SWOT, tujuannya untuk mengukur objectivies (O), cara pengukuran atau measurement (M), cara menentukan target (T), serta cara menentukan program(P) yang menjadi prioritas. Selanjutnya OMPT ini didistribusikan mulai dari tingkat atas, unit bisnis, sampai tingkat individual dalam bentuk kartu individu
    12. Analisa risiko menggunakan key risk indicator, tujuannya adalah untuk mengukur besarnya risiko serta melakukan antisipasi penanggulangannya.
    13. Analisa anggaran dan model keuangan, tujuannya adalah untuk membuat anggaran berbagai program yang sudah di susun sebelumnya berikut perkiraan rasio-rasionya.
    14. Analisis Kasus Corporate Strategy Menggunakan SWOT Pada bagian ini pembaca akan memperoleh contoh penerapan SWOT pada suatu perusahaan, sehingga mendapat gambaran tentang betapa mudah menerapkan SWOT dalam bisnis yang sedang ia jalankan.

 

Konsep Dasar Unified Modeling Languange (UML)

1. Definisi UML

Menurut Nogroho (2011:119)[16], “Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa untuk menspesifikasi, memvisualisasikan, serta mengkontruksi bangunan dasar sistem perangkat lunak, termasuk melibatkan pemodelan aturan-aturan bisnis”.

Menurut Rosa (2013:133)[8], “Unified Modeling Language (UML) adalah salah standar bahasa yang banyak digunakan di dunia industri untuk mengidentifikasi, requirement, membuat analisi & desain, serta menggambarkan arsitektur dalam pemrograman berorientasi objek”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Unified Modeling Language (UML) adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan dalam bahasa pemogramam untuk memvisualisasikan suatu sistem.

2. Tujuan UML

Menurut Yasin (2012:268)[17], tujuan UML diantaranya adalah:

  1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang ekspresif untuk mengembangkan sistem dan yang dapat saling menukar model dengan mudah dan dimengerti secara umum.
  2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa pemograman dan proses rekayasa.
  3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.

3. Tipe-tipe Diagram UML

Menurut Yasin (2012:268)[17], UML terdiri dari banyak diagram, yaitu:

  1. Use Case Diagram
    Use Case Diagram adalah gambar dari beberapa atau seluruh aktor dan use case dengan tujuan mengenali interaksi mereka dalam suatu sistem.
  1. Aktor
    Aktor mewakili siapa pun atau apa saja yang harus berinteraksi dengan sistem. Aktor bisa didefinisikan sebagai berikut:
    1. Aktor hanya memberikan informasi kepada sistem.
    2. Aktor hanya menerima informasi dari sistem.
    3. Aktor memberikan dan menerima informasi ke dan dari sistem.
  2. Use Case
    Use case model adalah dialog antara aktor dengan sistem yang akan menggambarkan fungsi yang diberikan oleh sistem.
    1. Use Case Relationship
      Use case relationship adalah suatu hubungan, baik itu antara aktor dan use case atau antara use case dan use case. Hubungan antara aktor dan use case disebut dengan communicate association.
    2. Association/Directed Association
      Asosiasi yaitu hubungan statis antar elemen. Umumnya menggambarkan elemen yang memiliki atribut berupa elemen lain, atau elemen yang harus mengetahui eksistensi elemen lain. Tanda panah menunjukkan arah query antar elemen.
    3. Generalization/Pewarisan
      Pewarisan merupakan hubungan hierarkis antar elemen. Elemen dapat diturunkan dari elemen lain dan mewarisi semua atribut dan metode elemen asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga disebut anak dari elemen yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.
  3. Activity Diagram
    Activity diagram menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk aktivitas lainnya seperti use case atau interaksi. Activity diagram berupa flow chart yang digunakan untuk memperlihatkan aliran kerja dari sistem. Notasi yang digunakan dalam activity diagram adalah sebagai berikut:
    1. Activity
      Notasi yang menggambarkan pelaksanaan dari beberapa proses dari aliran pekerjaan.
    2. Transition
      Notasi yang digunakan untuk memperlihatkan jalan aliran control dari activity ke activity.
    3. Decision
      Notasi yang menandakan control cabang aliran berdasarkan decision point.
    4. Sychromization Bar
      Aliran kerja notasi ini menandakan bahwa beberapa aktivitas dapat diselesaikan secara bersamaan (pararel).
  4. Sequence Diagram
    Sequence diagram menggambarkan kolaborasi dinamis antara sejumlah objek dan untuk menunjukkan rangkaian pesan yang dikirm antar objek juga interaksi antar objek, sesuatu yang terjadi pada titik tertentu dalam eksekusi sistem. Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan urutan waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram.
    Dalam sequence diagram terdapat 2 model, yaitu:
    1. Actor, untuk menggambarkan pengguna sistem.
    2. Lifeline, untuk menggambarkan kelas dan objek.
  5. Class Diagram
    Class Diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package, dan objek beserta hubungan satu, antara lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class diagram berfungsi untuk menjelaskan tipe dari objek sistem dan hubungannya dengan objek yang lain. Objek adalah nilai tertentu dari setiap attribute kelas entity. Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstarisiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan orientasi objek. Class menggambarkan keadaan (attribute/property) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metode/fungsi).

 

Konsep Dasar Elisitasi

1. Definisi Elisitasi

Menurut Sommerville and Sawyer (1997) dalam Siahaan (2012:66)[18], “Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem, dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.

Menurut Guritno, dan kawan-kawan (2011:302)[19], “Elisitasi merupakan rancangan yang dibuat berdasarkan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan elisitasi adalah suatu rancangan pada sistem baru yang diinginkan pengguna sistem dan pihak yang terkait untuk pengembangan sistem.

2. Tahap-tahap Elisitasi

Menurut Guritno dan kawan-kawan (2011:302)[19] elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

  1. Elisitasi Tahap I
    Elisitasi tahap I, berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.
  2. Elisitasi Tahap II
    Elisitasi tahap II, merupakan hasil pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.
    Berikut penjelasan mengenai Metode MDI:
    1. M pada MDI berarti Mandatory (penting). Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
    2. D pada MDI berarti Desirable. Maksudnya, requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun, jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
    3. I pada MDI berarti Inessential. Maksudnya, requirement tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas, tetapi bagian dari luar sistem.
  3. Elisitasi Tahap III
    Elisitasi tahap III, merupakan hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya, semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu:
    1. T artinya Teknikal, bagaimana tata cara atau teknik pembuatan requirement dalam sistem diusulkan?
    2. O artinya Operasional, bagaimana tata cara penggunaan requirement dalam sistem akan dikembangkan?
    3. E artinya Ekonomi, berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement di dalam sistem?

    Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:

    1. High (H): Sulit untuk dikerjakan, karena teknik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Maka requirement tersebut harus dieleminasi.
    2. Middle (M): Mampu dikerjakan.
    3. Low (L): Mudah dikerjakan.
  4. Final Draft Elisitasi
    Final Draft elisitasi, merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

3. Tujuan Elisitasi Kebutuhan

Menurut Leffingwel (2000) dalam Siahaan (2012:67)[18], elisitasi kebutuhan bertujuan untuk:

  1. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali batasan-batasan sistem (system boundaries).
    Proses-proses dalam pengambangan perangkat lunak sangat ditentukan oleh seberapa dalam dan luas pengetahuan developer akan ranah permasalahan. Setiap ranah permasalahan memiliki ruang lingkup dan batsan-batasan. Batasan-batasan ini mendefinisikan sistem akhir yang dibentuk sesuai dengan lingkungan operasional saat ini. Identifikasi dan persetujuan batasan sistem mempengaruhi proses elisitasi selanjutnya. Identifikasi pemangku kepentingan dan kelas pengguna, tujuan dan tugas, dan skenario serta use case bergantung pada pemilihan batasan.
  2. Mengenali siapa saja pemangku kepentingan.
    Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya, instansiasi dari pemangku kepentingan antara lain adalah konsumen atau klien (yang membayar sistem), pengembang (yang merancang, membangun, dan merawat sistem),dan pengguna (yang beriteraksi dengan sistem untuk mendapatkan hasil pekerjaan mereka). Untuk sistem yang bersifat interaktif, pengguna memegang peran utama dalam proses elisitasi. Secara umum, kelas pengguna tidak bersifat homogen, sehingga bagian dari proses elisitasi adalah menidentifikasi kebutuhan kelas pengguna yang berbeda, seperti pengguna pemula, pengguna ahli, pengguna sesekali, pengguna cacat, dan lain-lain.
  3. Mengenali tujuan dari sistem yaitu sasaran-sasaran yang harus dicapai.
    Tujuan merupakan sasaran sistem yang harus dipenuhi. Penggalian high level goals di awal proses pengembangan sangatlah penting. Penggalian tujuan lebih terfokus pada ranah masalah dan kebutuhan pemangku kepentingan daripada solusi yang dimungkinkan untuk masalah tersebut.

4. Langkah-langkah Elisitasi

Menurut Sommerville and Sawyer (1997) dalam Siahaan (2012:75)[18], berikut ini merupakan langkah-langkah untuk elisitasi kebutuhan:

  1. Identifikasi orang-orang yang akan membantu menentukan kebutuhan dan memahami kebutuhan organisasi mereka. Menilai kelayakan bisnis dan teknis untuk sistem yang diusulkan.
  2. Menentukan lingkungan teknis (misalnya, komputasi arsitektur, sistem operasi, kebutuhan telekomunikasi) ke mana sistem atau produk akan ditempatkan.
  3. Identifikasi ranah permasalahan, yaitu karakteristik lingkungan bisnis yang spesifik ke ranah aplikasi.
  4. Menentukan satu atau lebih metode elisitasi kebutuhan, misalnya wawancara, kelompok focus, dan pertemuan tim.
  5. Meminta partisipasi dari banyak orang sehingga dapat mereduksi dampak dari kebutuhan yang bias yang teridentifikasi dari sudut pandang yang berbeda dari pemangku kepentingan dan mengidentifikasi alasan untuk setiap kebutuhan yang dicatat.
  6. Menidentifikasi kebutuhan yang ambigu dan menyelesaikannya.
  7. Membuat skenario penggunaan untuk membantu pelanggan/pengguna mengidentifikasi kebutuhan utama.

5. Masalah Dalam Elisitasi

Menurut Nuseibeh and Eastbrook (2000) dalam Siahaan (2012:68)[18], tahap elisitasi termasuk tahap yang sulit dalam spesifikasi perangkat lunak. Secara umum kesulitan ini disebabkan tiga masalah, yakni: masalah cakupan (scope), masalahan pemahaman, dan masalah perubahan.

  1. Masalah ruang lingkup
    Pelanggan/pengguna menentukan detail teknis yang tidak perlu sebagai batasan sistem yang mungkin membingungkan dibandingkan dengan menjelaskan tujuan sistem secara keseluruhan.
  2. Masalah pemahaman
    Hal tersebut terjadi ketika pelanggan atau pengguna tidak benar-benar yakin tentang apa yang dibutuhkan oleh sistem, memiliki pemahaman yang sedikit dan tidak memiliki pemahaman penuh terhadap ranah masalah.
  3. Masalah perubahan
    Yaitu perubahan kebutuhan dari waktu ke waktu. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perekayasa sistem (system engineers) harus melakukan kegiatan pengumpulan kebutuhan secara terorganisir.

 

Konsep Dasar Prototype

1. Definisi Prototype

Menurut Simarmata (2010:62)[20], “Prototype adalah bagian dari produk yang mengekspresikan logika maupun fisik antarmuka eksternal yang ditampilkan”.

Menurut Mall (2009:43)[21], “Prototype is a toy implementation of the system”. (Prototype adalah sebuah implementasi tiruan dari sebuah sistem)

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Prototype adalah contoh dari produk atau sistem dalam bentuk sebenarnya yang dapat dirubah sesuai keinginan sebelum direalisasikan.

2. Jenis-jenis Prototype

Jenis-jenis Prototype secara general dibagi menjadi dua, yaitu: Menurut Simarmata (2010:64)[20]

  1. Rapid Throwaway Prototyping
    Pendekatan pengembangan perangkat keras/Iunak ini dipopulerkan Soleh Gomaa dan Scoot (1981) yang saat ini telah digunakan secara luas oleh industri, terutama di dalam pengembangan aplikasi. Pendekatan ini biasanya digunakan dengan item yang berisiko tinggi (high-risk) atau dengan bagian dari sistem yang tidak dimengerti secara keseluruhan oleh para tim pengembang. Pada pendekatan ini, Prototype "quick and dirty" dibangun, diverifikasi oleh kansumen, dan dibuang hingga Prototype yang diinginkan tercapai pada saat proyek berskala besar dimulai.
  2. Prototype Evolusioner
    Pada pendekatan evolusioner, suatu Prototype berdasarkan kebutuhan dan pemahaman secara umum. Prototype kemudian diubah dan dievolusikan daripada dibuang. Prototype yang dibuang biasanya digunakan dengan aspek sistem yang dimengerti secara luas dan dibangun atas kekuatan tim pengembang. Prototype ini juga didasarkan atas kebutuhan prioritas, kadang-kadang diacu sebagai “chunking” pada pengembang aplikasi (Hough, 1993).

3. Kelebihan Dan Kelemahan Prototype

Kelebihan dan Kelemahan prototyping adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Prototype

KELEBIHANampKEKURANGANPROTOTYPE_zps2b653798-1.jpg

Sumber: Simarmata (2010:68)[20]

 

Konsep Dasar Early Warning System

1. Definisi Early Warning System'

Menurut Waidyanatha (2010:31)[22], “Kurangnya tindakan umum dalam mengevaluasi, membandingkan dan kontras Sistem Peringatan Dini (EWSs) adalah masalah yang terus-menerus. Dengan demikian, ada kebutuhan yang berkembang untuk definisi teknis abstrak EWSs dan kerangka kerja untuk mengklasifikasikan mereka, yang akan membantu pengembang menetapkan standar. Standar dapat menjadi dasar untuk penyebaran EWS efektif. Praktisi dan peneliti telah menggunakan EWSs untuk mendeteksi dan berkomunikasi acara untuk risk aversion. Beberapa EWSs fokus pada aspek deteksi dan keputusan, dan lain-lain fokus pada aspek peringatan dan respon, tanpa dasar yang tepat untuk mengikuti desain, penyebaran dan evaluasi akhir end-to-'terintegrasi fungsional EWS'. Dalam upaya untuk membangun kerangka teoritis untuk EWS klasifikasi berdasarkan sistem operasi, kompleksitas dan entropi, makalah ini menetapkan dasar dengan terlebih dahulu mendefinisikan komponen penting dari EWS; yaitu, sensor, deteksi, keputusan, broker dan respon subsistem. Makalah ini membahas karakteristik operasional abstrak dan langkah-langkah terkait dengan lima subsistem, dengan upaya untuk membangun definisi abstrak dari EWS yang akan digunakan dalam pekerjaan di masa depan klasifikasi EWS.”.

2. Jenis Warning Sistem

Beberapa jenis warning system adalah:

  1. Display Menggunakan Liquid Crystal Display (LCD)
    LCD LM8162A merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dengan 5 kolom pixel. Adapun bentuk fisik dan konfigurasi pin dari LCD LM8162A adalah sebagai berikut: .
  2. Gambar28LCD_zpscccae06f.jpg

    Sumber : Waidyanatha (2010:31)[22]

    Gambar 2.9. Liquid Crystal Display (LCD)


  3. Alarm
    Alarm digunakan sebagai sistem peringatan tanda bahaya kebakaran berupa bunyi atau suara. Sistem alarm yang digunakan adalah sistem buzzer. Buzzer atau bel listrik adalah suatu alat untuk memberi sinyal suara secara khas. Secara umum bel listrik sering digunakan untuk suatu rangkaian sensor dengan pengendali dan digunakan sebagai penanda yang berupa suara. Adapun bentuk fisik dan simbol dari buzzer adalah sebagai berikut:

  4. Gambar226Buzzer_zpsa359bf20.jpg

    Sumber : Waidyanatha (2010:31)[22]

    Gambar 2.10. Buzzer


  5. Catu Daya
    Catu daya memiliki salah satu peranan penting dalam hal perancangan sistem pendeteksi dan penanggulangan kebakaran tersebut. Karena jika rangkaian perangkat elektronika tidak diberi catu daya yang baik, maka kinerja dari sistem juga tidak akan baik. Pemberian catu daya yang tepat akan menghasilkan kinerja sistem yang baik. Rangkaian catu daya yang digunakan menghasilkan tegangan catu antara lain sebesar 5 volt, 9 volt dan 12 volt, dengan memperoleh catu atau sumber tegangan dari jala-jala listrik rumah tangga. Untuk memperoleh tegangan catu yang diinginkan maka diperlukan regulator voltage atau IC regulator agar output tegangan menjadi stabil. IC regulator dibagi menjadi dua yaitu, IC regulator 26 untuk mendapatkan keluaran tegangan positif dan IC regulator untuk mendapatkan keluaran tegangan negatif.

 

Teori Khusus

Konsep Dasar Flowchart

  1. Definisi Flowchart
  2. Menurut Sulindawati (2010:8)[23], “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan-urutan prosedur dari suatu program”.

    Menurut Adelia (2011:116)[24], “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program”.

    Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Flowchart adalah bentuk gambar/diagram yang mempunyai aliran satu atau dua arah secara sekuensial.

    Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan di evaluasi lebih lanjut. Bila seorang analisi dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan.

  3. Cara Membuat Flowchart
  4. Ada beberapa petunjuk dalam pembuatan Flowchart Menurut Menurut Sulindawati(2010:8)[23]

    1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan kiri ke kanan.
    2. Aktifitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
    3. Kapan aktifitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
    4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja.
    5. Setiap langkah dari aktifitas harus berada pada urutan yang benar.
    6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati.
    7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.
  5. Jenis-Jenis Flowchart

Ada lima macam bagan alir yang akan dibahas di modul ini, yaitu sebagai berikut:

  1. Bagan Alir Sistem (System Flowchart)
    Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam system secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada dalam system.

  2. Gambar211baganalir_zpse3687702.jpg

    Sumber: Rachman (2012:78)

    Gambar 2.11 Bagan Alir Sistem (System Flowchart)


  3. Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)
    Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Fungsi utamanya untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian yang lain.

