SI1031465407

Dari widuri
Revisi per 22 Juli 2014 16.11 oleh Admin (bicara | kontrib)


Lompat ke: navigasi, cari

PROTOTIPE ALAT PEMBERSIH TOREN OTOMATIS

MENGGUNAKAN SMS GATEWAY PADA

PT. CAHAYA TELEVISI INDONESIA


LAPORAN SKRIPSI


jpg


OLEH :

NAMA : Reza Nursyah Putra

NIM : 1031465407


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI COMPUTER SYSTEM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

(2014)






LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


PROTOTIPE ALAT PEMBERSIH TOREN OTOMATIS

MENGGUNAKAN SMS GATEWAY PADA

PT. CAHAYA TELEVISI INDONESIA

Disusun Oleh :

NIM
: 1031465407
Nama
Jenjang Studi
Jurusan
Konsentrasi

   

Disahkan Oleh :

Tangerang, 22 Februari 2014

Ketua
       
Kepala Jurusan
       
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Ferry Sudarto, S.Kom, M.Pd)
NIP : 00594
       
NIP : 10001





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROTOTIPE ALAT PEMBERSIH TOREN OTOMATIS]]

MENGGUNAKAN SMS GATEWAY PADA

PT. CAHAYA TELEVISI INDONESIA


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktifitas yang padat dapat membuat individu, organisasi dan perusahaan banyak membutuhkan perangkat–perangkat hardware yang cukup efisien untuk menggantikan kerja masyarakat yang dilakukan secara manual. Sebuah kerja sistem yang dapat berjalan secara otomatis akan sangat dibutuhkan dalam perkembangan teknologi saat ini, khususnya teknologi yang dapat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan sehari–hari.

Kebutuhan akan air bersih pada kehidupan masyarakat sehari–hari, maka pada saat ini masyarakat akan sangat membutuhkan suatu tempat atau wadah penyimpanan air bersih atau dikenal dengan sebutan toren. Pada jaman sekarang ini, banyak perumahan dan juga instansi telah mengunakan toren sebagai tempat penampungan air bersih dengan berbagai ukuran dan merk. Akan tetapi yang terjadi adalah masyarakat sering terlupakan bahwa tempat penampungan air tersebut harus selalu dibersihkan secara rutin.

Realitas yang terjadi saat ini adalah masyarakat harus membersihkan toren secara manual, hal tersebut diperlukan waktu yang lama dan hasilnya kurang memuaskan atau tidak bersih. Peralatan yang disiapkan untuk melakukan pembersihan toren menggunakan alat–alat yang cukup banyak. Sebagai contoh adalah ember yang berguna untuk menampung semua peralatan bersih-bersih, gayung, spon yang mempunyai bagian kasar untuk mengosok, sikat baju atau lantai, kursi kecil, dan selang yang tidak terlalu panjang.

Oleh karena itu, dibutuhkan suatu perangkat yang yang dapat menggantikan kerja masyarakat untuk dapat melakukan pencucian toren tersebut. Dalam erkembangan teknologi saat ini, masyarakat berharap adanya perangkat hardware untuk menanggulangi masalah tersebut. Sehingga masyarakat tidak perlu mempersiapkan waktu kembali untuk melakukan pencucian toren.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mengambil judul “Prototipe Alat pembersih toren otomatis menggunakan SMS GATEWAY pada PT. Cahaya Televisi Indonesia”

Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas maka dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apakah Toren dapat dibersihkan secara rutin?
  2. Apakah Toren dapat dibersihkan dengan mudah?
  3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan toren?

Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam Tugas akhir skripsi ini adalah Alat pembersih toren otomatis menggunakan SMS GATEWAY. Sebagai input adalah Sensor air dan sms instruksi. As ulir sebagai poros dengan sikat yang akan berputar secara otomatis menggunakan motor dc untuk proses pembersihan toren. Selanjutnya perangkat electrical valve yang akan membuka dan menutup lubang pembuangan air kotor yang menjadi output.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan

  1. Tujuan individu
    1. Memenuhi syarat kelulusan untuk jenjang Strata (S1).
    2. Mengaplikasikan ilmu yang penulis dapat selama pekuliahan.
    3. Memperbaiki sistem pembersihan toren yang ada di STMIK RAHARJA.
  2. Tujuan Fungsional
    1. Agar waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan toren dapat dengan cepat.
    2. Agar hasil pembersihan toren dapat menjadi lebih bersih dan maksimal.
    3. Agar sistem pembersihan toren dapat berjalan secara otomatis.
  3. Tujuan operasional
    1. Agar pendengar lebih mudah dalam menerima apa yang dipresentasikan.
    2. Agar masyarakat tidak perlu mempersiapkan alat–alat untuk membersihkan toren secara manual.

Manfaat

  1. Manfaat individu
    1. Dapat mengembangkan ilmu yang penulis dapatkan selama perkuliahan.
    2. Memberikan kepuasan karena dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
    3. Memberikan suatu terobosan baru pada tempat perkuliahan penulis di STMIK RAHARJA.
  2. Manfaat fungsional
    1. Mempermudah dalam melakukan pembersihan toren
    2. Mengganti peralatan–peralatan yang cukup banyak dengan perangkat motor DC yang dapat bergerak secara otomatis
  3. Manfaat operasional
    1. Dapat menghemat biaya jasa untuk melakukan pembersihan toren.
    2. Menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan pembersihan toren.

Metode Penelitian

Metode Pengumpulan Data

  1. Observasi (Observation)
    Dalam metode ini penulis melakukan observasi terhadap toren yang berada di PT. Cahaya Televisi Indonesia agar penulis mendapatkan data yang dibutuhkan.
  2. Wawancara (Interview)
    Selain observasi penulis juga melakukan wawancara kepada pengguna alat penampungan air atau toren untuk mengetahui kebutuhan dalam pembuatan alat pembersih toren.
  3. Studi Kepustakaan
    Selain melakukan observasi dan wawancara penulis juga melakukan studi kepustakaan, browsing interet, jurnal, dan artikel dengan cara pengumpulan data, dalam hal ini penulis berusaha melengkapi data-data yang diperoleh dengan cara mencari artikel sebagai referensi yang berhubungan dengan pembuatan alat pembersih toren.

Metode Analisa

  1. Metode Analisa Sistem
    Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode analisa SWOT untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan aman untuk digunakan. Metode Analisa SWOT, yaitu kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), kesempatan (oppurtunities), dan yang menjadi ancaman (threats). Dengan menggunakan metode analisa ini maka penelitian ilmiah dapat dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.

  2. Metode Analisa Perancangan Program
    Metode analisa perancangan program pada penelitian skripsi ini penulis menggunakan Bagan Alir Program (Flowchart Program). Hal tersebut dikarenakan penulis membuat interface dengan menggunakan Visual Basic 6.0.

Metode Perancangan

Dalam melakukan perancangan penulis menggunakan metode Sistem flowchart dimana tahap demi tahap proses pembuatan alat pembersih toren dijabarkan dengan tujuan.

Metode Prototipe

Prototipe yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan evolutionary, dimana penulis melakukan pengembangan terhadap motor DC agar dapat melakukan gerak secara otomatis.

