SI1411477718

Dari widuri
Revisi per 7 September 2018 14.20 oleh Tri wijiharto3 (bicara | kontrib) (Use Case Digram Yang Diusulkan)


Lompat ke: navigasi, cari


PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI PERLENGKAPAN

PETUGAS KEAMANAN PENERBANGAN ( AVIATION SECURITY )

DI TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA PADA

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh:

NIM
: 1411477718
Nama


JURUSAN SISTEM INFORMASI

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

TANGERANG

2017/2018





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

 

PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI PERLENGKAPAN

PETUGAS KEAMANAN PENERBANGAN ( AVIATION SECURITY )

DI TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA PADA PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)

Disusun Oleh:

NIM
: 1411477718
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Informasi
Konsentrasi
: Sistem Informasi Manajemen

 

 

Disahkan Oleh:

Tangerang, Juli 2018

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan Sistem Informasi
           
           
           
           
(Dr.Ir. Untung Rahardja, M.T.I., MM)
       
(Nur Azizah, M.Akt., M.Kom)
NIP: 00054
       
NIP: 078010





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING


PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI PERLENGKAPAN

PETUGAS KEAMANAN PENERBANGAN ( AVIATION SECURITY )

DI TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA PADA PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)


Dibuat Oleh:

NIM
: 1411477718
Nama

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Infomasi

Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen

Tahun Akademik 2017/2018


Disetujui Oleh:

Tangerang, Juli 2018

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
(Fauzan Manafi Albar, S.Kom., MM)
   
(Handy Januar Permana, S.E., MM)
NID : 15014
   
NID : 15029





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA


LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI


PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI PERLENGKAPAN

PETUGAS KEAMANAN PENERBANGAN ( AVIATION SECURITY )

DI TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA PADA

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)


Dibuat Oleh:

NIM
: 1411477718
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Sistem Informasi

Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen

Tahun Akademik 2017/2018


Disetujui Penguji:


Tangerang, Juli 2018

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID:
 
NID:
 
NID:





SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI


PERANCANGAN SISTEM INVENTARISASI PERLENGKAPAN

PETUGAS KEAMANAN PENERBANGAN ( AVIATION SECURITY )

DI TERMINAL 3 BANDARA SOEKARNO-HATTA PADA

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)


Disusun Oleh:

NIM
: 1411477718
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Sistem Infomasi
Konsentrasi
: Sistem Informasi Manajemen

 


 


Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Laporan Skripsi yang telah dipergunakan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Komputer di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika teryata pernyataan diatas tidak benar.

Tangerang, 09 Juli 2018

 
 
 
 
 
NIM: 1411477718

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;





ABSTRAK

Teknologi informasi merupakan unsur terpenting untuk menjalankan suatu usaha. Sistem komputerisasi merupakan salah satu solusi yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu usaha. Karena dengan sistem komputerisasi segala jenis pekerjaan dapat dikerjakan dengan efisien lebih cepat dan lebih mudah, terlebih lagi dalam suatu perusahaan yang besar dan maju. Semua kegiatan perusahaan PT. Angkasa Pura II (Persero) memfokuskan diri untuk meningkatkan mutu pelayanan jasa dalam bidang penerbangan, demi memberikan kepuasan bagi pengguna jasa penerbangan. Dimana di setiap perusahaan PT. Angkasa Pura II (Persero) memiliki unit keamanan penerbangan (Aviation Security). Untuk menunjang sistem kinerja karyawan dalam menyiapkan perlengakapan keamanan penerbangan maka terdapat bagian dalam mengelola semua kebutuhan perlengkapan keamanan penerbangan dengan tujuan untuk menjaga kualitas perlengkapam dam peralatan kemananan penerbangan. Oleh karena itu, sistem yang dipergunakan tidak lepas dari pada sistem komputerisasi, mulai dari pengecekan perlengkapan, Inventarisasi perlengkapan yang tersedia, dan sampai dengan laporan serta dokumentasi perlengkapan keamanan penerbangan bahwa untuk mengatasi berbagai hal seperti lamanya proses pengolahan data, duplikasi data, transaksi barang masuk dan keluar sampai sistem pelaporannya. Dengan demikian maka penyusun mengusulkan sistem yang mampu meningkatkan kinerja karyawan secara baik dan akurat dalam memproses inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security) dengan berbasis website. Metode penelitian yang digunakan antara lain: observasi, wawancara dan studi pustaka. Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk Unified Modeling Language (UML) dan merancang website menggunakan adobe dreamweaver, Sublime, PHP, MySQL dan didukung dengan software lainnya. Dengan perancangan sistem informasi ini diharapkan dapat memperkecil kekurangan yang terdapat dalam sistem yang sedang berjalan, juga bisa menjadi solusi yang tepat dalam penyempurnaan pada sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Pada PT. Angkasa Pura II (Persero).

Kata Kunci: Inventarisasi perlengkapan, Keamanan Penerbangan (Aviation Security) dan UML.





ABSTRACT

Information technology is the most important element to run a business. Computerized system is one solution that is very important in supporting the success of a business. Because with the computerized system all kinds of work can be done efficiently faster and easier, especially in a large and advanced company. All company activities of PT. Angkasa Pura II (Persero) focuses on improving the quality of service in the field of aviation, in order to provide satisfaction for aviation service users. Where in each company PT. Angkasa Pura II (Persero) has a flight security unit (Aviation Security). To support the employee performance system in preparing aviation security training, there is a part in managing all the needs of aviation security equipment in order to maintain the quality of the equipment and the security of aviation equipment. Therefore, the system used can not be separated from the computerized system, ranging from checking equipment, inventory of equipment available, and up to the reports and documentation of aviation security equipment that to overcome various things such as the length of data processing, data duplication, goods transaction entry and exit until the reporting system. Thus, the authors propose systems that can improve employee performance in a good and accurate in processing the inventory equipment Aviation Security (Aviation Security) with a website-based. Research methods used include: observation, interview and literature study. The data obtained are analyzed in the form of Unified Modeling Language (UML) and designing website using adobe dreamweaver, Sublime, PHP, MySQL and supported by other software. With the design of this information system is expected to minimize the deficiencies contained in the system that is running, can also be a perfect solution in improving the inventory system equipment Aviation Security (flight Aviation) in Terminal 3 Soekarno-Hatta Airport At PT. Angkasa Pura II (Persero).

Keywords: Inventory of equipment, Aviation Security and UML.





KATA PENGANTAR


Segala puji syukur dan pujian bagi Allah SWT yang memiliki keluasan ilmu dan atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, dengan judul “Perancangan Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan ( Aviation Security ) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Pada PT. Angkasa Pura II (Persero)”.

Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan kelulusan akademik. Serta sebagai bahan penulisan, penulis mengambil berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan beberapa sumber literatur yang telah dikumpulkan dalam penulisan Kuliah Kerja Praktek sebelumnya yang mendukung penulisan ini.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, baik berupa dorongan moril maupun materil, serta bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dorongan semua pihak, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih secara tulus dan ikhlas khususnya kepada:

  1. Bapak Dr.Ir. Untung Rahardja, M.T.I., MM selaku Ketua Perguruan Tinggi Raharja yang telah berkenan memberikan arahan dan petunjuk kepada penulis.
  2. Bapak Dr. Po.Abas Sunarya, M.Si selaku Direktur Perguruan Tinggi Raharja.
  3. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom selaku Pembantu Ketua 1 Perguruan Tinggi Raharja.
  4. Ibu Nur Azizah, M.Akt., M.Kom selaku Kepala Jurusan Sistem Informasi.
  5. Bapak Fauzan Manafi Albar, S.Kom., MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peneliti.
  6. Bapak Handy Januar Permana S.E.,MM selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya untuk membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada peneliti.
  7. Bapak dan Ibu Dosen Perguruan Tinggi Raharja yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
  8. Bapak Dodi Kurniawan sebagai pembimbing lapangan
  9. Seluruh Pegawai PT Argo Pantesyang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian.
  10. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa untuk keberhasila penulis.
  11. Rekan - rekan petugas keamanan penerbangan (AVSEC / Aviantion Security) PT. Angkasa Pura II (Persero) yang selalu memberika dukuga da semangatnya.
  12. Rekan - rekan mahasiswa STMIK Raharja yang telah memberikan dorongan, dukungan, dan masukan yang sangat berarti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya.

Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan acuan yang bermafaat dikemudian hari.

Tangerang, 26 Juni 2018
TRI WIJIHARTO
NIM: 1411477718





DAFTAR GAMBAR


Gambar 2.1. Bentuk Dasar Sistem

Gambar 2.2. Karakteristik Sistem

Gambar 2.3. Kualitas informasi

Gambar 2.4. Siklus Informasi

Gambar 2.5. Sistem Informasi

Gambar 2.6. Komponen Sistem

Gambar 2.7 Unified Modeling Language

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Cabang Utama Bandara Soekarno – Hatta pada PT. Angkasa Pura II (Persero)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Divisi Pengamanan Terminal 3 (tiga) PT. Angkasa Pura II (Persero)

Gambar 3.3 Use case diagram yang berjalan pada Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)

Gambar 3.4 Activity Diagram Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)

Gambar 3.5 Squence Diagram Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)

Gambar 4.1 Use case diagram yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staff Avsec)

Gambar 4.2 Use case diagram yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)

Gambar 4.3 Actifity Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staff)

Gambar 4.4 Actifity Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)

Gambar 4.5 Sequence Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staff)

Gambar 4.6 Sequence Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)

Gambar 4.7 State Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staff)

Gambar 4.8 State Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)

Gambar 4.9. Class Diagram Yang Diusulkan Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)

Gambar 4.10. Rancangan Halaman Login

Gambar 4.11. Rancangan Halaman Utama Inventarisasi Barang

Gambar 4.12. Rancangan Halaman Input Karyawan Avsec

Gambar 4.13. Rancangan Halaman Transaksi Barang Masuk

Gambar 4.14. Rancangan Halaman T xi ransaksi Barang Keluar

Gambar 4.15. Rancangan Halaman Persediaan Barang Avsec

Gambar 4.16. Rancangan Halaman Laporan Transaksi Barang Masuk

Gambar 4.17. Rancangan Halaman Laporan Transaksi Barang Keluar

Gambar 4.18. Rancangan Halaman Laporan Persediaan Barang

Gambar 4.19. Tampilan Halaman Login

Gambar 4.20. Tampilan Halaman Utama Inventarisasi Avsec

Gambar 4.21. Tampilan Halaman Persediaan Perlengkapan Avsec

Gambar 4.22. Tampilan Halaman Input Barang

Gambar 4.23. Tampilan Halaman Keterangan Penempatan Barang

Gambar 4.24. Tampilan Halaman Transaksi Pengeluaran Barang

Gambar 4.25. Tampilan Halaman Laporan Inventarisasi Perlengkapan Avsec

Gambar 4.26. Tampilan Halaman Pengaturan Pengguna Aplikasi Website






DAFTAR TABEL


Tabel 3.1. Petugas Avsec Terminal 3 Domestic

Tabel 3.2. Petugas Avsec Terminal 3 Public

Tabel 3.3. Diagram Elisitasi Tahap I

Tabel 3.4. Diagram Elisitasi Tahap II

Tabel 3.5. Diagram Elisitasi Tahap III

Tabel 3.6. Diagram Final Draft Elisitasi

<p style="line-height: 2">Tabel 4.1. Perbedaan Prosedur antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan

<p style="line-height: 2">Tabel 4.2. Barang

<p style="line-height: 2">Tabel 4.3. Karyawan

<p style="line-height: 2">Tabel 4.4. Transaksi Barang Masuk

<p style="line-height: 2">Tabel 4.5. Transaksi Barang Keluar

<p style="line-height: 2">Tabel 4.6. Users

<p style="line-height: 2">Tabel 4.7. Rencana Pengujian

<p style="line-height: 2">Tabel 4.8. Kasus dan Hasil Pengujian

<p style="line-height: 2">Tabel 4.9. Rencana Implementasi Program



<p style="line-height: 2">DAFTAR SIMBOL</p>
Gambar 1. Simbol Use Case Diagram
Gambar 2. Simbol Activity Diagram
Gambar 3. Simbol Sequence Diagram
Gambar 4. Simbol Class Diagram


Daftar isi

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan teknologi informasi saat ini adalah bagian yang sangat penting ditengah pesatnya perkembangan dunia usaha. Pemanfa’atan Teknologi Informasi dengan sistem komputerisasi dapat menunjang keberhasilan suatu usaha. PT. Angkasa Pura II adalah perusahaan jasa yang tergolong besar dengan jenis pekerjaan yang sangat beragam, maka kebutuhkan sistem yang komputerisasi adalah sangat dibutuhkan guna mendapat kan informasi yang cepat dan akurat.
Divisi Pengamanan Bandara pada PT. Angkasa Pura II yang kegiatannya meliputi inventarisasi perlengkapan, penyimpanan perlengkapan dan pemeliharaan perlengkapan hingga sistem laporan lainnya sangat memerlukan dukungan Sistem yang terkomputerisasi. Amat sulit bagi perusahan apabila semua pekerjaan itu masih dilakukan dengan proses manual, maka akan banyak waktu yang terbuang, pengeluaran biaya yang besar dan informasi yang dihasilkan tidak cepat dan tidak akurat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada di divisi Pengamanan Bandara ( Airport Security ) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) saat ini, penulis telah melakukan analisa terhadap sistem yang sedang berjalan. Atas dasar analisa tersebut maka penulisan Skripsi ini diberi judul “Perancangan Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Pada PT. Angkasa Pura II (Persero)”.


