KP1131469699

Dari widuri
Revisi per 5 Juli 2014 10.46 oleh Admin (bicara | kontrib) (Konsep Dasar Data)


Lompat ke: navigasi, cari

PROTOTYPE DETEKSI SUHU ENGINE

BERBASIS ARDUINO

PADA PT GAPURA ANGKASA


LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK



Logo stmik raharja.jpg



OLEH:

1131469699 RAHMANA



SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

RAHARJA

TANGERANG

(2013/2014)


LEMBAR PERSETUJUAN



PROTYPE DETEKSI SUHU ENGINE

BERBASIS ARDUINO

PADA PT GAPURA ANGKASA



Diajukan guna melengkapi sebagian syarat untuk mengikuti Skripsi pada Jurusan Sistem Komputer Konsentrasi Computer System

STMIK Raharja Tahun Akademik 2013/2014.



Tangerang, 10 Juni 2014



Dosen Pembimbing




( Ferry Sudarto,S.Kom.,M.Pd. )

10001

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

RAHARJA



LEMBAR KEASLIAN KULIAH KERJA PRAKTEK


Saya yang bertandatangan di bawah ini,

NIM
: 1131469699
Nama
: Rahmana
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Komputer
Konsentrasi
: Computer System


Menyatakan bahwa Kuliah Kerja Praktek ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Kuliah Kerja Praktek yang telah dipergunakan untuk melanjutkan dalam pembuatan Skripsi baik dilingkungan Perguruan Tinggi Raharja, maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.


Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia menerima sanksi jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.


Tangerang, 10 Juni 2014
RAHMANA
1131469699

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;

ABSTRAKSI

PT Gapura Angkasa merupakan salah satu perusahaan Ground Handling yang melayani jasa penumpang dan bongkar muat yang beroperasi di Indonesia. Kantor pusat PT Gapura Angkasa berpusat di Jakarta yang terletak di Gedung Dapenra Lt.1,2 & 3 Jl. Angkasa, Blok B - 12, Kav. 8 Kota Baru Bandar Kemayoran Jakarta 10610 – Indonesia Telp. (62-21) 654 5410 (hunting) Fax. (62-21) 654 3762, 654 5408 Sita Code : JKTGPXH. PT Gapura Angkasa dibentuk, sebagai pelaksana ground handling dan pendukung kegiatan penerbangan di kawasan bandara baik penerbangan domestik maupun internasional. PT Gapura Angkasa sebagai ground handling memilki jenis-jenis pelayanan salah satunya adalah ramp handling yang merupakan unit untuk memberikan pelayanan di bagian apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo dan mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat stock terhadap pemeliharaan unit load service (ULD) milik airlines.Salah satu kegiatan dalam ramp handling ini yaitu kegiatan Loading dan Unloading. Loading dan Unloading merupakan kegiatan yang dilakukan di Apron area yaitu kegiatan bongkar muat barang (bagasi, cargo dan lain-lain) dari dan kedalam pesawat. Untuk kegiatan Loading, dilakukan pada saat pre flight artinya kegiatan memuat barang (bagasi, cargo, dan lain-lain) dilakukan sebelum pesawat melakukan penerbangan oleh petugas-petugas ground handling. Adapun kegiatan Unloading biasanya dilakukan pada saat post flight, artinya kegiatan membongkar barang dilakukan setelah pesawat melakukan penerbangan. Tentunya para petugas dibantu dengan peralatan-peralatan canggih yang sering disebut dengan GSE (Ground Support Equipment), yang merupakan peralatan pembantu yang dipersiapkan untuk mendukung kebutuhan pesawat, salah satunya untuk kegiatan loading dan unloading. Contoh peralatannya yaitu, seperti Belt Conveyor Loader (BCL), Cargo Transporter Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) dan lain-lain. Mengingat pentingnya peranan unit GSE BCL ini maka perlu menjaga realibilitas dari alat ini agar bekerja optimal dan tidak menggangu kegiatan penaikan dan penurunan bagasi penumpang maupun kargo. Namun kenyataannya di lapangan, ditemukan bahwa BCL mengalami masalah yang termasuk sering. Untuk mengatasi permasalahan yang ada diperlukan sebuah sistem pendeteksi suhu panas pada mesin yang akan mampu mengurangi tingkat kerusakan. Dalam perancangan sistem pendeteksi suhu panas ini digunakan beberapa metode antara lain wawancara, observasi dan studi pustaka.

Kata Kunci: Belt Conveyor Loader, PT Gapura Angkasa, Sistem Kerusakan

ABSTRACT

PT Gapura Angkasa is one of the Ground Handling companies that provide services and loading and unloading of passengers operating in Indonesia. The head office of PT Gapura Angkasa based located in Building Dapenra Lt. 1,2 & 3 Jl. Space, Block B - 12, Kav. 8 New Town Bandar Kemayoran Jakarta 10610 - Indonesia Tel. (62-21) 654 5410 (hunting) Fax. (62-21) 654 3762, 654 5408 Sita Code: JKTGPXH. PT Gapura Angkasa is formed, as the executor of ground handling and flight support activities in the area of ​​the airport both domestic and international flights. PT Gapura Angkasa as ground handling have the types of services one of which is a ramp handling units to provide services on the apron (Apron Service) which includes loading and unloading services, cargo and mail on aircraft based on the load instruction, noting the stock to the maintenance unit load service (ULD) owned airlines. One of the activities in the ramp handling ie loading and unloading activities. Loading and Unloading an Apron activities carried out in the area is the loading and unloading of goods (baggage, cargo, etc.) from and into the plane. Loading activities, carried out during the pre flight this means that loading goods (baggage, cargo, etc.) done before the aircraft doing flight by ground handling officers. The Unloading activities are usually carried out during post-flight, meaning that activities carried unloaded after a flight aircraft. Of course, the officers assisted with the sophisticated equipment that is often referred to as GSE (Ground Support Equipment), which is prepared auxiliary equipment to support aircraft needs,one for loading and unloading activities. Examples of equipment that, like Belt Conveyor Loader (BCL), Transporter Cargo Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) and others. Given the important role of the BCL GSE unit it is necessary to maintain the reliability of this tool in order to work optimally and do not interfere with raising activities and a decrease in passenger baggage and cargo. But the reality on the ground, it was found that BCL experiencing problems including frequent. To overcome the existing problems required a heat detection system on the machine that will be able to reduce the level of damage. In the design of the heat detection system in use several methods include interviews, observation and literature.

Keywords : Conveyor Belt Loader, PT Gapura Angkasa, System Damage

KATA PENGANTAR


Puji syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan seribu jalan, sejuta langkah serta melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan Kuliah Kerja Praktek Penulis dapat berjalan dengan baik dan selesai dengan semestinya.

Penulisan laporan Kuliah KerjaPraktek ini disusun sebagai salah satu syarat guna melengkapi kurikulum perkuliahan dan mengikuti Skripsi. Sebagai bahan penulisan, Penulis memperoleh informasi berdasarkan hasil observasi dan studi pustaka dari berbagai sumber yang mendukung penulisan laporan ini.

Hati kecil ini pun menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak penyusunan laporan Kuliah Kerja Praktek ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pada kesempatan yang singkat ini, izinkanlah penulis menyampaikan selaksa pujian dan terimakasih kepada :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I. selaku Presiden Direktur Perguruan Tinggi Raharja.
  2. Bapak Drs. PO. Abas Sunarya, M.Si selaku Direktur Perguruan Tinggi Raharja.
  3. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom. selaku pembantu ketua I (Puket I) Perguruan Tinggi Raharja.
  4. Bapak Ferry Sudarto, S.Kom., M.Pd. selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer Perguruan Tinggi Raharja dan juga sebagai Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
  5. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  6. Bapak Eko Riyanto selaku manager teknik PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng.
  7. Bapak I Made Masna selaku assisten manager teknik PT Gapura Angkasa cabang Cengkareng.
  8. Kepada keluargaku yang selalu memberikan dukungan serta memberikan semangat dalam mengerjakan KKP ini dengan baik.
  9. Kepada sahabat-sahabatku yang selalu memeberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan KKP ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan sebagai pemicu untuk dapat berkarya lebih baik lagi. Semoga Laporan KKP ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.