Metode Testing

Dalam metode pengujian ini penulis melakukan uji coba dengan metode Black Box terhadap prototipe yang telah dibuat agar diketahui apakah prototipe sudah berjalan sesuai ketentuan.


Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisikan tentang teori umum yang terdiri dari konsep dasar prototype, konsep dasar flowchart dan konsep dasar blackbox, serta konsep dasar motor DC, konsep electrical valve, konsep dasar SMS GATEWAY, konsep dasar tahanan (resistor), konsep dasar PCB, konsep dasar elisitasi dan literature review.

BAB III ANALISA SISTEM DAN PERANCANGAN

Berisikan tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri dari profile PT. Cahaya Televisi Indonesia, sejarah singkat PT. Cahaya Televisi Indonesia, visi dan misi PT. Cahaya Televisi Indonesia, struktur organisasi dan wewenang serta tanggung jawab, system eksisting, permasalahan, alternatif pemecahan masalah yang terdiri dari analisa kebutuhan user dan perancangan prototype.

BAB IV RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Dalam bab ini penulis menguraikan sistem yang akan diusulkan seperti usulan prosedur yang baru, diagram rancangan sistem, rancangan basis data yang terdiri dari normalisasi dan spesifikasi basis data. Flowchart sistem yang diusulkan, rancangan prototype, konfigurasi sistem, testing, evaluasi, schedulle implementasi, dan estimasi biaya.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dari hasil pengujian alat dan beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

LANDASAN TEORI



Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

1. Definisi Sistem

Menurut Yakub (2012:1), “Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berhubungan, terkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau tujuan tertentu”.

Menurut Sutabri (2012:10), “Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang terdapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran/tujuan tertentu.

2. Karakteristik Sistem

Menurut Mustakini (2009:54), suatu sistem mempunyai karakteristik. Karakteristik sistem adalah sebagai berikut ini:

a. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (components) atau subsistem-subsistem.

b. Suatu sistem mempunyai batas sistem (boundary).

c. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment).

d. Suatu sistem mempunyai penghubung (interface).

e. Suatu sistem mempunyai tujuan (goal).

Sumber: Mustakini (2009:54)

Gambar 2.1 Karakteristik Suatu Sistem

Menurut Sutabri (2012:20), model umum sebuah sistem adalah input, proses, dan output. Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana sebab sebuah sistem dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran. Selain itu, sebuah sistem dapat mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapaun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  1. Komponen Sistem (Components)
    Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang seling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar atau sering disebut “super sistem”.
  2. Batasan Sistem (Boundary)
    Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
  3. Lingkungan Luar Sistem (Environtment)
    Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka akan mengganggu kelangsungan hidup sistem tersebut.
  4. Penghubung Sistem (Interface)
    Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut penghubung sistem atau interface. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsitem ke subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integritas sistem yang membentuk satu kesatuan.
  5. Masukan Sistem (Input)
    Energi yang dimasukan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemelihaaran dan sinyal. Contohnya, di dalam suatu unit sistem komputer, ”program” adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan “data” adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
  6. Keluaran Sistem (Output)
    Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsitem yang lain seperti sistem informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem lain.
  7. Pengolah Sistem (Proses)
    Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran, contohnya sistem akuntansi. sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
  8. Sasaran Sistem (Objective)
    Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministic. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

3. Klasifikasi Sistem

Menurut Sutabri (2012:22), sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen lainnyakarena sistem memiliki sasaranyang berbeda untuk setiap kasus yang terjadi yangada di dalam sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem dapat diklasifikasikandari beberapa sudut pandang, diantaranya:

  1. Sistem Abstrak dan Sistem Fisik
    Sistem abstak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampaksecara fisik, misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa pemikiranhubungan antara manusia dengan Tuhan, sedangkan sistem fisik merupakan sistemyang ada secara fisik, misalnya sistem komputer, sistem produksi, sistempenjualan, sistem administrasi personalia, dan lain sebagainya.
  2. Sistem Alamiah dan Sistem Buatan Manusia
    Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat olehmanusia, misalnya sistem perputaran bumi, terjadinya siang malam, danpergantian musim. Sedangkan sistem buatn manusia merupakan sistemyangmelibatkan interaksi manusia dengan mesin yang disebut human machine sistem. Sistem informasi berbasis komputer merupakancontoh human machine sistem karenamenyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
  3. Sistem Determinasi dan Sistem Probabilistik
    Sistem yang berinterkasi dengan tingkah laku yang dapat diprediksi disebut sistem deterministic. Sistem komputer adalah contoh dari sistem yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program komputer yang dijalankan. Sedangkan sistem yang bersifat probabilistik adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilistic.
  4. Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka
    Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkunagn luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa campur tanganpihak luar.
    Sedangkan sistem tebuka adalah sistem yang berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk subsistem lainnya.

Konsep Dasar Informasi

1. Definisi Informasi

Menurut Sutabri (2012:29), “Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diinterprestasi untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan”.

Menurut Amin (2012:72), “Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerima dan digunakan untuk mengambil keputusan”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukan di atas dapat ditarik kesimpulan informasi adalah data yang sudah diolah,dibentuk atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu.

2. Fungsi Informasi

Menurut Sutabri (2012:31), fungsi utama informasi adalah menambah pengetahuan. Informasi yang disampaikan kepada pemakai mungkin merupakan hasil data yang sudah diolah menjadi sebuah keputusan. Akan tetapi, dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang kompleks,informasi hanya dapat menambah kemungkinan kepastian atau mengurangibermacam-macam pilihan. Informasi yang disediakan bagi pengambil keputusanmemberi suatu kemungkinan faktor resiko pada tingkat-tingkat pendapatan yang berbeda.

3. Siklus Informasi

Menurut Sutabri (2012:33), data diolah melalui suatu model informasi, kemudian si penerima akan menangkap informasi tersebut untuk membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan.Tindakan si penerima menjadi sebuah data baru. Data tersebut akan ditangkap sebagainput dan diproses kembali lewat suatu model, dan seterusnya sehingga membentuk suatu siklus. Siklus inilah yang disebut “Siklus Informasi” (information Cycle).

Menurut Mustakini (2009:40), telah diketahui bahwa data perlu diolah untuk dijadikan informasi yang berguna lewat suatu siklus. Siklus ini disebut dengan siklus pengolahan data (data processing life cycle) atau disebut juga dengan nama siklus informasi (informationlife cycle).

Sumber:Mustakini (2009:40)

Gambar 2.2 Siklus Pengolahan Data

Dari gambar di atas terlihat, bahwa untuk melakukan siklus pengolahan data diperlukan tiga buah komponen,yaitu komponen input, komponen model, dan komponen output. Dengan demikian, sistem informasi yang juga melakukan proses pengolahan data juga akan membutuhkan tiga komponen ini.

Data yang masih belum diolah perlu disimpan untuk pengolahan lebih lanjut, karena tidak semua data yang diperolehlangsung diolah. Pada umumnya, data yang diperolehdisimpan terlebih dahulu yang nantinya setiap saat dapat diambil untuk dioalh menjadi informasi. Data ini disimpan (storage) dalam bentuk database. Data yang ada dibasis data ini yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan informasi. Siklus pengolahan data yang dikembangkan ini disebut dengan extended data processing life cycle.