Perumusan Masalah

Beberapa perumusan masalah yang telah diidentifikasi oleh penulis diantaranya yaitu:
  1. Bagaimana analisa sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) pada divisi pengamanan bandara (Airport Security) PT.ANGKASA PURA II (persero) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta?
  2. Bagaimana kebutuhan user terhadap sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) yang akan dibangun atau dirancang?
  3. Bagaimana perancangan Sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) pada PT. Angkasa Pura II ( Persero )?


Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan ini adalah :
  1. Untuk analisa sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) yang berjalan saat ini pada divisi pengamanan bandara (Airport Security) PT.ANGKASA PURA II (persero) di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
  2. Untuk mengetahui kebutuhan user terhadap sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC).
  3. Untuk merancang sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC)


Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :
  1. Memberi informasi mengenai sistem inveantarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) pada divisi pengamanan bandara (Airport Security) PT.ANGKASA PURA II (persero) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.
  2. Agar lebih mudah untuk melaksanakan inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) secara efektif dan efisien, sehingga proses inventarisasi lebih terkontrol dengan baik.
  3. Hasil laporan dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah wawasan, serta dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.


Ruang Lingkup Penelitian

Agar dalam pembahasan ruang lingkup menjadi lebih terarah serta berjalan baik dan lancar, maka ruang lingkup dan pembatasan masalah yang dibahas adalah pembuatan perancangan sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yang meliputi proses pendataan perlengkapan, proses penggunaan peralatan, dan pembuatan laporan inventarisasi perlengkapan divisi Pengamanan Bandara ( Airport Security ) pada PT. Angkasa Pura II (Persero).



Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan laporan skripsi, penulisan menggunakan beberapa metode, adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:


Metode Pengumpulan Data

Yaitu untuk mengumpulkan data primer dan sekunder meliputi:
  1. a. Metode Observasi
  2. Metode yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data dan mendapatkan hal-hal yang diperlukan untuk proses penulisan analisa sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada PT. Angkasa Pura II (Persero) dengan cara mendatangi objek secara langsung.

  3. b. Metode Wawancara
  4. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini diperoleh dan didapatkan dengan cara wawancara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang hingga mengetahui secara detail terhadap permasalahan-permasalahan yang sedang dialami, untuk itu elisitasi sangat diperlukan untuk menyaring suatu permasalahan yang dianggap penting dan tidak penting. Elisitasi merupakan sekumpulan aktifitas atau kegiatan yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem melalui komunikasi dengan pelanggan, pengguna system dan pihak lain yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.

  5. Metode Studi Pustaka
  6. Bahan-bahan yang dipergunakan didalam landasan teori dalam laporan penulisan ini diperoleh dan didapatkan dari berbagi sumber tertulis, yaitu buku-buku panduan yang terkait dan memuat informasiinformasi yang diperlukan untuk dipergunakan dalam penyusunan laporan penulisan. Buku panduan yang dipergunakan penulis dalam hal ini adalah dari berbagai sumber.


Metode Analisa

Pada penelitian ini, metode analisis dilakukan dengan tahapantahapan sebagai berikut:
  1. Melakukan evaluasi yang luas serta logis terhadap sistem yang sedang berjalan. Evaluasi ini dilakukan dengan 5 (lima) tahapan kegiatan yaitu:
    1. Menentukan tujuan
    2. Mempelajari organisasi
    3. Menganalisa input yang ada
    4. Menganalisa sistem dan prosedur yang berjalan saat ini, dan
    5. Menganalisa kebutuhan output
  2. Melakukan analisis terhadap sasaran dan masalah, analisis dampak teknologi, pandangan sistem yang strategis, dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML).
  3. Menentukan urutan-urutan analisis sistem informasi pendataan ,perawatan peralatan dan menetapkan cakupannya.
  4. Menggunakan analisa SWOT ( Strengths Weaknesses Opportunities Threats ) merupakan suatu metode perancangan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.


Metode Perancangan

Dalam penulisan skripsi ini metode perancangan yang digunakan adalah metode perancangan terstruktur melalui tahapan pembuatan Unified Modeling Language (UML), pembuatan database dan pembuatan program yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan adminstrasi pada elisitasi.
Bahasa pemrograman yang digunakan adalah PHP dan MySQL, sedangkan software pendukung yang digunakan dalam merancang dan membuat program adalah Macromedia Dreamwever, sublime text 3 serta pemodelan rancangannya menggunakan UML pada Visual Paradigm 6.4


Metode Pengujian

Dalam skripsi ini metode pengujian yang digunakan yaitu Black Box Testing . Black Box Testing adalah metode uji coba yang memfokuskan pada keperluan software. Karena itu uji coba black box memungkinkan pengembangan software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat – syarat fungsional suatu program. Metode pengujian black box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori diantaranya : fungsi – fungsi yang salah atau hilang, kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal, kesalahan performa, keselahan inisialisai dan terminasi.



Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas penulisan ini, maka materi-materi yang tertera pada laporan Skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab, dimaksudkan agar pembaca dapat dengan mudah mengikuti serta memahami isi pembahasan laporan skripsi, dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang akan membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi definisi ilmu yang berkaitan dengan permasalahan pada penulisan tersebut, seperti landasan teori yang membahas tentang konsep dasar sistem, konsep dasar informasi, serta membahas teori-teori pendukung pembuatan laporan.
BAB III ANALISA SISTEM YANG BERJALAN
Bab ini menguraikan gambaran umum dan sejarah singkat mengenai divisi Pengamanan Bandara (Airport Security) pada PT. Angkasa Pura II (Persero), struktur organisasi lengkap dengan tugas dan wewenang masing – masing bagian, dan sistem yang berjalan menggunakan Unified Modeling Language (UML) serta draf elisitasi yang berisikan elisitasi tahap 1, elisitasi tahap 2, elisitasi tahap 3 serta draf final elisitasi.
BAB IV RANCANGAN SISTEM YANG DI USULKAN
Bab ini merupakan rancangan yang diusulkan menggunakan metode dalam Unified Modeling Language (UML) yang terdiri dari Use Case Diagram, Activity Diagram, Class Diagram, Sequence Diagram, serta hasil rancangan system yang diusulkan berupa penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan PHP dan MYSQL.
BAB V PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil analisa penelitian dan saran yang dapat penulis berikan agar permasalahan yang dihadapi oleh divisi Pengamanan Bandara PT. Angkasa Pura II (persero) di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN





BAB II
=
LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

Definisi Sistem

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai definisi sistem, diantaranya:
Sistem adalah suatu jaringan dari prosedur-prosedur yang berkaitan satu sama lain menurut skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi utama. ( Prajudi, 2014:4)[1]
Sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang berhubungan, berkumpul bersama-sama melakukan semua kegiatan untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.(Jogiyanto H.M., 2013:2) [2]
Sistem dapat diartikan sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai suatu kesatuan. (Mulyanto, 2013:1) [3]
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa “Sistem adalah sekumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi yang bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.


Bentuk Dasar Sistem

Bentuk umum dari suatu sistem terdiri atas masukan (input), proses, dan keluaran (output). Dalam bentuk umum sistem ini terdapat satu atau lebih masukan yang akan di proses dan akan menghasilkan suatu keluaran dari output tersebut.
Gambar 2.1. Bentuk Dasar Sistem


Karakteristik Sistem

Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu komponen-komponen sistem (System Components), batasan-batasan sistem (System Boundaries), penghubung sistem (System Interface), lingkungan luar sistem (System Environment), masukan sistem (System Input), pengolah sistem (System Process), keluaran sistem (System Output), dan sasaran sistem (System Target). Menurut Jogiyanto H.M. (2013:54)[2] suatu sistem biasanya mempunyai karakteristik tertentu yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut:
  1. Komponen Sistem (Components System)
  2. Komponen sistem yaitu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Elemen-elemen sistem dapat berupa suatu sub sistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sub sistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

  3. Batas Sistem (Boundary System)
  4. Batas sistem yaitu daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan ruang lingkup suatu sistem dipandang.

  5. Lingkungan Luar Sistem (Environment System)
  6. Lingkungan luar sistem yaitu apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan merupakan energi dari sistem yang harus tetap dijaga dan dipelihara.

  7. Penghubung Sistem (Interface System)
  8. Penghubung sistem merupakan media penghubung antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu sub sistem ke sub sistem lainnya. Keluaran (Output) dari sub sistem akan menjadi masukan (Input) bentuk sub sistem lainnya dengan melalui penghubung satu sub sistem dapat berintegrasi dengan sub sistem lainnya membentuk satu kesatuan.

  9. Masukan Sistem (Input System)
  10. Masukan sistem merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan sistem dapat berupa masukan perawatan (Maintenance Input) dan masukan sinyal (Signal Input). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem tersebut beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran.

  11. Pengolahan Sistem (Processing System)
  12. Pengolahan sistem yaitu suatu sistem dapat mempunyai bagian pengolahan yang akan merubah masukan menjadi keluaran. Suatu sistem produksi akan mengolah masukan bahan baku atau bahan-bahan yang lainnya menjadi bahan jadi.

  13. Keluaran Sistem (Output System)
  14. Keluaran sistem yaitu hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran dari sistem dapat merupakan masukan untuk sub sistem lain. Keluaran dapat berupa tampilan layar di monitor yaitu dalam bentuk laporan, grafik, tabel, dan keluaran yang lainnya adalah hasil cetakan laporan ke media kertas.

  15. Sasaran Sistem (Objective) dan tujuan (Goals)
  16. Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran. Jika suatu sistem tidak mempunyai tujuan, maka operasi sistem tidak akan berguna. Sasaran dari suatu sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan sistem dan keluaran yang dihasilkan sistem. Sebuah sistem dikatakan berhasil mengenai sasaran atau tujuannya.

Gambar 2.2. Karakteristik Sistem


Klasifikasi Sistem

Klasifikasi sistem adalah suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen lainnya karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus yang terjadi di dalam sistem tersebut. Menurut Rohmat Taufiq yang dikutip oleh Harfizar, dkk dalam Jurnal SENSI (2017:193) sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya yaitu:
  1. Sistem Abstrak (Abstract System) dan Sistem Fisik (Physical System)
  2. Sistem abstrak merupakan sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologi, yaitu sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, sistem persediaan barang, dan lain-lain.