  4. Gambar212BaganAlirdok_zpsfb9c1111.jpg

    Sumber: Rachman (2012:90)

    Gambar 2.12 Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)


  5. Bagan Alir Skematik (Schematic Flowchart)
    Mirip dengan Flowchart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur.
  6. Bagan Alir Program (Program Flowchart)
    Merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur dilaksanakan.
  7. Bagan Alir Proses (Process Flowchart)
    Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah selanjutnya dari sebuah sistem.


Konsep Dasar Waterfall

Menurut Rizky (2011:61)[25], waterfall model sebagai salah satu teori dasar dan seakan wajib dipelajari dalam konteks siklus hidup perangkat lunak, merupakan sebuah siklus hidup yang terdiri dari mulai fase hidup perangkat lunak sebelum terjadi hingga pasca produksi. Waterfall model memiliki definisi sendiri bahwa sebuah hidup perangkat lunak memiliki sebuah proses yang linear dan sekuensial.

Dalam buku ini menganut paham bahwa waterfall model memiliki enam tahapan, yakni:

  1. Definisi kebutuhan (Requirement Definition)
  2. Desain sistem dan perangkat lunak (Software Design and System)
  3. Implementasi dan testing unit (Implementation and Unit Testing)
  4. Integrasi dan testing sistem (Integration and Systen Testing)
  5. Uji coba (Testing)
  6. Operasional dan pemeliharaan (Operation and Maintenance)


Konsep Dasar Pengujian

  1. Definisi Pengujian
  2. Menurut Desai (2012:43)[26], “Pengujian adalah kegiatan yang dilakukan selama siklus hidup perangkat lunak untuk memvalidasidan memverifikasi bahwa perangkat lunak yang dikembangkan memenuhi harapan yang ditetapkan di awal.”

    Menurut Simarmata (2010:323)[20], “Pengujian adalah proses terhadap aplikasi program untuk menemukan segala kesalahan dan segala kemungkinan yang akan menimbulkan kesalahan sesuai dengan spesifikasi perangkat lunak yang telah ditentukan sebelum aplikasi tersebut diserahkan kepada pelanggan.

    Menurut Rizky (2011:237)[25], “Testing adalah sebuah proses yang diejawantahkan sebagai siklus hidup dan merupakan bagian dari proses rekayasa perangkat lunak secara terintegrasi demi memastikan kualitas dari perangkat lunak serta memenuhi kebutuhan teknis yang telah disepakati dari awal.

    Detail tahapan yang harus dilampaui dalam kaitan kebutuhan perangkat lunak dari sudut pandang testing perangkat lunak adalah:

    1. Verifikasi
      Verifikasi adalah proses pemeriksaan untuk memastikan bahwa perangkat lunak telah menjalankan apa yang harus dilakukan dari kesepakatan awal antara pengembang perangkat lunak dan pengguna.
    2. Validasi
      Validasi adalah sebuah proses yang melakukan konfirmasi bahwa perangkat lunak dapat dieksekusi secara baik.

    Definisi dari standart yang harus dipenuhi oleh kebutuhan perangkat lunak adalah pembebasan perangkat lunak dari failure, fault, dan error serta incident dijelaskan dalam detail berikut:

    1. Failure
      Failure adalah kegagalan perangkat lunak dalam melakukan proses yang seharusnya menjadi kebutuhan perangka lunak tesebut.
    2. Fault
      Fault adalah akar permasalahan dari kegagalan sebuah perangkat lunak.
    3. Error
      Error adalah akibat dari adanya fault atau kerusakan yang kemudian dipicu oleh perilaku pengguna.
    4. Incident
      Incident atau kecelakaan merupakan hasil akhir yang terjadi akibat dari error yang berkelanjutan dan tidak diperbaiki atau tidak terdeteksi dalam proses pengembangan perangkat lunak.
  3. Acuan dan Pengukuran Testing
  4. Menurut Rizky (2011:256)[25], “Acuan testing adalah satuan pengukuran secara kuantitatif dari proses testing yang dijalankan. Sedangkan pengukuran testing adalah aktivitas untuk menentukan keluaran testing berdasarkan acuan yang telah ditetapkan dalam proses testing”.

    Banyak pendapat yang menyatakan tentang panduan membuat acuan dalam proses testing perangkat lunak, meski demikian dari sekian banyak pendapat tersebut ada beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam penentuan acuan testing antara lain:

    1. Waktu
      Dalam hal acuan waktu, harus disepakati bersama satuan yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan satuan dalam hitungan tahun, bulan, atau hari dari jadwal penyelesaian perangkat lunak yang ada.
    2. Biaya
      Dalam testing juga penting untuk ditetapkan acuan biaya yang akan digunakan. Acuan umum ini didasarkan pada anggaran yang telah ditetapkan dan kemudian diperiksa kembali dengan biaya yang telah dikeluarkan selama pembuatan perangkat lunak.
    3. Kinerja testing
      Yang dimaksud dengan kinerja testing adalah efektivitas dan efiensi dalam pelaksanaan testing. Efektivitas dalam konteks ini dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan dari proses testing. Apakah proses testing telah berjalan sebagaimana mestinya, demi mencapai pemenuhan kualitas serta kebutuhan perangkat lunak, atau hanya demi mencari kesalahan sehingga menjatuhkan tim pengembang perangkat lunak.
    4. Kerusakan
      Seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, bahwa proses testing tidak hanya berupa proses untuk mencari kesalahan maupun kerusakan di dalam sebuah perangkat lunak. Tetapi lebih sebagai upaya bersama untuk mencapai kualitas sebuah perangkat lunak. Meski demikian, kerusakan yang ditemukan pada saat proses testing tetap menjadi acuan dari pelaksanaan testing tersebut. Hanya pada saat sebuah kerusakan ditemukan, maka harus diklasifikasikan terlebih dahulu agar tidak terkesan bahwa proses testing berjalan subyektif.
  5. Jenis-Jenis Pengujian
  1. Black Box
    1. Definisi Black Box
    2. Menurut Rizky (2011:261)[25], Black Box Testing adalah tipe testing yang memperlakukan perangkat lunak yang tidak diketahui kinerja internalnya. Sehingga para tester memandang perangkat lunak seperti layaknya sebuah “kotak hitam” yang tidak penting dilihat isinya, tapi cukup dikenali proses testing dibagian luar. Teknik Testing dalam Black Box.

      Beberapa keuntungan yang diperoleh dari jenis testing ini antara lain:

      1. Anggota tim tester tidak harus dari seseorang yang memiliki kemampuan teknis di bidang pemrograman.
      2. Kesalahan dari perangkat lunak ataupun bug seringkali ditemukan oleh komponen tester yang berasal dari pengguna.
      3. Hasil dari black box testing dapat memperjelaskan kontradiksi ataupun kerancuan yang mungkin ditimbulkan dari eksekusi perangkat lunak.
      4. Proses testing dapat dilakukan lebih cepat dibandingankan white box testing.

      Menurut Rizky (2011:265)[25], beberapa teknik testing yang tergolong dalam tipe black box adalah:

      1. Equivalence Partitioning
        Pada teknik ini, tiap inputan data dikelompokkan ke dalam grup tertentu, yang kemudian dibandingkan outputnya.
      2. Boundary Value Analysis
        Merupakan teknik yang sangat umum digunakan pada saat awal sebuah perangkat lunak selesai dikerjakan. Pada teknik ini, dilakukan inputan yang melebihi dari batasan sebuah data.
      3. Cause Effect Graph
        Dalam teknik ini, dilakukan proses testing yang menguhubungkan sebab dari sebuah inputan dan akibatnya pada output yang dihasilkan.
      4. Random Data Selection
        Seperti namanya, teknik ini berusaha melakukan proses inputan data dengan menggunakan nilai acak. Dari hasil inputan tersebut kemudian dibuat sebuah tabel yang menyatakan validitas dari output yang dihasilkan.
      5. Feature Test
        Pada teknik ini, dilakukan proses testing pada spesifikasi dari perangkat lunak yang telah selesai dikerjakan. Misalkan, pada perangkat lunak sistem informasi akademik. Dapat dicek apakah fitur untuk melakukan entri nilai telah tersedia, begitu dengan entri data siswa maupun entri data guru yang akan melakukan entri nilai.
    3. Klasifikasi Black Box

    Menurut Simarmata (2010:316)[20], klasifikasi black box mencakup beberapa pengujian, yaitu:

    1. Pengujian fungsional (functional testing)
      Pada jenis pengujian ini, perangkat lunak diuji untuk persyaratan fungsional. Pengujian dilakukan dalam bentuk tertulis untuk memeriksa apakah aplikasi berjalan seperti yang diharapkan. Walaupun pengujian fungsional sudah sering dilakukan dibagiab akhir dari siklus pengembangan, masing-masing komponen dan proses dapat diuji pada awal pengembangan, bahkan sebelum sistem berfungsi, pengujian ini sudah dapat dilakukan pada seluruh sistem. Pengujian fungsional meliputi seberapa baik sistem melaksanakan fungsinya, termasuk perintah-perintah pengguna, manipulasi data, pencarian dan proses bisnis, pengguna layar, dan integrasi. Pengujian fungsional juga dapat meliputi permukaan yang jelas dari jenis fungsi-fungsi, serta operasi back-end (seperti, keamanan dan bagaimana meningkatkan sistem).
    2. Pengujian tegangan (stress testing)
      Pengujian tegangan berkaitan dengan kualitas aplikasi di dalam lingkungan. Idenya adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan yang lebih menuntut aplikasi, tidak seperti saat aplikasi dijalankan pada beban kerja normal. Pengujian ini adalah hal yang paling sulit, cukup kompleks dilakukan, dan memerlukan upaya bersama dari sebuah tim.
    3. Pengujian beban (load testing)
      Pada pengujian beban, aplikasi akan diuji dengan beban berat atau masukan, seperti yang terjadi pada pengujian situs web, untuk mengetahui apakah aplikasi/situs gagal atau kinerjanya menurun. Pengujian beban beroperasi pada tingkat beban standar, biasanya beban tertinggi akan diberikan ketika sistem dapat menerima dan tetap berfungsi dengan baik. Perlu diketahui bahwa pengujian beban tidak bertujuan untuk merusak sistem yang banyak hal, namun mencoba untuk menjaga agar sistem selalu kuat dan berjalan dengan lancar.
    4. Pengujian khusus (ad-hoc testing)
      Jenis pengujian ini dilakukan tanpa penciptaan rencana pengujian (test plan) atau kasus pengujian (case test). Pengujian khusus membantu dalam menentukan lingkup dan durasi dari berbagai penguji lainnya dan juga membantu para penguji dalam mempelajari aplikasi sebelum memulai pengujian dengan pengujian lainnya. Pengujian ini merupakan metode pengujian formal yang paling sedikit. Salah satu penggunaan terbaik dari pengujian khusus adalah untuk penemuan. Membaca persyaratan dan spesifikasi (jika ada) jarang memberikan panduan yang jelas mengenai bagaimana sebuah program benar-benar bertindak, bahkan dokumentasi pengguna tidak menangkap “look and feel” dari sebuah program. Pengujian khusus dapat menemukan lubang-lubang dalam pengujian strategi dan dapat mengekspos hubungan di antara subsistem lain yang tidak jelas. Dengan cara ini, pengujian khusus berfungsi sebagai alat untuk memeriksa kelengkapan yang Anda uji.
    5. Pengujian penyelidikan (exploratory testing)
      Pengujian penyelidikan mirip dengan pengujian khusus dan dilakukan untuk mempelajari/mencari aplikasi. Pengujian penyelidikan perangkat lunak ini merupakan pendeketan yang menyenangkan untuk pengujian.
    6. Pengujian usabilitas (usability testing)
      Pengujian ini disebut juga sebagai pengujian untuk keakraban pengguna (testing for user friendliness). Pengujian ini dilakukan jika antarmuka pengguna dari aplikasinya penting dan harus spesifik untuk jenis pengguna tertentu. Pengujian usabilitas adalah proses yang bekerja dengan pengguna akhir secara langsung maupun tidak langsung untuk menilai bagaimana pengguna merasakan paket perangkat lunak dan dan bagaimana mereka berinteraksi dengannya. Proses ini akan membongkar area kesulitan pengguna seperti halnya area kekuatan. Tujuan dari pengujian usabilitas harus membatasi dan menghilangkan kesulitan bagi pengguna dan untuk mempengaruhi area yang kuat untuk usabilitas maksimum.
    7. “pengujian asap” (smoke testing)
      Jenis pengujian ini disebut juga pengujian kenormalan (sanity testing). Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa apakah aplikasi tersebut sudah siap untuk pengujian yang lebih besar dan bekerja dengan baik tanpa cela sampai tingkat yang paling diharapkan. Pada sebuah pengujian baru atau perbaikan peralatan yang terpasang, jika aplikasi “berasap”, aplikasi tersebut tidak bekerja! Istilah ini awalnya tercipta dalam manufaktur container dan pipa, ketika smoke telah diperkenalkan untuk menentukan apakah ada kebocoran. Praktik umum di Microsoft dan beberapa perusahaan perangkat lunak shrink-wrap lainnya adalah proses “daily buiding and smoke test”. Setiap file dikompilasi, dihubungkan, dan digabungkan menjadi sebuah program yang dapat dieksekusi setiap hari, dan program ini kemudian dimasukkan melalui “pengujian asap” (smoke test) yang relatif sederhana untuk memeriksa apakah produk “berasap” ketika produk dijalankan.
    8. Pengujian pemulihan (recovery testing)
      Pengujian pemulihan (recovery testing) pada dasarnya dilakukan untuk memeriksa seberapa cepat dan baiknya aplikasi bisa pulih terhadap semua jenis crash atau kegagalan hardware, masalah bencana, dan lain-lain. Jenis atau taraf pemulihan ditetapkan dalam persyaratan spesifikasi.
    9. Pengujian volume (volume testing)
      Pengujian volume dilakukan terhadap efisiensi dari aplikasi. Jumlah data yang besar diproses melalui aplikasi (yang sedang diuji) untuk memeriksa keterbatasan ekstrem dari sistem.Pengujian volume, seperti namanya, adalah pengujian sebuah sistem (baik perangkat keras dan perangkat lunak) untuk serangkaian pengujian dengan volume data yang diproses adalah subjek dari pengujian, seperti sistem yang dapat menangkap sistem pengolahan transaksi penjualan real-time atau dapat membarui basis data atau pengembalian data (data retrieval).
    10. Pengujian domain (domain testing)
      Pengujian domain merupakan penjelasan yang paling sering menjelaskan teknik pengujian. Beberapa penulis hanya menulis beberapa tentang pengujian domain ketika mereka menulis desain pengujian. Dugaan dasarnya adalah bahwa Anda mengambil ruang pengujian kemungkinan dari variable individu dan membaginya lagi ke dalam subset (dalam bebrapa cara) yang sama. Kemudian, Anda menguji perwakilan dari masing-masing subset.
    11. Pengujian skenario (scenario testing)
      Pengujian scenario adalah pengujian yang realistis, kredibel dan memotivasi stakeholder, tantangan untuk program dan mempermudah penguji untuk melakukan evaluasi. Pengujian ini menyediakan kombinasi variable-variabel dan fungsi yang sangat berarti daripada kombinasi buatan yang Anda dapatkan dengan pengujian domain atau desain pengujian kombinasi.
    12. Pengujian regresi (regression testing)
      Pengujian regresi adalah gaya pengujian yang berfokus pada pengujian ulang (retesting) setelah ada perubahan. Pada pengujian regresi berorientasi resiko (risk-oriented regression testing), daerah yang sama yang sudah diuji, akan kita uji lagi dengan pengujian yang berbeda (semakin kompleks). Usaha pengujian regresi bertujuan untuk mengurangi resiko sebagai berikut:
      1. Perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki bug yang gagal.
      2. Beberapa perubahan memiliki efek samping, tidak memperbaiki bug lama atau memperkenalkan bug baru.
    13. Penerimaan pengguna (user acceptance)
      Pada jenis pengujian ini, perangkat lunak akan diserahkan kepada pengguna untuk mengetahui apakah perangkat lunak memenuhi harapan pengguna dan bekerja seperti yang diharapkan. Pada pengembangan perangkat lunak, user acceptance testing (UAT), juga disebut pengujian beta (beta testing), pengujian aplikasi (application testing), pengujian pengguna akhir (end user testing) adalah tahapan pengembangan perangkat lunak ketika perangkat lunak diuji pada “dunia nyata” yang dimaksudkan oleh pengguna. UAT dapat dilakukan dengan in-house testing dengan membayar relawan atau subjek pengujian menggunakan perangkat lunak atau, biasanya mendistribusikan perangkat lunak secara luas dengan melakukan pengujian versi yang tersedia secara gratis untuk diunduh melalui web. Pengalaman awal pengguna akan diteruskan kembali kepada para pengembang yang membuat perubahan sebelum akhirnya melepaskan perangkat lunak komersial.
    14. Pengujian alfa (alpha testing)
      Pada jenis pengujian ini, pengguna akan diundang ke pusat pengembangan. Pengguna akan menggunakan aplikasi dan pengembang memcatat setiap masukan atau tindakan yang dilakukan oleh pengguna. Semua jenis perilaku yang tidak normal dari sistem dicatat dan dikoreksi oleh para pengembang.
    15. Pengujian beta (beta testing)
      Pada jenis pengujian ini, perangkat lunak didistribusikan sebagai sebuah versi beta dengan pengguna yang menguji aplikasi di situs mereka. Pengecualian/cacat yang terjadi akan dilaporkan kepada pengembang. Pengujian beta dilakukan setelah pengujian alfa. Versi perangkat lunak yang dikenal dengan sebutan versi beta dirilis untuk pengguna yang terbatas di luar perusahaan. Perangkat lunak dilepaskan ke kelompok masyarakat agar lebih memastikan bahwa perangkat lunak tersebut memiliki beberapa kesalahan atau bug.
  2. White Box
  1. Definisi White Box
  2. Menurut Rizky (2011:261)[25], White Box Testing secara umum merupakan jenis testing yang lebih berkonsentrasi terhadap “isi” dari perangkat lunak itu sendiri. Jenis ini lebih banyak berkonsentrasi kepada source code dari perangkat lunak yang dibuat sehingga membutuhkan proses testing yang jauh lebih lama dan lebih “mahal” dikarenakan membutuhkan ketelitian dari para tester serta kemampuan teknis pemograman bagi para testernya.