Sumber: Mustakini (2009:41)

Gambar 2.3 Siklus Pengolahan Data Yang Dikembangkan


Dari siklus ini data yang dikembangkan, terlihat bahwa untuk melakukan pengolahan data, maka diperlukan tambahan sebuah komponen lagi, yaitu komponen basis data. Dengan demikian, komponen-komponen sistem informasi yaitu komponen input, komponen model, dan komponen output sekarang bertambah sebuah komponen lagi, yaitu komponen basis data.

4. Jenis-Jenis Informasi

Menurut Sutabri (2012:34), dapat disimpulkan bahwa informasi dalam manajemen diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek seperti yang akan dipaparkan berikut ini:

  1. Informasi berdasarkan persyaratan
    Suatu informasi harus memenuhi persyaratan sebagaimana dibutuhkan oleh seorang manajer dalam rangka pengambilan keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan itu informasi dalam manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:
  2. a. Informasi yang tepat waktu
    Pada hakekatnya makna informasi yang tepat waktu adalah sebuah informasi yang tibapada manajer sebelum suatu keputusan diambil sebab seperti telah diterangkan dimuka, informasi adalah bahan pengambilan keputusan.

    b. Informasi yang relevan
    Sebuah informasi yang disampaikan oleh seoarang manajer kepada bawahan harus relevan,yakni ada kaitannya dengan kepentingan pihak penerima sehingga informasi tersebut akan mendapat perhatian.

    c. Informasi yang benilai
    Yang dimaksud informasi yang bernilai adalah informasi yang berharga untuk suatu pengambilan keputusan. Seperti yang telah dijelaskan di depan, suatu keputusan adalah hasil pilihan dari sejumlah alternatif tersebut, informasi ini akan mempunyai nilai pendukung yang amat berharga dan memliki manfaat bagi suatu pengambilan keputusan.

    d. Informasi yang dapat dipercaya
    Suatu informasi harus dapat dipercaya (realiable)dalam manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra organisasi,terlebih bagi organisasi dalam bentuk perusahaan yang bergerak dalam persaingan bisnis.

  3. Informasi berdasarkan dimensi waktu
    Informasi berdasarkan dimensi waktu ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
  4. a. Informasi masa lalu
    Informasi jenis ini adalah mengenai peristiwa lampau yang meskipun amat jarang digunakan,namun dalam penyimpanannya pada data storage perlu disusun secara rapih dan teratur. Peraturannya harus sedemikian rupa sehingga dapat disajikan kepada yang memerlukan dala waktu secepat-cepatnya dan dalam keadaan selengkap-lengkapnya.

    b. Informasi masa kini
    Dari sifatnya sendiri sudah jelas bahwa makna dari informasi masa kini ialah informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang (current event). Berkat teknologi canggihdalam bentuk komputer, pengelolaan informasi jenis ini dapat dilakukan dengan cepat.

  5. Informasi berdasarkan sasaran
    Informasi berdasarkan sasaran adalah informasi yang ditunjukan kepada seorang atau kelompok orang, baik yang terdapat di dalam organisasi maupun di luarorganisasi. Informasi jenis ini diklasifikasikan sebagai berikut:
  6. a. Informasi individual
    Informasi individual (individual information)ialah informasi yang ditunjukan kepada seseoarang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijaksaan (policy maker)dan pengambil keputusan (decision maker)atau kepada seorang yang diharapkan dari padanya tanggapan terhadap informasiyang diperolehnya.

    b. Informasi komunitas
    Informasi komunitas (community information) adalah infromasi yang ditunjukan kepada khalayak di luar organisasi, suatu kelompok tertentu di masyarakat.

5. Nilai Informasi

Menurut Sutabri (2012:37), nilai informasi ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.

Lebih lanjut, sebagian informasi tidak dapat persis ditafsir keuntungannya dengan suatu nilai uang, tetapi dapat ditafsir nilai efektivitasnya. Pengukuran nilau informasi biasanya dihubung kandengan analisis cost effectivess ataucost benefit. Nilai informasi ini didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

  1. Mudah diperoleh
    Sifat ini menujukan informasi dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Kecepatanmemperoleh dapat diukur, misalnya 1 menit versus 24 jam.
  2. Luas dan lengkap
    Sifat ini menujukan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai volumenya, tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifat ini sangat kabur,karena itu sulit mengukurnya.
  3. Ketelitian
    Sifa tini menunjukan minimnya kesalahan dalam informasi. Dalam hubungannya dengan volume data yang besar biasanya terjadi dua jenis kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
  4. Kecocokan
    Sifat ini menunjukan seberapa baik keluaran informasi dalam hubungan denganpermintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalahyang sedang dihadapi.
  5. Ketepatan waktu
    Menunjukan tak ada keterlambatan jika ada yang sedang ingin mendapatkan informasi. Masukan, pengolahan, dan pelaporan keluaran kepada pemakai biasanya tepat waktu. Dalam beberapa hal, ketepatan waktu dapat diukur.
  6. Kejelasan
    Sifat ini menunjukan keluaran informasi yang bebas dari istilah-istilah yang tidakjelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar. Beberapa biaya yangdiperlukan untuk memperbaiki laporan tersebut.
  7. Keluwesan
    Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikan keluaran informasi tidak hanya denganbeberapa keputusan, tetapi juga dengan beberapa pengambilan keputusan.
  8. Dapat dibuktikan
    Sifatini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaraninformasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
  9. Tidak ada prasangka
    Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
  10. Dapat diukur
    Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal. Meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, dan sebagainya sering dianggap informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan kita.

6. Kualitas Informasi

Menurut Sutabri (2012:41), kualitas suatu informasi tergantung dari 3 (tiga) hal, yaitu:

  1. Akurat (Accurate)
    Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya
  2. Tepat Waktu (Timeline)
    Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan.
  3. Relevan (Relevance)
    Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.

Konsep Dasar Flowchart

  1. Definisi Flowchart

    Menurut Sulindawati dan Muhammad Fathoni (2010:8), “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dau urutan-urutan prosedur dari suatu program.

    Menurut Adelia dan Jimmy Setiawan (2011:116), “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program”.

    Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Flowchart adalah bentuk gambar/diagram yang mempunyai aliran satu atau dua arah secara sekuensial.

    Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan di evaluasi lebih lanjut. Bila seorang analisi dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan

  2. Cara Membuat Flow Chart

    Ada beberapa petunjuk dalam pembuatan Flow chart Menurut Menurut Sulindawati dan Muhammad Fathoni (2010:8):

    1. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan kiri ke kanan.
    2. Aktifitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
    3. Kapan aktifitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas
    4. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja.
    5. Setiap langkah dari aktifitas harus berada pada urutan yang benar
    6. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati.
    7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar
  3. Jenis-Jenis Flow Chart

    Ada lima macam bagan alir yang akan dibahas di modul ini, yaitu sebagai berikut:

    1. Bagan Alir Sistem (Systems Flow Chart)
      Merupakan bagan yang menunjukkan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam system secara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada dalam system

    2. Sumber:Rachman (2012:116)

      Gambar 2.4 Bagan Alir Sistem (System Flow Charts)


    3. Bagan Alir Dokumen (Document Flow Chart)
      Menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Fungsi utamanya untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian yang lain.