Tangerang, 10 Juni 2014
Rahmana
1131469699

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kelurangan Prototype

Tabel 2.2. Konfigurasi Pin pada LCD

Tabel 2.3. Kelebihan dan Kekkurangan Black Box

Tabel 2.4. Keterangan Fungsi Pin

Tabel 2.5. Perbedaan Antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluasi

Tabel 3.1. Marketing Mix 7P

Tabel 3.2. Analisa SWOT

Tabel 3.3. Komponen dan Jumlah Kerusakan

Tabel 3.4. Kumulatif Kerusakan Komponen GSE

Tabel 3.5. Jumlah Trouble

Tabel 3.6. Engine Overheat Unit GSE

Tabel 3.7. Perencanaan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 3.8. Elisitasi Tahap I

Tabel 3.9. Elisitasi Tahap II

Tabel 3.10. Elisitasi Tahap III

Tabel 3.11. Elisitasi Final

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Karakteristik Sistem

Gambar 2.2. Sistem Tertutup

Gambar 2.3. Sistem Terbuka

Gambar 2.4. Daur Hidup Sistem

Gambar 2.5. Langkah Analisis Sistem

Gambar 2.6. Diagram Tahap Perancangan

Gambar 2.7. Mengidentifikasi Peluang-peluang Organisasi

Gambar 2.8. Bentuk Fisik LCD

Gambar 2.9. Bentuk Fisik Buzzer

Gambar 2.10. Bentuk Fisik dari Regulator Positif dan Negatif

Gambar 2.11. Bagan Alir Sistem

Gambar 2.12. Bagan Alir Dokumen

Gambar 2.13. Bagan Alir Skematik

Gambar 2.14. Bagan Alir Program

Gambar 2.15. Bagan Alir Proses

Gambar 2.16. Contoh Variasi Aplikasi Flow Chart

Gambar 2.17. Dioda

Gambar 2.18. Transistor

Gambar 2.19. Simbol Transistor NPN

Gambar 2.20. Simbol Transistor PNP

Gambar 2.21. IC Integrated Circuit

Gambar 2.22. IC NE 55

Gambar 2.23. IC M 7555

Gambar 2.24. IC 7404

Gambar 2.25. IC 7408

Gambar 2.26. Buzzer

Gambar 2.27. Pin Atmega 8535

Gambar 2.28. Diagram Blok Atmega 8535

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 3.2. Use Case Diagram Pelaporan Kerusakan

Gambar 3.3. Use Case Diagram Pelaporan Kerusakan

Gambar 3.4. Activity Diagram Laporan Kerusakan

Gambar 3.5. Sequence Diagram

Gambar 3.6. Safety Device Schematic

Gambar 3.7. Skematik Diagram & Lay Out

Gambar 3.8. Rangkaian Keseluruhan

Gambar 3.9. Wiring Diagram

Gambar 3.10. Diagram Blok

Gambar 3.11. Flow Chart

Gambar 3.12. Diagram Pareto Trouble Komponen

Gambar 3.13. Grafik Perbaikan Kerusakan Engine

DAFTAR SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM

Daftar Simbol Sequence Diagram.png

DAFTAR SIMBOL USE CASE DIAGRAM

Daftar Simbol Use Case Diagram.png

DAFTAR SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM

Daftar Simbol Activity Diagram.png

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam era globalisasi perkembangan perusahaan penerbangan mengalami banyak kemajuan. Dengan banyaknya bermunculan perusahan-perusahaan penerbangan baik di domestik maupun internasional. Kemajuan dalam bisnis penerbangan tidak lepas dari campur tangan pihak yang dapat membantu jalannya semua operasi penerbangan, baik itu keberangkatan (departure) maupun kedatangan (arrival).

Dalam hal ini ground handling berperan sangat penting dalam sebuah maskapai penerbangan, karena ground handling ini juga sudah seperti sarana dan prasarana sebuah maskapai penerbangannya. Dan kalau tidak ada ground handling, operasional di airlines ini pasti akan terbengkalai. Tidak mungkin sebuah airlines harus membuka cabang untuk menangani operasionalnya di setiap airlines tersebut melakukan transit. Dan apabila maskapai penerbangan itu harus menyediakan pasti akan membutuhkan biaya yang sangat besar. Mengingat pentingnya ground handling ini maka PT Garuda Indonesia selaku airlines melaksanakan kegiatan ground handling sendiri untuk keperluan perusahan sendiri, mengingat kebutuhan akan pelayanan yang professional dan tuntutan hasil kerja yang optimal dan tanpa mengabaikan tuntutan keselamatan (safety), kehandalan (reliability), ketepatan waktu (punctually) dan kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) maka PT Garuda Indonesia mempertimbangkan untuk menyerahkan kegiatan ground handling untuk semua pesawat yang dimilikinya dan bisa berkonsentrasi pada operasional pesawat saja . Dari sinilah asal mulanya PT Gapura Angkasa dibentuk, sebagai pelaksana ground handling dan pendukung kegiatan penerbangan di kawasan bandara baik penerbangan domestik maupun internasional.

PT Gapura Angkasa sebagai ground handling memilki jenis-jenis pelayanan salah satunya adalah ramp handling yang merupakan unit untuk memberikan pelayanan di bagian apron (Apron Service) yang meliputi pelayanan loading dan unloading, cargo dan mail di pesawat berdasarkan load instruction, mencatat stock terhadap pemeliharaan unit load service (ULD) milik airlines. Tujuannya yang ingin dicapai dengan adanya ramp handling ini diantaranya:

  1. Safety (Keselamatan)
  2. Reguler (Teratur)
  3. OTP (On Time Performance)

Salah satu kegiatan dalam ramp handling ini yaitu kegiatan Loading dan Unloading. Loading dan Unloading merupakan kegiatan yang dilakukan di Apron area yaitu kegiatan bongkar muat barang (bagasi, cargo dan lain-lain) dari dan kedalam pesawat. Untuk kegiatan Loading, dilakukan pada saat pre flight artinya kegiatan memuat barang (bagasi, cargo, dan lain-lain) dilakukan sebelum pesawat melakukan penerbangan oleh petugas-petugas ground handling. Adapun kegiatan Unloading biasanya dilakukan pada saat post flight, artinya kegiatan membongkar barang dilakukan setelah pesawat melakukan penerbangan. Tentunya para petugas dibantu dengan peralatan-peralatan canggih yang sering disebut dengan GSE (Ground Support Equipment), yang merupakan peralatan pembantu yang dipersiapkan untuk mendukung kebutuhan pesawat, salah satunya untuk kegiatan loading dan unloading. Contoh peralatannya yaitu, seperti Belt Conveyor Loader (BCL), Cargo Transporter Loader (CTL), High Lift Loader (HLL), Main Deck Loader (MDL) dan lain-lain.

Karena begitu banyaknya peralatan GSE di PT Gapura Angkasa maka dibutuhkan pengontrolan dan perawatan yang baik agar peralatan dapat berfungsi optimal sehingga mendukung kegiatan operasional ground handling. Namun ternyata masih banyak kendala yang terjadi pada peralatan GSE tersebut. Kendala tersebut berupa kerusakan komponen-komponen yang ada di equipment (GSE) tersebut. Berdasarkan data yang di dapat dari Heavy Maintenance Report yang penulis dapatkan di unit GSE, Belt Conveyor Loader (BCL) ini yang memiliki frekuensi kerusakan engine overheat (temperatur melebihi suhu yang diijinkan) lebih besar. Kerusakan yang terjadi pada unit GSE dapat mengakibatkan proses pemindahan bagasi dan cargo ke pesawat menjadi terlambat, pergerakan BCL bisa berhenti tiba-tiba sehingga bisa menyebabkan accident dan incident, biaya perawatan menjadi lebih besar karena adanya pergantian spareparts unit tersebut. Mengingat pentingnya peranan unit GSE BCL ini maka perlu menjaga realibilitas dari alat ini agar bekerja optimal dan tidak menggangu kegiatan penaikan dan penurunan bagasi penumpang maupun cargo. Namun kenyataannya di lapangan, ditemukan bahwa BCL mengalami masalah yang termasuk sering.

Berdasarkan permasalahan di atas dari maka penulis mencoba membahas ruang lingkup yang kecil dalam pendeteksian suhu panas pada mesin. Sehubungan hal tersebut maka pada Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini penulis mengambil judul " PROTOTYPE DETEKSI SUHU MESIN (ENGINE) PADA PT GAPURA ANGKASA "

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diindetifikasikan sebagai masalah antara lain:

  1. Bagaimana meminimalisir tingkat kerusakan engine pada Belt Conveyor Loader (BCL)?
  2. Bagaimana menimimalisir biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan engine pada Belt Conveyor Loader (BCL?
  3. Bagaimana mencegah keterlambatan penaikan bagasi atau cargo sehingga kinerja alat dapat ditingkatkan?

Ruang Lingkup

Dalam penulisan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dibatasi dengan ruang lingkup penilitian hanya pada input temperature mesin ke dalam safety device untuk membunyikan buzzer alarm sebagai warning untuk menekan tingkat kerusakan engine Belt Conveyor Loader (BCL) terhadap peningkatan kinerja mekanik PT Gapura Angkasa dalam pelayanan kerusakan pada GSE sehingga kegiatan baggage handling tidak terhambat.

Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesa penulis sebagai berikut:

  1. Adanya hubungan antara tingkat kerusakan engine pada Belt Conveyor Loader (BCL) terhadap peningkatan kinerja alat.
  2. Adanya hubungan antara biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan terhadap peningkatan kinerja alat.
  3. Adanya hubungan antara tingkat kerusakan engine pada Belt Conveyor Loader (BCL) dan biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan terhadap peningkatan kinerja alat.


Tujuan dan Manfaat

Tujuan

a. Tujuan Individu

  1. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh nilai Kuliah Kerja Praktek (KKP) di STMIK RAHARJA..
  2. Menerapkan ilmu yang penulis selama perkuliahan.
  3. Memperbaiki sistem kerja perbaikan alat yang ada di PT GAPURA ANGKASA.

b. Tujuan Fungsional

  1. Agar kerusakan lebih cepat diinformasikan.
  2. Agar penanganan kerusakan alat lebih maksimal.
  3. Agar system deteksi dapat berjalan secara maksimal.

c. Tujuan Operasional

  1. Agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar tanpa hambatan.
  2. Agar mekanik dan operator lebih cepat respon pada saat terjadi masalah kerusakan.