  3. Teknik Testing dalam White Box
  4. Menurut Rizky (2011:262)[25], beberapa teknik yang terdapat dalam jenis white box testing adalah:

    1. Decision (branch) Coverage
      Sesuai dengan namanya, teknik testing ini fokus terhadap hasil dari tiap skenario yang dijalankan terhadap bagian luar perangakat lunak yang mengandung percabangan (if…then…else).
    2. Condition Coverage
      Teknik ini hamper mirip dengan teknik yang pertama, tetapi dijalankan terhadap percabangan yang dianggap kompleks atau percabangan majemuk. Hal ini biasanya dilakukan jika dalam sebuah perangkat lunak memiliki banyak kondisi yang dijalankan dalam satu proses sekaligus.
    3. Path Analysis
      Merupakan teknik testing yang berusaha menjalankan kondisi yang ada dalam perangkat lunak serta berusaha mengkoreksi apakah kondisi yang dijalankan telah sesuai dengan alur diagram yang terdapat dalam proses perancangan.
    4. Execution Time
      Pada teknik ini, perangkat lunak berusaha dijalankan atau dieksekusi kemudian dilakukan pengkuran waktu pada saat input dimasukkan hingga output dikeluarkan. Waktu eksekusi yang dihasilkan kemudian dijadikan bahan evaluasi dan dianalisa lebih lanjut untuk melihat apakah perangkat lunak telah berjalan sesuai dengan kondisi yang dimaksud oleh tester.
    5. Algorithm Analysis
      Teknik ini pada umumnya jarang dilakukan jika perangkat lunak yang dibuat berjenis sistem informasi. Sebab teknik ini membutuhkan kemampuan matematis yang cukup tinggi dari para tester, karena didalamnya berusaha melakukan analisa terhadap algoritma yang diimplementasikan pada perangkat lunak tersebut.
  5. Klasifikasi White Box

Menurut Simarmata (2010:321)[20], klasifikasi white box testing mencakup beberapa pengujian, yaitu:

  1. Pengujian unit (unit testing)
    Pengembang melaksanakan pengujian unit untuk memeriksa apakah modul tertentu atau kode unit bekerja dengan baik. Pengujian unit berada pada tingkat yang sangat dasar seperti ketika unit kode dikembangkan atau fungsi tertentu dibangun. Pengujian unit berkaitan dengan unit secara keseluruhan. Hal ini akan menguji interaksi antara berbagai fungsi, tetapi membatasi pengujian di dalam satu unit. Lingkup yang tepat dari unit ditinggalkan kepada interpretasi, pendukung kode pengujian, kadang-kadang disebut perancah (scaffolding), mungkin diperlukan untuk mendukung setiap pengujian. Jenis pengujian ini digerakkan oleh tim arsitektur dan implementasi.
  2. Analisis statis dan dinamis (static and dynamic analysis)
    Analisis statis dilibatkan melalui kode untuk mengetahui segala kemungkinan cacat dalam kode, sedangkan analisis dinamis akan melibatkan pelaksanaan kode dan penganalisisan hasilnya.
  3. Cakupan pernyataan (statement coverage)
    Dalam hal ini, jenis pengujian kode dijalankan dengan setiap pernyataan dari aplikasi yang dijalankan minimal sekali. Hal tesebut membantu dalam memastikan semua pernyataan untuk dijalankan tanpa efek samping.
  4. Cakupan cabang (branch coverage)
    Tidak ada aplikasi perangkat lunak yang dapat ditulis dengan cara pengodean, di beberapa titik kita perlu mengetahui cakupan cabang untuk melakukan fungsi tertentu. Pengujian cakupan cabang membantu pamvalidasian semua cabang di dalam kode dan memastikan bahwa tidak ada yang mengarah ke percabangan perilaku abnormal dari aplikasi.
  5. Pengujian mutasi (mutation testing)
    Pada pengujian ini, aplikasi diuji untuk kode yang telah dimodifikasi setelah pemasangan bug/cacat tertentu. Hal ini juga membantu dalam menemukan kode dan strategi pengodean yang dapat membantu dalam mengembangkan fungsi secara efektif.

Metode Pengujian Dalam Black Box
Dalam uji coba Black Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya:


Tabel 2.2. Kelebihan dan Kelemahan Black Box

Tabel23_zpsfd48de5e-1.jpg


Konsep Dasar Elektronika

  1. Definisi Elektronika

Menurut Budiharto (2009:1), bahwa ”Elektronika adalah merupakan bidang yang menarik untuk dipelajari oleh pelajar dan hobbyist karena dapat berkreasi apa saja sesuai keinginan”.
Menurut Rusmadi (2009:10), komponen elektronika dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

  1. Komponen Pasif
  2. Menurut Rusmadi (2009:10) bahwa “Komponen pasif adalah komponen-komponen elektronika yang apabila dialiri aliran listrik tidak menghasilkan tenaga seperti: perubahan tegangan, pembalikan fasa, penguatan dan lain-lain”.
    Menurut Rusmadi (2009:10),ada beberapa komponen yang termasuk dalam komponen pasif di antaranya adalah:

    1. Komponen Pasif
    2. Menurut Rusmadi (2009:10) bahwa “Komponen pasif adalah komponen-komponen elektronika yang apabila dialiri aliran listrik tidak menghasilkan tenaga seperti: perubahan tegangan, pembalikan fasa, penguatan dan lain-lain”.
      Menurut Rusmadi (2009:10), ada beberapa komponen yang termasuk dalam komponen pasif di antaranya adalah:

      1. Resistor dan Tahanan
      2. Kapasitor dan Kondensator
      3. Trafo dan Transformator
    3. Komponen Aktif.

    Menurut Rusmadi (2009:33), bahwa “Komponen aktif adalah komponen yang apabila dialiri aliran listrik akan menghasilkan sesuatu tenaga baik berbentuk penguatan maupun mengatur aliran listrik yang melaluinya”.
    Menurut Rusmadi (2009:33), ada beberapa yang termasuk komponen aktif antara lain adalah:

    1. Dioda.
    2. Transistor.
    3. IC ( Integreted Circuit).
    4. Thyristor atau SCR (Silicon Controller Recifier).

    Resistor

    1. Definisi Resistor
    2. Menurut Budiharto (2009:1), “Salah satu komponen elektronika yang berfungsi untuk memberikan hambatan terhadap aliran arus listrik”.
      Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi memberikan tahanan atau hambatan arus listrik.

      Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi memberikan tahanan atau hambatan arus listrik. Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi sepertinikel-kromium).


      Resistor_zpsd56784f3.jpg

      Sumber : Rusmadi (2009:12)

      Gambar 2.13. Resistor


      Karakteristik utama dari resisitor adalah resisitansinya dan daya listrik yang dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, listrik dan induktansi.
      Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus rangkaian agar tidak terbakar.


      SKEMAWARNARESISTOT_zps42cae751.jpg

      Sumber : Rusmiadi (2009:13)

      Gambar 2.14. Skema Warna Resistor


      1. Satuan Resistor

      Ohm (simbol: O adalah satuan SI untuk resistansi listrik, diambil dari nama Georg Ohm). Nilai satuan terbesar yang digunakan untuk menentukan besarnya nilai resistor adalah:
      1 Mega Ohm (MO) = 1.000.000 Ohm.
      1 kilo Ohm (KO) = 1.000 Ohm.:

    3. Resistor Tetap
    4. Menurut Rusmadi (2009:11), bahwa “Resistor tetap adalah resistor yang nilainya besaranyan sudah ditetepkan oleh pabrik pembuatannya dan tidak dapat di ubah-ubah”. Resistor memiliki nilai resistansi, sebagai nilainya ada yang dicantumkan langsung pada badannya dan sebagian lagi karena bentuk fisiknya kecil.
      Menurut Rusmadi (2009:15), resistor dibagi menjadi 6 yaitu:

      1. Resistor Kawat
      2. Resistor Batang karbon (arang)
      3. Resistor Keramik atau Porselin
      4. Resistor Film Karbon
      5. Resistor Film Metal
      6. Resistor tipe Film Tebal
    5. Resistor Tidak Tetap

    Menurut Rusmadi (2009:16), bahwa “Resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai resistansinya (tahananya) dapat dirubah-rubah sesuai dengan keperluan dan perubahannya dapat dilakukan dengan jalan mengeser atau memutar pengaturnya”.
    Menurut Rusmadi (2009:16), bahwa resistor tidak tetap dibagi menjadi 5 yaitu:

    1. Potensiometer.
    2. Potensiometer Preset.
    3. NTC dan PTC.
    4. LDR.
    5. VDR.

    Kapasitor dan Kondensator

    1. Definisi Kapasitor dan Kondensator
    2. Menurut John (2010:61), “Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat digunakan untuk menyimpan muatan listrik”.

      Menurut Rusmadi (2009:20), bahwa “Kapasitor adalah Komponen elektronika yang mampu menyimpan arus dan tegangan listrik sementara waktu”. Seperti juga halnya resistor, kapasitor adalah termasuk salah satu komponen pasif yang banyak digunakan dalam membuat rangkaian elektronika.

      Kapasitor sendiiri berasal dari kata capacitance atau kapasitas yang artinya adalah kemampuan untuk menyimpan arus listrik (Dalam istilah elektronika diistilahkan sebagai “Muatan Listrik.”) Jadi kapasitor adalah suatu komonen yang dapat diisi dengan muatan listrik kemudian disimpan untuk sementara waktu dan selanjutnya muatan tersebut di kosongakan/dibuang melalui suatu sistem atau dihubungkan ke bumi.
      Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.


      LambangKondensator_zps613a816a.jpg

      Sumber : Rusmadi (2009:20)

      Gambar 2.15. Lambang Kondensator


      Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.


      LambangKapasitor_zps177b444c.jpg

      Sumber : Rusmadi (2009:20)

      Gambar 2.16. Lambang Kapasitor


      Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

    3. Kapasistansi

    Satuan dari kapasitansi kondensator adalah Farad (F). Namun Farad adalah satuan yang terlalu besar.

    Satuan Farad adalah satuan yang sangat besar dan jarang dipergunakan dalam percobaan. Dalam prakteknya biasanya dipergunakan satuan Farad dalam bentuk pecahan seperti berikut ini:

    1. 1 Farad (F) = 1.000.000 µF (mikroFarad)
    2. 1 mikroFarad (µF) = 1.000 nF (nanoFarad)
    3. 1 nanoFarad (nF) = 1.000 pF (pikoFarad)


    Tabel 2.3. Nilai Kapasistansi

    NilaiKapasitansi_zps9db07aaa.jpg

    Sumber : Rusmadi (2009:21)


    Ada jenis kapasitor lain seperti kapasitor elektrolit yang selain memiliki nilai kapasitas juga memiliki parameter-parametera lain seperti batas tegangan kerja. Batas tegangan kerja (Working Voltage) yaitu batas tegangan maksimum di mana kapasitas tersebut dapat dioperasikan dalam suatu rangaian. Parameter tersebut biasanya dicantumkan langsung pada badan kapasitor. Selain daripada itu untuk jenis-jenis kapasitor pada umumnya diberi tanda (+) dan (-). Tanda tersebut adalah menyatakan polaritas yang harus dihubungkan dengan catu daya. Dalam pemasanganannya harus diperhatikan baik-baik jangan sampai kedua tanda tersebut dipasang terbalik sebab apabiala sampai terbalik akan mengakibatkan kerusakan pada kapasitor tersebut dan bahkan akan merusak rangkaian yang akan dibuat.

    Apabila kita mendekatkan 2 macam bahan konduktor dengan tidak saling bersentuhan, kemudian kepada kedua bahan tadi kita alirkan aliran listrik, secara teoritis kita telah mendapatkan sebuah Kapasitor sederhana. Namun dalam dunia elektronika tentunya tidak sederhana itu, masih ada factor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan sebuah Kapasitor. Dalam pembuatan komponen Kapasitor diperlukan suatu bahan yang berfungsi menyekat di antara 2 bahan konduktor. Bahan yang berfungsi sebagai penyekat itu disebut bahan dielektrikum seperti pada gambar di bawah .


    Dielektrikum_zps0b9c77ec.jpg

    Sumber : Rusmadi (2009:20)

    Gambar 2.17. Dielektrikum


    Seperti terlihat pada gambar di atas, apabila kita membuka sebuah Kapasitor Elektrolit berkas dengan menggunakan sebuah pisau tipis (cutter), di dalamnya akan terlihat 2 buah lapisan tipis. Setiap lapisan dilapisi lagi dengan bahan metal foil tipis. Setiap metal foil dihubungkan dengan salah satu terminal hubungan listrik. Antara kedua lapisan tadi diberi bahan penyekat yang disebut Dielektrikum. Bahan Dielektrikum pada umumnya dibuat dengan bahan kertas, maka, film, minyak bakelit dan lain-lain. Dalam prakteknya kita mengenal berbagai macam jenis Kapasitor yang namanya disesuaikan dengan nama bahan Dielektrikum yang digunakan dalam membuat komponen Kapasitor. Sebagai contoh misalnya: Bila kapasitor bahan Dielektrikumnya dibuat dari kertas, maka Kapasitor tersebut dinamakan Kapasitor kertas dan kalau bahan Dielektrikumnya dibuat dari bahan elektrolit, maka Kapasitor tersebut dinamakan Kapasitor Elektrolit.

    Besarnya kapasitas dari sebuah Kapasitornya dapat ditentukan dengan rumus:
    c = 0,0885 x ? x D/d µF? = konstanta dielektrikum
    D = luas bahan metal foil dalam cm2
    d = jarak antara kedua metal foil dalam cm

    Sumber : Rusmiadi (2009:23)


    Dari rumus di atas, kita dapat melihat bahwa besar kecilnya kapasitas suatu komponen Kapasitor tergantung kepada konstanta dielektrikum atau bahan dielektrikum serta luas bidang bahan dielektrikum yang digunakan. Pengertian dari Dielektrikum adalah angkka tetap yang dipergunakan untuk membandingkan suatu bahan Dielektrikum dengan nilai konstanta Dielektrikum udara (? udara = 1).


    Tabel 2.4. Tabel Daftar Konstanta Bahan Dielektrikum

    TabelDaftarKonstantaBahanDielektrikum_zpsc2abdc81-1.jpg

    Sumber : Rusmiadi (2009:23)


    Dioda

    Menurut John (2010:143), “Dioda merupakan alat yang hanya bisa mengalirkan arus DC dalam satu arah, sedang pada arah yang berlawanan ia tidak bisa menghantarkannya. Kalau ia dialiri arus AC maka akan berhasil didapatkan arus DC dari arus AC ini. Karenanya pada sifat yang demikian maka dioda bisa digunakan sebagai perata arus yang biasa dipasang di adaptor”.

    Komponen elektronika dengan dua terminal, yang terbentuk dari dua jenis semikonduktor, yaitu type P yang biasa disebut dengan anoda dan type N yang biasa disebut dengan katoda, dimana kemudian kedua semikonduktor ini digabungkan. Untuk membuat diode dalam keadaan conduct, diperlukan tegangan biasnya sebesar 0,3 volt untuk dioda dengan bahan germanium atau 0,7 volt untuk dioda dengan bahan silikon.


    Dioda_zpsee6eed3e.jpg

    Sumber : Rusmiadi (2009:33)

    Gambar 2.18. Dioda


    Perlu diketahui bahwa komponen dioda ini pada umumnya hampir selalu dipergunakan dalam rangkaian, terutama pada rangkaian Power Supply.

    Menurut Rusmadi (2009:34) Fungsi diode dalam suatu rangkaian adalah:

    1. Penyearah tegangan listrik.
    2. Penyearah tegangan listrik.
    3. memblokir tegangan listrik.

    Transistor

    1. Definisi Transistor

    Menurut Budiharto (2009:3), bahwa “Transistor adalah memiliki 3 terminal biasanya dibuat dari bahan silicon atau germanium”

    Menurut Rusmadi (2009:42), bahwa “Transistor adalah merupakan komponen dasar yang paling penting dan banyak dipergunakan dalam setiap rangkaian”.

    Alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.


    Transistor_zpsce5d50b5.jpg

    Sumber : Rusmiadi (2009:40)

    Gambar 2.19. Transistor


    Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor. Transistor disusun menggunakan sambungan dioda. Berdasarkan jenis sambungan transistor dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.

    1. BJT (Bipolar Juction Transistor)

    BJT memiliki 2 dioda yang kutub positif atau kutub negatifnya terhimpit, serta memiliki terminal, yaitu emitor (E), kolektor (C), dan basis (B). BJT dapat dibagi menjadi dua jenis berikut ini:

    1. NPN (Negative Positive Negative)
    2. Transistor NPN terdiri dari 1 lapisan semikondutor tipe-P di antara 2 lapisan semikonduktor tipe-n. Arus kecil yang memasuki basis pada emitter dikuatkan di keluran kolektor. Dengan kata lain, transistor NPN hidup ketika tegangan basis lebih tinggi dari pada tengan emitter.


      NPN_zps492ca112.jpg

      Sumber : Erinofiardi (2009:41)

      Gambar 2.20. Simbol Transistor NPN


    3. PNP ( Positive Negative Positive)

    Transistor PNP terdiri dari 2 lapisan semikonduktor tipe-n di antara 2 alpisan semikonduktor tipe-p. arus kecil yang meninggalkan basis pada moda tunggal emitter dikuatkan dikeluran kolektor. Dengan kata lain, transistor PNP hidup ketika tegangan basis lebih rendah dari pada tegangan emitter.


    SimbolPNP_zps1ecde85c-1.jpg

    Sumber : Rusmiadi (2009:41)

    Gambar 2.21. Simbol Transistor PNP


    Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-rangkaian lainnya.

    Kristal

    1. Definisi Kristal

    Berfungsi untuk menghasilkan sinyal dengan tingkat kestabilan frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada oscilator ini terbuat dari quartz atau Rochelle salt dengan kualitas yang baik. Material ini memiliki kemampuan mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran atau sebaliknya. Kemampuan ini lebih dikenal dengan piezoelectric effect.


