IMPLEMENTASI PROGRAM LINK AND MATCH PERGURUAN TINGGI

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

IMPLEMENTASI PROGRAM LINK AND MATCH Oleh Endang Suryana Dosen STMIK RAHARJA – Tangerang

Konsep link and match untuk dunia pendidikan memang bukan merupakan hal yang baru, pada awal abad 20 dikenal adanya teori atau aliran belajar behavioral yang pada hakekatnya adalah merupakan pengejewantahan dari konsep link and match yang kemudian dikenal dengan konsep learning by doing dimana proses belajar berjalan dengan melakukan sesuatu yang dapat memberikan pengalaman yang nyata dan aktual (real experience) dalam kehidupan yang bertujuan untuk mendapatkan kemampuan men transfer apa yang sudah didapat (transfer of learning and transfer of principle) dimana seseorang memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu, pengetahuan dan ketermpilannya pada dunia nyata yang berbeda kondisinya manakala dia dalam proses belajar.

Arus kuat gelombang globalisasi yang terjadi menuntut adanya peningkatan kualitas yang berkelanjutan bagi manusia (pembelajar) dimana ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan telekomunikasi berjalan dan berkembang dengan pesatnya dan disisi lain lembaga pendidikan harus mampu memberi keterampilan learn how to learn dan mendorong peserta didiknya mengembangkan kemampuan belajarnya untuk berfikir jauh kedepan menyiapkan diri agar usaha yang yang sekarang dilaksanakan dan yang tengah berjalan ini dapat menjadi tonggak kuat untuk menopang tantangan yang akan datang

Dalam implementasinya link and match masih menghadapi kendala, dunia pendidikan (tinggi) mengalami kesulitan melakukan standarisasi outcome perguruan tinggi (masih terdapat kesenjangan yang lebar perbedaan kualitas antar para lulusan perguruan tinggi dalam bidang yang sama, meskipun mengalami pendidikan dan kurikulum yang sama), lembaga pendidikan masih menghadapi kesulitan dalam memproyeksikan atau mempredeksi akan tuntutan lapangan kerja yang riil. Dominasi era global telah membuat para penyelenggara pendidikan terjebak dalam perasaan ketidak-pastian dengan sistem pendidikan saat ini.

Hal ini disebabkan oleh tingkat kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, melampaui kesiapan lembaga-lembaga pendidikan dalam mendesign kurikulum, metode dan sarana yang dimiliki guna menghasilkan lulusan lulusannya memasuki sebuah era yang ditandai dengan tingkat kompetisi dan perubahan yang begitu masif dan cepat. Saat ini, persoalan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan bukan sekadar relevansi antara content yang diberikan kepada peserta didik dengan kebutuhan dunia kerja supaya lulusannya siap memasuki dunia kerja, akan tetapi lebih mengarah pada apa yang harus dicermati oleh dunia pendidikan terhadap relevansi dimensi paedagogies-didaktif (antara lain : teknik pengajaran, kurikulum, metode, tempat pembelajaran dan lainnya) dengan trend budaya global.

Seharusnya fenomena perubahan-perubahan seperti ini yang kian berakselerasi memberi dorongan pada lembaga pendidikan yang ada untuk terus melakukan self reform jika ingin tetap mempertahankan eksistensinya di jaman yang berlari seperti sekarang dan menjadikan link and match sebagai sebuah imperative yang dapat diterapkan diberbagai jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai pendidikan tinggi. Namun, juga perlu diperhatikan jangan sampai reformasi pendidikan dilakukan secara serampangan hanya sekadar reaktif dan tidak visioner, yang pada ujungnya justru akan menyebabkan terjadinya degradasi kemanusiaan di masa mendatang. Jangan pula menghasilkan pandangan/inteprestasi lain semisal bahwa link and match seolah-olah menjadi satu-satunya cara dalam mempersiapkan peserta didik untuk cocok masuk sebagai salah satu bagian dari dunia industri, maka segala upaya pendidikan harus disesuaikan guna memenuhi kebutuhan dunia kerja. Jika pemikiran atau asumsi ini muncul dikhawatirkan fungsi-fungsi lain dari pendidikan akan mengalami penurunan nilai/substansinya atau bahkan menjadi hilang samasekali. Hal ini tentunya harus dihindari jangan sampai terjadi.

Sekali lagi, program link and match (keterkaitan dan kesepadanan) tidaklah salah, tetapi untuk lebih menyelaraskan antara demand and supply. akan kebutuhan tenaga kerja (terampil) maka perlu ada terobosan lainnya yang diharapkan dapat bersinergi dengan tujuan link and match ini adalah dengan memberikan nuansa baru dalam model pembelajaran yang lebih menekankan kepada learn how to learn bagi para peserta didik, tugas pengajar/pendidik (guru/dosen) bukan lagi hanya semata sebagai orang yang hanya mengisi otak peserta didik dengan pengetahuan, tetapi lebih dari itu tugas pendidik (guru/dosen) adalah dapat memfasilitasi dan membantu peserta didiknya mampu untuk membangun konstruksi pemahamam dan nalarnya berdasarkan dari beragai macam ilmu pengeahuan dan informasi yang diperolehnya dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada (fasilitas perpustakaan, laboratium, media massa, internet), sehingga tujuan akhir dari suatu proses belajar mengajar dapat menghasilkan outcome manusia-manusia pembelajar yang selalu merasa butuh akan inovasi, bukan hanya sekedar menjadi follower atau mengikuti selera atasan dan bertindak atas “petunjuk dan perintah” semata.

Perlu dilakukan evaluasi atas metode pembelajaran/pengajaran deduktif yang selama ini berjalan dengan mulai berorientasi kepada pembelajaran/pengajaran yang bersifat induktif Dengan metode ini diharapkan akan menjadi metode pembelajaran yang mampu mengembangkan semangat dan kemampuan belajar lebih lanjut.
Catagory: Fasilitas