    4. Sumber:Rachman (2012:117)

      Gambar 2.5 Bagan Alir Dokumen (Document Flow Chart)


    5. Bagan Alir Skematik (Schematic Flow Chart)
      Mirip dengan Flow Chart sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur.

    6. Sumber:Rachman (2012:117)

      Gambar 2.6 Bagan Alir Skematik (Schematic Flow Chart)


    7. Bagan Alir Program (Program Flow Chart)
      Merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur dilaksanakan
    8. Sumber:Rachman (2012:117)

      Gambar 2.7 Bagan Alir Program (Program Flow Chart)


    9. Bagan Alir Proses (Process Flow Chart)
      Merupakan teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah selanjutnya dari sebuah sistem.

    Sumber:Rachman (2012:116)

    Gambar 2.8 Bagan Alir Proses (Process Flow Chart)

    Sumber:Rachman (2012:116)

    Gambar 2.9 Contoh Variasi Aplikasi Flow Chart


Konsep Dasar Testing

  1. Definisi Testing
  2. Menurut Rizky (2011:237), “Testing adalah sebuah proses yang dijawantahkan sebagai siklus hidup dan merupakan bagian dari proses rekayasa perangkat lunak secara terintegrasi demi memastikan kualitas dari perangkat lunak secara terpenuhi kebutuhan teknis yang telah disepakati dari awal”.

    Detail tahapan yang harus dilampaui dalam kaitan kebutuhan perangkat lunak dari sudut pandang testing perangkat lunak adalah:

    1. Verifikasi
      Verifikasi adalah proses pemeriksaan untuk memastikan bahwa perangkat lunak telah menjalankan apa yang harus dilakukan dari kesepakatan awal antara pengembang perangkat lunak dan pengguna.
    2. Validasi
      Validasi adalah sebuah proses yang melakukan konfirmasi bahwa perangkat lunak dapat dieksekusi secara baik.

    Definisi dari standart yang harus dipenuhi oleh kebutuhan perangkat lunak adalah pembebasan perangkat lunak dari failure, fault, dan error serta incident dijelaskan dalam detail berikut:

    1). Failure

    Failure adalah kegagalan perangkat lunak dalam melakukan proses yang seharusnya menjadi kebutuhan perangka lunak tesebut.

    2). Fault

    Fault adalah akar permasalahan dari kegagalan sebuah perangkat lunak.

    3). Error

    Error adalah akibat dari adanya fault atau kerusakan yang kemudian dipicu oleh perilaku pengguna.

    4). Incident

    Incident atau kecelakaan merupakan hasil akhir yang terjadi akibat dari error yang berkelanjutan dan tidak diperbaiki atau tidak terdeteksi dalam proses pengembangan perangkat lunak.

  3. Acuan dan Pengukuran Testing
    Menurut Rizky (2011:256), “Acuan testing adalah satuan pengukuran secara kuantitatif dari proses testing yang dijalankan. Sedangkan pengukuran testing adalah aktivitas untuk menentukan keluaran testing berdasarkan acuan yang telah ditetapkan dalam proses testing”.
    Banyak pendapat yang menyatakan tentang panduan membuat acuan dalam proses testing perangkat lunak, meski demikian dari sekian banyak pendapat tersebut ada beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam penentuan acuan testing antara lain:

    1). Waktu
    Dalam hal acuan waktu, harus disepakati bersama satuan yang akan digunakan. Apakah akan menggunakan satuan dalam hitungan tahun, bulan, atau hari dari jadwal penyelesaian perangkat lunak yang ada.

    2). Biaya
    Dalam testing juga penting untuk ditetapkan acuan biaya yang akan digunakan. Acuan umum ini didasarkan pada anggaran yang telah ditetapkan dan kemudian diperiksa kembali dengan biaya yang telah dikeluarkan selama pembuatan perangkat lunak.

    3). Kinerja testing
    Yang dimaksud dengan kinerja testing adalah efektivitas dan efiensi dalam pelaksanaan testing. Efektivitas dalam konteks ini dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan dari proses testing. Apakah proses testing telah berjalan sebagaimana mestinya, demi mencapai pemenuhan kualitas serta kebutuhan perangkat lunak, atau hanya demi mencari kesalahan sehingga menjatuhkan tim pengembang perangkat lunak.

    4). Kerusakan
    Seperti yang telah dijelaskan di sub bab sebelumnya, bahwa proses testing tidak hanya berupa proses untuk mencari kesalahan maupun kerusakan di dalam sebuah perangkat lunak. Tetapi lebih sebagai upaya bersama untuk mencapai kualitas sebuah perangkat lunak. Meski demikian, kerusakan yang ditemukan pada saat proses testing tetap menjadi acuan dari pelaksanaan testing tersebut. Hanya pada saat sebuah kerusakan ditemukan, maka harus diklasifikasikan terlebih dahulu agar tidak terkesan bahwa proses testing berjalan subyektif.

  4. Tipe dan Teknik Testing

    Menurut Rizky (2011:259), “Tipe testing lebih berkonsentrasi terhadap aspek dari perangkat lunak yang akan dikenai proses testing. Teknik testing merupakan metode yang digunakan dalam melakukan testing untuk bagian tertentu dari perangkat lunak”.

    Secara teoritis, testing dapat dilakukan dengan berbagai jenis tipe dan teknik. Namun secara garis besar, terdapat dua jenis tipe testing yang paling umum digunakan di dalam lingkup rekayasa perangkat lunak. Dua jenis tersebut adalah white box dan black box testing.

  5. Definisi White Box

    Menurut Rizky (2011:262), “White Box Testing secara umum merupakan jenis testing yang lebih berkonsentrasi terhadap “isi” dari perangkat lunak itu sendiri. Jenis ini lebih banyak berkonsentrasi kepada source code dari perangkat lunak yang dibuat”.

    Menurut Handaya dan Hakim Hartanto di dalam Jurnal Sistem Informasi (2011:204) “White Box adalah sebuah cara pengujian yang menggunakan struktur kontrol yang dideskripsikan sebagai komponen perangkat lunak untuk memperoleh uji kasus”.

    Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa white box adalah sebuah cara pengujian yang menggunkan struktur control perangkat lunak.