    RangkaianInternalCristal_zpsa7d6372c.jpg

    Sumber : http://elektronika-dasar.web.id[27]

    Gambar 2.22. Rangkaian Internal Kristal


    Gambar diatas memperlihatkan rangkaian setara kristal. Rangkaian setara resonansi seri akan berubah jika kristal ditempatkan pada suatu wadah atau “pemegang”. Kapasitansi akibat adanya keping logam akan terhubung paralel dengan rangkaian setara kristal. Dalam hal ini kristal memiliki kemampuan untuk memberikan resonansi paralel dan resonansi seri. Pada oscilator, kristal yang berfungsi sebagai rangkaian resonansi seri, kristal seolah-olah memiliki induktansi (L), kapasitansi (C) dan resistansi (R). Nilai L ditentukan oleh massa kristal, harga C ditentukan oleh kemampuannya berubah secara mekanik dan R berhubungan dengan gesekan mekanik. Berikut adalah contoh oscilator menggunakan tank cirkuit kristal sebagai resonansi seri.


    RangkaianOscilatorCollpitsdenganCristal_zpse05b0508.jpg

    Sumber : http://elektronika-dasar.web.id[27]

    Gambar 2.23. Rangkaian Oscilator Collpits Dengan Kristal


    Kristal ini dapat dioperasikan pada rangkaian tangki dengan fungsi sebagai penghasil frekuensi resonansi paralel. Kristal sendiri dapat dioperasikan sebagai rangkaian tangki. Jika kristal diletakkan sebagai jaringan umpan balik, kristal akan merespon sebagai piranti penghasil resonansi seri. Kristal sebenarnya merespon sebagai tapis yang tajam. Kristal dapat difungsikan sebagai umpan balik pada suatu frekuensi tertentu saja. Oscilator hartley dan colpitts dapat dimodifikasi dengan memasang kristal ini. Stabilitas oscilator akan meningkat dengan pemasangan kristal.

    IC (Integrated Circuit)

    1. Definisi IC (Integrated Circuit)

    Menurut Rusmadi (2009:46), bahwa “IC adalah Sebuah rangakian terpadu”. Komponen Integrated Circuit dirancang dari beberapa komponen elektronika seperti transistor, dioda, resistor, kapasitor, dan komponen lainya, sehingga menjadi satu kesatuan yang berbentuk chip.


    IntegratedCircuit_zps0b8962f1.jpg

    Sumber : Rusmiadi (2009:46)

    Gambar 2.24. Integrated Circuit


    Menurut Rusmadi (2009:48), ada beberapa keuntungan dari pengguna IC diantaranya ialah:

    1. Bentuk fisiknya kecil sehingga rangakian jadinya akan kelihatan kecil dan kompak (compo).
    2. Catu daya yang diperlukan kecil.
    3. Sistem operasional sangat praktis dan cepat.
    4. Baik pemasangan maupun pemakaiannya mudah dan praktis.
    5. Harganya relatif murah dibanding dengan menggunakan transistor.

    IC Regulator

    Salah satu tipe regulator tegangan tetap adalah 78XX. Regulator tegangan tipe 78XX adalah salah satu regulator tegangan tetap dengan tiga terminal, yaitu terminal VIN, GND dan VOUT. Tegangan keluaran dari regulator 78XX memungkinkan regulator untuk dipakai dalam sistem logika, instrumentasi dan Hifi. Regulator tegangan 78XX dirancang sebagai regulator tegangan tetap, meskipun demikian dapat juga keluaran dari regulator ini diatur tegangan dan arusnya melalui tambahan komponen eksternal. Pada umumnya catu daya selalu dilengkapi dengan regulator tegangan. Tujuan pemasangan regulator tegangan pada catu daya adalah untuk menstabilkan tegangan keluaran apabila terjadi perubahan tegangan masukan pada catu daya. Fungsi lain dari regulator tegangan adalah untuk perlindungan dari terjadinya hubung singkat pada beban. Untuk melihat karakteristik regulator tegangan positif 78xx dapat dilihat pada tabel 2.7 sebagai berikut:


    Tabel 2.5. Karakteristik IC regulator tegangan positif 78xx

    KarakteristikICRegulatorTeganganPositif78XX_zpsc162b1e1.jpg

    Sumber : http://elektronika-dasar.web.id


    Angka xx pada bagian terakhir penulisan tipe regulator 78xx merupakan besarnya tegangan output dari regulator tersebut. Kemudian huruh L, M merupakan besarnya arus maksimum yang dapat dialirkan pada terminal output regulator tegangan positif tersebut. Untuk penulisan tanpa huruf L ataupun M (78(L/M)xx) pada regulator tegangan positif 78xx maka arus maksimal yang dapat dialirkan pada terminal outputnya adalah 1 ampere. Karakteristik dan tipe-tipe kemampuan arus maksimal output dari regulator tegangan positif 78xx dapat dilihat pada tabel diatas. Kode huruf pada bagian depan penulisan tipe regulator 78xx merupakan kode produsen (AN78xx, LM78xx, MC78xx) regulator tegangan positif 78xx. Cara pemasangan dari regulator tegangan tetap 7805 pada catu daya dapat dilihat pada gambar 2.30 sebagai berikut.


    RangkaianICRegulatorTeganganPositif78XX_zps159eb389.jpg

    Sumber : http://elektronika-dasar.web.id

    Gambar 2.25. Rangkaian IC regulator tegangan positif 78xx


    1. Penggunaan IC regulator dalam rangkaian

    IC 7805 merupakan IC peregulasi, dimana IC 7805 bekerja pada sumber arus searah yang menghasilkan keluaran 5 volt sedangkan pada rangkaian IC ini digunakan untuk memaksa keluaran yang kita berikan diatas 5 volt menjadi 5 volt dengan hasil positif, sesuai dengan data IC 7805 bekerja efektif antara range 7V-20V. IC 7805 terdapat beberapa macam mulai dari komponen SMD (surface mount device) sampai aplikasi umum dengan keluaran arus sampai dengan 1A.


    RangkaianICRegulator_zps653e8893.jpg

    Sumber : http://elektronika-dasar.web.id

    Gambar 2.26 Rangkaian IC regulator


    Relay

    1. Definisi Relay

    Relay adalah saklar (switch) elektrik yang bekerja berdasarkan medan magnet. Relay terdiri dari suatu lilitan dan switch mekanik. Switch mekanik akan bergerak jika ada arus listrik yang mengalir melalui lilitan. Dan Susunan kontak pada relay adalah:
    Normally Open  : Relay akan menutup bila dialiri arus listrik.
    Normally Close : Relay akan membuka bila dialiri arus listrik.
    Changeover  : Relay ini memiliki kontak tengah yang akan melepaskan diri dan membuat kontak lainnya berhubungan.


    SimboldanGambarRelay_zpse9df900d.jpg

    Sumber:http://www.gamesonline.com/direct/db

    Gambar 2.27. Simbol Relay dan Gambar Relay


    Tombol Reset

    Proses reset merupakan proses untuk mengembalikan sistem ke kondisi semula. Power-on reset merupakan peroses reset yang berlangsung secara otomatis pada saat sistem pertama kali diberi daya. pin reset juga dapat diberi rangkaian manual reset.beberapa rangkaian yang umum digunakan terdapat pada gambar 2.34 pemberian rangkaian ini membuat sistem dapat di-reset oleh user setiap saat dengan menekan tombol reset.


    RangkaianPower-ONReset_zpsdcc2e89a-1.jpg

    Gambar 2.28. Rangkaian power-on reset

    Konsep Dasar Buzzer

    1. Definisi Buzzer

    Menurut Zanuar (2012:209)[28], “Buzzer adalah komponen elektronika yang dapat mengubah energy listrik menjadi bunyi (suara) pada frekuensi tertentu sehingga dapat didengar oleh telingamanusia. Dalam aplikasinya buzzer digunakan sebagai indikator peringatan”.

    Buzzer. berfungsi sebagai alarm, dan akan mengeluarkan bunyi (suara) bila terjadi kebocoran pada keran air. Buzzer berfungsi sebagai indikator saat terjadi kebocoran. Untuk buzzer mikrokontroler pada PC.0 dihubungkan ke pin IN1 pada ULN2003, dilanjutkan dengan menghubungkan pin OUT2 pada ULN2003 ke Relay.


    Konsep Dasar Sensor

    1. Definisi Sensor

    Menurut Zanuar (2012:211)[28], “Sensor tekanan (Water pressure switch). Sensor tekanan yaitu sensor yang berfungsi untuk mendeteksi tekanan air yang ada didalam pipa. Sensor ini dapat digunakan untuk mendeteksi kebocoran air melalui pendeteksian tekanan dalam pipa.”


    Konsep Dasar Mikrokontroller

    1. Definisi Mikrokontroler
    2. Menurut Sumardi (2013:1)[29], “Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus,cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data”.

      Menurut Makodian (2010:14)[30],"berpendapat bahwa microcontroler adalah suatu terobosan dari teknologi microprocesor, seperti halnya microprocesor, yang berfungsi sebagai “otak” pada komputer, microcontroler juga berfungsi sebagai otak untuk alat-alat elektronik.”.

      Dari beberapa definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Mikrokontroler sebagai otak/pengatur suatu sistem terkomputerisasi yang didalamnya terdapat beberapa komponen-kompenen yang memiliki fungsi tertentu seperti RAM, ROM, CPU, I/O,Clock dan komponen lainnya dalam sebuah keping tunggal, serta mempunyai input dan output serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data.

    3. Karakteristik Mikrokontroler
    4. Menurut Sumardi (2013:2),[29] mikrokontroler memiliki karakteristik sebagai berikut :

      1. Memiliki program khusus yang disimpan dalam memori untuk aplikasi tertentu, tidak seperti PC yang multifungsi karena mudahnya memasukkan program. Program mikrokontroler relative lebih kecil daripada program-program pada PC.
      2. Rangkaiannya sederhana dan kompak.
      3. Harganya murah , karena komponennya sedikit.
      4. Unit I/O yang sederhana, misalnya LCD, LED, Latch.
      5. Lebih tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim, misalnya temperature tekanan, kelembaban, dan sebagainya.
    5. Klasifikasi Mikrokontroler.
    6. Menurut Syahrul( 2012:15)[31], Mikrokontroler memiliki beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut:

      1. ROM (Flash Memory) dengan kapasitas 1024 byte (1 KB).
      2. RAM berkapasitas 68 byte.
      3. Fasilitas pemrograman didalam sistem (ICSP = In Circuit Serial Programming).
      4. EEPROM (memori data)berkapasitas 64 byte.
      5. Total 13 jalur I/O (PortB 8 bit).
      6. Timer/Counter 8 bit dengan prescaler.
    7. Fitur-fitur Mikrokontroler

    Menurut Malik (2009:3), ada beberapa fitur yang pada umumnya ada didalam mikrokontroler adalah sebagai berikut:

    1. RAM(Random Access Memory)
      RAM digunakan oleh mikrokontroler untuk tempat penyimpanan variable. Memori ini bersifat volatile yang artinya akan kehilangan semuadatanya jika tidak mendapatkan catu daya.
    2. ROM (Read OnlyMemory)
      ROM disebut sebagai kode memori karena berfungsi untuk tempat penyimpanan programyang akan diberikan oleh user.
    3. Register.
      Register merupakantempat penyimpanan nilai-nilai yang akan digunakan dalam proses yang telah disediakan oleh mikrokontroler.
    4. Special Function Register.
      Merupakan registerkhusus yang berfungsi untuk mengatur jalannya mikrokontroler dan register ini terletak di RAM.
    5. Input dan Output Pin.
      Pin Input adalah bagian yang berfungsi sebagai penerima signal dari luar dan pinini dihubungkan ke berbagai media inputan seperti keypad, sensor, keyboard, dan sebagainya. Pin Output adalah bagian yang berfungsiuntuk mengeluarkan signal dari hasil proses algoritma mikrokontroler.
    6. Interrupt.
      Interrupt merupakan bagian dari mikrokontroler yang berfungsi sebagai bagian yangdapat melakukan interupsi, sehingga ketika program sedang dijalankan, programtersebut dapat diinterupsikan dan menjalankan program interupsi terlebih dahulu.

    Menurut Malik dan Mohammad Unggul Juwana (2009:3), ada beberapa interrupt yang terdapat pada mikrokontroler adalah sebagai berikut:

    1. Interrupt Eksternal.
      Interrupt ini akan terjadi ketika adainputan dari pin interrupt.
    2. Interrupt Timer.
      Interrupt ini akan terjadi ketika waktu tertentu telah tercapai.
    3. Interrupt Serial.
      Interrupt ini akan terjadi ketika ada penerimaan data dari komunikasi serial.

    Mikrokontroler ATmega328

    1. Arsitektur Mikrokontroller ATmega328
    2. Mikrokontroler ATmega328 memiliki beberapakriteria standard yaitu memiliki 32KB Flash Programmable dan 1 KB EEPROM yang dapat diprogram ulangsekitar 1000 kali write atau erase cycle, 2 KB SRAM, 14 jalur I/O, 6pin analog, dua buah 16 bit timer/counter,dengan arsitektur lima vector, empat-level interrupt, full duplex serialport, on-chip oscillator dan onchiptimer/counter.

      Mikrokontroler ATmega328 beroperasi pada frekuensi clock sampai 16 Mhz. ATmega328 memiliki dua Power Saving Mode yang dapatdikontrol melalui software, yaitu Idle Mode dan Power Down Mode. Pada Idle Mode, CPU tidak aktif sedangkan isi RAM tetap dipertahankan dengan timer/counter, serial port dan interruptsystem tetap berfungsi. Pada PowerDown Mode, isi RAM akan disimpan tetapi osilatornya tidak akan berfungsi sehingga semua fungsi dari chip akan berhenti sampai mendapat reset secara hardware.

    3. Konfigurasi Pin ATmega328


    Mikrokontroller merupakansebuah processor yang digunakan untuk kepentingan kontrol. Meskipun mempunyaibentuk yang jauh lebih kecil dari suatu komputer pribadi dan computer mainframe, mikrokontroler dibangun dari elemen – elemen dasar yang sama.Seperti umumnya komputer, mikrokontroller adalah alat yang mengerjakan instruksi – instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting danutama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat oleh seorang programmer.

    Program ini menginstruksikan komputer untuk melakukan tugas yang lebih kompleks yang diinginkan oleh programmer konfigurasi pin ATmega328dapat dilihat pada gambar berikut:


    KonfigurasiPINATmega328_zps45d44580.jpg

    Sumber: Syahid (2012:34)

    Gambar 2.29. Konfigurasi PIN ATmega328


    Menurut Syahid (2012:34) ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORT B,PORT C, dan PORT D dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai periperial lainnya.

    1. Port B
      Port B merupakan jalur data 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output. Selain itu PORT B juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.
      1. Port B
        ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.
      2. OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai keluaran PWM (Pulse Width Modulation).
      3. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur komunikasi SPI.
      4. Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).
      5. TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk timer.
      6. XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama mikrokontroler.
    2. Port C
      Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output digital. Fungsi alternatif PORT C antara lain sebagai berikut.
      1. ADC6 channel (PC0,PC1,PC2,PC3,PC4,PC5) dengan resolusi sebesar 10 bit. ADC dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa tegangan analog menjadi data digital.
      2. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yangterdapat pada PORTC. I2C digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain yang memiliki komunikasidata tipe I2C seperti sensor kompas, accelero meter nunchuck.
    3. Port D
      Port D merupakan jalur data 8 bityang masing-masing pin-nya juga dapat difungsikan sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga memiliki fungsi alternatif dibawah ini.
    1. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasiserial dengan level sinyal TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan dataserial, sedangkan RXD kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk menerima data serial.
    2. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selaan dari program, misalkan pada saat program berjalan kemudian terjadi interupsi hardware/software maka program utama akan berhenti dan akan menjalankan program interupsi.
    3. XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART, namun kita juga dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu membutuhkan external clock.
    4. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan timer 0.
    5. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog comparator.
    1. Fitur Mikrokontroller ATmega328

    ATmega328 adalah mikrokontroller keluaran dari atmel yang mempunyai arsitektur RISC ( ReduceInstruction Set Computer) yang dimana setiap proses eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set Computer).

    1. Mikrokontroller ini memiliki beberapa fitur antara lain:
      1. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus clock.
      2. 32 x 8-bit register serba guna.
      3. Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz.
      4. 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang menggunakan 2 KB dari flash memori sebagai bootloader.
      5. Memiliki EEPROM ( Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanent karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.
      6. Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM ( Pulse Width Modulation) output.
      7. Master / SlaveSPI Serial interface.
    2. Mikrokontroller ATmega328 memiliki arsitektur Harvard Yaitu memisahkan memori untuk kode program dan memori untuk data sehingga dapat memaksimalkan kerja dan parallelism.
      1. Instruksi – instruksi dalam memori program dieksekusi dalam satu alur tunggal, dimana pada saat satuinstruksi dikerjakan instruksi berikutnya sudah diambil dari memori program.Konsep inilah yang memungkinkan instruksi – instruksi dapat dieksekusi dalam setiap satu siklus clock.
      2. 32x 8 -bit register serba guna digunakan untuk mendukung operasi pada ALU (Arithmatic Logic unit) yang dapatdilakukan dalam satu siklus. 6 dari register serbaguna ini dapat digunakan sebagai 3 buah register pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak langsunguntuk mengambil data pada ruang memori data. Ketiga register pointer 16-bit inidisebut dengan register X ( gabungan R26 dan R27 ), register Y ( gabungan R28dan R29 ), dan register Z (gabungan R30 dan R31).
      3. Hampir semua instruksi AVR memiliki format 16-bit. Setiap alamat memori program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-bit. Selain register serba guna di atas,terdapat register lain yang terpetakan dengan teknik memory mapped I/O selebar 64byte. Beberapa register ini digunakan untuk fungsi khusus antara lain sebagairegister control Timer/ Counter, Interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM, dan fungsi I/O lainnya. Register – register ini menempati memori pada alamat 0x20h –0x5Fh.Untuk mengetahui alur hubungan dari architecture ATmega328 dapat di lihat pada gambar berikut:


      ArsitekturATmega318_zpsadd62759.jpg

      Sumber:(Data sheet Mikrokontroller : 8)[32]

      Gambar 2.30. Arsitektur ATmega328


    3. Memori
    4. ATmega328 mempunyai 32 KB (dengan 0,5 KB digunakan untuk bootloader. ATmega 328 juga mempunyai 2 KB SRAM dan 1 KB EEPROM (yang dapat dibaca dan ditulis (RW/readand written) dengan EEPROM library).