Manfaat

a. Manfaat Individu

  1. Dapat mengembangkan ilmu yang penulis dapatkan selama perkuliahan.
  2. Memberikan kepuasan karena dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi mekanik.
  3. Memberikan terobosan baru pada tempat perkuliahan penulis di STMIK RAHARJA.

b. Manfaat Fungsional

  1. Mempermudah dalam pendeteksian kerusakan
  2. Menambah device yang bisa mengurangi terjadinya engine overheat

c. Manfaat Operasional

  1. Dapat menghemat biaya perbaikan alat.
  2. Menghemat waktu dan tenaga perbaikan alat.

Metode Penelitian

Pada metode penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif karena data mengenai penggolongan dalam hubungannya dengan penjumlahan .

Metode Pengumpulan Data

a. Observasi (Observation)

Dalam metode ini penulis melakukan observasi terhadap tingkat kerusakan engine pada Belt Conveyor Loader (BCL) yangberada di PT Gapura Angkasa agar penulis bisa mendapatkan data yang bisa dikumpulkan.

b. Wawancara (Interview)

Selain observasi penulis juga melakukan wawancara kepada Bapak I Made Masna selaku assisten manager Teknik untuk mengetahui spesifikasi alat dan kinerja GSE.

c. Studi Kepustakaan

Selain melakukan observasi dan wawancara penulis juga melakukan studi kepustakaan, browsing internet, jurnal, dan yang artikel sebagai referensi yang berhubungan dengan kinerja GSE.

Metode Analisa

1. Metode Analisa Sistem

Pada metode ini penulis menganalisa system yang sudah ada dengan beberapa pertimbangan, seperti bagaimana cara kerja equipment, system yang ada pada equipment, serta komponen yang membangun system equipment juga kekurangan dari system equipment tersebut dilapangan. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisa SWOT, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), kesempatan (oppurtunities), dan yang menjadi ancaman (threats). Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah menggunakan konsep service marketing mix (bauran pemasaran jasa) 7P–Product, Price, Promotion,Place, People, Process, dan Physical Evidence. Dengan menggunakan metode analisa ini maka penelitian ilmiah dapat dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.


Metode Perancangan

Pada metode ini penulis dapat mengetahui system ini dirancang dan komponen apa saja yang dibutuhkan. Metode analisa perancangan program yang digunakan yaitu bagan alir program (flowchart program).

Metode Prototipe

Dalam kuliah kerja praktek ini metode prototype yang digunakan yaitu metode prototype evolutionary karena metode prototype ini secara terus menerus dikembangkan hingga prototype tersebut memenuhi fungsi dan prosedur yang dibutuhkan oleh device system.


Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan KKP ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar atau umum dan teori-teori khusus yang berkaitan dengan analisa serta permasalahan yang dibahas pada bagian sistem yang sedang berjalan, konsep dasar elisitasi dan literature review.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan, sejarah singkat PT Gapura Angkasa, visi dan misi PT Gapura Angkasa, struktur organisasi dan wewenang serta tanggung jawab, tata laksana sistem yang berjalan, analisa sistem yang berjalan, konfigurasi sistem yang berjalan, permasalahan yang dihadapi dan alternatif pemecahan masalah, dan user requirement tentang rancangan pada pembuatan alat deteksi suhu mesin Belt Conveyor Loader (BCL) .


BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari Kuliah Kerja Praktek (KKP) dan saran-saran yang bisa diberikan untuk memperbaiki pengembangan rancangan berikutnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

1. Definisi Sistem

Menurut Hartono (2013:9)[1], “Sistem adalah suatu himpunan dari berbagai bagian atau elemen, yang saling berhubungan secara teroganisasi berdasar fungsi-fungsinya, menjadi satu kesatuan”.

Menurut Taufiq (2013:2)[2],“Sistem adalah kumpulan dari sub-sub sistem abstrak maupun fisik yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan sistem adalah sekelompok unsur yang saling terhubung satu sama lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Karakteristik Sistem

Menurut Sutabri (2012:20)[3],, sebuah sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Komponen Sistem (Components)
    Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar atau sering disebut “supra sistem”.
  2. Batasan Sistem (Boundary)
    Ruang lingkup sistem yang merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
  3. Lingkungan Luar Sistem (Evinronment)
    Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka akan mengganggu kalangsungan hidup dari sistem tersebut.
  4. Penghubung Sistem (Interface)
    Media yang menghubung sistem dengan subsistem yang lainya disebut penghubung sistem. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
  5. Masukan Sistem (Input)
    Energi yang dimasukan kedalam sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). Contoh, didalam suatu unit sistem komputer, “program” adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan “data” adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
  6. Keluaran Sistem (Output)
    Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain seperti informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsitem lain.
  7. Pengolahan Sistem (Process)
    Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran, contohnya adalah sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
  8. Sasaran Sistem (Objective)
    Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministic. Jika suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

3. Klasifikasi Sistem

Menurut Taufiq (2013:8)[2], sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya:

  1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
    Jika dilihat dari bentuknya sistem bisa dibagi menjadi dua yaitu sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak merupakan suatu sistem yang tidak bisa dipegang atau dilihat secara kasat mata atau lebih sering disebut sebagai prosedur, contohnya dari sistem abstrak adalah prosedur pembayaran keuangan mahasiswa, prosedur belajar mengajar, sistem akademik, sistem diperusahaan, sistem antara manusia dengan Tuhan, dan lain-lain.
    Sistem fisik merupakan sistem yang bisa dilihat dan bisa dipegang oleh panca indera. Contoh dari sistem fisik adalah sistem komputer, sistem transportasi, sistem akuntansi, sistem perguruan tinggi, sistem mesin pada kendaraan bermotor, sistem mesin mobil, sistem mesin-mesin perusahaan.
    Dilihat dari fungsinya, baik sistem abstrak maupun sistem fisik memiliki fungsi yang pentingnya, sistem abstrak berperan penting untuk mengatur proses-proses atau prosedur yang nantinya berguna bagi sistem lain agar dapat berjalan secara optimal sedangkan sistem fisik berperan untuk mengatur proses dari benda-benda atau alat-alat yang bisa digunakan untuk mendukung proses yang ada di dalam organisasi.
  2. Sistem dapat dipastikan dan Sistem tidak dapat dipastikan
    Sistem dapat dipastikan merupakan suatu sistem yang input proses dan outputnya sudah ditentukan sejak awal. Sudah dideskripsikan dengan jelas apa inputannya bagaimana cara prosesnya dan harapan yang menjadi outputnya seperti apa. Sedangkan sistem tidak dapat dipastikan atau sistem probabilistik merupakan sebuah sistem yang belum terdefinisi denganjelas salah satu dari input-proses-output atau ketiganya belum terdefinisi dengan jelas.
  3. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
    Sistem tertutup dan sistem terbuka yang membedakan adalah ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar sistem atau tidak, jika tidak ada faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar itu bisa disebut dengan sistem tertutup tapi jika ada pengaruh komponen dari luar disebut sistem terbuka.
  4. Sistem Manusia dan Sistem Mesin
    Sistem manusia dan sistem mesin merupakan sebuah klasifikasi sistem jika dipandang dari pelakunya. Pada zaman yang semakin global dan semuanya serba maju ini tidak semua sistem dikerjakan oleh manusia tapi beberapa sistem dikerjakan oleh mesin tergantung dari kebutuhannya.
    Sistem manusia adalah suatu sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh manusia sebagai contoh pelaku sistem organisasi,sistem akademik yang masih manual, transaksi jual beli di pasar tradisional, dll. Adapun sistem mesin merupakan sebuah sistem yang proses kerjanya dilakukan oleh mesin, sebagai contoh sistem motor, mobil, mesin industri, dan lain-lain.
  5. Sistem Sederhana dan Sistem Kompleks
    Sistem dilihat dari tingkat kekomplekan masalahnya dibagi menjadi dua yaitu sistem sederhana dan sistem kompleks. Sistem sederhana merupakan sistem yang sedikit subsistemnya dan komponen-komponennya pun sedikit. Adapun sistem kompleks adalah sistem yang banyak sub-sub sistemnya sehingga proses dari sistem itu sangat rumit.
  6. Sistem Bisa Beradaptasi dan Sistem Tidak Bisa Beradaptasi
    Sistem yang bisa berdaptasi terhadap lingkungannya merupakan sebuah sistem yang mampu bertahan dengan adanya perubahan lingkungan. Sedangkan sistem yang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan merupakan sebuah sistem yang tidak mampu bertahan jika terjadi perubahan lingkungan.
  7. Sistem Buatan Allah/Alam dan Sistem Buatan Manusia
    Sistem buatan Allah merupakan sebuah sistem yang sudah cukup sempurna dan tidak ada kekuranganya sedikitpun dari sistem ini,misalnya sistem tata surya, sistem pencernaan manusia, dan lain-lain. Sedangkan sistem buatan manusia merupakan sebuah sistem yang telah dikembangkan oleh manusia itu sendiri, sistem ini bisa dirubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan hidup. Sistem buatan manusia secara umum bisa disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhannya berubah maka sistem yang sudah ada tadi juga bisa berubah.
  8. Sistem Sementara dan Sistem Selamanya
    Sistem sementara dan sistem selamanya merupakan klasifikasi sistem jika dilihat dari pemakaiannya. Sistem sementara merupakan sebuah sistem yang dibangun dan digunakan untuk waktu sementara waktu sebagai contoh sistem pemilihan presiden, setelah proses pemilihan presiden sudah tidak dipakai lagi dan untuk pemilihan lima tahun mendatang kemungkinan sudah dibuat sistem pemilihan presiden yang baru. Sedangkan sistem selamanya merupakan sistem yang dipakai untuk jangka panjang atau digunakan selamanya, misalnya sistem pencernaan.