  3. Sistem Alamiah (Natural System) dan Sistem Buatan Manusia (Human Made System)
  4. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem manusia yang melibatkan interaksi antara manusia disebut dengan human machine system atau ada yang menyebut dengan man machine system.

  5. Sistem Tertentu (Deterministic System) dan Sistem Tak Tentu (Probabilistic System)
  6. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi.Interaksi antara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sebagai contoh adalah sistem komputer, tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

  7. Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System)
  8. Sistem Tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya campur tangan dari pihak di luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi pada kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Sedangkan Sistem Terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau sub sistem yang lainnya.



Konsep Dasar Informasi

Pengertian Data

Menurut Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin, (2013)[4]data adalah bahan baku dalam sebuah informasi, atau kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa definisi data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya. Pernyataan ini adalah hasil pengukuran atau pengamatan suatu variabel yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata, atau citra.


Definisi Informasi

Berikut ini adalah beberapa definisi sistem menurut beberapa ahli, diantaranya:
  1. Menurut Krismaji (2015:14) Informasi adalah data yang telah diorganisasi dan telah memiliki kegunaan dan manfaat.
  2. Informasi adalah data yang sudah mengalami pemrosesan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh pengunanya dalam membuat keputusan. (Sarosa, 2013:12)
  3. Menurut Henry C. Lucas dalam bukunya Bambang Hartono (2013:15), information is the interpretation of data to provide menaing by an individual. (Informasi adalah data yang telah ditafsirkan agar memberikan makna tertentu bagi seseorang).

  4. Secara umum, informasi dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.


Nilai Informasi

Suatu informasi dikatakan bernilai bila informasi lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya. Kegunaan informasi adalah untuk mengurangi hal ketidak pastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Nilai dari informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa
informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Pengukuran suatu nilai informasi biasanya dihubungkan dengan Analisis Cost Effectiveness atau Cost Benefit. Adapun 10 (sepuluh) sifat yang dapat menentukan nilai informasi yaitu sebagai berikut:
  1. Kemudahan dalam Memperoleh (Accesibility)
  2. Informasi memiliki nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.


  3. Sifat Luas dan Kelengkapannya (Comprehensiveness)
  4. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup atau cakupan yang luas dan lengkap. Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik.


  5. Ketelitian (Accuracy)
  6. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi. Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.


  7. Kecocokan dengan Pengguna (Relevance)
  8. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan.


  9. Ketepatan Waktu (Timelines)
  10. Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima atau usang, karena tidak dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.


  11. Kejelasan (Clarity)
  12. Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format informasi.


  13. Fleksibilitas (Flexibility)
  14. Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para manager atau pimpinan pada saat pengambilan keputusan.


  15. Dapat Dibuktikan (Verified)
  16. Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya.


  17. Tidak Ada Prasangka (Unprejudiced)
  18. Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.


  19. Dapat Diukur (Measurable)
  20. Norman L. Enger dalam bukunya menyatakan, suatu sistem dapat terdiri dari atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan-tujuan perusahaan seperti pengendalian inventaris atau penjadwalan produksi.


Kualitas Informasi

Terbentuknya suatu informasi yang dihasilkan dari proses pengolahan data hingga sampai ke pengguna informasi tersebut, maka informasi tersebut haruslah mempunyai kualitas yang baik. Menurut Nur Azizah, dkk dalam Jurnal SENSI (2017:16)[5] kualitas dari suatu informasi ada 3 (tiga) hal, yaitu :
  1. Akurat (Accurate)
  2. Akurat berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi ke penerima kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.


  3. Tepat Waktu (Timelines),
  4. Berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan didalam pengambilan keputusan. Dewasa ini mahalnya nilai informasi disebabkan karena cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan informasi tersebut.


  5. Relevan (Relevance)
  6. Berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda.
    Gambar. 2.3. Kualitas informasi


    Mutu dari sebuah sistem informasi tersebut akan semakin tinggi apabila sistem informasi yang digunakan sebagai pendukung seluruh kegiatan operasional dan transaksi organisasi ataupun perusahaan dilengkapi dengan pengontrolan yang berguna untuk memonitor kinerja sistem secara mandiri, dimana dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan apabila terjadinya kesalahan. Pengontrolan yang baik merupakan hal yang penting untuk mencegah hal-hal yang akan menghambat seluruh kegiatan organisasi ataupun perusahaan. (Rahardja, 2013:3).


Siklus Informasi

Data yang diolah melalui suatu model menjadi informasi, penerima informasi kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, sehingga menghasilkan suatu tindakan yang lain yang membuat sejumlah data kembali. Data tersebut diinput, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya hingga membentuk suatu siklus. Siklus ini oleh John Burch disebut dengan nama siklus informasi (information cycle).
Gambar 2.4. Siklus Informasi


Fungsi Informasi

Menurut Jogiyanto H.M(2013:10)[2], “Fungsi informasi adalah untuk menambah pengetahuan dan mengurangi ketidakpastian pemakai informasi. Fungsi informasi tidak mengarahkan pengambilan keputusan mengenai apa yang harus dilakukan, tetapi untuk mengurangi keanekaragaman dan ketidakpastian yang menyebabkan diambilnya suatu keputusan yang baik”


Tujuan Informasi

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi (Information) dari bentuk data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. (Azhar Susanto, 2013: 23)
Tujuan sistem informasi terdiri dari Kegunaan (Usefulness), Ekonomi (Economic), Keandalan (Realibility), Pelayanan Langganan (Customer Service), Kesederhanaan (Simplicity), dan Fleksibilitas (Fleksibility).
  1. Kegunaan (Usefulness)
  2. Sistem harus menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu, dan relevan untuk pengambilan keputusan manajemen dan personil operasi di dalam organisasi.


  3. Ekonomi (Economic)
  4. Semua bagian komponen sistem termasuk laporan-laporan, pengendalianpengendalian, mesin-mesin harus menyumbang suatu nilai manfaat setidak-tidaknya sebesar biaya yang dibutuhkan.


  5. Keandalan (Realibility)
  6. Keluaran sistem harus mempunyai tingkatan ketelitian yang tinggi dan sistem itu sendiri harus mampu beroperasi secara efektif bahkan pada waktu komponen manusia tidak hadir atau saat komponen mesin tidak beroperasi secara temporer.


  7. Pelayanan Langganan (Customer Service)
  8. Sistem harus memberikan pelayanan dengan baik atau ramah kepada para pelanggan. Sehingga sistem tersebut dapat diminati oleh para pelanggannya.


  9. Kesederhanaan (Simplicity)
  10. Sistem harus cukup sederhana sehingga terstruktur dan operasinya dapat dengan mudah dimengerti dan prosedurnya m’udah diikuti.


  11. Fleksibilitas (Fleksibility)
  12. Sistem harus cukup fleksibel untuk menangani perubahan-perubahan yang terjadi, kepentingannya cukup beralasan dalam kondisi dimana sistem beroperasi atau dalam kebutuhan yang diwajibkan oleh organisasi.


Konsep Dasar Sistem Informasi

Definisi Sistem Informasi

Menurut Deni Darmawan dan Kunkun Nur Fauzi (2013:2), “Sistem informasi merupakan kumpulan dari subsistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama untuk mengelola data menjadi informasi yang berguna”.
Menurut Suprihadi, dkk dalam Jurnal CCIT (2013:310)[6] mendefinisikan bahwa “Sistem informasi adalah sekumpilan komponen pembentuk system yang mempunyai keterkaitan antara komponen satu dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan informasi dalam suatu bidang tertentu”.
Menurut Krismaji (2014:9), ”Sistem Informasi merupakan cara-cara yang diorganisasi untuk mengumpulkan, memasukkan, dan mengolah serta menyimpan data, dan cara-cara yang diorganisai untuk menyimpan, mengelola, mengendalikan, dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Menurut Khanna Tiara, dkk dalam Jurnal CCIT (2015:34)[7] mengatakan bahwa “Sistem informasi adalah suatu system di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan – laporan yang diperlukan”.
Gambar. 2.5. Sistem Informasi


Komponen Sistem Informasi

Menurut Sutabri (2013:47) mengemukakan bahwa “Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (Building Block). Sebagai suatu sistem, blok bangunan tersebut masing-masing berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya”. Blok bangunan terdiri dari:
  1. Blok Masukan (Input Block)
  2. Input mewakili data yang masuk kedalam sistem informasi, input disini termasuk metode dan media untuk menangkap data yang akan dimasukkan, yang dapat berupa dokumen-dokumen dasar.


  3. Blok Model (Model Block)
  4. Blok ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diiinginkan.


  5. Blok Keluaran (Output Block)
  6. Produk dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.


  7. Blok Teknologi (Technology Block)
  8. Teknologi merupakan “tool box” dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan danmengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu teknisi (brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware).


  9. Blok Basis Data (Database Block)
  10. Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di perangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak paket yang disebut DBMS (Database Management System).


  11. Blok Kendali (Control Block)
  12. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung diatasi.
    Gambar. 2.6. Komponen Sistem


Analisa Sistem

Tahap analisis merupakan tahap yang penting dan bersifat kritis, karena apabila dalam tahap ini terdapat kesalahan maka akan menyebabkan kesalahan pada tahapan yang akan dilakukan selanjutnya. Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari sebuah sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian tertentu dari suatu informasi dengan maksud untuk melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diharapkan sehingga dapat memberikan perbaikan-perbaikan yang diusulkan.
Menurut Abdul Kadir (2014:345)[8],”Analisa sistem merupakanproses untuk menentukan hal-hal detail tentang yang akan dikerjakan oleh sistem yang akan diusulkan (dan bukan bagaimana caranya)”. Tahapan analisa sistem dilakukan untuk mengembangkan sistem yang sudah ada atau mengatasi masalah-masalah yang belum ditangani. Tahap Analisis sistem adalah tahapan penelitian terhadap sistem berjalan dan bertujuan untuk mengetahui segala permasalahan yang terjadi serta memudahkan dalam menjalankan tahap selanjutnya yaitu tahap perancangan sistem”. ( Jackson, R.B, 2014:4 )


Langkah-langkah di Analisis Sistem :
Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh analis sistem :
  1. Identify, yaitu mengidentifikasi masalah
  2. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada
  3. Analyze, yaitu menganalisis system
  4. Report, yaitu membuat laporan hasil analisis.

  5. Untuk memudahkan analisa sistem, maka diperlukan sebuah alat bantu yaitu flow of document. Alat bantu ini dapat menggambarkan aliran dokumen (data) yang ada di dalam sistem. Alat ini digunakan karena data atau informasi ibarat “darah di dalam tubuh” suatu sistem informasi. Dengan memahami aliran dokumennya maka diharapkan anda dapat memahami kerja sistem dan tentu saja mengerti kekurangannya.