    5. Input dan Output

    Setiap 14 pin digital padaATmega328 dapat digunakan sebagai input dan output,menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(),dan digitalRead(). Fungsi-fungsi tersebutberoperasi di tegangan 5 Volt. Setiap pindapat memberikan atau menerima suatu arus maksimum 40 mA dan mempunyai sebuah resistor pull-up (terputus secara default) 20-50 kOhm. Selain itu.

    Beberapa pinmempunyai fungsi-fungsi spesial:

    1. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) danmemancarkan (TX) serial data TTL (Transistor-Transistor Logic). Kedua pinini dihubungkan ke pin-pin yang sesuai dari chip Serial ATmega8U2USB-ke-TTL.
    2. External Interrupts: 2 dan 3. Pin-pin ini dapat dikonfigurasikan untuk dipicu sebuah interrupt (gangguan) pada sebuah nilai rendah, suatu kenaikan ataupenurunan yang besar, atau suatu perubahan nilai. Lihat fungsi attachInterrupt() untuk lebih jelasnya.
    3. PWM: 3, 5, 6, 9,10, dan 11. Memberikan 8-bit PWM output dengan fungsi analogWrite().
    4. SPI: 10 (SS), 11(MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini mensupport komunikasi SPI menggunakan SPI library.
    5. LED: 13. Ada sebuah LED yang terpasang, terhubung ke pin digital 13. Ketika pin bernilai HIGH LED menyala, ketika pin bernilai LOW LED mati.ATmega328 mempunyai 6 input analog, diberi label A0 sampai A5, setiapnya memberikan 10 bit resolusi (contohnya 1024 nilai yang berbeda).Secara default, 6 input analog tersebut mengukur dari ground sampai tegangan 5 Volt, dengan itu mungkin untuk menggantibatas atas dari rangenya dengan menggunakan pin AREF dan fungsi analogReference().Di sisi lain, beberapa pin mempunyai fungsi spesial:
    1. TWI: pin A4 atauSDA dan pin A5 atau SCL. Mensupport komunikasi TWI dengan menggunakan Wire library
    2. Ada sepasang pin lainnya pada board:
    3. AREF. Referensi tegangan untuk input analog.Digunakan dengan analogReference().
    4. TReset. Membawa saluran ini LOW untuk mereset mikrokontroler.Secara khusus, digunakan untukmenambahkan sebuah tombol reset untuk melindungi yang memblock sesuatu pada board.
    5. ATmega328 menyediakan serial komunikasi UART TTL (5V), yang tersedia pada pin digital 0 (RX) dan 1 (TX).Sebuah Atmega 16U2 pada channel board serial komunikasinya melalui USB dan muncul sebagai sebuah port virtual kesoftware pada komputer. Firmware 16U2 menggunakan driver USB COM standar, dan tidak ada driver eksternal yang dibutuhkan. Bagaimanapun, pada Windows, sebuah file infpasti dibutuhkan. Software Arduino mencakup sebuah serial monitor yang memungkinkan data tekstual terkirim ke dan dari board Arduino. LEDRX dan TX pada board akan menyala ketika data sedang ditransmit melalui chipUSB-to-serial dan koneksi USB padakomputer (tapi tidak untuk komunikasi serial pada pin 0 dan 1).
    6. Sebuah Software Serial library memungkinkan untuk komunikasi serial pada beberapapin digital ATmega328.
    7. ATmega328 juga mensupport komunikasi I2C (TWI) dan SPI. Software Arduino mencakup sebuah Wire library untuk memudahkanmenggunakan bus I2C, Untuk komunikasi SPI, gunakan SPI library. ATmega328 Memerlukan Board Arduino Uno Sebagai bootloader yang memungkinkan kita untuk mengupload kode baru ke ATmega328 menggunakan pemrogram hardware eksternal yaitu Board ArduinoUno. ATmega328 berkomunikasi menggunakan protokol STK500.

    Arduino Board

    Arduino dikatakan sebagai sebuah platform dari physical computing yang bersifat open source. Pertama-tama perlu dipahami bahwa kata “platform” di sini adalah sebuah pilihan kata yang tepat. Arduino tidak hanya sekedar sebuah alat pengembangan, tetapi kombinasi dari hardware,bahasa pemrograman dan Integrated Development Environment (IDE) yang canggih. IDE adalah sebuah software yang sangat berperan untuk menulis program, meng-compile menjadi kode biner dan meng-upload ke dalam memory microcontroller.

    Menurut Djuandi (2011:8) “Komponen utama didalam papan Arduinoadalah sebuah mikrokontroler 8 bit dengan merk ATmega yang dibuat oleh Atmel Corporation. Berbagai papan Arduino menggunakan tipe ATmega yang berbeda-beda tergantung dari spesifikasinya.,sebagai contoh Arduino Uno menggunakan ATmega328 sedangkan Arduino Mega 2560 yang lebih canggih menggunakan ATmega2560.”
    Pada gambar berikut ini diperlihatkan contoh diagram blok sederhanadari mikrokontroler ATmega328 yang dipakai pada Arduino Uno.


    DiagramBlokArduinoUno_zpscaf2ef8e.jpg

    Sumber: Djuandi (2011:8)

    Gambar 2.31. Diagram Blok Arduino Uno


    Blok-blok diagram dijelaskan sebagai berikut :

    1. Universal Asynchronus Reseiver/Transmitter (UART) adalah antar muka yang digunakan yang digunakan untuk komnikasi serial seperti pada RS-232, RS-442 dan RS-485
    2. 2KB RAM pada memori kerja bersifat volatile (hilang saat dayadimatikan), digunakan oleh variabel-variabel di dalam program.
    3. 32KB RAM flash memori bersifat non-volatile, digunakan untuk menyimpan program yang dimuatdari computer. Selain program, flash memori juga menyimpan bootloader. Bootloader adalah program inisiasi yang ukurannya kecil, dijalankan oleh CPU saat daya dihidupkan. Setelah bootloader selesai dijalankan,berikutnya program didalam RAM akan dieksekusi.
    4. 1KB EEPROM bersifat non-volatile, digunakan untuk meyimpan data yang tidak boleh hilang saat daya dimatikan. Tidak digunakan pada papan Arduino.
    5. Central Processing Unit (CPU), bagian darimikrokontroleruntuk menjalankan setiap instruksi dari program.
    6. Port Input dan Output, pin-pin untuk menerima data (input) digital atau analog, dan mengeluarkan data (output)digital atau analog.

    Bagian-Bagian Arduino Board

    Setelah mengenal bagian-bagianutama dari mikrokontroler ATmega328 sebagai komponen utama, selanjutnya menjelaskantentang bagian-bagian dari papan Arduino itu sendiri.


    BoardArduinoUno_zps2bbb22c8.jpg

    Sumber: Feri Djuandi (2011:9)

    Gambar 2.32. Bagian-Bagian Arduino Uno Board


    Bagian-bagian komponen dari Arduino Board dapat dijelaskan sebagaiberikut:

    1. 14 pin input/outputdigital (0-13)
      Berfungsi sebagai input atau output, dapat diatur olehprogram. Khusus untuk 6 buah pin 3, 5, 6, 9, 10 dan 11, dapat juga berfungsisebagai pin analog output dimana tegangan output-nya dapat diatur. Nilai sebuah pin output analog dapat diprogram antara 0 – 255, dimana hal itu mewakili nilai tegangan 0 – 5V.
    2. USB
      Berfungsi untuk:
      1. Memuat program dari komputer ke dalam papan
      2. Komunikasi serial antara papan dan Komputer.
      3. Memberi daya listrikkepada papan.
    3. 1 Sambungan SV1
      Sambungan atau jumper untuk memilih sumber daya papan, apakah dari sumber eksternal atau menggunakan USB. Sambungan ini tidak diperlukan lagi pada papan Arduino versi terakhir karena pemilihan sumber dayaeksternal atau USB dilakukan secara otomatis.
    4. Q1 – Kristal (quartzcrystal oscillator)
      Jika mikrontroler dianggap sebagai sebuah otak, maka kristal adalah jantung-nya karena komponen ini menghasilkan detak-detak yang dikirim kepada microcontroller agar melakukan sebuah operasi untuk setiap detak-nya. Kristal ini dipilih yang berdetak 16 juta kali per detik (16MHz).
    5. In-CircuitSerial Programming (ICSP)
      Port ICSP memungkinkan pengguna untuk memprogram mikrokontrolersecara langsung, tanpa melalui bootloader. Umumnya pengguna Arduino tidak melakukan ini sehingga ICSP tidak terlalu dipakai walaupun disediakan.
    6. Tombol Reset S1
      Untuk me-reset mikrokontroler sehingga program akan mulai lagi dari awal. Perhatikan bahwa tombol reset ini bukan untuk menghapus program atau mengosongkan mikrokontroler.
    7. IC 1 – MikrokontrolerATmega
      Komponen utama dari papan Arduino, di dalamnya terdapat CPU, ROM dan RAM.
    8. 1 X1 – sumber daya eksternal
      Jika hendak disuplai dengan sumber daya eksternal, papan Arduino dapat diberikan tegangan DC antara 9-12V.
    9. 6 pin input analog (0-5)
      Pin ini sangat berguna untuk membaca tegangan yang dihasilkan oleh sensor analog, seperti sensor suhu. Program dapat membaca nilaisebuah pin input antara 0 – 1023, dimana hal itu mewakili nilai tegangan 0 –5V.


    Konsep Dasar Literature Review

    1. Definisi Literature Review

    Menurut Guritno, Sudaryono, Untung Raharja (2011:86)[19], “Literature Review dalam suatu penelitian adalah mengetahui apakah para peneliti lain telah menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian yang kita rumuskan. Jika dapat menemukan jawaban pertanyaan penelitian tersebut dalam berbagai pustaka atau laporan hasil penelitian yang paling aktual, maka kita tidak perlu melakukan penelitian yang sama.

    Menurut Semiawan (2010:104)[33], mendefinisikan Literature Review sebagai berikut:

    Literature review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti. Tinjauan pustaka membantu peniliti untuk melihat ide-ide, pendapat, dan kritik tentang topik tersebut yang sebelum dibangun dan dianalisis oleh para ilmuwan sebelumnya. Pentingnya tinjauan pustaka untuk melihat dan menganalisa nilai tambah penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

    Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Literature Review adalah bahan yang tertulis terhadap permasalahan kajian tertentu yang dilakukan oleh orang lain.

    2. Langkah-langkah Literature Review

    Menurut Guritno, Sudaryono, Untung Raharja (2011:87)[19], dalam melakukan kajian literature review, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi kesenjangan (indentify gaps) penelitian ini.
    2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu serta menghindari kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.
    3. Mengidentifikasi metode yang pernah dilakukan dan relevan terhadap penelitian ini.
    4. Menerusakan capaian penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat dibangun di atas platform pengetahuan atau ide yang sudah ada.
    5. Mengetahui orang lain yang ahli dan mengerjakan di area penelitian yang sama sehingga dapat terjaring dalam komunitas yang dapat memberikan kontribusi sumber daya berharga.

    3. Tujuan Literature Review

    Menurut Guritno, Sudaryono, Untung Raharja (2011:87)[19], dalam melakukan kajian literature review, langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasi kesenjangan (indentify gaps) penelitian ini.
    2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu serta menghindari kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.
    3. Mengidentifikasi metode yang pernah dilakukan dan relevan terhadap penelitian ini.
    4. Menerusakan capaian penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat dibangun di atas platform pengetahuan atau ide yang sudah ada.
    5. Mengetahui orang lain yang ahli dan mengerjakan di area penelitian yang sama sehingga dapat terjaring dalam komunitas yang dapat memberikan kontribusi sumber daya berharga.

    4. Jenis Penelitian

    Menurut Guritno (2011:22)[19], jenis-jenis penelitian yaitu:

    1. Jenis-jenis penelitian berdasarkan fungsinya
      Secara umum penelitian mempunyai dua fungsi utama, yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki praktik.
      1. Penelitian Dasar
        Penelitian dasar (basic research) disebut pula penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental research). Penelitian ini diarahkan pada pengujian teori dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya untuk kepentingan praktik.
      2. Penelitian Terapan
        Penelitian terapan (applied research) berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, yaitu penerapan dan pengembangan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
      3. Penelitian Evaluasi
        Penelitian evaluasi (evaluation research) fokus pada suatu kegiatan dalam unit (site) tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses, ataupun hasil kerja; sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun lembaga.
    2. Jenis-jenis penelitian berdasarkan tujuannya
      Selain berdasarkan pendekatan dan fungsinya, penelitian dapat pula dibedakan berdasarkan tujuan, yaitu:
    1. Penelitian Deskriptif
      Penelitian deskriptif (descriptive research) bertujuan mendeskripsikam suatu keadaan atau fenomena apa adanya.
    2. Penelitian Prediktif
      Penelitian prediktif (predictive research). Studi ini bertujan memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada waktu mendatang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini.
    3. Penelitian Improftif
      Penelitian improftif (improvetive research) bertujuan memperbaiki, meningkatkan, atau menyempurnakan keadaan, kegiatan, atau pelaksanaan suatu program.
    4. Penelitian Eksplanatif
      Penelitian eksplanatif dilakukan ketika belum ada atau belum banyak penelitian dilakukan terhadap masalah yang bersangkutan.
    5. Penelitian Eksperimen
      Penelitian eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis mengenai hubungan sebab-akibat.
    6. Penelitian Ex Post Facto
      Ex post facto berarti setelah kejadian. Secara sederhana, dalam penelitian ex post facto, penelitian menyelidiki permasalahan dengan mempelajari atau meninjau variable-variabel.
    7. Penelitian Partisipatori
      Bonnie J. Cain, penulis buku Parsticipatory Research; Research with Historical Consciousness, mengatakan bahwa definisi yang semakin luas tentang penelitian pastisipatori berada dalam istilah yang berciri negative serta dalam tindakan atau praktik yang ingin kita hindari atau atasi.
    8. Penelitian dan Pengembangan
      Metode penelitian dan pengmebangan atau dalam istilah bahasa Inggrisnya research and development adalah metode penelitian yang bertujuan menghasilkan produk tertentu serta menguji efektivitas produk tersebut.