4. Tujuan Sistem

Menurut Taufiq (2013:5)[2], tujuan sistem merupakan sasaran atau hasil yang diinginkan. Manusia, tumbuhan, hewan, organisasi, lembaga dan lain sebagainya pasti memiliki tujuan yang bermanfaat minimal bagi dia sendiri atau bagi lingkungannya.

Tujuan sangatlah penting karena tanpa tujuan yang jelas segala sesuatu pasti akan hancur dan berantakan tapi dengan tujuan yang jelas akan lebih besar kemungkinan akan tercapai sasarannya.

Begitu juga sistem yang baik adalah sistem yang memiliki tujuan yang jelas dan terukur yang memungkinkan untuk dicapai dan memiliki langkah-langkah yang terstuktur untuk mencapainya. Dengan tujuan yang jelas dan terukur serta menggunkan langkah-langkah terstruktur kemungkinan besar sistem itu akan tercapai tujuannya sesuai dengan apa yang telah menjadi tujuannya.

5. Daur Hidup Sistem

Menurut Sutabri (2012:27)[3], Siklus Hidup Sistem adalah proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer.
Fase atau tahapan dari daur hidup suatu sistem:

  1. Mengenali adanya kebutuhan
    Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan yang harus dapat dikenali. Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil pengembangan dari organisasi dan volume yang meningkat melebihi kapasitas dari sistem yang ada. Suatu kebutuhan ini harus dapat didefinisikan dengan jelas. Tanpa adanya kejelasan dari kebutuhan yang ada, pembangunan sistem akan kehilangan arah dan efektifitasnya.
  2. Pembangunan sistem
    Suatu proses atau perangkat prosedur yang harus diikuti untuk menganalisa kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
  3. Pemasangan sistem
    Setalah tahap pembangunan sistem selesai,sistem akan dioperasikan. Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting dalam daur hidup sistem. Didalam peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional terjadi pemasangan sistem yan sebenarnya yang merupakan langkah akhir dari suatu pembangunan sistem.
  4. Pengoperasian sistem
    Program-program komputer dan prosedur-prosedur pengoperasian yang membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, sedangkan organisasi ditunjang oleh sistem informasi tadi. Ia selalu mengalami perubahan-perubahan itu karena pertumbuhan kegiatan bisnis, perubahan peraturan, dan kebijaksanaan ataupun kemajuan teknologi. Untuk perubahan-perubahan tersebut, sistem harus diperbaiki atau diperbaharui.
  5. Sistem menjadi usang
    Kadang perubahan yang terjadi begitu drastis sehingga tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sistem yang berjalan. Tibalah saatnya secara ekonomis dan teknik sistem yang ada sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu dibangun untuk menggantikannya.

Konsep Dasar Data

1. Definisi Data

Menurut Sutabri (2012:1)[3], “Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata”.

Menurut Taufiq (2013:13)[2], “Data adalah sesuatu yang diberikan untuk kemudian diolah”.

Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi yang menunjukkan fakta.

2. Klasifikasi Data

Menurut Sutabri (2012:3)[3], data dapat diklasifikasikan menurut jenis, sifat dan sumber:

  1. Klasifikasi data menurut jenis data:
    1. Data Hitung (enumeration/counting data)
      Data hitung adalah hasil perhitungan atau jumlah tertentu.
    2. Data Ukur (measurement data)
      Data ukur adalah data yang menunjukkan ukuran mengenai nilai sesuatu.
  2. Klasifikasi data menurut sifat data:
    1. Data Kuantitatif (quantitative data)
      Data kuantitatif adalah data mengenai penggolongan dalam hubungannya dengan penjumlahan.
    2. Data Kualitatif (qualitative data)
      Data kualitatif adalah data mengenai penggolongan dalam hubungannya dengan kualitas atau sifat sesuatu.
  3. Klasifikasi data menurut sumber data:
    1. Data Internal (internal data)
      Data internal adalah data yang asli, artinya data sebagai hasil observasi yang dlakukan sendiri, bukan data hasil karya orang lain.
    2. Data Eksternal (external data)
      Data eksternal adalah data hasil observasi orang lain. Seseorang boleh saja mengunakan data untuk suatu keperluan, meskipun data tersebut hasil kerja orang lain. Data eksternal ini terdiri dari 2 jenis yaitu:
    1. Data Eksternal Primer (primary external data)
      Data eksternal primer adalah data dalam bentuk ucapan lisan atau tulisan dari pemiliknya sendiri, yakni orang yang melakukan observasi sendiri.
    2. Data Eksternal Sekunder (secondary external data)
      Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari orang lain yang melakukan observasi melainkan melalui seseorang atau sejumlah orang lain.

    Konsep Dasar Informasi

    1. Definisi Informasi

    Menurut Darmawan (2012:2) [4],“Informasi adalah sejumlah data yang sudah diolah atau proses melalui prosedur pengolahan data dalam rangka menguji tingkat kebenarannya,keterpakaiannya sesuai dengan kebutuhan”.

    Menurut Taufiq (2013:15) [2],“Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna”.

    Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan informasi adalah data yang sudah diolah untuk menguji kebenarannya sehingga bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan.

    2. Klasifikasi Informasi

    Menurut Sutabri (2012:34)[3], informasi dalam menejemen diklasifikasikan sebagai berikut:

    1. Informasi Berdasarkan Persyaratan
      Suatu informasi harus memenuhi persyaratan sebagaimana dibutuhkan oleh seorang manajer dalam rangka pengambilan keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan itu informasi dalam manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:
      1. Informasi yang tepat waktu
        Sebuah informasi yang tiba pada manajer sebelum suatu keputusan diambil sebab seperti telah diterangkan dimuka, informasi adalah bahan pengambilan keputusan.
      2. Informasi yang relevan
        Sebuah informasi yang disampaikan oleh seorang menajer kepada bawahannya harus relevan, yakni ada kaitannya dengan kepentingan pihak penerima sehingga informasi tersebut akan mendapatkan perhatian.
      3. Informasi yang bernilai
        Informasi yang berharga untuk suatu pengambilan keputusan.
      4. Informasi yang dapat dipercaya
        Suatu informasi harus dapat dipercaya dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra organisasi, terlebih bagi organisasi dalam bentuk perusahaan yang bergerak dalam persaingan bisnis.
    2. Informasi Berdasarkan Dimensi Waktu
      Informasi berdasarkan dimensi waktu ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:

      1. Informasi masa lalu
        Informasi jenis ini adalah mengenai peristiwa masa lampau yang meskipun amat jarang digunakan, namun penyimpanannya pada data strorage perlu disusun secara rapih dan teratur.
      2. Informasi masa kini
        Dari sifatnya sendiri sudah jelas bahwa makna dari informasi masa kini ialah informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang.
    3. Informasi Berdasarkan Sasaran
      Informasi berdasarkan sasaran adalah informasi yang ditunjukkan kepada seorang atau kelompok orang, baik yang terdapat di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Informasi jenis ini diklasifikasikan sebagai berikut:
      1. Informasi individual
        Informasi yang ditunjukkan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijaksanaan (policy maker) dan pengambil keputusan (decision maker) atau kepada seseorang yang diharapkan dari padanya tanggapan terhadap informasi yang diperolehnya.
      2. Informasi komunitas
        Informasi yang ditunjukkan kepada khalayak di luar organisasi, suatu kelompok tertentu dimasyarakat.

      3. Nilai Informasi

      Menurut Sutabri (2012:37)[3], nilai informasi ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaat lebih efektif disbanding dengan biaya mendapatkannya. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah tertentu dengan biaya untuk memperolehnya karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak di dalam perusahaan.

      Lebih lanjut, sebagian informasi tidak dapat persis ditafsir keuntungannya dengan sesuatu nilai uang, tetapi dapat ditafsir nilai efekifitasnya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectivess atau cost benefit. Nilai informasi ini didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

      1. Mudah diperoleh
        Sifat ini menunjukkan informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Kecepatan memperoleh dapat diukur, misalnya 1 menit versus 24 jam. Akan tetapi, beberapa nilainya bagi pemakai informasi sulit mengukurnya.
      2. Luas dan Lengkap
        Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifat ini sangat kabur, Karena itu sulit mengukurnya.
      3. Ketelitian
        Sifat ini menunjukkan minimnya kesalahan dan informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar biasanya terjadi dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
      4. Kecocokan
        Sifat ini menunjukkan seberapa baik keluaran informasi dalam hubungan dengan permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang sedang dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna tetapi mahal mempersiapkannya. Sifat ini sulit mengukurnya.
      5. Ketepatan Waktu
        Menunjukkan tak ada keterlambatan jika ada seseorang yang ingin mendapatkan informasi. Masukkan, pengolahan, dan pelaporan keluaran kepada pemakai biasanya tepat waktu. Dalam beberapa hal, ketepatan waktu dapat diukur, misalnya berapa banyak penjualan dapat ditamabah dengan memberikan tanggapan segera kepada permintaan langganan mengenai tersedianya barag-barang inventaris.
      6. Kejelasan
        Sifat ini menunjukkan keluaran informasi yang bebas dari istilah-istilah yang tidak jelas. Memberikan laporan dapat memakan biaya yang besar. Bebrapa biaya yang diperlukan untuk memperbaiki laporan tersebut.
      7. Keluwesan
        Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya dengan beberapa keputusan, tetapi juga dengan beberapa pengambil keputusan. Sifat ini sulit diukur, tetapi dalam banayk hal dapat diberikan nilai yang dapat diukur.
      8. Dapat dibuktikan
        Sifat ini menunjukkan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
      9. Tidak ada prasangka
        Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
      10. Dapat diukur
        Sifat ini menunjukkan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal. Meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya sering dianggap informasi, hal-hal tersebut berada di luar lingkup pembicaraan kita.