    Beberapa teknik yang terdapat dalam jenis white box testing adalah:

    1. Decision (Branch) Coverage Sesuai dengan namanya, teknik testing ini fokus terhadap hasil dari tiap skenario yang dijalankan terhadap bagian perangkat lunak yang mengandung percabangan (if...then...else).
    2. Condition Coverage Teknik ini hampir mirip dengan teknik yang pertama, tetapi dijalankan terhadap percabangan yang dianggap kompleks atau percabangan majemuk. Hal ini biasanya dilakukan jika dalam sebuah perangkat lunak memiliki banyak kondisi yang dijalankan dalam satu proses sekaligus.
    3. Path Analysis Merupakan teknik testing yang berusaha menjalankan kondisi yang ada dalam perangkat lunak serta berusaha mengoreksi apakah kondisi yang dijalankan telah sesuai dengan alur diagram yang terdapat dalam proses perancangan.
    4. Executive Time Pada teknik ini, perangkat lunak berusaha dijalankan atau dieksekusi kemudian dilakukan pengukuran waktu pada saat input dimasukkan hingga output dikeluarkan. Waktu eksekusi yang dihasilkan kemudian dijadikan bahan evaluasi dan dianalisa lebih lanjut untuk melihat apakah perangkat lunak telah berjalan sesuai dengan kondisi yang dimaksud oleh tester.
    5. Executive Time Pada teknik ini, perangkat lunak berusaha dijalankan atau dieksekusi kemudian dilakukan pengukuran waktu pada saat input dimasukkan hingga output dikeluarkan. Waktu eksekusi yang dihasilkan kemudian dijadikan bahan evaluasi dan dianalisa lebih lanjut untuk melihat apakah perangkat lunak telah berjalan sesuai dengan kondisi yang dimaksud oleh tester.
    6. Algorithm Analysis Teknik ini umumnya jarang dilakukan jika perangkat lunak yang dibuat berjenis sistem informasi. Sebab teknik ini membutuhkan kemampuan matematis yang cukup tinggi dari para tester, karena di dalamnya berusaha melakukan analisa terhadap algoritma yang diimplementasikan pada perangkat lunak tersebut.
  6. Definisi Black Box

Menurut Siddiq (2012:4), “Pengujian black box adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak berfungsi dengan benar.

Menurut Budiman (2012:4) Pengujian black box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji dibangkitkan, dieksekusi pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak diuji apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengujian Black Box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan pada pengujian kinerja, spesifikasi dan antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada.

Black Box Testing tidak membutuhkan pengetahuan mengenai, alur internal (internal path), struktur atau implementasi dari software under test (SUT). Karena itu uji coba Black Box memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program.

Uji coba Black Box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya:

  1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang
  2. Kesalahan interface
  3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
  4. Kesalahan performa
  5. kesalahan inisialisasi dan terminasi

Uji coba Black Box diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya. Karena uji coba Black Box dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi domain. Uji coba didesain untuk dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
  2. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik?
  3. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
  4. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
  5. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?
  6. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi sistem?

Sehingga dalam uji coba Black Box harus melewati beberapa proses sebagai berikut:

  1. Menganalisis kebutuhan dan spesifikasi dari perangkat lunak.
  2. Pemilihan jenis input yang memungkinkan menghasilkan output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji.
  3. Menentukan output untuk suatu jenis input.
  4. Pengujian dilakukan dengan input-input yang telah benar-benar diseleksi.
  5. Melakukan pengujian.
  6. Pembandingan output yang dihasilkan dengan output yang diharapkan.
  7. Menentukan fungsionalitas yang seharusnya ada pada perangkat lunak yang sedang diuji.

1). Metode Pengujian Dalam Black Box

Ada beberapa macam metode pengujian Black Box, berikut diantaranya:

  1. Equivalence Partioning
    Equivalence Partioning merupakan metode uji coba Black Box yang membagi domain input dari program menjadi beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah kesalahan (misalnya: kesalahan pemrosesan dari seluruh data karakter) yang merupakan syarat lain dari suatu kasus yang dieksekusi sebelum kesalahan umum diamati.
  2. Boundary Value Analysis
    Sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi dalam batasan domain input dari pada nilai tengah. Untuk alasan ini boundary value analysis (BVA) dibuat sebagai teknik uji coba. BVA mengarahkan pada pemilihan kasus uji yang melatih nilai-nilai batas. BVA merupakan desain teknik kasus uji yang melengkapi Equivalence partitioning. Dari pada memfokuskan hanya pada kondisi input, BVA juga menghasilkan kasus uji dari domain output.
  3. Cause-Effect Graphing Techniques
    Cause-Effect Graphing merupakan desain teknik kasus uji coba yang menyediakan representasi singkat mengenai kondisi logikal dan aksi yang berhubungan. Tekniknya mengikuti 4 tahapan berikut:
  4. 1). Causes (kondisi input), dan Effects (aksi) didaftarkan untuk modul dan identifier yang dtujukan untuk masing-masing.

    2). Pembuatan grafik Causes-Effect graph.

    3). Grafik dikonversikan kedalam tabel keputusan.

    4). Aturan tabel keputusan dikonversikan ke dalam kasus uji.

  5. Comparison Testing
    Dalam beberapa situasi (seperti: aircraft avionic, nuclear Power plant control) dimana keandalan suatu software amat kritis, beberapa aplikasi sering menggunakan software dan hardware ganda (redundant). Ketika software redundant dibuat, tim engembangan software lainnya membangun versi independent dari aplikasi dengan menggunakan spesifikasi yang sama. Setiap versi dapat diuji dengan data uji yang sama untuk memastikan seluruhnya menyediakan output yang sama. Kemudian seluruh versi dieksekusi secara parallel dengan perbandingan hasil real-time untuk memastikan konsistensi. Dianjurkan bahwa versi independent suatu software untuk aplikasi yang amat kritis harus dibuat, walaupun nantinya hanya satu versi saja yang akan digunakan dalam sistem. Versi independent ini merupakan basis dari teknik Black Box Testing yang disebut Comparison Testing atau back-to-back Testing.

  6. Sample and Robustness Testing

    1) Sample Testing
    Melibatkan beberapa nilai yang terpilih dari sebuah kelas ekivalen, seperti Mengintegrasikan nilai pada kasus uji. Nilai-nilai yang terpilih mungkin dipilih dengan urutan tertentu atau interval tertentu.

    2) Robustness Testing
    Pengujian ketahanan (Robustness Testing) adalah metodologi jaminan mutu difokuskan pada pengujian ketahanan perangkat lunak. Pengujian petahanan juga digunakan untuk menggambarkan proses verifikasi kekokohan (yaitu kebenaran) kasus uji dalam proses pengujian.

  7. Behavior Testing dan Performance Testing

    1) Behavior Testing
    Hasil uji tidak dapat dievaluasi jika hanya melakukan pengujian sekali, tapi dapat dievaluasi jika pengujian dilakukan beberapa kali, misalnya pada pengujian struktur data stack.

    2) Performance Testing
    Digunakan untuk mengevaluasi kemampuan program untuk beroperasi dengan benar dipandang dari sisi acuan kebutuhan. Misalnya: aliran data, ukuran pemakaian memori, kecepatan eksekusi, dll. Selain itu juga digunakan untuk mencari tahu beban kerja atau kondisi konfigurasi program. Spesifikasi mengenai performansi didefinisikan pada saat tahap spesifikasi atau desain. Dapat digunakan untuk menguji batasan lingkungan program.

  8. Requirement Testing

    Spesifikasi kebutuhan yang terasosiasi dengan perangkat lunak (input/output/fungsi/performansi) diidentifikasi pada tahap spesifikasi kebutuhan dan desain.