    Literature Review

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Anizar Indriani dan Yovan Witanto (2014) dari Fakultas Teknik Universitas Bengkulu dengan judul " Pemanfaatan Sensor Suhu LM 35 Berbasis Microcontroller ATmega 8535 pada Sistem Pengontrolan Temperatur Air Laut Skala Kecil ", Menjelaskan Sistem pengaturan atau pengontrol suatu mekanisme saat ini sangat diperlukan dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti remote (televisi,AC dan CD), pendeteksi warna, jam digital, sistem pengamanan, pengendali suhu atau temperatur dan lainnya. Dimana sistem pengaturan atau pengontrol ini memerlukan alat untuk mengatur sistem tersebut seperti microcontroller. Microcontroller merupakan suatu rangkaian IC yang dapat diprogram dan disesuaikan dengan rangkaian sistem elektronik yang diinginkan. Contoh microcontroller yaitu DT51, AT89C51, AT89S51, ATmega 8535. Microcontroller ini dapat digunakan untuk pengontrolan pemakaian listrik, bahaya kebakaran dan pengontrolan pakan ikan, pengamanan, monitoring debit aliran, sistem control mesin-mesin produksi dan komponen lainnya. Microcontroller dapat digunakan secara otomatis dan manual sebagai pengontrol pada perangkat elektronik.
    2. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidya Siella Ningtyas, Ismoyowati, dan Ibnu Hari Sulistyawan (2013) dari Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman dengan judul " PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DAYA TETAS DAN HASIL TETAS TELUR ITIK (Anas plathyrinchos) ", Menjelaskan Penelitian untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap daya tetas, mortalitas dan hasil tetas telur itik. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga perlakuan. Perlakuan pertama penetasan dengan menggunakan temperatur 36-37°C, perlakuan kedua menggunakan temperatur 37-38°C, serta perlakuan ketiga menggunakan temperatur 38-39°C dengan setiap unit perlakuan diulang sebanyak delapan kali ulangan. Sehingga Hasil penelitian dapat disimpulkan suhu optimum untuk penetasan telur itik berkisar antara 38-39°C.
    3. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Sudibyo, S.Pd., MT.(2009) Fakultas Teknik Universitas GAJAYANA Malang dengan judul " HUBUNGAN PERUBAHAN TEMPERATUR AIR PENDINGIN TERHADAP DEBIT PENYEMPROTAN BAHAN BAKAR INJEKSI DAN EMISI GAS BUANG ", menjelaskan bahwa Mesin mobil bekerja secara optimal pada suhu yang cukup tinggi (sekitar 93ºC). Jika mesin bekerja pada suhu yang rendah akan membuat komponen mesin cepat mengalami kerusakan, detonasi, membuat polusi dan boros bahan bakar. Dalam hal ini tidak memperhitungkan Daya kendaraan, Tidak membahas pemrogaman ECU/CPU, Memakai Type Mesin Toyota Corolla 4AFE, Memakai Rangkaian Pengatur ECT ( Engine Cooling Temperature ). dapat disimpulkan bahwa Temperatur kerja yang baik 800 C dapat menurunkan tahanan (0,3 Ω) dan tegangan sensor 0,48 Volt pada putaran 1000 rpm hingga pada akhir putaran mesin masih dalam kondisi stabil untuk membakar bahan bakar 0.0012 Kg/s, Performasi mesin yang ideal pada level 800 pada putaran 2500 rpm didapatkan: Daya bahan bakar (Nbb) : 9,471 HP, Daya radiasi (Nrad) : 0.6630 HP, SFCe: 0,0004 Kg/s, SFCi : 0.00014 Kg/s, Efisiensi Efektif /indikasi: 0,3174 % / 0,93 % dan Karakteristik mutu gas buang pada temperatur 800 meliputi: Kandungan CO sebesar 4,78 ppm pada putaran 1000 rpm, Kandungan CO2 sebesar 5,63 ppm pada putaran 1000 rpm, Kandungan HC sebesar 433,7 ppm pada putaran 2000 rpm, Kandungan O2 sebesar 10 ppm pada putaran 2500 rpm.
    4. Penelitian yang dilakukan oleh Angger Raharjanto, Bambang Supradono, Aris Kiswanto (2013) dari Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Semarang dengan judul " PROTOTIPE ALAT PENGUKUR SUHU PANAS (HOT POINT) PADA PERALATAN GARDU INDUK PLN SECARA WIRELESS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535", Menjelaskan Penelitian untuk mengetahui mendeteksi suhu panas dalam gardu PLN yang sering kali tidak terkontrol akibat pemanasan yang terus menerus (real time). Suhu real time atau titik panas terus-menerus dapat dikontrol dengan pembuatan pototipe dan menggunakan wireless telah diselenggarakan. Menggunakan perangkat ini ATMEGA 8535 dan panas sensor TPA 81 maka mengirimkan sinyal data bay FM dan kemudian, data ini dapat ditampilkan dan menyimpan di computer. Menggunakan prototipe, masalah yang dihadapi PLN hari ini dapat diselesaikan,karena prototipe ini.
    5. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Saefullah, Hadi Syahrial, Ari Santoso (2012), Jurusan Sistem Mahasiswa Pasca Sarjana, Universitas Budi Luhur Komputer, Jurusan sistem Komputer STMIK Raharja, Pasca Sarjana Ilmu Komputer Universitas Budi Luhur, yang berjudul “ Pendeteksi kebocoran tabung gas lpg menggunakan Mikrokontroller AT89S2051 Melalui handphone sebagai media informasi” Penelitian menjelaskan kebakaran sering terdengar sebagai akibat tabung gas elpiji meledak, penyebab meledaknya tabung gas ini karena kebocoran pada selang, tabung atau pada regulatornya yang tidak terpasang dengan baik. Pada saat terjadi kebocoran akan tercium gas yang menyengat, gas inilah yang nantinya akan meledak apabila ada sulutan atau percikan listrik, atau rokok. Pada intinya ledakan dapat dihindarkan apabila terdapat penanganan dini saat gas keluar atau pada saat kebocoran gas terjadi. Pada penelitian ini dibuat sebuah program untuk mendeteksi kebocoran Gas dengan memanfaatkansensor gas TGS-2610. Pada saat sensor mendeteksi adanya bau gas maka sistem mengaktifkan buzzer sebagai simulasi penanganan dini. Selain itu, sistem ini juga dihubungkan dengan handphone, untuk memberi informasi bahwa kondisi gastelah berbahaya kepada pihak terkait. Hasilnya berupa sebuah alat yang mampu mengirim informasi berupa SMS ke pihak terkait, membunyikan buzzer sebagai peringatan dini ketika ruang terakumulasi gas yang berbahaya dan mematikannya jika kondisi ruang sudah aman dari gas.
    6. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rofiq Hakim, Arif Bramanto & Rajib Syahri (2010), Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Samarinda yang berjudul “ Aplikasi Monitoring Suhu Ruangan Berbasis Komputer dan SMS Gateway”. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi untuk memonitoring dan mengontrol suhu ruangan yang dapat diaplikasikan untuk ruanagan seperti laboratorium dan ruang server menggunakan perangkat keras komputer, mikrokontroller dan berbasis sms gateway. Untuk membangun aplikasi monitoring dan kontrol suhu ruangan dibutuhkan perangkat keras berupa perangkat input yaitu sensor suhu PTC dan LM35DZ, pemroses berupa Mikrokontroler AT89C51, Komputer dan perangkat pengirim data untuk sms yaitu handphone. Perangkat lunakyang digunakan untuk mikrokontroler AT89C51 adalah Assembler MCS-51 dan bahasa pemograman Borland Delphi 6,0 sebagai user interface monitoring dan control suhu ruangan. Hasil penelitian ini adalah aplikasi monitoring dan kontrol suhu ruangan dan diharapkan membantu pengelolaan suhu ruangan seperti ruang laboratorium komputer atau server.


    BAB III

    ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

    Gambaran Umum Perusahaan

    Sejarah Singkat Perusahaan

    PT Gapura Angkasa adalah salah satu perusahaan Ground Handling hasil patungan anatara tiga perusahaan BUMN, yaitu PT. Garuda Indonesia, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, yang 100% sahamnya dimiliki oleh pemerintah hanya statusnya bukan BUMN. Pada awalnya PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan Ground Handling untuk keperluan perusahaan sendiri, mengingat kebutuhan akan pelayanan yang profesional dan tuntutan hasil kerja yang optimal dengan tanpa mengabaikan unsur keselamatan (safety), kehandalan (reliability), ketepatan waktu (punctuality) dan kepuasan pelanggan (costumer satisfaction), maka PT Garuda Indonesia mempertimbangkan untuk menyerahkan kegiatan pelaksanaan Ground Handling untuk semua pesawat yang dimilikinya dan bisa berkonsentrasi pada operasional pesawat saja. Dari sinilah asal mula dibentuknya PT GAPURA ANGKASA.

    PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II (sebagai pemegang otoritas di hampir seluruh bandara di Indonesia). Pada tanggal 26 Januari 1998 dan bersamaan dengan ulang tahun ke-49 PT Garuda Indonesia maka komisaris dari ketiga perusahaan negara tersebut memutuskan untuk mendirikan PT Gapura Angkasa sebagai perusahaan pelayanan darat yang melayani penerbangan domestik dan internasional di pelabuhan udara. PT Gapura Angkasa terus menerus belajar dari pengalaman dan menjaga kualitas pelayanan kepada pelanggan. Tanggung jawab dan kewajiban PT Gapura Angkasa untuk menjadi pelengkap dan untuk bekerja sama dalam melayani operasional penerbangan di Indonesia dan untuk memberikan kecakapan dan ketepatan pelayanan yang hanya dapat diraih dengan mengembangkan sistem manajemen, peralatan yang layak dipakai dan memiliki motivasi tinggi merupakan kunci dari perjalanan perusahaan.

    Pada mulanya PT Garuda Indonesia melaksanakan kegiatan secara keseluruhan mulai dari tiket, pelayanan penumpang, pelayanan pesawat serta penanganan kargo.Namun setelah dirasakan perlu adanya profesionalisme dalam pelayanan Ground Handling maka PT Angkasa Pura I dan II memutuskan mendirikan perusahaan baru. Dengan menempatkan beberapa tim kerja dari PT Garuda Indonesia untuk berkarir di PT Gapura Angkasa ini merupakan salah satu cara untuk menjaga kepercayaan publik bahwa PT Gapura Angkasa dipegang oleh tim yang profesional dibidangnya.

    Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No: SR-04/MK/016/1998 dan akte pendirian nomor 32 tanggal 26 Januari 1998, bukti bahwa kerja sama antara PT Garuda Indonesia dengan PT Angkasa Pura I dan II melahirkan perusahaan baru yakni PT Gapura Angkasa. Pendirian PT Gapura Angkasa ini diharapkan mampu menciptakan sinergi kuat hingga tercapainya kinerja perusahaan yang sehat, profesionalisme yang pada akhirnya mampu mengembangkan misi perusahaan untuk menjadi perusahaan Ground Handling yang terbaik di Asia.

    PT Gapura Angkasa mulai dikenal di dunia internasional melalui pertemuan IATA (International Air Transport Association) di Kuala Lumpur bulan april 1998 dan PT Gapura Angkasa mulai dikenal dunia (khususnya bagi International Airlines dan perusahaan Ground Handling). Ground Handling International Magazine vol.3 issue may 1 june 1998 (hal.2) yang dipublikasikan oleh Ground Handling International Publication & Exhibition of The Stable (UK). Iklan tersebut mengukuhkan keanggotaan PT Gapura Angkasa dalam IATA.

    Dengan berdirinya PT Gapura Angkasa, PT Garuda Indonesia langsung menyerahkan pelayanan Ground Handling kepada pihak PT Gapura Angkasa. Setelah beberapa bulan beroperasi, PT Gapura Angkasa mendapat tawaran untuk menjadi rekan kerja airlines yang lain, yaitu : Silk Air dan Royal Brunei menambah daftar klien PT Gapura Angkasa cabang Balikpapan dan Bouraq dilayani oleh PT Gapura Angkasa cabang Manado, dan bulan Agustus 1998 Trans Nusantara (penerbangan kargo) menandatangani kerjasama dengan PT Gapura Angkasa untuk penerbangan cabang : Jakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Ambon, dan Jayapura. Setelah Silk Air, Royal Brunei, Bouraq, dan Trans Nusantara, giliran Qantas Airways menandatangani kerjasama dengan PT Gapura Angkasa.

    Sampai saat ini PT Gapura Angkasa telah mempunyai 51 klien yaitu Air China, Aeroflot Russian Airlines, Aviastar, China Airlines, China Southern Airlines, Continental Airlines, Air Asia, Japan Airlines, Air North, Korean Air, Airfast Indonesia, Airfrance KLM, Asialink Cargo Airlines, Malaysian Airlines, Batavia Air, Cardigair, Pacific Royale, Cathay Pacific, Qantas, Royal Brunei, Silk Air, Thai Airways, Lion Air, Vietnam Airlines, Wings Air, Citilink, Expressair, Firefly, Air New Zealand, Hainan Airlines, Kalstar Aviation, Hongkong Airlines, Skywest, Nordwind Airlines, MAI, Garuda Indonesia, Nusantara, Qatar Airways, RPX One Stop Logistics, Shanghai Airlines, Shenzhen Airlines, Sky Aviation, Sichuan Airlines Co. Ltd., Sriwijaya Air, Transmile, Travira Air, Tri-M.G. Airlines, Jetstar, Eastindo.com, dan Chartered, VVIP, Military Flights. Khusus untuk PT Gapura Angkasa cabang utama Cengkareng di tahun 2014 ini memiliki 15 klien baik airlines internasional ataupun domestik, yaitu : Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, Thai Airways, China Airlines, Korean Air, Air France KLM, Qatar Airways, Hong Kong Airlines, Skywest Airlines, Cathay Pacific, Nord Wind, Jetstar, Batavia Air, Air New Zealand, dan Citilink. Sebagai perusahaan yang berdiri sendiri yang diakui oleh pemerintah Indonesia dan IATA, PT Gapura Angkasa bertujuan untuk menjaga industri pasar dalam negeri yang tidak menunjukkan keadaan yang berat sebelah dalam peralatan dan kerahasiaan yang tinggi untuk semua pelanggan dan menjamin mereka untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik dengan harga yang sesuai.


    Bidang Usaha dan Fasilitas Perusahaan

    1. Bidang Usaha Perusahaan

    Bidang usaha utama PT Gapura Angkasa adalah Ground Handling, sebagai pelaksana dan pendukung kegiatan penerbangan di kawasan bandara. Sesuai dengan standar pelayanan Ground Handling yang dikeluarkan oleh IATA (PT Gapura Angkasa telah menjadi anggota IATA dalam pertemuan di Kuala Lumpur pada bulan April 1998).Gapura menangani kegiatan Ground Handling baik untuk perusahaan penerbangan domestik maupun perusahaan internasional. Bisnis yang dijalankan oleh PT Gapura Angkasa meliputi:

    1. Representation and accommodation
    2. Load control and communication
    3. Unit load device control
    4. Passenger and baggage
    5. Cargo and mail
    6. Ramp handling
    7. Aircraft servicing
    8. Fuel and oil servicing
    9. Aircraft maintenance
    10. Flight operations and crew administration
    11. Surface transport
    12. Catering services
    13. Supervision and administration
    14. Security

    Jenis-jenis pelayanan yang diberikan PT Gapura Angkasa antara lain :

    1. Check-in Counter
      Check-in counter merupakan suatu service atau pelayanan yang diberikan kepada penumpang pada saat check-in, pada saat ini dilakukan pengecekan terhadap ticket, passport, visa, pengambilan flight coupon, pemeriksaan terhadap bagasi, dan tentunya juga pemberian label-label pada bagasi penumpang, pemberian boarding pass, dan tidak lupa pemberian informasi mengenai pembayaran airport tax, lokasi gate, dan schedule keberangkatan pesawat yang akan dinaiki.
    2. Gate and Services
      Gate and services merupakan suatu pelayanan terhadap penumpang yang meliputi pengecekan seat number dan flight number pada boarding pass dan pengambilan immigration card pada saat boarding, swepping bagasi, penjemputan penumpang dari pintu pesawat sampai ruang tunggu kedatangan, memberikan pelayanan kepada penumpang yang membutuhkan whellchair.
    3. Aircraft Document
      Aircraft document yaitu pengurusan dokumen yang diperlukan selama melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang meliputi General Declaration (GENDEC), pengetikan daftar penumpang (Passenger Manifest), mengambil Flight Bag yang datang, dan menyerahkan Flight Bag yang berangkat. Selain itu membuat file untuk setiap Flight yang berangkat dan mengurus perlengkapan yang diperlukan untuk penerbangan yang berupa label bagasi, Boarding Pass, dan Immigration Card.
    4. Baggage Handling Unit
      Baggage handling unit yaitu penanganan bagasi penumpang mulai dari keberangkatan hingga bagasi tersebut tiba di negara tujuan keberangkatan. Dalam hal ini, Baggage Handling Unit dibagi menjadi dua sub unit kerja yaitu: Aircraft Baggage yang terdapat di terminal keberangkatan penumpang yang mengurus semua bagasi penumpang yang akan dimuat ke dalam pesawat, dan Lost and Found yang terdapat di terminal kedatangan penumpang yang menangani bagasi penumpang yang hilang, rusak, atau terlambat tiba di negara tujuan keberangkatan.
    5. Operation
      Operation merupakan suatu unit yang mengatur segala kegiatan yang berkenaan dengan keberangkatan dan kedatangan pesawat yang terkait dalam hal pengontrolan masing-masing unit dan sub unit, menerima informasi kedatangan pesawat, membuat loadsheet, dan juga bertugas sebagai flight coordinator dan load control.
    6. Line Maintenance
      Line maintenance merupakan suatu unit yang bertugas mengadakan pengecekan terhadap pesawat yang mengalami kerusakan, memberikan perawatan, memberikan Ground Power terhadap pesawat yang memerlukannya, hingga sampai pada pengecekan bahan bakar pesawat.
    7. Ramp Handling
      Ramp handling merupakan suatu unit yang memberikan pelayanan di apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo and mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat Stock terhadap pemeliharaan unit load device (ULD) milik airlines, dan memberikan pelayanan dalam penjemputan yang menggunakan bus.

    2. Fasilitas Perusahaan

    Di dalam segala hal yang terkait dala suatu aktivitas sangatlah diperlukan suatu fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut, apalagi pada suatu perusahaan dimana fasilitas sangatlah penting guna mendukung dan memperlancar segala aktivitas yang dilakukan ataupun dikerjakan agar dapat berjalan dengan lancar, cepat, tepat, serta efisien.Karena tanpa fasilitas, suatu kegiatan tidak dapat berjalan dengan baik.

    PT Gapura Angkasa sebagai suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang Ground Handling, menyediakan berbagai fasilitas pendukung yang menunjang segala kegiatan baik di terminal, di kantor, maupun di lapangan guna mencapai profesionalitas yang diharapkan. Adapun fasilitas yang disediakan, antara lain :

    1. Fasilitas Terminal
      Segala fasilitas yang mendukung kelancaran kerja di terminal antara lain:
      1. Check-in counter adalah suatu tempat di area terminal bagi penumpang untuk melakukan formalitasnya sebelum berangkat.
      2. Komputer digunakan untuk melaksanakan kegiatan check-in.
      3. Mesin photocopy yang digunakan untuk memperbanyak data untuk administrasi atau keperluan lainnya.
    2. Fasilitas Kantor
      Segala bentuk fasilitas yang menunjang kelancaran kegiatan di kantor, yaitu antara lain:
      1. Komputer yang dipergunakan untuk pembuatan dokumen-dokumen yang diperlukan dan laporan pengiriman telex serta kegiatan operasional lainnya.
      2. Telephone, facsimile, dan telex yang dipergunakan sebagai alat komunikasi secara lisan maupun tertulis, baik antara bagian maupun departemen, dan staf di lingkungan airport maupun antar instansi yang terkait dalam perusahaan.
      3. Handly talky (HT) yaitu alat komunikasi jarak dekat yang dipergunakan oleh staf area di bandara dalam penanganan kedatangan maupun keberangkatan pesawat dan penumpang.
      4. Mesin photocopy yaitu alat yang dipergunakan untuk memperbanyak dokumen-dokumen yang diperlukan dan laporan-laporan penting yang dipergunakan oleh perusahaan.
    3. Fasilitas lapangan
      Fasilitas penunjang segala bentuk kegiatan di lapangan yaitu antara lain:
    1. High Lift Loader (HLL) yaitu alat yang dipergunakan pada wide body aircraft untuk menaikkan dan menurunkan pallet dan container.
    2. Belt Conveyor Loader (BCL) yaitu alat yang dipergunakan pada narrow body aircraft untuk menaikkan serta menerunkan bagasi, cargo, mail.
    3. Baggage Towing Tractor (BTT) yaitu mobil yang dipergunakan untuk menaikkan container, dollies, pallet, dan baggage cart (gerobak).
    4. Passanger Boarding Stair (PBS) yaitu mobil yang pada bagian atasnya memuat tangga sebagai tempat naik dan turunnya penumpang dari dan ke dalam cabin pesawat. Alat ini digunakan untuk pesawat yang mendapat tempat parkir yang tidak dilengkapi dengan Aviobridge.
    5. Push Back Car yaitu mobil yang mempunyai kekuatan untuk mendorong pesawat dari tempat parkir pesawat (apron) ke taxi way.
    6. Towing Bar yaitu alat penghubung push back car dengan pesawat pada saat mendorong dari tempat parkir pesawat (apron) ke taxi way.
    7. Container yaitu tempat bagasi berbentuk kotak yang di dalamnya ditempatkan bagasi, cargo, dan benda-benda pos.
    8. Pallet yaitu tempat barang-barang cargo yang berbentuk segi empat panjang seperti lempengan logam.
    9. Baggage Car yaitu mobil yang digunakan untuk mengangkut bagasi penumpang dari pesawat ke baggage claim area dan make up ke pesawat.
    10. Baggage Cart yaitu alat yang menampung bagasi, cargo, dan benda-benda pos.
    11. Lavatory Truck yaitu mobil yang digunakan untuk membersihkan atau menyedot lavatory ke pesawat.
    12. Water Service Truck yaitu mobil yang digunakan untuk menyediakan dan membawa air bersih ke pesawat.
    13. Bus dan VIP coach yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut penumpang dari pesawat menuju terminal kedatangan dan dari terminal keberangkatan menuju ke pesawat.
    14. Handly Talky (HT) yaitu alat komunikasi jarak dekat yang dipergunakan oleh staf area di bandara di dalam penanganan kedatangan maupun keberangkatan pesawat dan penumpang.
    15. Mobil yaitu kendaraan yang digunakan untuk mengangkut petugas ramp handling, loading master, dan porter dari bagian operasi ke tempat parkir pesawat.
    16. Ground Power Unit (GPU) yaitu alat yang digunakan untuk membantu electrical pesawat pada saat berada di apron dalam menyediakan tenaga listrik untuk menghidupkan AC.
    17. AC Car yaitu alat yang digunakan untuk menambahkan gas Freon pada AC pesawat.
    18. Ground Turbine Compressor (GTC) yaitu alat yang digunakan untuk membantu starting engine bila terjadi kerusakan pada saat starting engine pesawat.