      4. Kualitas Informasi

      Menurut Sutabri (2012:41)[3], kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal, yaitu:

      1. Akurat (Accurate)
        Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena biasanya dari sumber informasi sampai penerima informasi ada kemungkinan terjadi gangguan (noise) yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut.
      2. Tepat Waktu (Timeline)
        Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat maka dapat berakibat fatal bagi organisasi. Dewasa ini, mahalnya informasi disebabkan karena harus cepatnya informasi tersebut dikirim atau didapat sehingga diperlukan teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah, dan mengirimkan.
      3. Relevan (Relevance)
        Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk orang suatu dengan yang lain berbeda, misalnya informasi sebab musibah kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan adalah kurang relevan dan akan lebih relevan apabila ditunjukan kepada ahli teknik perusahaan. Sebaliknya, informasi menenai harga pokok produksi untuk ahli teknik merupakan informasi yang kurang relevan, tetapi akan sangat relevan untuk seorang akuntan perusahaan.

      5. Fungsi Informasi

      Menurut Sutabri (2012:31)[3], fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan. Informasi yang disampaikan kepada pemakai mungkin merupakan hasil data yang sudah diolah menjadi sebuah keputusan. Akan tetapi, dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang kompleks, informasi hanya dapat menambah kemungkinan kepastian atau mengurangi bermacam-macam pilihan. Informasi yang disediakan bagi pengambil keputusan memberi suatu kemungkinan faktor resiko pada tingkat-tingkat pendapatan yang berbeda.

      6. Siklus Informasi

      Menurut Sutabri (2012:33)[3], data diolah melalui suatu model informasi, kemudian si penerima akan menangkap informasi tersebut untuk membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan. Tindakan si penerima menjadi sebuah data baru. Data tersebut akan ditangkap sebagai input dan diproses kembali lewat suatu model, dan seterusnya sehingga membentuk suatu siklus. Siklus inilah yang disebut “Siklus Informasi” (information Cycle).

      7. Komponen-Komponen Informasi

      Menurut Darmawan (2012:5)[4], sebuah informasi bisa bermanfaat, bisa memberikan pemahaman bagi orang yang menggunakannya, jika informasi tersebut memenuhi atau mengandung salah satu komponen dasarnya. Jika di analisis berdasarkan pendekatan information system, pada dasarnya ada sekitar 6 (enam) komponen. Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah sebagai berikut:

      1. Root of Information, yaitu komponen akar bagian dari informasi yang berada pada tahap awal keluaran sebagai proses pengolahan data. Misalnya yang termasuk ke dalam komponen awal ini adalah informasi yang disampaikan pleh pihak pertama.
      2. Bar of Information, merupakan komponen batangnya dalam suatu informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dan memerlukan informasi lain sebagai pendukung sehingga informasi awal tadi bisa dipahami. Contohnya jika anda membaca headline dalam sebuah surat kabar, maka untuk memahami lebih jauh tentunya harus membaca informasi selanjutnya, sehingga maksud dari informasi yang ada pada headline tadi bisa dipahami secara utuh.
      3. Branch of Information, yaitu komponen informasi yang bisa dipahami jika informasi sebelumnya telah dipahami. Sebagai contoh adalah informasi yang merupakan penjelasan keyword yang telah ditulis sebelumnya, atau dalam ilmu eksakta seperti matematika bentuknya adalah hasil dari sebuah uraian langkah penyelesaian soal dengan rumus-rumus yang panjang, misalnya dapat berupa petunjuk lanjutan dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu.
      4. Stick of Information, yaitu komponen informasi yang lebih sederhana dari cabang informasi, biasanya informasi ini merupakan informasi pengayaan pengetahuan. Kedudukannya bersifat pelengkap (supplement) terhadap informasi lain. Misalnya informasi yang muncul ketika seseorang telah mampu mengambil kebijakan/keputusan menyelesaikan suatu proses kegiatan, maka untuk menyempurnakannya ia memperoleh informasi-informasi pengembangan dari keterampilan yang sudah ia miliki tersebut.
      5. Bud of Information, yaitu komponen informasi yang sifatnya semi mikro, tetapi keberadaannya sangat penting sehingga di masa yang akan datang dalam jangka waktu yang akan datang informasi ini akan berkembang dan dicari, serta ditunggu oleh pengguna informasi sesuain kebutuhannya. Misalnya yang termasuk ke dalam informasi ini adalah informasi tentang masa depan, misalnya bakat dan minat, cikal bakal, prestasi seseorang, harapan-harapan yang positif dari seseorang dan lingkungan.
      6. Leaf of Information, yaitu komponen informasi yang merupakan informasi pelindung, dan lebih mampu menjelaskan kondisi dan situasi ketika sebuah informasi itu muncul. Biasanya informasi ini berhubungan dengan informasi mengenai kebutuhan pokok, informasi yang mejelaskan cuaca, musim, yang mana kehadirannya sudah pasti muncul.

      Konsep Sistem Informasi

      1. Definisi Sistem Informasi

      Menurut Taufiq (2013:17)[2], “Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan cara mengolah data dengan alat yang namanya komputer sehingga memiliki nilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna”.

      Menurut Sutabri (2012:46)[3], “Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolah transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.

      Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan untuk mengolah data sehingga memiliki nilai tambah untuk membantu manajer dalam mengambilan keputusan.

      2. Komponen Sistem Informasi

      Menurut Sutabri (2012:47)[3], sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut blok bangunan (building block), yang terdiri dari:

      1. Blok masukan (input block)
        Input mewakili data yang masuk kedalan sistem informasi. Input yang dimaksud adalah metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.
      2. Blok model (model block)
        Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan dibasis data, dengan cara yang sudah tertentu untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
      3. Blok keluaran (output block)
        Produk dari sistem informasi adalah keluarab yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
      4. Blok teknologi (technology block)
        Teknologi merupakan tool box dengan sistem informasi. Teknologi yang digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 bagian utama, yaitu teknisi (brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware).
      5. Blok basis data (database block)
        Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain, tersimpan diperangkat keras komputer dan menggunakan pernagkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih kanjut. Data didalan basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System)
      6. Blok kendali (control block)
        Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, ketidakefisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.


      3. Tujuan Sistem Informasi

      Menurut Sutabri (2012:47)[3], “tujuan sistem informasi yaitu untuk menghasilkan produk informasi yang tepat bagi para pemakai akhir. Produk informasi meliputi pesan, laporan, formulir, dan gambar grafis, yang dapat disediakan melalui tampilan video, respons audio, produk kertas, dan multimedia.

      Menurut Yuliastrie (2013:28)[5], Sistem Informasi memiliki beberapa tujuan, yaitu:

      1. Integrasi sistem
        1. Menghubungkan sistem individu/kelompok.
        2. Pengkolektifan data dan penyambungan secara otomatis.
        3. Peningkatan koordinasi dan pencapaian sinergi.
      2. Efisiensi pengelolaan
        1. Penggunaan basis data dalam upaya kesamaan administrasi data.
        2. Pengelolaan data berkaitan dengan karakteristik Informasi.
        3. Penggunaan dan pengambilan Informasi.
      3. Dukungan keputusan untuk manajemen
        1. Melengkapi informasi guna kebutuhan proses pengambilan kebutuhaan.
        2. Akuisisi Informasi eksternal melalui jaringan komunikasi.
        3. Ekstraksi dari Informasi internal yang terpadu.

        Konsep Dasar Analisa Sistem

        1. Definisi Analisa Sistem

        Menurut Taufiq (2013:156)[2], “Analisis Sistem adalah suatu kegiatan mempelajari sistem (baik sistem manual ataupun sistem yang sudah komputerisasi) secara keseluruhan mulai dari menganalisa sistem, analisa masalah, desain logic, dan memberikan keputusan dari hasil analisa tersebut”.

        Menurut Rosa (2013:18)[6], “Analisis Sistem adalah kegiatan untuk melihat sistem yang sudah berjalan, melihat bagian mana yang bagus dan tidak bagus, dan kemudian mendokumentasikan kebutuhan yang akan dipenuhi dalam sistem yang baru”.

        Menurut Henderi (2011:322)[7], “Analisa sistem adalah penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat dibuat rancangan sistem yang baru yang sesuai dengan kebutuhan”.

        Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan analisis sistem adalah suatu kegiatan dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang terjadi agar kebutuhan dapat dipenuhi dalam sistem baru.

        2. Langkah-Langkah Analisa Sistem

        Menurut Taufiq (2013:159)[2], untuk melakukan analisis sistem, supaya hasil analisis bisa maksimal maka langkah-langkah yang dilakukan juga harus terstruktur agar tidak tumpang tindih antara hasil analisa yang satu dengan hasil analisa yang lain. Atau dengan tujuan hasil analisa sistem yang dilakukan bisa dikelompokkan sesuai dengan langkah yang dilakukan sehingga mudah untuk dipelajari atau dikembangkan lagi ke dalam rancang bangun sistem informasi.

        Beberapa urutan langkah yang bisa digunakan dalam analisa sistem Menurut Whitten L. Jeffery (2004) yang dijelaskan pada gambar dibawah ini:

        1. Definisi Lingkup
          Definisi lingkup (scope definition) adalah langkah pertama proses pengembangan sistem. Dalam metodologi-metodologi lain hal ini mungkin disebut (preliminary investigation phase), fase studi awal (initial study phase), fase survey (survey phase), atau fase perencanaan (planning phase), komunikasi (communication) atau inisiasi proyek atau pengumpulan kebutuhan.
        2. Analisis Masalah
          Analisis masalah menyediakan analisis dengan pemahaman, kesempatan dan atau perintah lebih mendalam yang memicu proyek. Analisa masalah menjawab pertanyaan, “Apakah masalah-masalah tersebut layak untuk dipecahkan!” dan “Apakah sistem yang baru layak untuk dibangun?”. Dalam metodologi lain langkah analisis masalah mungkin dikenal sebagai langkah studi, studi sistem saat ini, langkah penyelidikan terinci, atau langkah analisis kelayakan.
          Tujuan analisis masalah adalah mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya.
        3. < li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify; line-height: 2;">Analisis Persyaratan
          Beberapa analisis yang kurang pengalaman membuat kesalahan yang fatal sesudah melalui langkah analisis masalah. Godaan pada titik ini adalah mulai melihat berbagai solusi alternative, khususnya solusi teknis. Salah satu kesalahan yang kerap terjadi di dalam sistem informasi terbaru ditunjukkan dalam pernyataan, “Memastikan sistem bekerja dan secara teknis mengesankan, tapi ia harus tidak melakukan apa yang kita inginkan untuk dilakukan oleh sistem.” Langkah analisis persyaratan menentukan persyaratan bisnis bagi sitem yang baru.
        4. Desain Logic
          Tidak semua proyek mencakup pengembangna model-driven, tapi kebanyakan masukkan beberapa pemodelan sistem. Desain logic lebih lanjut mendokumentasikan persyaratan bisnis dengan menggunakan model-model sistem yang menggambarkan struktur data, proses bisnis, aliran data dan antarmuka pengguna. Dalam hal tertentu, desain logic mensahkan persyaratan yang dibuat pada langkah sebelumnya.
        5. Analisa Kebutuhan
          Dengan adanya persyaratan bisnis, maka kita akhirnya dapat menekankan bagaimana sistem baru termasuk altenatif-alternatif berbasis komputer dapat diimplementasikan dengan teknologi. Maksud dari analisa keputusan adalah unutk mengenali solusi kandidat, menganalisa solusi kandidat tersebut dan merekomendasi sebuah sistem target yang akan dirancang, dibangun dan diimplementasikan. Peluang muncul saat ada seseorang yang telah mendapatkan sebuah visi terhadap solusi teknik. Tetapi hamper selalu ada solusi alternatif yang mungkin merupakan solusi yang lebih baik. Selama analisis keputusan memang penting untuk mengenali berbagai pilihan, menganalisa beberapa pilihan tersebut dan menjual solusi terbaik berdasarkan analisis tersebut.


        3. Tahapan Analisa Sistem

        Menurut Sutabri (2012:220)[3], proses analisis sistem dalam pengembangan sistem informasi merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk pemeriksaan masalah dan penyusunan alternatif pemecahan masalah yang timbul serta membuat spesifikasi sistem yang baru atau sistem yang akan diusulkan dan dimodifikasi. Adapun tujuan utama dari tahap analisis sitem ini adalah sebagai berikut:

        1. Memberikan pelayanan kebutuhan informasi kepada fungsi-fungsi manajerial di dalam pengendalian pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
        2. Membantu para pengambil keputusan, yaitu para pemimpin, untuk mendapatkan bahan perbandingan sebagai tolak ukur hasil yang telah dicapainya.
        3. Mengevaluasi sistem-sistem yang telah ada dan berjalan ssmpai saat ini, baik pengolahan data maupun pembuatan laporannya.
        4. Merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai berupa pola pengolahan data dan pembuatan laporan yang baru.
        5. Menyusun suatu tahap rencana pengembangan sistem dan penerapannya serta perumusan langkah dan kebijaksanaan.

        Selama tahap analisis sistem, analis sistem terus bekerja sama dengan manajer, dan komite pengarah terlibat dalam titik yang penting. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap analisis sistem adalah sebagai berikut:

        1. Mengumumkan penelitian sistem
          Ketika perusahaan menerapkan aplikasi komputer baru manajemen mengambil langkah untuk memastikan kerjasama dari para pekerja. Perhatian mula-mula ditunjukan pada kekhawatiran pegarawai mengenai cara komputer mempengaruhi kerja mereka.
        2. Mengorganisasikan tim proyek
          Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan. Banyak perusahaan mempunyai kebijakan menjadi pemakai dan bukan spesialis informasi sebagai pemimpin proyek. Agar proyek berhasil, pemakai perlu berperan aktif daripada hanya pasif.
        3. Mendefinisikan kebutuhan informasi
          Analisis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam berbagai kegiatan pengumpulan informasi, wawancara perorangan, pengamatan, pencarian catatan, dan survey.
        4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem
          Setelah kebutuhan informasi manajer didefinisikan, langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja sistem.
        5. Menyiapkan usulan rancangan
          Analisis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan untuk meneruskan atau menghentikan untuk kedua kalinya. Disini manajer harus menyetujui tahap rancangan dan dukungan bagi keputusan itu termasuk di dalam usulan rancangan.
        6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek
          Manajer dan komite sistem mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa kasus, tim mungkin dimintas melakukan analisis lain dan menyerahkan kembali atau proyek mungkin ditinggalkan. Jika persetujuan diberikan, proyek akan maju ke tahap rancangan.

        Menurut Murad (2013:51)[8], tahap analisis merupakan tahap dalam mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai sistem yang diteliti dengan melakukan metode-metode pengumpulan data sehingga ditemukan kelebihan dan kekurangan sistem serta user requirement. Selain itu, tahap ini juga dilakukan untuk mencari pemecah masalah dan menganalisa bagaimana sistem akan dibangun untuk memecahkan masalah pada sistem sebelumnya.


        Konsep Dasar Perancangan Sistem

        1. Definisi Perancangan Sistem

        Menurut Verzello/John Reuter III dalam Darmawan (2013:227)[9], “Perancangan Sistem adalah tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem: pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi: “menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk”.

        Menurut Al-Jufri (2011:141)[10], “Rancangan Sistem adalah penentuan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru.

        Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan perancangan sistem adalah suatu tahapan perencanaan untuk membentuk suatu sistem agar dapat berfungsi.

        2. Tujuan Perancangan Sistem

        Menurut Darmawan (2013:228)[9], Tahap Perancangan/Desain Sistem mempunyai 2 tujuan utama, yaitu:

        1. Untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem.
        2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap pada pemograman komputer dan ahli-ahli teknik yang terlihat (lebih condong pada disain sistem yang terperinci).

        Menurut Sutabri (2012:225)[3], tahap rancangan sistem dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu rancangan sistem secara umum dan rinci. Adapun tujuan utama dari tahap rancangan sistem ini adalah sebagai berikut:

        1. Melakukan evaluasi serta merumuskan pelayanan sistem yang baru secara rinci dan menyeluruh dari masing-masing bentuk informasi yang akan dihasilkan.
        2. Mempelajari dan mengumpulkan data untuk disusun menjadi sebuah struktur data yang teratur sesuai dengan sistem yang akan dibuat yang dapat memberikan kemudahan dalam pemrograman sistem serta keluwesan atau fleksibilitas keluaran informasi yang dihasilkan.
        3. Penyusunan perangkat lunak sistem yang akan berfungsi sebagai sarana pengolahan data dan sekaligus penyaji informasi yang dibutuhkan.
        4. Menyusun kriteria tampilan informasi yang akan dihasilkan secara keseluruhan sehingga dapat memudahkan dalam hal pengindentifikasian, analisis, dan evaluasi terhadap aspek-aspek yang ada dalam permasalahan sistem yang lama.
        5. Penyusunan buku pedoman (manual) tentang pengoperasian perangkat lunak sistem yang akan dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan pelatihan serta penerapan sistem sehingga sistem tersebut dapat dioperasikan oleh organisasi atau instansi yang bersangkutan.