Teori Khusus

Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan ( Aviation Security / AVSEC)

Definisi Inventarisasi

Inventarisasi berasal dari kata “inventaris” (Latin = inventarium) yang berarti daftar barang-barang, bahan dan sebagainya. Inventarisasi merupakan pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik perorangan ataupun kelompok ke dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku. Inventarisasi juga dapat diartikan yaitu kegiatan untuk mencatat dan menyusun barang – barang / bahan yang ada secara benar menurut ketentuan yang berlaku. Adapun beberapa pengertian mengenai Inventarisasi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
Menurut A. Gima Sugiama ( 2013: 173 ), Inventarisasi aset adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan mendokumentasikannya baik aset berwujud maupun aset tidak berwujud pada suatu waktu tertentu. Inventarisasi aset dilakukan untuk mendapatkan data seluruh aset yang dimliki,dikuasai sebuah organisasi perusahaan atau instansi pemerintah. Seluruh aset perlu diinventarisasi baik yang diperoleh berdasarkan beban dana sendiri ( investasi ), hibah ataupun dari cara lainnya.
Menurut Siregar (2014:518-520) Inventarisasi asset adalah kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan, kondifikasi/labelling, pengelompokan dan pembukuan/administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
Menurut PP No. 27 Tahun 2014, Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan Barang Milik Negara / Daerah. Secara umum, inventarisasi dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu perorangan maupun kelompok atau suatu perusahaan. Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuantujuan sebagai berikut:
  1. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
  2. Untuk menghemat keuangan perusahaan baik dalam pengadaan maupun untuk pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana perusahaan.
  3. Sebagai bahan atau pedoman untuk menghitung kekayaan suatu perusahaan dalam bentuk materil yang dapat dinilai dengan uang.
  4. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Daftar inventarisasi barang yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur dan berkelanjutan dapat memberikan manfaat, yakni sebagai berikut:
1) Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan menyusun rencana kebutuhan barang.
2) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam pengarahan pengadaan barang.
3) Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan/pedoman dalam penyaluran barang.
4) Memberikan data dan informasi dalam menentukan keadaan barang (tua, rusak, lebih) sebagai dasar untuk menetapkan penghapusannya.
5) Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.


Definisi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security / AVSEC)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1: Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur. Perlengkapan merupakan suatu barang yang dimiliki perusahaan untuk melengkapi suatu pekerjaan atau kegiatan bisnis. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 241 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengoperasian, Pemeliharaan dan Pelaporan Fasilitas Keamanan Penerbangan yaitu :
  1. Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah peralatan-peralatan yang digunakan dalam upaya mewujudkan keamanan penerbangan.
  2. Peralatan keamanan penerbangan adalah peralatan yang digunakan untuk mengenali atau mendeteksi orang, kendaraan atau barang/bahan yang berpotensi melakukan atau digunakan untuk tindakan melawan hukum dalam penerbangan


Perlengkapan peralatan yang dimiliki oleh petugas keamanan penerbangan ( Aviation Security / AVSEC ) di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yaitu
  1. Mesin X – Ray (X – Ray Machine). Merupakan peralatan pendeteksi (detector) yang digunakan untuk mendeteksi secara visual semua barang bawaan calon penumpang pesawat udara yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan dengan cepat tanpa membuka kemasan barang tersebut.
  2. Mesin Pemindai Tubuh (Body Inspection Machine) Merupakan peralatan yang digunakan untuk mendeteksi barangbarang bawaan penumpang pesawat udara baik yang berupa material logam maupun non logam yang dibawa secara tersembunyi dibalik pakaian atau melekat di tubuh yang dapat membahayakan keamanan penerbangan.
  3. Pendeteksi Logam (Metal Detector)
    1. Gawang Pendeteksi Metal ( Walk Through Metal Detector/WTMD ).
    2. Merupakan peralatan pendeteksi (detector) berupa pintu yang digunakan untuk mendeteksi semua barang bawaan berada dalam pakaian/badan calon penumpang pesawat udara yang terbuat dari metal dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan, seperti senjata api, dan benda lain sejenisnya.

    3. Metal Genggam (Hand Held Metal Detector/HHMD)
    4. Merupakan peralatan pendeteksi (detector) tangan yang digunakan untuk mendeteksi posisi/letak semua barang bawaan yang terdapat pada pakaian/badan calon penumpang pesawat udara yang terbuat dari bahan metal dan dapat membahayakan keselamatan penerbangan, seperti senjata api, senjata tajam dan benda lain yang sejenis.

  4. Pendeteksi Bahan Peledak (Explosive Detector)
  5. Merupakan peralatan pendeteksi (detector) yang digunakan untuk mendeteksi bahan peledak atau barang berbahaya lain yang mudah meledak atau dapat membahayakan keselamatan penerbangan, seperti bom dan bahan lain yang sejenis pada semua barang bawaan calon penumpang pesawat udara.


  6. Sistem Kamera Pemantau (Closed Circuit Television/CCTV)
  7. Merupakan peralatan kamera yang digunakan untuk memantau situasi dan kondisi secara visual pada semua ruangan/wilayah di lingkungan terminal bandara dalam rangka pengamanan.


  8. Sistem Pengendali Jalan Masuk (Access Control System Equipment)
  9. Merupakan sistem yang digunakan membatasi hak akses seseorang terhadap suatu area/fasilitas strategis di lingkungan bandar udara yang memiliki tingkat sekuritas tinggi yang dapat menggunakan metode acces card, fingerprint maupun metode recognition dimana system ini tersentralisasi kepada suatu server dan diintegrasikan dengan sistem CCTV sehingga memudahkann dalam pengelolaannya.


  10. Radio Komunikasi Keamanan Penerbangan (aviation security radio communication)
  11. Merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh petugas keamananpenerbangan untuk berkomunikasi dengan petugas keamanan penerbangan lainnya guna membantu proses keamanan di bandara dari tindakan gangguan melawan hukum.


  12. Kendaraan Patroli (Patroll Vehicle)
  13. Merupakan kendaraan yang digunakan oleh petugas keamanan penerbangan dalam melaksanakan patroli di area terminal bandar udara untuk membantu proses keamanan dari tindakan gangguan melawan hukum.


  14. Nampan / Baki
  15. Merupakan tempat/wadah yang digunakan oleh calon penumpang pesawat udara atau pengguna jasa lainnya untuk meletakkan benda atau barang kecil bawaannya, seperti handphone, ikat pinggang, uang 38 logam, kunci dan benda lain yang sejenis guna dilakukan proses pemeriksaan.


  16. Loker / Lemari senjata api
  17. Merupakan tempat yang digunakan untuk menitipkan senjata api bagi pengguna jasa yang melakukan kepentingan di dalam terminal bandara.


  18. Kotak barang - barang berbahaya (Box Dangereous Goods)
  19. Merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan barang-barang berbahaya yang disita oleh petugas keamanan penerbangan atau ditinggal oleh pemiliknya untuk dilakukan pemusnahan.


  20. Kotak barang dilarang (Box Prohibited Items)
  21. Merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan barang-barang yang dilarang untuk dibawa oleh pemiliknya melalui bagasi kabin pesawat udara dan ditinggal oleh pemiliknya atau disita oleh petugas keamanan penerbangan untuk dilakukan pemusnahan.


Tujuan Pelaksanaan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security / AVSEC)

Untuk menunjang segala kegiatan operasioanal yang dilakukan oleh petugas keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) memiliki beberapa tujuan pelaksanaan keamanan penerbangan (Aviation Security / AVSEC) yaitu sebagai berikut:
  1. Menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan efesiensi penerbangan sipil dari tindakan melawan hukum.
  2. Memberikan perlindungan terhadap awak pesawat udara, penumpang, para petugas didarat, masyarakat dan instalasi di Bandar udara dan tindakan melawan hukum.
  3. Memberikan perlindungan bagi perusahaan angkutan udara.
  4. Memenuhi standar dan rekomendasi internasional.


SWOT

Pengertian SWOT

Menurut Pearce dan Robinsin dalam Retnasari (2014:130), “Analisis SWOT adalah metode manajemen strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
  1. Strength (kekuatan) merupakan sumber daya atau kapabilitas yang dikendalikan oleh atau tersedia bagi suatu organisasi yang membuat organisasi relatif lebih unggul dibandingkan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya.
  2. Weakness (kelemahan) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya atau kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif.
  3. Opportunity (peluang) merupakan situasi atau tren yang menguntungkan dalam lingkungan suatu organisasi. Munculnya segmen pasar baru dan membaiknya hubungan antara pembeli dan pemasok adalah contoh faktor yang dapat menjadi peluang bagi organisasi.
  4. Threat (ancaman) merupakan situasi atau tren yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu organisasi. Munculnya pesaing baru adalah contoh faktor yang dapat menjadi ancaman bagi organisasi.

  5. Menurut Rangkuti dalam Hermanto (2016:14), "Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman(threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis."


Tujuan SWOT

Menurut Sumarto dalam Ferry, dkk (2014: 1.10-2), “Strengths (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) mengacu pada faktor internal, sedangkan Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) adalah lingkungan eksternal yang mempengaruhi suatu organisasi atau suatu aktivitas. Analisa SWOT dapat digunakan untuk melengkapi teknik-tekni analisis institusi dan analisis stakeholder. Teknik ini biasanya digunaka untuk menilai kemampuan suatu program/proyek. Hasil dari analisis SWOT dapat dijadikan basis untuk merumuskan strategi dan atau aksi. Oleh sebab itu, analisis SWOT adalah teknik yang sering digunakan sebagai bagian dari proses penyusunan perencanaan strategis (strategic planning). Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari bisnis yang dilakukan oleh organisasi.”


Unified Modelling Language (UML)

Definisi UML

Menurut Herlawati (2013:11)[9], bahwa beberapa literature menyebutkan bahwa UML menyediakan sembilan jenis diagram, yang lain menyebutkan delapan karena ada beberapa diagram yang digabung, misanya diagram komunikasi, diagram urutan dan diagram pewaktuan digabung menjadi diagram interaksi.
Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2013:133), “UML (Unified Modeling Language) adalah salah satu standar Bahasa yang banyak digunakan di dunia industri untuk mendefinisikan requirement, membuat analisa dan desain, serta menggambarkan arsitektur dalam pemrograman berorientasi objek”. Menurut Martin Fowler (2015:13) “Unified Modeling Language (UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukunng oleh meta-model 28 tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi objek”.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik atau gambar untuk menvisualisasikan, menspesifikasikan, membangun dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan perangkat lunak berbasis OOP (Object Oriented Programming).
Gambar 2.7. Unified Modeling Language



Komponen-komponen UML

Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2013:155),”Use case atau diagram use case merupakan pemodelan untuk kelakuan (behavior) sistem informasi yang akan dibuat. Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat”.
Pada UML versi 2 terdiri atas tiga kategori dan memiliki 13 jenis diagram yaitu :


Struktur Diagram
Menggambarkan elemen dari spesifikasi dimulai dengan kelas, obyek, dan hubungan mereka, dan beralih ke dokumen arsitektur logis dari suatu sistem. Struktur diagram dalam UML terdiri atas :
  1. Class diagram
  2. Class diagram menggambarkan struktur statis dari kelas dalam sistem anda dan menggambarkan atribut, operasi dan hubungan antara kelas. Class diagram membantu dalam memvisualisasikan struktur kelaskelas dari suatu sistem dan merupakan tipe diagram yang paling banyak dipakai. Selama tahap desain, class diagram berperan dalam menangkap struktur dari semua kelas yang membentuk arsitektur sistem yang dibuat. Class memiliki tiga area pokok :
    - Nama (stereotype)
    - Atribut (Attribute)
    - Metode (Method)
  3. Object diagram
  4. Object diagram menggambarkan kejelasan kelas dan warisan dan kadang-kadang diambil ketika merencanakan kelas, atau untuk membantu pemangku kepentingan non-program yang mungkin menemukan diagram kelas terlalu abstrak.
  5. Component diagram
  6. Component diagram menggambarkan struktur fisik dari kode, pemetaan pandangan logis dari kelas proyek untuk kode aktual di mana logika ini dilaksanakan.
  7. Deployment diagram (Collaboration diagram in version 1.x)
  8. Deployment diagram memberikan gambaran dari arsitektur fisik perangkat lunak, perangkat keras, dan artefak dari sistem. Deployment diagram dapat dianggap sebagai ujung spektrum dari kasus penggunaan, menggambarkan bentuk fisik dari sistem yang bertentangan dengan gambar konseptual dari pengguna dan perangkat berinteraksi dengan sistem.
  9. Composite structure diagram
  10. Sebuah diagram struktur komposit mirip dengan diagram kelas, tetapi menggambarkan bagian individu, bukan seluruh kelas. Kita dapat menambahkan konektor untuk menghubungkan dua atau lebih bagian dalam atau ketergantungan hubungan asosiasi.
  11. Package diagram
  12. Paket diagram biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat organisasi yang tinggi dari suatu proyek software. Atau dengan kata lain untuk menghasilkan diagram ketergantungan paket untuk setiap paket dalam Pohon Model.
  13. Behavior Diagram
  14. Menggambarkan ciri-ciri behavior/metode/fungsi dari sebuah sistem atau business process. Behavior diagram dalam UML terdiri atas :
    1) Use case diagram
    Diagram yang menggambarkan actor, use case dan relasinya sebagai suatu urutan tindakan yang memberikan nilai terukur untuk aktor. Sebuah use case digambarkan sebagai elips horizontal dalam suatu diagram UML use case. Use Case memiliki dua istilah, yaitu:
    1. Sistem use case; interaksi dengan sistem.
    2. Business use case; interaksi bisnis dengan konsumen atau kejadian nyata.