    3. Visi, Misi dan Motto Perusahaan PT Gapura Agkasa

    Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen di bidang jasa ground handling PT Gapura Angkasa memiliki visi, misi dan moto perusahaan yaitu:.

    1. Visi PT Gapura Angkasa
      Menjadi penyedia jasa ground handling dan jasa terkait lainnya di bandara udara dengan kualitas layanan kelas dunia (To Provide World-Class Airport Service).
    2. Misi PT Gapura Angkasa
      Sebagai perusahaan penyedia jasa ground handling dan jasa terkait lainnya di bandara udara, guna berkontribusi positif bagi integrasi bisnis jasa penerbangan nasional, selalu berupaya meraih laba dan pertumbuhan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh stakeholder.
    3. Motto PT Gapura Angkasa
      EARNING A REPUTATION FOR EXCELLENCE (Reputasi kita peroleh, karena bekerja dengan kualitas terbaik).


    Struktur Organisasi PT Gapura Angkasa

    Di dalam perusahaan terdapat beberapa unit kerja yang masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda, sehingga dibentuklah sebuah struktur organisasi.

    Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena dengan mempelajari struktur organisasi, maka dapat diperoleh gambaran mengenai bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan tersebut, beserta tugas, wewenang, dan tanggung jawab serta koordinasi antar bagian-bagian yang bersangkutan.

    Berikut ini adalah struktur organisasi perusahaan PT Gapura Angkasa pada bagian Dinas Informatika dan Pelaporan,yang menggambarkan hubungan vertikal dan horizontal antara pemimpin dan bawahan beserta karyawannya. Dimana karyawan atau bawahan harus menjalankan tugasnya masing-masing dan bertanggung jawab kepada atasannya agar bisa tercapai hasil kerja yang optimal.


    StrukturOrganisasi_zps63f1490b.jpg

    _______: Garis Tugas/Komando

    Sumber: PT Gapura Angkasa

    Gambar 3.1. Struktur Organisasi GSE Maintenance PT Gapura Angkasa


    Tugas dan Tanggung Jawab

    Dari struktur organisasi diatas, maka dapat diuraikan beberapa tugas dan tanggung jawab Manager, Assisten Manager Maintenance Support, Assisten Manager Maintenance, dan Supervisor diantaranya:

    1. Tugas dan tanggungjawab Manager
      1. Melaksanakan penjadwalan kegiatan teknis operasional.
      2. Melaksanakan kebijaksanaan umum dan kebijaksanaan teknis.
      3. Menyelenggarakan pembinaan terhadap seluruh departemen yang ada di unit Maintenance.
      4. Melaksanakan penugasan lainnya yang diberikan oleh General Manager perusahaan.
      5. Melaksanakan program kerja unit, serta melakukan pengawasan, pengendalian dan mengevaluasi pelaksanaannya .
      6. Membuat laporan kegiatan (management report) secara berkala dan sewaktu-waktu kepada General Manager dan direksi.
    2. Tugas dan tanggungjawab Assisten Manager Maintenance Support
      1. Mengatur penjadwalan kegiatan operasional maintenance.
      2. Mengatur penjadwalan Spare Part seluruh Equipment.
      3. Melaksanakan pelaporan kegiatan operasional maintenance secara berkala.
      4. Melaksanakan pelaporan ketersediaan dan pemesanan Spare Part.
      5. Melaksanakan koordinasi dengan unit Manintenance di lapangan.
      6. Menyelenggarakan pembinaan terhadap seluruh staf di lingkungan unit kerja.
      7. Bertanggung jawab penuh atas kinerja supervisor Planning Product and Controlling (PPC) dan supervisor Non Motorize
      8. Melaksanakan penugasan lainnya yang diberikan oleh Manager Teknik .
      9. Memberikan laporan kondisi Equipment kondisi serviceable dan unserviceable secara berkala kepada Manager Teknik.
    3. Tugas dan tanggungjawab Assisten Manager Maintenance
      1. Mengatur kegiatan operasional maintenance.
      2. Melaksanakan kegiatan operasional maintenance, Preventive Maintenance (PMI), Heavy Maintenance (HM), Non Motorize (NM), dan Crew Line Maintenance (LM).
      3. Berkoordinasi dengan unit terkait, Maintenance Support dan unit GSE Operation.
      4. Menyelenggarakan pembinaan terhadap seluruh staf di lingkungan unit kerja.
      5. Melaksanakan penugasan lainnya yang diberikan oleh Manager Teknik .
      6. Bertanggung jawab penuh atas kinerja supervisor Preventive Maintenance, Supervisor Heavy Maintenace dan Supervisor Line Maintenance
      7. Memberikan laporan hasil kegiatan Maintenance kepada unit Maintenance Support.
      8. Memberikan laporan kegiatan Maintenance secara berkala kepada Manager Teknik.
    4. Tugas dan tanggungjawab Supervisor
      1. Melaksanakan kegiatan operasional maintenance sesuai bagiannya.
      2. Melaksanakan breiefing debriefing kepada bawahan.
      3. Melaksanakan laporan kerja kepada unit PPC hasil kegiatan maintenance.
      4. Memberikan laporan secara berkala kepada masing-masing Assisten Manager.


    Tata Laksana Sistem Yang Berjalan

    Tujuan Perancangan

    Tujuan perancangan alat Deteksi Suhu panas mesin ini diharapkan akan tercipta beberapa dampak positif tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

    1. Pemindahan bagasi penupampang ataupun cargo dari dan ke pesawat lebih optimal.
    2. Delay pesawat akibat keterlambatan penaikan bagasi penumpang ataupun cargo bisa dikurangi ataupun dihilangkan.
    3. Biaya perusahaan mengganti penalti akibat keterlambatan pesawat bisa dikurangi ataupun dihilangkan.
    4. Kepuasan penumpang pesawat karena pesawat berangkat sesuai jadwal, tidak terjadi delay hanya karena keterlambatan penaikan bagasi penumpang.
    5. Kepuasan penumpang pesawat pada saat penerimaan bagasi tidak terlalu lama menunggu karena penurunan bagasi dari pesawat bisa lebih cepat dan optimal.
    6. Citra maskapai penerbangan semakin baik karena melaksanakan OTP (On Time Performance).
    7. Citra Perusahaan Gapura Angkasa juga meningkat khususnya dari maskapai penerbangan yang dilayani karena mampu melaksanakan On Time Performance (OTP).
    8. Terjadinya kerusakan bagasi bisa dicegah karena tidak dilakukan secara manual akibat tersedianya BCL.
    9. Terjadinya kerusakan pintu compartment bagasi pesawat juga bisa dicegah akibat penaikan bagasi secara manual.

    Cara Kerja Alat

    Cara kerja alat dari sistim deteksi suhu mesin ini dibuat untuk membantu aktivitas Operator Belt Conveyor Loader (BCL). Berikut adalah cara kerja alat ini berdasarkan Input, Proses, dan Output yang diinginkan:

    1. Input
      User menghidupkan mesin Belt Conveyor Loader, Arduino aktif dan sensor bekerja mendeteksi mendeteksi suhu mesin dan mengirimkan informasi suhu mesin Belt Conveyor Loader (BCL).
    2. Proses
      Data yang didapat dari sensor LM 35 berupa kondisi suhu mesin yang diproses melalui arduino akan memberikan tanda buzzer berbunyi kepada user bahwa suhu mesin sudah melebihi batas yang ditentukan.
    3. Output
      Data yang dihasilkan dari alat ini adalah feedback berupa suara dan mematikan mesin. Apabila user tidak mengindahkan peringatan buzzer, maka Arduino mengirimkan informasi kepada Hotline melalui SMS Gateway.

    Pembuatan alat

    Perangkat Keras (Hardware)

    1. Arduino Uno
    2. Modul Max323
    3. Modem Fastrack
    4. IC LM35
    5. Buzzer
    6. Lampu LED
    7. Resistor
    8. Prosessor Core I3
    9. Monitor LCD 20"
    10. Mouse Optical
    11. Keyboard USB

    Perangkat Lunak (Software)

    1. Microsoft Office 2010
    2. Visio 2007
    3. Hyperterminal

    Prosedur Sistem Yang Berjalan

    Adapun sistem yang berjalan pada PT Gapura Angkasa Cengkareng sebagai berikut:

    1. Prosedur Pengecekan Equipment
      Setiap hari bagian GSE operation mengecek seluruh equipment dan membuat list kerusakan equipment secara tertulis dengan Request Form Maintenance (RFM) kemudian memberikannya kepada supervisor GSE operation.
    2. Prosedure Perbaikan Equipment
      Berdasarkan RFM Supervisor GSE Operation membuat laporan dan memberikan laporan kerusakan mesin pada Supervisor Line Maintenance. Supervisor Line Maintenance menerima laporan kerusakan equipment, mengerjakan perbaikan dan memberikan informasi setelah equipment selesai diperbaiki.
    3. Prosedur Pengambilan Equipment
      Supervisor GSE Operation menerima laporan dari Supervisor Line maintenance bahwa equipment selesai diperbaiki untuk mengambil equipment yang telah selesai dan dapat digunakan untuk beroperasi kembali.
    4. Prosedur Pembuatan Laporan
      Berdasarkan List RFM, Supervisor GSE Operation membuat laporan yang diserahkan kepada Supervisor Line Maintenance, Kemudian Supervisor Line Maintenance Membuat Laporan Harian ke dalam komputer sebagai hystori kerusakan equipment status finish / selesai di kerjakan.

    Rancangan Prosedur Sistem Berjalan

    1. Analisa Sistem Berjalan pada Unified Modeling Language (UML)


    Gambar32usecaseIdiagramkerusakan_zpsdf3cdb0d.jpg

    Gambar 3.2. Use Case Diagram Pelaporan Kerusakan


    Keterangan Gambar 3.2:

    1. 1 sistem yang mencakup seluruh kegiatan maintenance equipment pada PT Gapura Angkasa Cengkareng.
    2. 3 Actor yaitu : Operator, Supervisor Operator, Supervisor Line Maintenance.
    3. 7 Use Case Diagram yaitu : Daily Check, Membuat daftar Kerusakan Equipment, Melaporkan Kerusakanm Menerima RFM, Membuat Laporan, Memberikan Laporan dan Menerima Laporan.

    2. Analisa Sistem Berjalan pada Activity Diagram


    Gambar33ActivityDiagramPelaporan_zps78fc60da.jpg

    Gambar 3.3. Activity Diagram Pelaporan Kerusakan


    Keterangan Gambar 3.3:

    1. Activity Diagram Pelaporan Kerusakan Equipment
        1. 2 Swim Line, yaitu Supervisor GSE Operation, Supervisor Line Maintenace.
        2. 1 Initial Node sebagai awal objek.
        3. 8 Action dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi yaitu Membuat Laporan Kerusakan, Memberikan Laporan Kerusakan, Menerima Laporan Kerusakan, Memperbaiki Kerusakan, Memberikan Equipment Selesai diperbaiki, Menerima Informasi, Mengambil Equipment, Equipment Beroperasi.
        4. 1 Final Node, sebagai objek yang diakhiri.


    2. Activity Diagram Laporan Kerusakan Equipment

      1. Gambar34ActivityLaporankerusakan_zps0073ebb3.jpg

        Gambar 3.4. Activity Diagram Laporan Kerusakan


        Keterangan Gambar 3.4:

      2. 2 Swim Line, yaitu Supervisor GSE Operation, Supervisor Line Maintenace.
      3. 1 Initial Node sebagai awal objek.
      4. 8 Action dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi yaitu Membuat Laporan Kerusakan, Memberikan Laporan Kerusakan, Menerima Laporan Kerusakan, Memperbaiki Kerusakan, Memberikan Equipment Selesai diperbaiki, Menerima Informasi, Mengambil Equipment, Equipment Beroperasi.
      5. 1 Final Node, sebagai objek yang diakhiri.

    3. Analisa Sistem yang Berjalan pada Sequence Diagram


    Gambar35SequenceDiagram_zps262f1591.jpg

    Gambar 3.5. Sequence Diagram


    Keterangan Gambar 3.5:

    1. 2 Swim Line, yaitu Supervisor GSE Operation, Supervisor Line Maintenace.
    2. 1 Initial Node sebagai awal objek.
    3. 3 Action dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi yaitu Membuat Laporan Kerusakan, Memberikan Laporan Kerusakan, Menerima Laporan Kerusakan.


    Analisa Sistem Yang Berjalan

    Metode Analisa Sistem

    Faktor internal yang mencakup produk yang terseedia, sumber daya manusia, dan fasilitas yang tersedia yang sedang berjalan saat ini. Sedangkan faktor eksternal yang mencakup aspek masyarakat persaingan terhadap perusahaan lainnya, promosi kepada pelanggan. Untuk mendukung proses analisa, maka terlebih dahulu akan dilakukan marketing mix 7P untuk mengetahui lebih jelas strategi yang akan dibahas dan kemudian dilanjutkan dengan analisa SWOT, yaitu sebagai berikut:


    Tabel 3.1. Marketing Mix 7P

    Tabel31_zps05d34428.jpg

    MarketingMix7PSesion2_zpsbcce428a.jpg


    Tabel 3.2. Analisa SWOT

    Permasalahan yang dihadapi dan Alternatif Pemecahan Masalah

    1. Permasalahan yang dihadapi

    Masalah yang dihadapi pada sistem yang berjalan ada sebagai berikut:

    1. Banyaknya peralatan Ground Support Equipment (GSE) di PT. Gapura Angkasa maka dibutuhkan pengontrolan dan perawatan yang baik agar peralatan dapat berfungsi optimal sehingga mendukung kegiatan operasional ground handling. Namun ternyata masih banyak kendala yang terjadi pada peralatan GSE tersebut. Kendala tersebut berupa kerusakan komponen-komponen yang ada di equipment (GSE) tersebut. Untuk mengetahui jumlah masing-masing kerusakan komponen unit GSE tersebut, maka dibuat suatu tabel yang mengklarifikasi jenis masalah komponen dan jumlah kerusakannya. Data tabel tersebut dapat dilihat di bawah ini.

    2. Tabel 3.3. Komponen dan Jumlah Kerusakan

      JOMPONENDANJUMLAHKERUSAKAN_zps57be652b.jpg


      Untuk membandingkan tingkat kerusakan jenis komponen, maka dibuat suatu grafik perbandingan untuk mengetahui tingkatannya.Untuk itu digunakan diagram pareto seperti yang terlihat dalam tabel dan diagram dibawah ini:

      Tabel 3.4. Kumulatif Kerusakan Komponen GSE

      Tabel34Kumulatif_zps84dca0d7.jpg


      Gambar 3.6. Diagram Pareto Trouble Komponen

      Gambar312DiagramPareto_zps600683ff.jpg


      Dari tabel dan diagram pareto diatas, terlihat bahwa batang nomor satu (1) (berwarna merah) yaitu masalah engine adalah yang memiliki prosentase kerusakan lebih besar dan lebih sering terjadi.

      Setelah mengetahui bahwa masalah kerusakan engine lebih besar dari yang lain, maka diperlukan suatu langkah perbaikan agar tingkat masalah kerusakan engine dapat ditekan. Oleh sebab itu perlu ditelurusuri penyebab masalah yang sering terjadi yang menyebabkan tingginya prosentase kerusakan selama periode pengambilan data. Maka dari itu untuk menentukan perbaikan yang akan dilakukan permasalahan yang terjadi yaitu tingginya tingkat kerusakan engine dibagi lagi menurut jenis masalah kerusakan engine tersebut. Jenis masalah kerusakan engine itu, selama periode pengambilan didapat sebagai berikut, yaitu Engine overheat; Engine can’t be run; Engine high crank case; Engine high RPM; Engine knocking; Engine low power; Engine RPM unstable; Engine shutdown; Engine stuck; Engine white smoke; dan Tes engine. Untuk mengetahui masing-masing jumlah trouble, maka dapat dilihat dari tabel berikut:


      Tabel 3.5. Jumlah Kerusakan Engine

      JUMLAHKERUSAKAN_zps7fd64081.jpg


      Untuk mengetahui perbandingan terbesar dari masing-masing tipe kerusakan, dan dapat dilihat dari grafik dibawah ini:


      Gambar313Grafik_zpsa4a10f42.jpg


      Gambar 3.7. Grafik Perbandingan Kerusakan Engine


      Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa batang untuk engine overheat (berwarna merah) adalah yang paling tinggi dibandingkan dengan batang yang lain sehingga dapat disimpulkan bahwa Engine overheat adalah tingkat jenis kerusakan engine yang paling sering terjadi dibandingkan jenis kerusakan engine lainnya.


      Gambar314Kerusakn_zps41bcf419.jpg

      Gambar 3.8. Kerusakan Komponen Engine Akibat Overheat


      Gambar tersebut merupakan efek dari terjadinya engine overheat, yaitu cylinder head crack (kepala silinder retak), piston baret dan liner baret.