        3. Tahap-Tahap Rancangan Sistem

        Menurut Al Jufri (2011:141)[10], Langkah-langkah tahap rancangan yaitu:

        1. Menyiapkan Rancangan Sistem Yang Terinici
          Analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru denagan alat-alat yang dijelaskan dengan modul teknis. Bebrapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top down, dimulai dengan gambaran besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top down ini merupakan ciri rancangan terstruktur (structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem. Alat-alat dokumentasi yang popular yaitu:
          1. Diagram arus data (data flow diagram)
          2. Diagram hubungan entitas (entity relathionship diagram)
          3. Kamus data (Data dictionary)
          4. Flowchart
          5. Model hubungan objek
          6. Spesifikasi kelas
        2. Mengidentifikasi Berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
          Analis mengidentifikasi konfigurasi, bukan merek atau model peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan.
        3. Mengidentifikasi Berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
          Analis mengidentifikasi konfigurasi, bukan merek atau model peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan.
        4. Mengevaluasi berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
          Analis bekerjasama dengan manager mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.
        5. Memilih Konfigurasi Terbaik
          Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan mnyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai analis membuat rekomendasi kepada manager untuk disetujui. Bila manager menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan selanjutnya dilakukan oleh MIS.
        6. Menyiapkan Usulan Penerapan
          Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation proposal) yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerpan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biayanya.
        7. Menyetujui atau Menolak Penerapan Sistem
          Keputuasan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang terlibat. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui.

        Konsep Dasar Analisa SWOT

        1. Definisi Analisa SWOT

        Menurut Hendro (2011:289) "Dasar-Dasar K Erlangga.”Analisa SWOT adalah analisis masalah terhadap kegiatan penting yang sama pentingnya dengan proses pengambilan keputusan itu sendiri”.

        Menurut Gaspersz (2012:34), “Analisis SWOT merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi: a. Kekuatan-kekuatan (strengths), b. Kelemahan-kelemahan (weaknesses), c. Kesempatan-kesempatan (opportunities), dan d. Ancaman-ancaman (threats), Dalam suatu proyek, program, atau unit-unit organisasi.


        Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, dimana aplikasinya adalah: a. Bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) yang ada dapat dipergunakan untuk menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada? b. Bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang ada agar meningkatkan atau menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada? c. Selanjutnya bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) mampu menghadapi atau menangkal ancaman-ancaman (threats) yang ada? d. Dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang mampu menghindarkan dari ancaman (threats) yang mungkin terjadi?

        Unified Modeling Language (UML)

        1. Definisi UML

        Menurut Nogroho (2011:119)[11], “Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa untuk menspesifikasi, memvisualisasikan, serta mengkontruksi bangunan dasar sistem perangkat lunak, termasuk melibatkan pemodelan aturan-aturan bisnis”.

        Menurut Rosa (2013:133)[6], “Unified Modeling Language (UML) adalah salah standar bahasa yang banyak digunakan di dunia industri untuk mengidentifikasi, requirement, membuat analisi & desain, serta menggambarkan arsitektur dalam pemrograman berorientasi objek”.

        Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan Unified Modeling Language (UML) adalah suatu alat bantu yang dapat digunakan dalam bahasa pemogramam untuk memvisualisasikan suatu sistem.

        2. Tujuan Unified Modeling Language (UML)

        Menurut Yasin (2012:268)[12], tujuan UML diantaranya adalah:

        1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang ekspresif untuk mengembangkan sistem dan yang dapat saling menukar model dengan mudah dan dimengerti secara umum.
        2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa pemograman dan proses rekayasa.
        3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan.

        3. Tipe-Tipe Diagram UML

        Menurut Yasin (2012:268)[12], UML terdiri dari banyak diagram, yaitu:

        1. Use Case Diagram
          Use Case Diagram adalah gambar dari beberapa atau seluruh aktor dan use case dengan tujuan mengenali interaksi mereka dalam suatu sistem.
          1. Aktor
            Aktor mewakili siapa pun atau apa saja yang harus berinteraksi dengan sistem. Aktor bisa didefinisikan sebagai berikut:
            1. Aktor hanya memberikan informasi kepada sistem.
            2. Aktor hanya menerima informasi dari sistem.
            3. Aktor memberikan dan menerima informasi ke dan dari sistem.
          2. Use Case
            Use case model adalah dialog antara aktor dengan sistem yang akan menggambarkan fungsi yang diberikan oleh sistem.
            1. Use Case Relationship
              Use case relationship adalah suatu hubungan, baik itu antara aktor dan use case atau antara use case dan use case. Hubungan antara aktor dan use case disebut dengan communicate association.
          3. Association/Directed Association
            Asosiasi yaitu hubungan statis antar elemen. Umumnya menggambarkan elemen yang memiliki atribut berupa elemen lain, atau elemen yang harus mengetahui eksistensi elemen lain. Tanda panah menunjukkan arah
            query antar elemen.
          4. Generalization/Pewarisan
            Pewarisan merupakan hubungan hierarkis antar elemen. Elemen dapat diturunkan dari elemen lain dan mewarisi semua atribut dan metode elemen asalnya dan menambahkan fungsionalitas baru, sehingga disebut anak dari elemen yang diwarisinya. Kebalikan dari pewarisan adalah generalisasi.
        2. Activity Diagram
          Activity diagram menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas, digunakan untuk aktivitas lainnya seperti use case atau interaksi. Activity diagram berupa flow chart yang digunakan untuk memperlihatkan aliran kerja dari sistem. Notasi yang digunakan dalam activity diagram adalah sebagai berikut:
          1. Activity
            Notasi yang menggambarkan pelaksanaan dari beberapa proses dari aliran pekerjaan.
          2. Transition
            Notasi yang digunakan untuk memperlihatkan jalan aliran control dari
            activity ke activity.
          3. Decision
            Notasi yang menandakan control cabang aliran berdasarkan decision point.
          4. Sychromization Bar
            Aliran kerja notasi ini menandakan bahwa beberapa aktivitas dapat diselesaikan secara bersamaan (pararel).
        3. Sequence Diagram
          Sequence diagram menggambarkan kolaborasi dinamis antara sejumlah objek dan untuk menunjukkan rangkaian pesan yang dikirm antar objek juga interaksi antar objek, sesuatu yang terjadi pada titik tertentu dalam eksekusi sistem. Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan urutan waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram.
          Dalam
          sequence diagram terdapat 2 model, yaitu:
          1. Actor, untuk menggambarkan pengguna sistem.
          2. Lifeline, untuk menggambarkan kelas dan objek.
        4. Class Diagram
          Class Diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package, dan objek beserta hubungan satu, antara lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain. Class diagram berfungsi untuk menjelaskan tipe dari objek sistem dan hubungannya dengan objek yang lain. Objek adalah nilai tertentu dari setiap attribute kelas entity. Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstarisiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan orientasi objek. Class menggambarkan keadaan (attribute/property) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metode/fungsi).

        Konsep Dasar Elisitasi

        1. Definisi Elisitasi

        Menurut Sommerville and Sawyer (1997) dalam Siahaan (2012:66)[13], “Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna sistem, dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.

        Menurut Guritno, dan kawan-kawan (2011:302)[14], “Elisitasi merupakan rancangan yang dibuat berdasarkan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.

        Berdasarkan kedua definisi di atas, maka dapat disimpulkan elisitasi adalah suatu rancangan pada sistem baru yang diinginkan pengguna sistem dan pihak yang terkait untuk pengembangan sistem.

        2. Tahap-Tahap Elisitasi

        Menurut Guritno dan kawan-kawan (2011:302)[14] elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

        1. Elisitasi Tahap I
          Elisitasi tahap I, berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.
        2. Elisitasi Tahap II
          Elisitasi tahap II, merupakan hasil pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.
          Berikut penjelasan mengenai Metode MDI:
          1. M pada MDI berarti Mandatory (penting). Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
          2. D pada MDI berarti Desirable. Maksudnya, requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun, jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
          3. I pada MDI berarti Inessential. Maksudnya, requirement tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas, tetapi bagian dari luar sistem.
        3. Elisitasi Tahap III
          Elisitasi tahap III, merupakan hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya, semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu:
          1. T artinya Teknikal, bagaimana tata cara atau teknik pembuatan requirement dalam sistem diusulkan?
          2. O artinya Operasional, bagaimana tata cara penggunaan requirement dalam sistem akan dikembangkan?
          3. E artinya Ekonomi, berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement di dalam sistem?

          Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:

          1. High (H): Sulit untuk dikerjakan, karena teknik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Maka requirement tersebut harus dieleminasi.
          2. Middle (M): Mampu dikerjakan.
          3. Low (L): Mudah dikerjakan.
        4. Final Draft Elisitasi
          Final Draft elisitasi, merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

        3. Tujuan Elisitasi Kebutuhan

        Menurut Leffingwel (2000) dalam Siahaan (2012:67)[13], elisitasi kebutuhan bertujuan untuk:

        1. Mengetahui masalah apa saja yang perlu dipecahkan dan mengenali batasan-batasan sistem (system boundaries).
          Proses-proses dalam pengambangan perangkat lunak sangat ditentukan oleh seberapa dalam dan luas pengetahuan developer akan ranah permasalahan. Setiap ranah permasalahan memiliki ruang lingkup dan batsan-batasan. Batasan-batasan ini mendefinisikan sistem akhir yang dibentuk sesuai dengan lingkungan operasional saat ini. Identifikasi dan persetujuan batasan sistem mempengaruhi proses elisitasi selanjutnya. Identifikasi pemangku kepentingan dan kelas pengguna, tujuan dan tugas, dan skenario serta use case bergantung pada pemilihan batasan.
        2. Mengenali siapa saja pemangku kepentingan.
          Sebagaimana disebutkan pada bagian sebelumnya, instansiasi dari pemangku kepentingan antara lain adalah konsumen atau klien (yang membayar sistem), pengembang (yang merancang, membangun, dan merawat sistem),dan pengguna (yang beriteraksi dengan sistem untuk mendapatkan hasil pekerjaan mereka). Untuk sistem yang bersifat interaktif, pengguna memegang peran utama dalam proses elisitasi. Secara umum, kelas pengguna tidak bersifat homogen, sehingga bagian dari proses elisitasi adalah menidentifikasi kebutuhan kelas pengguna yang berbeda, seperti pengguna pemula, pengguna ahli, pengguna sesekali, pengguna cacat, dan lain-lain.
        3. Mengenali tujuan dari sistem yaitu sasaran-sasaran yang harus dicapai.
          Tujuan merupakan sasaran sistem yang harus dipenuhi. Penggalian high level goals di awal proses pengembangan sangatlah penting. Penggalian tujuan lebih terfokus pada ranah masalah dan kebutuhan pemangku kepentingan daripada solusi yang dimungkinkan untuk masalah tersebut.

        4. Langkah-Langkah Elisitasi

        Menurut Sommerville and Sawyer (1997) dalam Siahaan (2012:75)[13], berikut ini merupakan langkah-langkah untuk elisitasi kebutuhan:

        1. Identifikasi orang-orang yang akan membantu menentukan kebutuhan dan memahami kebutuhan organisasi mereka. Menilai kelayakan bisnis dan teknis untuk sistem yang diusulkan.
        2. Menentukan lingkungan teknis (misalnya, komputasi arsitektur, sistem operasi, kebutuhan telekomunikasi) ke mana sistem atau produk akan ditempatkan.
        3. Identifikasi ranah permasalahan, yaitu karakteristik lingkungan bisnis yang spesifik ke ranah aplikasi.
        4. Menentukan satu atau lebih metode elisitasi kebutuhan, misalnya wawancara, kelompok focus, dan pertemuan tim.
        5. Meminta partisipasi dari banyak orang sehingga dapat mereduksi dampak dari kebutuhan yang bias yang teridentifikasi dari sudut pandang yang berbeda dari pemangku kepentingan dan mengidentifikasi alasan untuk setiap kebutuhan yang dicatat.
        6. Menidentifikasi kebutuhan yang ambigu dan menyelesaikannya.
        7. Membuat skenario penggunaan untuk membantu pelanggan/pengguna mengidentifikasi kebutuhan utama.

        5. Masalah dalam Elisitasi

        Menurut Nuseibeh and Eastbrook (2000) dalam Siahaan (2012:68)[13], tahap elisitasi termasuk tahap yang sulit dalam spesifikasi perangkat lunak. Secara umum kesulitan ini disebabkan tiga masalah, yakni: masalah cakupan (scope), masalahan pemahaman, dan masalah perubahan.

        1. Masalah ruang lingkup
          Pelanggan/pengguna menentukan detail teknis yang tidak perlu sebagai batasan sistem yang mungkin membingungkan dibandingkan dengan menjelaskan tujuan sistem secara keseluruhan.
        2. Masalah pemahaman
          Hal tersebut terjadi ketika pelanggan atau pengguna tidak benar-benar yakin tentang apa yang dibutuhkan oleh sistem, memiliki pemahaman yang sedikit dan tidak memiliki pemahaman penuh terhadap ranah masalah.
        3. Masalah perubahan
          Yaitu perubahan kebutuhan dari waktu ke waktu. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perekayasa sistem (system engineers) harus melakukan kegiatan pengumpulan kebutuhan secara terorganisir.

        Teori Khusus

        Literature Review

        BAB III

        ANALISA SISTEM YANG BERJALAN


        Gambaran Umum Perusahaan

        Sejarah Singkat Perusahaan

        Berisi Sejarah singkat perusahaan, meliputi kapan berdirinya, bergerak di bidang apa, apa saja yang sudah dicapai, visi dan Misi Perusahaan, dll.

        Struktur Organisasi Perusahaan

        Berisi Gambar struktur Organisasi Perusahaan. Struktur ini diambil dari perusahaan dimana anda meneliti.

        Tugas dan Tanggung Jawab

        Berisi Tugas dan Tanggung jawab masing-masing divisi berdasarkan dari struktur organisasi perusahaan

        Tujuan Perancangan

        Berisi tujuan dari perancangan yang anda buat seperti kebutuhan dari stakeholder, kegunaan dalam masyarakat luas, dan lain-lain. Tujuan perancangan ini dijabarkan dalam bentuk poin-poin dan setiap poin diberikan penjelasannya.

        Langkah-Langkah Perancangan

        Berisi penjabaran dari perancangan secara rinci sesuai dengan metode perancangan yang anda pilih pada BAB I. Pada langkah-langkah perancangan ini, jelaskan pula spesifikasi perancangan anda.

        Diagram Blok

        Berisi rincian dari modul-modul yang anda gunakan beserta dengan rumus-rumus perhitungannya. Pada diagram blok ini anda wajib menjabarkan secara rinci masing-masing modul dari alat yang anda buat, catu dayanya dan gambar dari tiap-tiap modul.

        Cara Kerja Alat

        Berisi rincian dari cara kerja alat yang anda buat. Pada cara kerja alat ini anda harus menjelaskan secara detail bagaimana alat anda bekerja yang dimulai dari input → Proses → hingga outputnya. Cara kerja alat ini dapat jugaanda buat poin-poin dan setiap poin anda berikan penjelasannya.

        Pembuatan Alat

        1. Perangkat Keras (Hardware)

        Berisi alat-alat apa saja yang anda gunakan pada penelitian ini. Dalam penjabaran hardware ini anda wajib memberikan alasan mengapa anda menggunakan hardware tersebut.

        2. Perangkat Lunak (Software)

        Berisi software apa saja yang anda gunakan dalam penelitian ini. Dalam penjabaran software ini anda wajib memberikan alasan mengapa anda menggunakan software tersebut.

        3. Flowchart

        Flowchart yang anda gunakan pada gunakan adalah Sistem Flowchart.

        Permasalahan yang dihadapi dan Alternatif Pemecahan Masalah

        1. Permasalahan yang dihadapi

        Berisi permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut. Permasalahan yang dihadapi merupakan penjabaran dari rumusan masalah yang ada pada BAB I. Pada permasalahan yang dihadapi ini dibuat poin-poin.

        2. Alternatif Pemecahan Masalah

        Alternatif pemecahan masalah berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi yang merupakan acuan untuk Skripsi anda. Pada alternatif pemecahan masalah ini dibuat poin-poin.

        3. User Requirement

        Pada User Requirement ini berisi tabel Elisitasi tahap 1, 2, 3 dan final. Pembuatan elisitasi dapat dibuktikan/berdasarkan pada Observasi dan Wawancara.



        DAFTAR PUSTAKA

        1. Hartono, Bambang. 2011. "Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data". Jakarta: Rineka Cipta
        2. 2,0 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7 Taufiq, Rohmat. 2013. “Sistem Informasi Managemen”. Jakarta: Graha Ilmu
        3. 3,00 3,01 3,02 3,03 3,04 3,05 3,06 3,07 3,08 3,09 3,10 3,11 3,12 3,13 Sutabri, Tata. 2012. "Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data". Yogyakarta: Andi Offset
        4. 4,0 4,1 Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
        5. Yuliastrie, Nenden Dewi, Junaidi, Khanna Tiara. 2013. Sistem Pakar Monitoring Inventory Control Untuk Menghitung Harga Jual Efektif Dalam Meningkatkan Keuntungan. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
        6. 6,0 6,1 Rosa, A.S., dan M. Shalahuddin. 2013. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.
        7. Henderi, Maimunah, dan Randy Andrian. 2011. Desain Aplikasi E-learning Sebagai Media Pembelajaran Artificial Informatics. Tangerang: Jurnal CCIT. Vol. 4, No.3-Mei 2011.
        8. Murad. Dina. Fitria. 2013. Aplikasi Intelligence Website Untuk Penunjang Laporan PAUD Pada Himpaudi Kota Tangerang. Jurnal CCIT. Tangerang: Perguruan Tinggi Raharja
        9. 9,0 9,1 Darmawan, Deni. 2013. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
        10. 10,0 10,1 Al-Jufri, Hamid. 2011. Sistem Infromasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT. Smart Grafika.
        11. Nugroho, Adi. 2011. Perancangan dan Implementasi Sistem Basis Data. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
        12. 12,0 12,1 Yasin, Ferdi. 2012. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek. Jakarta: Mitra Wacana Media.
        13. 13,0 13,1 13,2 13,3 Siahaan, Daniel. 2012. Analisa Kebutuhan dalam Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
        14. 14,0 14,1 Guritno, Suryo, Sudaryono dan Untung Rahardja. 2011. Theory and Application of IT Research Metodologi Penelitian Teknologi Informasi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
        =DAFTAR LAMPIRAN=

Contributors

Admin, Cyntia, Rahmana