    2) Activity diagram
    Menggambarkan aktifitas-aktifitas, objek, state, transisi state dan event. Dengan kata lain kegiatan diagram alur kerja menggambarkan perilaku sistem untuk aktivitas


    3) State Machine diagram (State chart diagram in version 1.x)
    Menggambarkan state, transisi state dan event.


  15. Interaction diagram
  16. Bagian dari behavior diagram yang menggambarkan interaksi objek. Interaction diagram dalam UML terdiri atas :
    1) Communication diagram
    Serupa dengan sequence diagram, tetapi diagram komunikasi juga digunakan untuk memodelkan perilaku dinamis dari use case. Bila dibandingkan dengan Sequence diagram, diagram komunikasi lebih terfokus pada menampilkan kolaborasi benda daripada urutan waktu.


    2) Interaction Overview diagram
    Interaction overview diagram berfokus pada gambaran aliran kendali interaksi dimana node adalah interaksi atau kejadian interaksi.


    3) Sequence diagram
    Sequence diagram menjelaskan interaksi objek yang disusun berdasarkan urutan waktu. Secara mudahnya sequence diagram adalah gambaran tahap demi tahap, termasuk kronologi (urutan) perubahan secara logis yang seharusnya dilakukan untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan use case diagram.


    4) Timing diagram
    Timing diagram di UML didasarkan pada diagram waktu hardware awalnya dikembangkan oleh para insinyur listrik.


    Langkah-langkah Penggunaan UML

    Batasan sistem harus ditentukan terlebih dahulu, tujuannya agar pemakai mengetahui dengan lingkungan mana saja sistem mereka berhubungan, untuk itu setiap komponen actor, (sumber atau tujuan) ini harus diberi nama sesuai dengan lingkungan luar yang mempengaruhi sistem ini.
    Menurut Adi Nugroho dalam Esa Wijayanti (2014:15), langkah-langkah penggunaan Unified Modeling Language (UML) sebagai berikut:
    1. Buatlah daftar business process dari level tertinggi untuk mendefinisikan aktivitas dan proses yang mungkin muncul dengan menentukan item-item data apa saja yang akan ditempatkan dalam sistem.
    2. Petakan use case untuk tiap business process untuk mendefinisikan dengan tepat fungsionalitas yang harus disediakan oleh sistem. Kemudian perhalus use case diagram dan lengkapi dengan requirement, constraints dan catatan-catatan lain.
    3. Buatlah deployment diagram secara kasar untuk mendefinisikan arsitektur fisik sistem.
    4. Definisikan requirement lain (non-fungsional, security dan sebagainya) yang juga harus disediakan oleh sistem.
    5. Berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram.
    6. Definisikan objek-objek level atas (package atau domain) dan buatlah sequence dan/atau collaboration diagram untuk tiap alur pekerjaan. Jika sebuah use case memiliki kemungkinan alur normal dan error, buatlah satu diagram untuk masing-masing alur.
    7. Buatlah rancangan user interface model yang menyediakan antarmuka bagi pengguna untuk menjalankan skenario use case.
    8. Berdasarkan model-model yang sudah ada, buatlah class diagram. Setiap package atau domain dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan attribute dan metodenya. Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test untuk menguji fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain.
    9. Setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan pengelompokan class menjadi komponen-komponen. Karena itu buatlah component diagram pada tahap ini. Juga, definisikan tes integrasi untuk setiap komponen meyakinkan ia berinteraksi dengan baik.
    10. Perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detilkan kemampuan dan requirement piranti lunak, sistem operasi, jaringan, dan sebagainya. Petakan komponen ke dalam node.
    11. Mulailah membangun sistem. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan:
      1. Pendekatan use case, dengan meng-assign setiap use case kepada tim pengembang tertentu untuk mengembangkan unit code yang lengkap dengan tes.
      2. Pendekatan komponen, yaitu meng-assign setiap komponen kepada tim pengembang tertentu.
    12. Lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model berserta codenya. Model harus selalu sesuai dengan code yang aktual.
    13. Piranti lunak siap dirilis.


    Visual Paradigm

    Visual Paradigm merupakan sebuah software yang memiliki perangkat - perangkat pemodelan secara visual untuk membangun suatu solusi dalam rekayasa perangkat lunak/SE/Software Engineering dan dalam pemodelan bisnis.


    World Wide Web

    World Wide Web (WWW) atau biasa disebut dengan web merupakan salah satu sumber daya internet yang berkembang pesat. Saat ini, informasi web didistribusikan melalui pendekatan hyperlink, yang memungkinkan suatu teks, gambar, ataupun objek yang lain menjadi acuan untuk membuka halamanhalaman web yang lain. Dengan pendekatan hyperlink ini, seseorang dapat memperoleh informasi dengan meloncat dari suatu halaman lain. Halamanhalaman yang diakses pun dapat tersebar di berbagai mesin dan bahkan di berbagai negara.


    Website

    Sebuah situs web (sering pula disingkat menjadi situs saja; website, site) adalah sebutan bagi sekelompok halaman web (webpage), yang umumnya merupakan bagian dari suatu nama domain (domain name) atau sub domain di world wide web (WWW) di internet. WWW terdiri dari seluruh situs web yang tersedia kepada publik. Halaman-halaman pada sebuah situs web diakses dari sebuah URL yang menjadi “akar” (root), yang disebut homepage (halaman induk; sering diterjemahkan menjadi “beranda”, “halaman muka”), dan biasanya disimpan dalam server yang sama. Tidak semua situs web dapat diakses dengan gratis. Beberapa situs web memerlukan pembayaran agar dapat menjadi pelanggan, misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi, situssitus berita, layanan surat elektronik (email), dan lain-lain. Pengertian website menurut Ali Zaki Dan Smitdev Community adalah beberapa kumpulan dari halaman web yang terdapat pada satu domain, yang terdiri dari dua atau ebih halaman web..”
    Menurut Kustiyahningsih (2013:113), “Web adalah layanan yang didapat oleh pemakai komputer yang terhubung ke internet”. Browser adalah perangkat lunak untk mengakses halaman-halaman web seperti Internet Explorer, Mozilla Firefox, Opera, Safari, Google Chrome, Rock Melt, dan lain-lain. Terminologi website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang biasanya terangkum dalam sebuah domain atau sub domain, yang tempatnya berada didalam World Wide Web (WWW) di internet. Sebuah web page adalah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper Text Markup Language), yang hampir selalu bisa diakses melalui HTTP, yaitu protokol yang menyampaikan informasi dari server website untuk ditampilkan kepada para pemakai melalui web browser. Semua publikasi dari website-website tersebut dapat membentuk sebuah jaringan informasi yang sangat besar. Halaman-halaman dari website akan bisa diakses melalui sebuah URL yang biasa disebut homepage. URL ini mengatur halaman-halaman situs untuk menjadi sebuah hirarki, meskipun hyperlink-hyperlink yang ada di halaman tersebut mengatur para pembaca dan memberitahu mereka susunan keseluruhan dan bagaimana arus informasi ini berjalan.Beberapa website membutuhkan sub skripsi (data masukan/subscript) agar para user bisa mengakses sebagian atau keseluruhan isi website tersebut. Contohnya ada beberapa situs-situs bisnis, situs-situs e-mail gratisan, yang membutuhkan sub skripsi agar kita bisa mengakses situs-situs tersebut. Penemu website adalah Sir Timothy John “Tim” Berners-Lee, sedangkan website yang tersambung dengan jaringan, pertamakalinya muncul pada tahun 1991. Maksud dari Tim ketika membuat website adalah untuk mempermudah tukar menukar dan memperbarui informasi kepada sesama peneliti di tempat dia bekerja. Pada tanggal 30 April 1993, CERN (tempat dimana Tim bekerja) menginformasikan bahwa WWW dapat digunakan secara gratis oleh semua orang.
    Sebuah website bisa berupa hasil kerja dari perorangan atau individu, atau menunjukkan kepemilikan dari sebuah organisasi, perusahaan, dan biasanya website itu menunjukkan beberapa topik khusus, atau kepentingan tertentu. Sebuah website bisa berisi hyperlink yang menghubungkan ke website lain. Jadi, kadangkala perbedaan antara website yang dibuat oleh individu perseorangan dengan website yang dibuat oleh organisasi bisnis bisa saja tidak kentara. Website ditulis, atau secara dinamik di konversi menjadi HTML dan akses melalui sebuah program software yang biasa disebut dengan web browser, yang dikenal juga dengan HTTP Client. Halaman web dapat dilihat atau diakses melalui jaringan komputer dan internet, perangkat bisa saja berupa Personal Computer, Laptop Computer, PDA atau Cellphone. Sebuah website dibuat didalam sebauh sistem komputer yang dikenal dengan Web server, juga disebut HTTP server, dan pengertian ini juga bisa menunjuk ada software yang dipakai untuk menjalankan sistem ini, yang kemudian menerima lalu mengirimkan halaman-halaman yang diperlukan untuk merespon permintaan dari user. Apache adalah bahasa program/software yang biasa digunakan didalam sebuah webserver, kemudian setelah itu adalah Microsoft Internet Infomation Server (IIS). Sebuah website statik, adalah salah satu bentuk website yang isi didalam website tersebut tidak dimaksudkan untuk di update secara berkala, dan biasanya di maintain secara manual oleh beberapa orang yang menggunakan software editor. Ada 3 tipe kategori software editor yang biasa dipakai untuk tujuan maintaining ini, mereka adalah:
    1. Elemen 1, Text Editor. Contohnya adalah Notepad atau Text Edit, dimana HTML diubah didalam program editor tersebut.
    2. Elemen 2, WYSIWYG (What You See Is What You Get) Editor. Contohnya Microsoft Frontpage dan Macromedia Dreamweaver, dimana situs di edit menggunakan GUI (Graphic User Interface) dan format HTML secara otomatis di generate oleh editor ini.
    3. Elemen 3 yaitu editor yang sudah memiliki template, contohnya Rapidweaver dan iWeb, dimana, editor ini memperbolehkan user untuk membuat dan meng-update website-nya langsung ke web server secara cepat, tanpa harus mengetahui apapun tentang HTML. Mereka dapat memilih template yang sesuai dengan keinginan mereka, menambah gambar atau obyek, mengisinya dengan tulisan dan dengan sekejap mereka sudah dapat membuat website tanpa harus melihat sama sekali kode-kode HTML.