    1) Requirement Testing melibatkan pembuatan kasus uji untuk setiap spesifikasi kebutuhan yang terkait dengan program

    2) Untuk memfasilitasinya, setiap spesifikasi kebutuhan bisa ditelusuri dengan kasus uji dengan menggunakan traceability matrix

  9. Endurance Testing

Endurance Testing melibatkan kasus uji yang diulang-ulang dengan jumlah tertentu dengan tujuan untuk mengevaluasi program apakah sesuai dengan spesifikasi kebutuhan.

Contoh: Untuk menguji keakuratan operasi matematika (floating point, rounding off, dll), untuk menguji manajemen sumber daya sistem resources) (pembebasan sumber daya yang tidak benar, dll), input/outputs (jika menggunakan framework untuk memvalidasi bagian input dan output). Spesifikasi kebutuhan pengujian didefinisikan pada tahap spesifikasi kebutuhan atau desain.

2). Kelebihan dan Kelemahan Black Box

Dalam uji coba Black Box terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah keunggulan dan kelemahannya:

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kelemahan Black Box

Sumber: Rachman

Konsep Dasar Prototipe

  1. Definisi Prototipe
  2. Menurut Simarmata (2010:64),” Prototipe adalah perubahan cepat di dalam perancangan dan pembangunan prototype.

    Menurut Wiyancoko (2010:120),”Prototipe adalah model produk yang mewakili hasil produksi yang sebenarnya”.

    Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa prototype adalah proses pembuatan model produk dalam perancangan.

    1. Prototipe Jenis I

      Prototipe jenis I sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Pendekatan ini hanya mungkin jika peralatan prototyping memungkinkan prototipe memuat semua elemen penting dari sistem baru.

      Langkah-langkah pengembangan prototipe jenis I adalah sebagai berikut:

      1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai.
      2. Mengembangkan prototipe
      3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima
      4. Menggunakan prototype
    2. Prototipe Jenis II

    Prototipe jenis II merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai alat cetak biru bagi sistem operasional. Pendekatan ini dilakukan jika prototipe tersebut hanya dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.

    Tiga langkah pertama dalam pengembangan prototipe jenis II sama seperti untuk prototipe jenis I. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:

    1. Mengkodekan sistem operasional
    2. Menguji sistem operasional
    3. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima
    4. Menggunakan sistem operasional.


    Gambar 2.9. Metode Prototipe

    Sumber: Sulindawati dan Muhammad Fathoni (2010:8)


    Menurut Sasankar dan Vinay Chavan di dalam jurnal International Journal of Computer Science & Technology (2011:139) Terdapat tiga pendekatan utama prototyping, yaitu:

    1. THROW-AWAY
      Prototype dibuat dan dites. Pengalaman yang diperoleh dari pembuatan prototype digunakan untuk membuat produk akhir (final), kemudian prototype tersebut dibuang (tak dipakai).
    2. INCREMENTAL
      Produk finalnya dibuat sebagai komponen-komponen yang terpisah. Desain produk finalnya secara keseluruhan haya ada satu tetapi dibagi dalam komonen-komponen lebih kecil yang terpisah (independent).
    3. EVOLUTIONARY
      Pada metode ini, prototipenya tidak dibuang tetapi digunakan untuk iterasi desain berikutnya. Dalam hal ini, sistem atau produk yang sebenarnya dipandang sebagai evolusi dari versi awal yang sangat terbatas menuju produk final atau produk akhir.
  3. Kelebihan dan Kelemahan Prototipe

Kelebihan dan Kelemahan prototyping adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Prototipe

Teori Khusus

Konsep Dasar Sms Gateway

  1. Definisi Sms Gateway
  2. Menurut Mulyani (2012:07), SMS gateway merupakan sistem aplikasi untuk mengirim dan atau menerima SMS, terutama digunakan dalam aplikasi bisnis, baik untuk kepentingan promosi, service kepada customer, pengadaan content produk atau jasa, dan seterusnya. Karena merupakan sebuah aplikasi, maka fitur-fitur yang terdapat didalam SMS gateway dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, beberapa fitur yang umum dikembangkan dalam aplikasi SMS gateway.

    Menurut Ibrahim (2011:86), SMS Gateway adalah sebuah perangkat lunak yang menggunakan bantuan komputer dan memanfaatkan teknologi seluler yang diintegrasikan untuk mendistribusikan pesan-pesan yang di generate lewat sistem informasi melalui media SMS yang ditangani oleh jaringan seluler

    Dari dafini di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sms gateway adalah sebuah system aplikasi untuk mengirim atau meneima sms dengan menggunakan bantuan komputer untuk mendistribusikan pesan-pesan yang di generate lewat sistem informasi melalui media SMS yang ditangani oleh jaringan seluler

  3. Cara Kerja SMS Gateway

Menurut Ibrahim (2011:86), Mekanisme kerja pengiriman SMS dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

  1. Intra-operator SMS: pengiriman SMS dalam satu operator.
    SMS yang dikirimkan oleh pengirim akan terlebih dahulu masuk ke SMSC operator nomor pengirim, kemudian SMSC akan mengirimkan ke nomor yang dituju secara langsung. Penerima kemudian akan mengirimkan delivery report yang menyatakan bahwa SMS telah diterima ke SMSC. SMSC kemudian meneruskan report tersebut ke nomor pengirim SMS, disertai status proses pengiriman SMS tersebut
  2. Inter-operator SMS: pengiriman SMS antar operator yang berbeda.
    Yang membedakan adalah mekanisme ini terdapat dua SMSC yaitu SMSC pengirim dan SMSC penerima. SMS yang dikirim akan masuk ke SMSC pengirim dan diteruskan ke SMSC penerima, setelah itu SMS dikirimkan ke telepon seluler tujuan. Demikian juga dengan delivery report akan diterima terlebih dahulu oleh SMSC penerima, kemudian diteruskan ke SMSC pengirim SMS. Komunikasi antar SMSC dapat berjalan jika telah terdapat kesepakatan kerja sama antaroperator tersebut, jika tidak terdapat kesepatakan akan menyebabkan SMS yang dikirim dengan nomor tujuan dengan operator berbeda tidak akan sampai pada nomor tujuan yang dituju
  3. SMS Internasional: pengirim SMS dari operator suatu negara ke negara lain.
    SMS internasional pada hakekatnya sama dengan mekanisme inter- operator, yang membedakan hanya pada SMSC nomor penerima adalah SMSC operator

Konsep Dasar Otomatis

  1. Definisi Otomatis
  2. Menurut Saputra, Dedy Cahyadi dan Awang Harsa Kridalaksana (2010:3), “Perangkat otomatis yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat yang digunakan untuk membantu kelancaran proses otomatis.

    Menurut Santoso, Martinus dan Sugiyanto (2013:17), “Otomasi adalah proses yang secara otomatis mengontrol operasi dan perlengkapan sistem dengan perlengkapan mekanik atau elektronika yang dapat mengganti manusia dalam mengamati dan mengambil keputusan.

    Dari pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa Otomatis adalah proses mengontrol operasi dan perlengkapan dengan sistem elektronika.