    3. Masalah engine overheat adalah salah satu hal yang patut dihindari. Untuk mengetahui peralatan GSE yang pernah mengalami masalah engine overheat, penulis mendata jenis equipment GSE tersebut dan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


    Tabel 3.6. Engine Overheat Unit GSE

    ENGINEOverheatUnitGSE_zps780ed425.jpg


    2. Alternatif Pemecahan Masalah

    Setelah diatas dijabarkan permasalahan yang dihadapi , maka penulis akan membuatkan alternative pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

    1. Membuat rencana perbaikan dengan sistem 5w+2h Setelah diketahui penyebab dominan masalah engine overheat, maka perlu diadakan perbaikan untuk menanggulangi masalah engine overheat. Oleh karena itu, pertama dibuat perencanaan.
    2. Setelah dilakukan perencanaan perbaikan, maka selanjutnya adalah melakukan realisasinya yaitu melakukan perbaikan untuk mengurangi masalah engine overheat, tindakan perbaikan yang dilakukan adalah membuat alat warning sistem water coolant level dan warning sistem engine overheat.


    User Requirement

    Elasitasi Tahap I

    Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak B2TE, menghasilkan beberapa kebutuhan untuk membangun sistem yang diinginkan, kebutuhan-jebutuhan tersebut disusun ke dalam elasitasi tahap I yaitu sebagai berikut:


    Tabel 3.7. Elisitasi Tahap I

    ELISITASITAHAP1001_zpsfec15d24-1.jpg


    Elasitasi Tahap II

    Elisitasi Tahap II dibentuk berdasarkan Elisitasi Tahap I yang kemudian diklasifikasi menggunakan metode MDI. Requirement yang diberi opsi I (Inessential) akan dieliminasi.


    Tabel 3.8. Elisitasi Tahap II

    ELISITASITAHAP1001_zpsfec15d24-1.jpg


    Keterangan :

    M (Mandatory) : Dibutuhkan atau penting

    D (Desirable) : Diinginkan atau tidak perlu penting

    I (Innessential) : Di luar sistem atau di eliminasi

    Elasitasi Tahap III

    Berdasarkan Elisitasi Tahap II di atas, dibentuklah Elisitasi Tahap III. Requirement yang lolos akan diklasifikasikan kembali dengan menggunakan metode TOE dengan opsi LMH. Yang diberi opsi H (High) akan dieliminasi.


    Tabel 3.9. Elisitasi Tahap III

    ELISITASITAHAPIII001_zps1448f6a1-1.jpg


    Keterangan :

    T : Technical

    O : Operating

    E : Economic

    L : Low

    M : Middle

    H : High

    Elasitasi Tahap Final

    Tabel 3.10. Elisitasi Tahap Final

    ELISITASIFINAL001_zps3873c40e_1.jpg


    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Rancangan Sistem Usulan

    Setelah mengadakan analisa dan penelitian sistem deteksi suhu mesin pada Belt Conveyor Loader (BCL) maka selanjutnya akan dibahas mengenai rancangan usulan sistem prototype yang akan dibuat.

    Prosedur Sistem Usulan

    Sistem deteksi suhu mesin pada Belt Conveyor Loader (BCL) ini akan memberikan informasi berupa sms kepada hotline tentang suhu panas pada mesin Belt Conveyor Loader (BCL) pada saat loading dan unloading.

    1. Prosedur Pengukuran Suhu Mesin
      1. Arduino sebagai mikrokontroller akan membaca data dari sensor panas melalui LM35 pada saat mesin menyala.
      2. Sejumlah data yang terekam kemudian akan dibaca suhu panasnya
      3. Arduino uno akan melakukan deteksi besarnya suhu panas yang terukur
      4. Arduino uno akan melakukan perhitungan besarnya suhu normal efektif dimana diasumsikan bahwa suhu normal mesin adalah = 89 derajat Celcius
    2. Prosedur Pengendalian Suhu Mesin
      1. Arduino uno akan mengecek data dan port 7 yang terhubung ke LM35.
      2. Setelah suhu panas teridentifikasi maka akan dilihat status terakhirnya.
      3. Apabila ada perubahan status maka Arduino uno akan memberikan instruksi berupa logika 1 dan 0 ke buzzer dan modem Wavecom.
      4. Buzzer akan menyala (warning) apabila mendapat masukan 5V untuk logika 1 dan modem Wavecom standby dengan masukan 0V atau logika 0
      5. Modem Wavecome akan aktif apabila mendapat masukan 12V untuk logika 1 dan modem Wavecom mengirimkan SMS Informasi Suhu

    Use Case Diagram Sistem Yang Diusulkan

    UseCaseDeteksiSuhuMesin_zps4f43ab98.jpg

    Gambar 4.1. Use Case Diagram Deteksi Suhu Mesin


    Keterangan Gambar 4.1:

    1. 1 sistem yang mencakup kegiatan loading dan unloading operator.
    2. 1 Actor yaitu : Operator Belt Conveyor Loader (BCL).
    3. 3 Use Case Diagram yaitu : Engine start, deteksi suhu mesin aktif, dan pengukururan suhu mesin aktif.

    Activity Diagram Yang Diusulkan

    ActivityDiagramDeteksiSuhuMesin_zps32c0a87c.jpg

    Gambar 4.2. Activity Diagram Deteksi Suhu Mesin


    Keterangan Gambar 4.2:

    1. Activity Diagram Deteksi Suhu Mesin
    2. 1 Initial Node sebagai awal objek.
    3. 2 Action dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi yaitu Engine start dan deteksi suhu mesin aktif yang kemudian melakukan pengukuran suhu.
    4. 1 Final Node, sebagai objek yang diakhiri.

    Perbedaan Prosedur Antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan

    Berikut adalah tabel perbedaan antara sistem berjalan dengan sistem yang diusulkan:


    Tabel 4.1. Perbedaan Antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan

    PerbedaanSistemBerjalandanSistemUsulan_zps3feb89be-1.jpg

    Flowchart System yang diusulkan

    FLOWCHARTPROGRAMOK_zpseedfa589-1.jpg

    Gambar 4.3. Flowchart Program


     

    FLOWCHARTSISTEMOK_zps3b02cc97-1.jpg

    Gambar 4.4. Flowchart Sistem


     

    Rancangan Program

    PROGRAM1_zps0f03b3a2-1.jpg


     

    PROGRAM2_zps26ea478d-1.jpg


     

    PROGRAM3_zpsa8454490.jpg

    Gambar 4.5. Rancangan Program

     

    Rancangan Prototipe

    DIAGRAMBLOKOK_zps1a5cd166.jpg

    Gambar 4.6. Diagram Blok

     

    Konfigurasi Sistem Usulan

    Spesifikasi Hardware

    Spesifikasi hardware yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Arduino uno
    2. Modem Wavecom
    3. Modul Modem
    4. IC LM35
    5. Buzzer
    6. Lampu LED
    7. Resistor
    8. Processor Core I3
    9. Monitor LCD 20"
    10. Mouse Optical
    11. Keyboard USB

    Aplikasi Yang Digunakan

    Aplikasi yang digunakan pada alat deteksi suhu mesin Belt Conveyor Loader Adalah:

    1. HyperTerminal
    2. Visio 2007
    3. Notepad

    Hak Akses

    Hak akses hanya diberikan kepada operator on duty yang berwenang atau petugas shift yang memiliki surat tanda Kecakapan Personal (STKP).


    Testing

    Pada tahap testing yang dilakukan saat pengujian terhadap sistem yang dibuat yaitu menggunakan metode black box, pengujian dilakukan pada beberapa perangkat yang digunakan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Bahasa pemograman python untuk komunikasi ke perangkat. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai harapan, tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan dari beberapa tahap yaitu:

    1. Pengujian Sensor Suhu LM35
      Pengujian pada deteksi suhu panas untuk mengirimkan data ke Arduino pada program ini akan memberikan logika 0 atau 1 untuk membunyikan buzzer dan mengirimkan pesan melalui modem wavecom, pada saat logika 0 atau normal maka kondisi buzzer tidak akan berbunyi dan program berjalan normal sedangkan pada saat logika 1 maka buzzer akan berbunyi kemudian modem wavecom akan mengirimkan pesan sesuai dengan perintah dari Arduino.
    2. Pengujian Buzzer
      Pengujian pada program penggerak buzzer untuk membunyikan buzzer pada program ini akan memberikan logika 0 atau 1 untuk membunyikan buzzer, pada saat logika 0 maka kondisi buzzer tidak akan berbunyi dan program berjalan normal kembali sedangkan pada saat logika 1 maka buzzer akan berbunyi.
    3. Pengujian SMS Gateway
      Pengujian sms gateway ini dilakukan dengan cara input program pada Arduino dengan logika 1 setelah waktu yang ditentukan dan engine masih dalam keadaan running maka Arduino akan memberikan perintah mengirimkan sms kepada hotline sedangkan pada logika 0 setelah buzzer berbunyi memberikan peringatan engine telah shutdown.


    Tabel 4.3. Uji Black Box

    BLACKBOX_zpspsk0qmua.jpg

    Evaluasi

    Setelah dilakukan pengujian dengan metode Black box yang dilakukan dengan cara testing alat seperti contoh pengujian pada masing-masing tempat dan waktu alat beroperasi. Jika alat kurang berfungsi dengan baik maka lampu indikator tidak menyala, selanjutnya yang kemudian di proses sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya dan dapat menghasilkan output yang sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.

    Implementasi

    Schedule

    Berdasarkan data yang dikumpulkan, sehingga system Deteksi Suhu Panas pada mesin Belt Conveyor Loader (BCL) berbasis Arduino dapat dibuat, penulis pun melakukan pendekatan pada pihak perusahaan yang merupakan tempat observasi penulis, hal ini dilakukan demi kepentingan petugas operator dimana system ini dapat membantu efesiensi pekerjaan dan memperkecil kerusakan pada mesin sedangkan penulis sangat perlu melakukan pendekatan tersebut karena ada bebrapa hal yang mungkin menjadi kendala ketika dalam proses perancangan dan pembuatan. Schedule atau jadwal implementasi yang diperlukan dalam mengoperasikan system yang dibuat dapat dilihat pada table berikut:

    Tabel 4.4. Schedule

    SCHEDULE_zps7187dbe1-1.jpg

    Penerapan

    Pada bagian ini hal yang dilakukan adalah menerapkan system yang dibuat agar medapatkan hasil yang sesuai dengan harapan baik bagi penulis maupun instansi yang bersangkutan dimana tempat melakukan riset.

    Estimasi Biaya

    Tabel 4.5. Estimasi Biaya

    ETIMASIBIAYA_zpsadeefb13-1.jpg

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Setelah mengamati dan menganalisa system perancangan dari alat warning sistem dan deteksi suhu mesin Belt Conveyor Loader (BCL) pada PT. Gapura Angkasa dengan SMS berbasis Arduino, maka dapat diambil kesimpulan yaitu:

    1. Lamanya pesan SMS sampai pada ponsel penerima relatif cepat. Lamanya pengiriman SMS sangat di pengaruhi dari kualitas provider yang digunakan.
    2. Respon sensor deteksi suhu panas dengan alarm peringatan sangat cepat.
    3. Mudah dan sederhana sehingga dapat digunakan oleh operator Belt Conveyor Loader (BCL).

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh penulis mengenai alat pendeteksi suhu panas mesin Belt Conveyor Loader pada PT. Gapura Angkasa, maka terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan masukkan dalam peningkatan kinerja , yaitu sebagai berikut:

    1. Alat proptotype deteksi suhu mesin hendaknya di tambah atau di perbanyak untuk dapat dipakai di PT. Gapura Angkasa sehingga dapat meminimalisir kerusakan mesin akibat engine overheat dan untuk meningkatkan kinerja alat GSE.
    2. Diadakan training user secara berkesinambungan untuk penggunaan alat prototype ini sehingga operator dapat mengetahui bagaimana cara kerja alat pada saat training inisialisasi maupun training recurent.

    Kesan

    Kesan yang didapat oleh penulis selama melakukan Skripsi ini adalah sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan dibidang Sistem Komputer yang didapat selama perkuliahan. Merancang sebuah alat aplikasi prototype deteksi suhu mesin untuk mengontrol kinerja mesin Belt Conveyor Loader pada PT Gapura Angkasa Cabang Utama Cengkareng.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 1,0 1,1 1,2 1,3 Guangtai, Weihai. 2011.“Operation, Maintenance, & Service Manual”. WGJS70: Belt Conveyoar Loader"
    2. Sutabri, Tata. 2012. “Konsep Sistem Informasi”. Yogyakarta: Andi Offset
    3. Jogiyanto Bukunya Yakub. 2012. “Pengantar Sistem Informasi”.Graha Ilmu
    4. McLeod Bukunya Yakub. 2012. “Pengantar Sistem Informasi”.Graha Ilmu
    5. 5,00 5,01 5,02 5,03 5,04 5,05 5,06 5,07 5,08 5,09 5,10 5,11 Sutabri, Tata. 2012. "Konsep Sistem Informasi". Yogyakarta: Andi Offset
    6. 6,0 6,1 6,2 6,3 6,4 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9 Taufiq, Rohmat. 2013. Sistem Informasi Manajemen.Yogyakarta: Graha Ilmu.
    7. 7,0 7,1 Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
    8. 8,0 8,1 Rosa, A.S., dan M. Shalahuddin. 2013. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.
    9. Henderi, Maimunah, dan Randy Andrian. 2011. Desain Aplikasi E-learning Sebagai Media Pembelajaran Artificial Informatics. Tangerang: Jurnal CCIT. Vol. 4, No.3-Mei 2011.
    10. 10,0 10,1 Darmawan, Deni. 2013. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
    11. 11,0 11,1 11,2 Al-Jufri, Hamid. 2011. Sistem Infromasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Smart Grafika.
    12. 12,0 12,1 12,2 Hendro, M.M. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surabaya: Erlangga.
    13. 13,0 13,1 13,2 Fahmi, dkk. 2013. Analisis SWOT. Jakarta: Gramedia.
    14. Gasperz 2012. All-in-one Startegic Management. Bogor: Vinchristo Publication.
    15. Rangkuti, Freddy. 2011. "SWOT Balanced Scorecard: Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko" .Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
    16. Nugroho, Adi. 2011. Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
    17. 17,0 17,1 Yasin, Ferdi. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek. Jakarta: Mitra Wacana Media.
    18. 18,0 18,1 18,2 18,3 Siahaan, Daniel. 2012. Analisa Kebutuhan dalam Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
    19. 19,0 19,1 19,2 19,3 19,4 19,5 Guritno, Suryo, Sudaryono dan Untung Rahardja. 2011. Theory and Application of IT Research Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
    20. 20,0 20,1 20,2 20,3 20,4 20,5 Simarmata, Janner. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: CV Andi Offset.
    21. Mall. 2009. Rekayasa Perangkat Lunak 2. Jakarta: PT Rineka Cipta.
    22. 22,0 22,1 22,2 Waidyanatha, Nuwan. 2010. Towards a typology of integrated functional early warning systems. Journal: Int. J. of Critical Infrastructures, 2010 Vol.6, No.1, pp.31 - 51.
    23. 23,0 23,1 Sulindawati, dan Muhammad Fathoni. 2010. Pengantar Analisa Perancangan “Sistem”. Medan: STMIK Triguna Dharma. Vol. 9, No. 2, Agustus 2010.
    24. Adelia, dan Jimmy Setiawan. 2011. Implementasi Customer Relationship Management (CRM) pada Sistem Reservasi Hotel berbasisi Website dan Desktop. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Vol. 6, No. 2, September 2011:113-126.
    25. 25,0 25,1 25,2 25,3 25,4 25,5 25,6 Rizky, Soetam.2011.Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
    26. Desai, Sandeep dan Abhishek Srivastava. 2012. Software Testing a Practical Approach. New Delhi: PHI Learning Private Limited.
    27. 27,0 27,1 http://elektronika-dasar.web.id Di Akses Pada Tanggal 19 April 2012 .
    28. 28,0 28,1 Zanuar dan M. Ibrahim Ashari. 2012. Perancangan dan Pembuatan Sistem Proteksi Kebocoran Air Pada Pelanggan PDAM dengan Menggunakan Selenoid Valve dan Water Pressure Switch Berbasis ATMEGA 8535. Malang: Jurnal Elektro. Vol. 3, No.1-April 2013.
    29. 29,0 29,1 Sumardi.2013.MIKROKONTROLER; Belajar AVR Mulai dari Nol. Yogyakarta; Graha Ilmu.
    30. Makodian, Nuraksa. 2010.Teknologi Wireles Communication dan Wireles Broadband. Yogyakarta :Penerbit Andi.
    31. Syahrul. 2012. Klasifikasi Mikrokontroller.Yogyakarta: PT. Gramedia Indonesia.
    32. Data sheet Mikrokontroller, ATmel 8-bit AVR.
    33. Semiawan, Conny. R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.

    DAFTAR LAMPIRAN

    LAMPIRAN A
    Pada Lampiran A ini berisi berkas-berkas yang diperlukan sebagai persyaratan skripsi, diantaranya yaitu:
    1. Form Validasi Skripsi
    2. Surat Pengantar Observasi Skripsi
    3. Form Penggantian Pembimbing
    4. Form Penggantian Judul
    5. Kartu Bimbingan
    6. Kartu Study Tetap Final (KSTF)
    7. Kwitansi Pembayaran Skripsi
    8. Kwitansi Pembayaran Raharja Career
    9. Kwitansi Pembayaran Sidang Konprehensif
    10. Validasi Sidang Akademik
    11. Daftar Mata Kuliah Yang Belum Diambil
    12. Daftar Nilai
    13. Formulir Seminar Proposal Skripsi
    14. Formulir Final Presentasi Skripsi
    15. Formulir Pertemuan Stakeholder Skripsi
    16. Setifikat TOEFL
    17. Sertifikat Prospek
    18. Sertifikat IT International
    19. Sertifikat IT Nasional
    20. Curriculum Vitae (CV)
    21. Validasi Sidang


    LAMPIRAN B
    Pada Lampiran B ini berisi berkas-berkas yang berhubungan dengan penelitian, diantaranya yaitu:
    1. Surat Keterangan dari PT. Gapura Angkasa
    2. Bukti Observasi
    3. Hasil Wawancara PT. Gapura Angkasa
    4. Implementasi Program
    5. Hibah Program



Contributors

Admin, Rahmana, Setya