    Sebuah website dynamic adalah website yang secara berkala, informasi didalamnya berubah, atau website ini bisa berhubungan dengan user dengan berbagai macam cara atau metode, (HTTP cookies atau variabel database, sejarah kunjungan, variabel sesi, dan lain-lain) bisa juga dengan cara interaksi langsung menggunakan form dan pergerakan mouse. Ketika web server menerima permintaan dari user untuk memberikan halaman tertentu, maka halaman tersebut akan secara otomatis di ambil dari media penyimpanan sebagai respon dari permintaan yang diminta oleh user. Sebuah situs dapat menampilkan dialog yang sedang berlangsung diantara dua user, memantau perubahan situasi, atau menyediakan informasi yang berkaitan dengan sang user. Ada banyak sistem software yang dapat dipakai untuk meng-generate dynamic web system dan situs dynamic, beberapa diantaranya adalah Cold Fusion (CFM), Active Server Pages (ASP), Java Server Pages (JS) dan PHP, bahasa program yang mampu untuk meng-generate dynamic web system dan situs dinamis. Situs juga bisa termasuk didalamnya berisi informasi yang diambil dari satu atau lebih database atau bisa juga menggunakan teknologi berbasis XML, contohnya adalah RRS. Isi situs yang statis juga secara periodik di generate, atau, apabila ada keadaan dimana dia butuh untuk dikembalikan kepada keadaan semula, maka dia akan di generate, hal ini untuk menghindari kinerja supaya tetap terjaga.
    Plugin atau dapat disebut pula extension tersedia untuk menambah banyaknya feature dan melengkapi kemampuan dari web browser, dimana plugin ini dipakai untuk membuka content yang biasanya berupa cuplikan dari gambar bergerak (active content) contohnya adalah flash, shockwave atau applets yang dtulis dalam bahasa JAVA. Dynamic HTML juga menyediakan untuk user supaya dia bisa secara interaktif dan realtime, meng-update di web page tersebut (catatan; halaman yang dirubah, tak perlu di load atau di reload agar perubahannya dapat dilihat), biasanya perubahan yang dilakukan mereka memakai DOM dan javascript yang sudah tersedia pada semua web browser sekarang ini.
    Seperti yang ditulis diatas, di luar sana ada beberapa perbedaan dalam penulisan dari terminologi websit. Walaupun website sudah secara umun dipakai, namun untuk associated press stylebook, reuters, microsoft, acedemia, dan kamus-kamus yang ada, penulisan yang mereka pakai adalah dengan menggunakan 2 kata, yaitu web site. Hal ini karena web bukanlah terminilogi umum, namun ia adalah kependekan dari world wide web.


    HTTP

    HTTP (HyperText Transfer Protocol) adalah protokol yang digunakan untuk mentransfer dokumen dalam World Wide Web (WWW). Protokol ini adalah protokol ringan, tidak berstatus dan generik yang dapat dipergunakan berbagai macam tipe dokumen. Pengembangan HTTP dikoordinasi oleh World Wide Web Consortium (W3C) dan grup bekerja Internet Engineering Task Force (IETF), bekerja dalam publikasi satu seri Request For Comment (RFC), yang paling terkenal RFC 2616, yang menjelaskan HTTP/1.1, versi HTTP yang digunakan umum sekarang ini.
    HTTP adalah sebuah protokol meminta/menjawab antara Client dan server sebuah client HTTP seperti web browser, biasanya memulai permintaan dengan membuat hubungan TCP/IP ke port tertentu dituan rumah yang jauh (biasanya port 80). Sebuah server HTTP yang mendengarkan di port tersebut menunggu client mengirim kode permintaan (request), seperti “Get / HTTP/1.1” (yang akan meminta halaman yang sudah ditentukan), diikuti dengan pesan MIME yang memiliki beberapa informsi kode kepala yang menjelaskan aspek dari permintaan tersebut, diikuti dengan badan dari data tersebut. Beberapa kepala (header) juga bebas ditulis atau tidak, sementara lainnya (seperti tuan rumah) diperlukan oleh protokol HTTP/1.1. Begitu menerima kode permintaan (dan pesan, bila ada), server mengirim kembali kode jawaban, seperti “200 ok”, dan sebuah pesan yang diminta, atau sebuah pesan error atau pesan lainnya. Protokol HTTP pertama kali dipergunakan dalam WWW pada tahun 1990. Pada saat tersebut yang dipakai adalah protokol HTTP versi 0.9. Versi 0.9 ini adalah protokol transfer dokumen secara mentah, maksudnya adalah data dokumen dikirim sesuai dengan isi dari dokumen tersebut tanpa memandang tipe dari dokumen.
    Kemudian pada tahun 1996 protokol HTTP diperbaiki menjadi HTTP versi 1.0. Perubahan ini untuk mengakomodasi tipe-tipe yang hendak dikirim beserta enkoding yang digunakan dalam pengiriman data dokumen.
    Sesuai dengan perkembangan infrastruktur internet maka pada tahun 1999 dikeluarkan HTTP versi 1.1 untuk mengakomodasi proxy,cache, koneksi persisten.


    HTML

    Menurut Kustiyahningsih (2013:13), “HTML kependekan Hyper Text Markup Language. Dokumen HTML adalah textfile murni yang dapat dibuat dengan editor text sembarang. Dokumen ini dikenal sebagai web page. File-file HTML ini berisi instruksi-instruksi yang kemudian diterjemahkan oleh browser yang ada di komputer client (user) sehingga isi informasinya dapat di tampilkan secara visual di komputer pengguna (user)”.
    Menurut Sutarman (2013:163), “HTML (Hyper Text Markup Language) adalah bahasa standar yang digunakan untuk pembuatan halaman web atau word wide web, dengan hypertext dan informasi lain yang akan ditampilkan pada halaman web. Dokumen hypertext bisa berisi teks, gambar, dan tipe informasi lain seperti data file, audio, video, dan program executeable”
    Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa HTML adalah HTML adalah bahasa yang sangat tepat dipakai untuk menampilkan informasi pada halaman web, karena HTML menampilkan informasi dalam bentuk hypertext dan juga mendukung sekumpulan perintah yang dapat digunakan untuk mengatur tampilnya informasi tersebut, sesuai dengan namanya, bahasa ini menggunakan tanda (markup) untuk menandai perintah-perintahnya. Versi terakhir dari HTML adalah HTML 5, meskipun saat ini telah berkembang XHTML yang merupakan pengembangan HTML.
    HTML berupa kode-kode tag yang menginstruksi browser untuk menghasilkan tampilan sesuai dengan yang diinginkan. Sebuah file yang merupakan file HTML dapat dibuka dengan menggunakan browser web seperti Mozila Firefox atau internet Explorer. HTML juga dapat dikenali oleh aplikasi pembuka e-mail ataupun dari PDA dan program lain yang memiliki kemampuan browser.


    Secara garis besar, terdapat 3 jenis elemen dari HTML:
    1. Structural. tanda yang menetukan level atau tingkatan dari sebuah teks (contoh,

      Golf

      akan memerintah browser untuk menampilakan “Golf” sebagai teks tebal yang menunjukkan sebagai heading 1.
    2. Presentation. Tanda yang menentukan tampilan dari sebuah teks tidak peduli dengan level dari teks tersebut (contoh, boldface akan menampilkan boldface. Tanda presentational saat ini sudah mulai digantikan oleh CSS dan tidak direkomendasikan untuk mengatur tampilan teks.
    3. Hypertext. Tanda yang menunjukkan pranala ke bagian dari dokumen tersebut atau pranala ke dokumen lain (contoh, <ahref=”http://www.wikipedia.org/”Wikipedia</a> akan menampilkan wikipedia sebagai sebuah hyperlink ke URL tertentu).
    4. Elemen widget yang membuat objek-objek lain seperti tombol (<button>,
    5. list (
    6. ), dan garis horizontal (
      ).

    7. Selain markup presentational, markup yang lain tidak menentukan bagaimana tampilan dari sebuah teks. Namun untuk saat ini, penggunaan tag HTML untuk menentukan tampilan telah dianjurkan untuk mulai ditinggalkan dan sebagai gantinya digunakan Cascading Style Sheet.


    MySQL

    Database telah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia. Sebuah pekerjaan akan terasa berat jika tidak didukung oleh database. Sebagai contoh, keberadaan database dirasakan sangat penting dalam pekerjaan Bank, Universitas, dan Perpustakaan. Contoh lain adalah beberapa fasilitas di internet yang tidak mungkin berjalan tanpa adanya dukungan database, seperti search engine, e-commerce dan website berita. Database yang berjalan dan dikendalikan dikomputer dinamakan database server.
    Salah satu server yang cukup dikenal saat ini adalah MySQL Database Server keluaran T.c.X DatakonsultAB, sebuah perusahaan IT Swedia ini menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan database server lain. Berikut adalah beberapa keunggulan MySQL :
    1. Mampu menangani jutaan user dalam kurung waktu bersamaan.
    2. Mampu menampung lebih dari 50.000.000 record.
    3. Sangat cepat mengeksekusi perintah.
    4. Memiliki userprivilege system yang mudah dan efesien.

    5. Selain itu, MySQL juga menyediakan dukungan open source. Setiap pengguna MySQL diizinkan mengubah source untuk keperluan pengembangan atau menyelasarkan spesifikasi database sesuai kebutuhan.


    PHP

    Pengertian PHP

    Menurut Sibero (2014:49), “PHP (Personal Home Page) adalah pemograman (interpreter) adalah proses penerjemahan baris sumber menjadi kode mesin yang dimengerti komputer secara langsung pada saat baris kode dijalankan”.
    Menurut Kalpesh Adhatrao, dkk dalam International Journal of Data Mining & Knowledge Management Process (IJDKP) (2013:43) mendefinisikan bahwa “PHP (recursive acronym for PHP: Hypertext Preprocessor) is a widely-used open source general purpose server side scripting language that is especially suited for web development and can be embedded into HTML”. (PHP (akronim rekursif untuk PHP: Hypertext Preprocessor) adalah bahasa script sisi server open source umum yang digunakan secara umum yang sangat sesuai untuk perkembangan web dan dapat disematkan ke dalam HTML).
    Menurut Kustiyahningsih (2013:014), “PHP (atau resminya PHP: Personal Home Page) adalah skrip bersifat Bersifat server-side yang di tambahkan ke dalam HTML. PHP sendiri merupakan singkatan dari Personal Home Page Tools. Skrip ini akan membuat suatu aplikasi dapat di integrasikan ke dalam HTML sehingga suatu halaman web tidak lagi bersifat statis, namun menjadi bersifat dinamis. Sifat server side berarti pengerjaan skrip di lakukan di server, baru kemudian hasilnya di kirimkan ke browser”.
    Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PHP adalah bahasa pemrograman yang digunakan secara luas untuk penanganan pembuatan dan pengembangan sebuah situs web dan bisa digunakan bersamaan dengan HTML. PHP/FI (Personal Home Page Form Interface) merupakan nama awal dari PHP. Di buat pertama kali oleh Rasmus Terdoff. PHP awalnya merupakan program CGI yang dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan dalam web browser. PHP pertama ditulis menggunakan bahasa Perl (Perl Script), kemudian ditulis ulang menggunakan bahasa pemrograman C CGI-BIN (Common Gateway Interface-Binary) yang ditujukan untuk mengembangkan halaman website yang mendukung formulir dan penyimpanan data. Pada tahun 1995 PHP Tool 1.0 dirilis untuk umum, kemudian pengembangannya dilanjutkan oleh Andi Gutmans dan Zeev Suraski. Perusahaan bernama Zend kemudian melanjutkan pengembangan PHP dan merilis PHP versi 2terakhir pada saat ini.
    Software ini disebarkan dan disesuaikan sebagai software open source (gratis). PHP secara resmi merupakan kepanjangan dari PHP Hypertext Preprocessor, merupakan bahasa script server-slide yang disiapkan pada halaman HTML. Berikut adalah contoh yang umum pengguna script PHP untuk menjelaskan tentang PHP sebagai script yang disisipkan (embedded script) dalam bentuk HTML :

    <html> <head> <title> CONTOH </title> </head> <body> <? Echo “hello, World!” ?> </body> </html>

    Contoh script diatas berbeda dengan script yang dituliskan dengan bahasa lain seperti Bahasa C Perl. Pemrograman tidak harus semua dokumen HTML sebagai bagian dari keluaran script PHP, cukup menuliskan bagian mana saja yang berupa tag HTML dan bagian mana yang harus ditulis atau dihasilkan dari program script PHP. Kode ? script PHP diapit dengan menggunakan tag awal dan tag akhir yang khusus, yang memungkinkan pemrograman untuk masuk dan keluar dari mode script PHP.