  3. Alasan Penggunaan Otomatisasi

Ada beberapa alasan dalam penggunaan sistem otomasi antara lain sebagai berikut Menurut Santoso, Martinus dan Sugiyanto dalam Jurnal FEMA Vol. 2 (2013:17):

  1. Meningkatkan produktifitas perusahaan
  2. Tingginya biaya tenaga kerja
  3. Kurangnya tenaga kerja untuk kemampuan tertentu
  4. Tenaga kerja cenderung berpindah kesektor pelayanan.
  5. Tingginya harga bahan baku
  6. Meningkatkan kualitas produk
  7. Menurunkan Manufacturing Lead Time (MLT)

Menurut Saputra, Dedy Cahyadi dan Awang Harsa Kridalaksana (2010:3), Perangkat ini terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:

  1. Perangkat Keras
  2. Perangkat Lunak Otomasi

Tanpa adanya dua perangkat ini secara memadai maka proses otomasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.

Konsep Dasar Analisa SWOT

  1. Definisi Analisa SWOT

    Menurut Rangkuti (2011:199), penelitian menentukan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weakness serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

    Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang dan yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth OrientedStrategy).

    Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

    Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan questionmark pada BCG matriks. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang digunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri microcomputer.

    Kuadran 4 : Ini merupakan situasai yang sangat tidak menguntungkan,perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

    Menurut Yusmini (2011:68), definisianalisa SWOT sebagai berikut:

    Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan(Weakness) suatu lembaga atau organisasi dan kesempatan-kesempatan (Oportunities)serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategiperusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan(Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

    Menurut Moniaga (2013:6), dilakukan analisis SWOT berdasarkan analisis kuadran yang telah dilakukan. Analisis SWOT bertujuan untuk melakuakn perbandingan antara faktof internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Kekuatan (strength)dan kelemahan (weakness) didapat melalui analisis kuadran I tergolong sebagai kekuatan perusahaan danvariabel-variabel dalam kuadran IV tergolong sebagai kelemahan perusahaan. Sedangkan untuk peluang dan ancaman merupakan faktor luar yang masih berhubungan dengan perusahaan.

    Berdasarkan beberapa pendapat yangdikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan analisis SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

  2. Langkah-Langkah Penyusunan SWOT
  3. Menurut Rangkuti (2011:8)Langkah–langkah mudah penyusunan SWOT yaitu:

    1. Melakukan Proses Input Untuk Menyusun SWOT

      Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi strategis apa saja yang harus dikumpulkan sebelum menyusun SWOT.

    2. Mengembangkan Timeline (Ketepatan Waktu)

      Tujuannya adalah untuk menentukan target berapa lama penyusunan SWOT ini dibutuhkan sampai selesai.

    3. Membentuk Teamwork Berdasarkan Metode OCAI

      Tujuannya adalah menentukan isu penting yang harus dimiliki oleh setiap anggota dalam teamwork dengan nilai-nilai budaya organisasi yang sesuai dan tepat.

    4. Kuisioner Riset SWOT

      Tujuannya adalah untuk menyusun formulasi strategis, berdasarkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor faktor eksternal (peluang dan ancaman).

    5. Identifikasi Penyebab Masalah

      Tujuannya adalah untuk menemukan masalah yang sebenarnya dan tidak terjebak dengan fenomena.

    6. Menentukan Tujuan Dan Sasaran Strategis

      Tujuannya adalah untuk menentukan tujuan strategis berikut sasaran strategis secara tepat, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

    7. Menyusun Isu Strategis, Formulasi Strategis, Tema Strategis, Dan Pemetaan Strategis

      Tujuannya adalah pengujian apakah isu strategis dan tema strategis yang akan dipakai dalam SWOT sudah cukup baik dan mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan. Berdasarkan isu strategis dan tema strategis ini disusun pemetaan strategis. Pemetaan strategis adalah rencana pemetaan strategis ke dalam kerangka empat perspektif SWOT, sehingga semuanya dapat terintegrasi dalam tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai perusahaan.

    8. Menentukan Ukuran YangDipakai Dalam SWOT

      Tujuannya adalah menentukan ukuran apa saja yang ingin dipakai dalam SWOT, berikut bagaimana cara mengukurnya.

    9. Merumuskan Strategis Initiatives Dan Key Performance Indicators Dalam Bentuk Tag Dan Lead Indicator

      Tujuannya adalah untuk merumuskan strategi cinitiative dan menyusun keyperformance indicator dalam bentuk lag dan lead indicator. Dalam bagian ini akan dijelaskan juga perbandingan ukuran hasil dengan pemicu kinerja.

    10. Memberikan Bobot Dan Nilai Untuk Mengukur Kinerja

      Tujuannya adalah untuk mengkuantifikasi semua persoalan pengukuran kinerja kedalam bentuk ukuran yang mudah dipahami.

    11. Melakukan Cascading SWOT

      Tujuannya untuk mengukur objectivies (O), cara pengukuran atau measurement (M), cara menentukan target (T), serta cara menentukan program (P) yang menjadi prioritas. Selanjutnya OMTP ini didistribusikan mulai dari tingkat atas, unit bisnis, sampai tingkat individual dalam bentuk kartu individu.

    12. Analisa Risiko Menggunakan Key Risk Indicators

      Tujuannya adalah untuk mengukur besarnya risiko serta melakukan antisipasi penanggulangannya.

    13. Analisis Anggaran Dan Model Keuangan

      Tujuannya adalah untuk membuat anggaran berbagai program yang sudah disusun sebelumnya berikut perkiraan rasio-rasio keuangan yang akan diperoleh dalam rencana anggaran perusahaan.

    14. Analisis Kasus Corporate Strategy Menggunakan SWOT

    Pada bagian ini pembaca akan memperoleh contoh penerapan SWOT pada suatu perusahaan, sehingga mendapat gambaran tentang betapa mudah menerapkan SWOT dalam bisnis yang sedang ia jalankan.

  4. TujuanAnalisa SWOT
  5. Menurut Rangkuti (2011:197), tujuananalisa SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancamandengan faktor internal kekuatan dankelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusanstrategis suatu organisasi.

  6. Pendekatan Pemecahan Masalah

Menurut Puspitasari (2011:96), Penelitianini menggunakan konsep service marketing mix (bauran pemasaran jasa) 7P–Product,Price, Promotion, Place, People, Process, dan Physical Evidence.Adapun penjelasan ketujuh hal tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Product :produk atau jasa yang ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhankonsumen.
  2. Price :biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk memperoleh produk atau jasa yangditawarkan.
  3. Place :lokasi dimana produk atau jasa tersedia.
  4. Promotion :aktivitas untuk mengkomunikasikan produk atau jasa yang ditawarkan.
  5. People :orang yang berperan dalam pelayanan produk atau jasa.
  6. Process :proses terjadinya kontak antara konsumen dengan pihak penyedia produk ataujasa.
  7. Physical Evidence :bukti fisik yang mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk atau jasa.

Konsep Dasar Motor DC

  1. Definisi Motor DC

Menurut Syahrul (2014:593), Motor bekerja berdasarkan prinsip induksi magnetik. Sirkuit internal motor DC terdiri dari kumparan/lilitan konduktor. Setiap arus yang mengalir dibentuk menjadi sebuah loop sehingga ada bagian konduktor yang berada didalam magnet pada saat yang sama, Konfigurasi konduktor seperti ini akan menghasilkan distorsi pada medan magnet utama menghasilkan gaya dorong pada masing-masing konduktor. Pada saat konduktor ditempatkan pada rotor, gaya dorong yang timbul akan menyebabkan rotor berputar searah jarum jam.