    Kemampuan PHP

    PHP secara mendasar dapat mengerjakan semua yang dapat dikerjakan oleh program CGI (Common Gateway Interface), seperti mendapatkan data dari form, menghasilkan isi halaman web yang dinamis dan menerima cookies. Kemampuan (feature) PHP yang dihandalkan dan signifikan adalah dukungan kepada banyak database. Membuat halaman web yang menggunakan data dari database dengan sangat mudah dapat dilakukan. Berikut adalah daftar database yang didukung oleh PHP :
    1. AdabasD
    2. Dbase
    3. Empress
    4. FilePro
    5. FrontBase
    6. Hyperwave
    7. IBM DB2
    8. Informix
    9. Ingres
    10. Interbase
    11. MSQL
    12. Direct MS SQL
    13. MySQL
    14. ODBC
    15. Oracle
    16. Ovrimos
    17. PosgreSQL
    18. Solid
    19. SQLite
    20. Sybase
    21. Velosis
    22. Unix DBM


    PHP juga mendukung untuk berkomunikasi dengan layanan lain menggunakan protokol IMAP (Internet Message Access Protocol), SNMP (Simple Network Management Protocol), POP3 (Post Office Protocol Version 3), HTTP (Hyper Text Transfer Protocol), dan lainnya yang tidak terhitung. Pemrogram juga dapat membuka soket jaringan secara mentah dan berinteraksi dengan menggunakan protokol lainnya. Untuk OS (Operating System), PHP dapat berjalan di platform OS Windows dan platform Linux, karena PHP merupakan bahasa script server side, maka dibutuhkan sebuah web server yang berfungsi untuk memproses script PHP sebelum ditampilkan ke browser.


    Beberapa web server untuk PHP diantaranya :
    1. Apache
    2. Oreily Website Pro (Windows)
    3. Xitami


    Black Box Testing

    Definisi Black Box Testing

    Menurut Pressman dalam Pratiwi (2014:99), “pengujian Black-Box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian, pengujian Black-Box memungkinkan perekayasa perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi masukan yang menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program.”


    Tujuan Metode Black Box Testing

    Menurut Pratiwi (2014: 99), "Tujuan dari metode black-box testing adalah mendapatkan kesalahan sebanyak banyaknya."


    Keuntungan Black Box Testing

    Definisi Black Box Testing menurut Asrin Hosseini dan Amir Sheikh- Ahmadi dalam International Journal of Computer Applications (2015:44)[10] adalah “The black box test is a test thatdoes not pay attention to the inner mechanism of a system or tool; it is only focused on the produced output based on the selected inputs and running conditions”. (uji kotak hitam adalah tes yang tidak memperhatikan mekanisme dalam system atau alat; itu hanya difokuskan pada output produksi berdasarkan input dan kondisi yang dipilih)
    Beberapa keuntungan yang diperoleh dari jenis black box testing antara lain :
    1. Anggota tim tester tidak harus dari seseorang yang memiliki kemampuan teknis di bidang pemrograman.
    2. Kesalahan dari perangkat lunak ataupun bug seringkali ditemukan oleh komponen tester yang berasal dari pengguna.
    3. Hasil dari blackbox testing dapat memperjelas kontradiksi ataupun keracunan yang mungkin timbul dari eksekusi sebuah perangkat lunak.
    4. Proses pengujian dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan white box testing.


    Elisitasi (Elicitation)

    Elitisasi merupakan rancangan yang dibuat berdasarkan sistem yang baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap. (Bachtiar dan Atikah, 2015:74)
    1. Tahap I
    2. Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.


    3. Tahap II
    4. Hasil pengkasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. M pada MDI berarti Mandatory (Penting). Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru. D pada MDI berarti Desirable, maksudnya persyaratan (requirement) tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun, jika persyaratan (requirement) tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna. I pada MDI berarti Inessential, maksudnya persyaratan (requirement) tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas, tetapi bagian dari luar sistem.


    5. Tahap III
    6. Merupakan hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua persyaratan (requirement) dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya semua persyaratan (requirement) yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu:
      1. T artinya teknikal (Technical), bagaimana tata cara atau teknik
      2. pembuatan persyaratan (requirement) dalam sistem diusulkan.

      3. O artinya Operasional (Operational), bagaimana tata cara penggunaan
      4. persyaratan (requirement) dalam sistem akan dikembangkan.

      5. E artinya Ekonomis (Economic), berapakah biaya yang diperlukan guna
      6. membangun persyaratan (requirement) di dalam sistem.

    7. Final Draft Elisitasi
    8. Merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.



    Prototype

    Definsi Prototype

    Menurut McLeod dalam Purwanto dan Abdul (2014:62), “prototype didefinisikan sebagai alat yang memberikan ide bagi pembuat (developer system) maupun pemakai (user) tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya dan proses untuk menghasilkan prototype disebut protoptyping”.
    Menurut Ami dalam Riyadi dan Abdul (2014:62), “Prototyping adalah proses pembuatan software dengan model sederhana yang mengijinkan pengguna memiliki gambaran dasat tentang program serta melakukan pengujian awal”.
    Menurut Mulyani (2016:26), “menerangkan bahwa prototyping merupakan teknik pengembangan system yang menggunakan prototype untuk menggambarkan system, sehingga pengguna atau pemilik sistem mempunyai gambaran pengembangan system yang akan dilakukannya”.


    Tipe-tipe prototype

    Prototype merupakan penggambaran secara umum mengenai sistem baru yang diusulkan untuk dapat membantu instansi dalam mengolah dan menyimpan data dengan lebih akurat. Dengan adanya prototype tersebut, maka tampilan dari sistem yang baru baik gambaran input maupun outputnya dapat terlihat dengan jelas. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan sistem selanjutnya.
    1. Prototype Jenis I
    2. Prototype jenis I sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Pendekatan ini hanya mungkin jika peralatan prototyping memungkinkan prototype memuat semua elemen penting dari sistem baru. Langkah-langkah pengembangan prototype jenis I adalah sebagai berikut:
      1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai.
      2. Mengembangkan prototype
      3. Menentukan apakah prototype dapat diterima
      4. Menggunakan prototype
    3. Prototype Jenis II
    4. Prototype jenis II merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai alat cetak biru (blueprint) bagi sistem operasional. Pendekatan ini dilakukan jika prototype tersebut hanya dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.
      Tiga langkah pertama dalam pengembangan prototype jenis II sama seperti untuk prototype jenis I. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
      a) Mengkodekan sistem operasional
      b) Menguji sistem operasional
      c) Menentukan jika sistem operasional dapat diterima
      d) Menggunakan sistem operasional.


    Study Pustaka (Literature Review)

    Definisi Literature Review

    Menurut Budy, dkk (2014:29), “Metode study pustaka dilakukan untuk menunjang metode survei dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.”


    Tujuan Literature Review

    Menurut Suryo, dkk (2013:87), berikut ini tujuan literature review antara lain:
    1. Membentuk sebuah kerangka teoritis untuk topic atau bidang.
    2. Menjelaskan definisi, kata kunci dan terminology.
    3. Menentukan studi, model, studi kasus dan lain-lain yang mendukung topik.
    4. Menentukan lingkup penelitian topic penelitian.

    5. Sedangkan menurut Ary Budi Warsito, dkk dalam Jurnal CCIT (2015:29)[11] adalah “Study pustaka dilakukan untuk menunjang metode survei dan observasi yang telah dilakukan. Pengumpilan informasi yang dibutuhkan dalam mencari referensi – referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan”.
      Berdasarkan definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan literature review adalah suatu bentuk kerangka yang menjelaskan definisi serta kata kunci yang mendukung topik dalam menentukkan studi kasus yang menentukan ruang lingkup penelitian.