Sumber:

Gambar 2.10. Cara Kerja Motor DC

Konsep Dasar Control Valve

  1. Definisi Control Valve
  2. Menurut firmansyah dan hendra (2012:05). Control valve merupakan “salah satu final control element yang banyak digunakan dalam sistem pengendalian dan proses”.

    Control valve mempunyai dua bagian utama yaitu aktuator dan valve. Aktuator adalah bagian yang menggerakkan valve buka atau tutup, sedangkan valve adalah bagian komponen mekanis yang menentukan besarnya flow fluida proses.

    control valve yang digunakan adalah jenis equal percentage dan normally close atau air to open. Control valve tersebut digunakan untuk mengatur laju aliran fluida input NaOH dan HCl yang masuk ke dalam CSTR. Aktuator sebagai I/P Converter, menerima input sinyal elektrik 4 – 20 mA yang diubah menjadi sinyal pneumatik 3 – 15 psi. yang berfungsi menggerakkan stem membuka dan menutup 0 – 100 % dalam mengatur laju aliran fluida input dengan sinyal koreksi.

    Fungsi transfer dari control valve dapat dinyatakan sebagai sebuah sistem orde satu, sebagai berikut:

    (𝑠)=𝐾𝑡𝑜𝑡𝑥𝑈(𝑠)𝜏(𝑠)+1…..(1)

    Dengan : m(s) = manipulated variable  laju aliran keluar control valve

    Ktot = Gain total control valve U(s) = sinyal masukan control valve τ = Time constant dari Control Valve 𝐾𝑡𝑜𝑡=𝐾𝐼/𝑃.𝐾𝑎𝑐𝑡

    Dengan : KI/P = Gain I/P positioner control valve Kact = Gain aktuator

    Gain Control Valve didefinisikan sebagai perubahan aliran yang melalui Control Valve terhadap perubahan masukan Control Valve. Karena karakteristik Control Valve yang linier, maka didapati adanya bias sebagaimana dalam persamaan linier terdapat adanya gradien dan konstanta bias. Untuk melihat konfigurasi dan mekanisme konversi pada Control Valve dapat dilihat

    I/P positioner4-20 mA4-20 mA3-15 psi3-15 psi0-100%(flow)Fromcontrolleractuator3-15 psi0-100% (flow)

  3. Pengkonversian pada Control Valve

𝐾𝐼/𝑃=𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑘𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝐾𝐼/𝑃 = ( 15−3) 𝑝𝑠𝑖 (20−4) 𝑚𝐴 = 34 (𝑝𝑠𝑖/𝑚𝐴) 𝐾𝑎𝑐𝑡.= 𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑎𝑙𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑣𝑎𝑙𝑣𝑒𝑠𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐾𝑎𝑐𝑡.= 𝑄𝐶𝑚𝑎𝑘𝑠(15−3) 𝑝𝑠𝑖(𝑙/ (𝑝𝑠𝑖.𝑚𝐴))

Kemudian nilai ini dikalikan dengan nilai karakteristik dari kontrol valve yang dikembangkan oleh F. G. Shinskey, yaitu:

Keterangan: Y = persamaan karakteristik control valve x = masukan control valve (mA) L = 1, untuk linear; 0< L<1, untuk quick opening; dan 1< L untuk equal precentage

Kemudian seperti diketahu bahwa nilai darai time constant tiap valve berbeda-beda tergantung dari berbagai macam sebab. Beberapa diantaranya adalah time stroke, faktor stroking time, koefisien aksesori valve, fraksi perubahan stem dari posisi normal, perubahan dari konstanta waktu inherent pada stroking time dan ditambah lagi dengan perbedaan pabrikan valve. Sedangkan time constant sendiri merupakan representasi dari time delay yang terjadi antara inputan sinyal perintah kontrol dengan bukaan valve. Dengan demikian nilai dari time constant ini akan ditentukan pada range antara 0 untuk kontrol valve ideal hingga pada time constant.


Konsep Dasar Optocoupler

  1. Definisi Optocoupler

Menurut Dikdik (2010:2) Optocoupler merupakan piranti elektronika yang berfungsi sebagai pengisolasi elektris antara rangkaian power dengan rangkaian kontrol jika terjadi arus balik dari tegangan jala-jala PLN menuju komputer. Opto berarti optik dan coupler berarti penggandeng. Optocoupler dapat berupa Light Emitting Diode (LED) yang digandeng dengan foto transistor. Idenya adalah sebagai berikut, perubahan tegangan S V menghasilkan perubahan pada arus LED dimana perubahan arus akan masuk ke foto transistor. Di sisi lain hal tersebut akan menghasilkan perubahan tegangan pada terminal Collector-Emitter. Oleh sebab itu tegangan sinyal akan digandeng dari rangkaian input ke rangkaian output.

Sumber: Dikdik (2010:2)

GAMBAR 2.11 Optocoupler

Tegangan output Vo bagian optocoupler dapat dihitung dengan persamaan:

Vo =Vcc - Vce…(3)

Dimana Vcc adalah tegangan catu untuk transistor dan Vce adalah tegangan transistor dari collector ke emitter. Sedangkan besarnya arus yang mengalir melalui optocoupler LED adalah:

"led.PNG"


Konsep Dasar Sensor

  1. Definisi Sensor
  2. Menurut Ranu (2013:2) Sensor adalah divais yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisika atau kimia menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listik tertentu.

  3. Jenis Sensor
  1. Sensor suhu LM35 digunakan sebagai pemantau suhu air kolam sebagai acuan untuk mengaktifkan driver heater, dengan besar suhu pengaktifan berkisar pada 25-30oC. Saat suhu air kolam berada pada suhu diluar kisaran tersebut maka sensor akan memberikan sinyal kepada mikrokontroller ATMega32 untuk kemudian menggerakkan driver heater yang akan mengatur aktif tidaknya heater. Heater akan menyala dalam mode penghangatan hingga batas atas range suhu yang ditentukan.
  2. Sensor pH digunakan sebagai pemantau keasaman (pH) air kolam sebagai acuan untuk mengaktifkan driver valve, dengan besar pH pengaktifan berkisar pada 6-8. Saat pH air kolam berada pada keasaman diluar kisaran tersebut maka sensor akan memberikan sinyal kepada mikrokontroler ATMega32 untuk kemudian menggerakkan driver valve yang akan mengatur aktif tidaknya valve untuk melakukan mode pengurasan.

Sensor kejernihan air digunakan sebagai pemantau kejernihan air kolam sebagai acuan untuk mengaktifkan driver valve, dengan besar kejernihan pengaktifan berkisar pada 128 NTU. Saat kejernihan air kolam berada pada kejernihan diatas batas tersebut maka sensor akan memberikan sinyal kepada mikrokontroller ATMega32 untuk kemudian menggerakkan driver valve yang akan mengatur aktif tidaknya valve untuk melakukan mode pengurasan.