    Berikut ini adalah penelitian yang telah dilakukan dan memiliki kolerasi yang searah dengan penelitian yang akan dibahas dalam Tugas Skripsi ini diantara lain :
    1. Perancangan Sistem Informasi Inventaris Program Studi Teknik Informatika Universitas Surakarta oleh Adita Ayu Prawiyanti, Ramadhian Agus Triyono.[12] Melakukan pengumpulan data dengan cara metode observasi, wawancara, analisis, perancangan, ujicoba, dan implementasi rancangan. observasi dan wawancara yang dimaksud adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap dosen, pengurus kampus dan mahasisiwa kemudian dilakukan metode analisis untuk mengetahui alur data atau sistem yang berjalan dengan menggunakan UML (Unified Modeling Language) dan kemudian dilakukan metode perancangan untuk membuat sistem aplikasi penjualan berbasis web dengan menggunakan PHP, MyAdmin, xampp serta yang terakhir tahap implementasi untuk menerapkan apakah sistem ini sudah relevan dengan yang diinginkan oleh user yang ada di universitas surakarta.
    2. Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kudus. oleh Indah Setia Andani, Diana Laily Fithri Melakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan pegawai sipil[13] serta studi pustakan sebagai referensi untuk Sistem yang berjalan sudah berjalan semestinya sesuai prosedur yang ada dan ketentuan yang ada dari proses pengadaan memperkuat data-data yang relevan.kemudian dilakukan metode analisis untuk menganalisis data kualitatif dan kuantitatif dan kemudian dilakukan metode perancangan untuk membuat sistem aplikasi inventaris barang berbasis dekstop dengan menggunakan alur data dalam membangun sebuah system yang saling berintegrasi yaitu DFD (Data Flow Diagram) kemudian tahap akhir yaitu tahap implementasi untuk menerapkan apakah sistem ini sudah relevan dengan yang diinginkan user.
    3. Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang (Studi Kasus Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan) oleh Shiyami Milwandhari, S.Kom perancangannya dengan berbasis web ( PHP dan MySQL)[14] dan tahap terakhir yaitu implementasi untuk mengetahui apakah sistem yang diterapkan bisa bermanfaat dan sesuai dengan keinginan user atau belum.
    4. Sistem Informasi Inventaris Barang di Kantor Arsip Dan Perpustakaan daerah Surakarta oleh Rini Anjarsari[15] Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara kepada karyawan atau pegawai perpustakaan daerah dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem ini berjalan dan kemudian diperkuat dengan studi pustaka sebagai bahan referensi untuk mendukung sistem yang relevan dan dilakukan analisis sistem dengan menggunakan UML sebagai rancangan alur data diagram yang digunakan dan kemudian dilakukan tahap perancangan menggunakan PHP , phpmyadmin, photoshop, xampp, sublime textkemudian dilakukan metode implementasi untuk mengetahui relevasi sistem agar dapat diterapkan dengan baik dari segi kualitatif dankuantitatif
    5. Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang Berbasis Web Menggunakan Metode Berorientasi Objek (Studi kasus: PT. Riau Maju Cemerlang Pekanbaru) oleh Adri Gunawansyah[16] Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara kepada karyawan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem ini berjalan dan kemudian diperkuat dengan studi pustaka sebagai bahan referensi untuk mendukung sistem yang relevan, dan kemudian dilakukan analis sistem untuk merancang bahwa alur data yang berjalan ini sudah sesua atau belum dan tahap selanjutnya dilakukan metode perancangan sistem aplikasi yang akan diterapkan maka rancangan sistem yang diusulkan ini akan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman C++ dan SQLServer 2005 sebagai database-nya dan sebagai tahap terakhir dilakukan implementasi aplikasi website agar sistem yang akan diterapkan ini bisa memudahkan user dan mengetahui relevansi aplikasi tersebut.
    6. Developing a hierarchical decomposition methodology to increase manufacturing process and equipment health awareness oleh Brian A weiss tahun 2018 [17] . Manufacturing systems are becoming increasingly complex as more advanced and emerging technologies are integrated into the factory floor to yield new processes or increase the efficiency of existing processes. As greater complexity is formed across the factory, new relationships are often generated that can lead to advanced capabilities, yet produce unforeseen faults and failures.[17] Industrial robot arm work cells within the manufacturing environment present increasing complexity, emergent technologies, new relationships, and unpredicted faults/failures. To maintain required levels of productivity, process quality, and asset availability, manufacturers must reconcile this complexity to understand how the health degradation of constituent physical elements and functional tasks impact one another through the monitoring of critical informative measures and metrics. This article presents the initial efforts in developing a novel hierarchical decomposition methodology. The innovation in this method is that it provides the manufacturer with sufficient discretion to physically deconstruct their system and functionally decompose their process to user-defined levels based upon desired monitoring, maintenance, and control levels. This enables the manufacturer to specify relationships within and across the physical, functional, and information domains to identify impactful health degradations without having to know all possible failure modes. The hierarchical decomposition methodology will advance the state of the art in terms of improving machine health by highlighting how health degradations propagate through the relationship network prior to a piece of equipment compromising the productivity or quality of a process. The first two steps of the methodology, physical decomposition and functional decomposition, are defined in detail and applied to a multi-robot work cell use case.
    7. “Best pricing and optimal policy for an inventory system under time-and-price-dependent demand and backordering”. oleh Luis A. San-José [18]In this paper, we study an inventory system for products where demand depends on time and price. Shortages are allowed and are fully backordered. We suppose that the demand rate is the product of a power time pattern and a three-parametric exponential price function. The objective is to determine the economic lot size, the optimal shortage level and the best selling price to maximize the total profit per unit time. We present an efficient procedure to determine the optimal solution of the inventory problem for all possible scenarios. This procedure is illustrated with several numerical examples. A sensitivity analysis of the optimal inventory policy with respect to the parameters of the demand rate function is also given. Finally, the main contributions of this paper are highlighted and future research directions are introduced.
    8. “Implementation of different big-leaf canopy reduction functions in the Biogenic Emission Inventory System (BEIS) and their impact on concentrations of oxidized nitrogen species in northern Europe” . oleh Jan Alexander. [19] Canopy reduction describes NO2 flux reduction at leaf stomata. We implemented the big-leaf reduction approaches of Wang et al. (1998) and Yienger and Levy (1995) in the Biogenic Emission Inventory System (BEIS) and compared them with the BEIS standard approach. The different reduction functions lead to a reduction of 17 Gg N or 27 Gg N respectively of nitrogen emission in comparison to the standard approach which reduces the nitrogen flux by about 1 Gg N in the three summer months of 2012. These are significant differences to the standard approach. The concentration reduction of oxidized reactive nitrogen in the model area shows also a significant reduction. While concentration reduction in central europe is low, in more rural regions of Europe, concentration changes are considerably higher. The calculated concentrations of NO2 show a significant improvement of the model performance when compared to EMEP observations in central Europe. This study favors the implementation and use of canopy reduction factors, especially the parameterization of Wang et al. (1998), for regional and global emission models for reasons of model physical correctness and improved model results.</div>
    9. “Evaluation of two transshipment policies in a two-location decentralized inventory system under partial backordering”. oleh Ping ping Feng. [20] This research investigates the replenishment and transshipment decisions in a two-retailer inventory system with a single selling season. Both emergency lateral transshipment (ELT) and preventive lateral transshipment (PLT) are investigated. ELT satisfies partial backordering. We prove the existence of unique Nash equilibrium for the system under each policy. The results show that the ELT solution is independent of the transshipment price while the PLT solution converges to the newsvendor solution as the transshipment price increases. Numerical analysis is presented to illustrate the advantage of each policy. This study assists retailers in deciding which transshipment policy should be preferred.


    10. BAB III

      PEMBAHASAN

      Gambaran Umum PT. Angkasa Pura II (Persero)

      Adalah Unit Pelaksana dari Badan Usaha Kebandarudaraan PT. Angkasa Pura II (Persero) berdasarkan Keputusan Direksi PT. Angkasa Pura II Nomor KEP.470/OM.00/1998-AP II tahun 1998 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang Utama PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang mempunyai tugas sebagai berikut :

      1. Merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan pengaturan serta pengawasan kegiatan pelayanan penanggulangan keadaan darurat terutama di dalam kawasan Bandar Udara Soekarno-Hatta.
      2. Merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan pengaturan dalam upaya menunjang kelancaran operasi penerbangan.


      Sejarah Singkat PT. Angkasa Pura II (Persero)

      Pada awalnya merupakan Perusahaan Negara (PN) Angkasa Pura Kemayoran, yang lebih dikenal sebagai PN Kemayoran. Didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1962, tanggal 15 November 1962 bertugas mengelola Pelabuhan Udara Kemayoran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1965, tanggal 17 Mei 1965 nama PN Angkasa Pura Kemayoran ditetapkan menjadi PN Angkasa Pura. Status perusahaan negara ini kemudian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1974 tanggal 21 Oktober 1974 dijadikan Perusahaan Umum (PERUM), yaitu Perum Angkasa Pura. Disamping mengelola pelabuhan udara Kemayoran juga diserahi mengelola Pelabuhan Udara International Halim Perdanakusuma pada tahun 1974, dan Pelabuhan Udara International Ngurah Rai Denpasar, Bali tahun 1980. Sampai saat itu, Perum Angkasa Pura berbentuk Otorita Pelabuhan Udara (Airports Authority), dimana fungsi penguasaan ada di Pemerintah dan pengusahaan berada di satu tangan, yaitu pihak otoritas. Dalam perkembangan selanjutnya, Perum Angkasa Pura lebih mengarahan kepada fungsi Pengusahaan Pelabuhan Udara, sedangkan fungsi Penguasaan dalam hal ini Pemerintah kembali kejajaran Departemen Perhubungan. Dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kemudian diubah namanya menjadi Bandar Udara International Soekarno-Hatta pada tanggal 13 agustus 1984 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1984 didirikan suatu Badan Usaha Kebandarudaraan yang bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang diserahi untuk mengelola pelabuhan udara yang baru tersebut. Disamping mengelola Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng, Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng juga bertugas untuk mengelola Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma yang sebelumnya dikelola oleh Perum Angkasa Pura sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 171/HK 208/PHB-85 tanggal 11 September 1985, kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1992 tanggal 19 Februari 1992. Untuk keseragaman, pada tahun 1986 Pemerintah menetapkan nama:

      1. Perum Angkasa Pura menjadi “Perum Angkasa Pura I”
      2. Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng menjadi “Perum Angkasa Pura II”.

      Khusus untuk Perum Angkasa Pura II, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986 tanggal 19 mei 1986. Pelayanan keselamatan lalu lintas udara yang dilakukan oleh Senopen dialihkan kepada Perum Angkasa Pura I dan Perum Angkasa Pura II, sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 19 Tahun 1988 dan kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1989 tanggal 30 Maret 1989. Perum Angkasa Pura I mengusahakan Bandara Ngurah Rai, Juanda, Polonia, Hasanuddin, Sepinggan, Sam Ratulangi, Frans Kasiepo, Adi Sutjipto, Adi Sumarmo dan Syamsuddin Noor. Sementara Perum Angkasa Pura II mengusahakan Bandara di Jakarta (Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma), S. M. Badaruddin II – Palembang dan Supadio – Pontianak, Bandar Udara S. M. Badaruddin II dan Bandara Udara Supadio dikelola oleh Perum Angkasa Pura II sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1991 tanggal 8 Februari 1991. Pemerintah merencanakan memasukkan beberapa lagi Bandar Udara lainnya kedalam pengelolaan Badan Usaha K bandarudaraan tersebut dan menata pembagian wilayah kerja kedua BUMN sejenis ini, yaitu Indonesia Bagian Barat untuk Perum Angkasa Pura II dan wilayah Indonesia Bagian Timur untuk Perum Angkasa Pura I. Pada awal tahun 1992, kedua BUMN yang berstatus “Perum” tersebut, ditetapkan oleh Pemerintah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) berdasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1992. Maksud dari perubahan status adalah dalam rangka lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha. Dengan Akta Notaris Muhani Salim, SH. Nomor 3 Tahun 1993 tanggal 2 Januari 1993 didirikan Perseroan Terbatas (Persero) PT Angkasa Pura II, nama tersebut disingkat menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura II. Untuk Bandar Udara Polonia terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 dikelola oleh PT. (Persero) Angkasa Pura II berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-33/MK-016/1994 tanggal 22 Januari 1994. Kemudian tanggal 9 April 1994 dilakukan serah terima Pengoperasian Bandar Udara Simpang Tiga (Pekan Baru), Tabing (Padang), Blang Bintang (Banda Aceh), Husein Sastranegara (Bandung) dan Senopen Pekan Baru dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II. Serah terima itu dilakukan berdasarkan Surat Menteri Perhubungan Nomor A.278/AU.001/SKL tanggal 5 April 1994. Masuknya Bandar Udara Polania (Medan) dan empat Bandar Udara lainnya itu dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1994 tentang penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia kedalam modal saham Perusahaan PT. (Persero) Angkasa Pura II. Dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 1995 tanggal 11 Mei 1995, nama Bandar Udara “Blang Bintang” dirubah menjadi Bandar Udara Sultan Iskandar Muda. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK.2/AU.106//PHB.99 tanggal 18 November 1999, nama Bandar Udara Simpang Tiga dirubah menjadi Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II. Pada tanggal 22 Maret 2000, dilakukan serah terima Operasi Bandar Udara Kijang (Tanjung Pinang) dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada PT. (Persero) Angkasa Pura II, dengan berita acara serah terima operasi Nomor AU/837/OM.147/2000 dan BA.DU.002/KU207.1/2000. Tepatnya Terhitung Mulai Tanggal (TMT) 18 November 2008 kata Persero pada PT. (Persero) Angkasa Pura II diubah susunannya di belakang nama perusahaan menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero) sesuai Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, Spn Nomor 38 Tahun 2008. Dan saat ini PT. Angkasa Pura II (Persero) telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).

      Struktur Organisasi

      Struktur Organisasi merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antar bagian yang terkait dalan suatu organisasi seperti pembagian kerja ke dalam kelompok-kelompok tugas dan tanggung jawab. Struktur organisasi akan tergantung pada tujuan tahap perkembangan organisasi dan kemampuan sumber-sumbernya yang mendukung pada bidang-bidang pekerjaan masing-masing dalam kesatuan fungsional. Dalam suatu perusahaan ataupun organisasi struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting karena dengan memiliki struktur organisasi yang baik, fungsi-fungsi managemen akan dapat dijalankan dengan baik dan lancar. Organisasi merupakan kesatuan aktifitas dimana para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengkoordinasikan kegiatan dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan organisasi yang efektif, maka setiap bagian organisasi mengetahui wewenang dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya masingmasing. Dengan demikian hubungan kerja dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan dengan baik. Struktur organisasi tercermin alam suatu bagan organisasi yang menunjukkan adanya pembagian tugas dan wewenang serta aturan dan prosedur yang ada termasuk komunikasi dan arus kerja.

      Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta Pada PT. Angkasa Rura II (Persero)


      Divisi Pengamanan Bandara Terminal 3 Bandara Internasional

      Soekarno-Hatta Pada PT Angkasa Pura II (Persero) Program keamanan bandara (Airport Security Programme) adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-langkah serta persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh unit penyelenggara bandar udara dan badan usaha bandar udara untuk memenuhi ketentuan yang terkait dengan operasi penerbangan di indonesia. Jadi yang merupakan tugas dari pengamanan bandara yaitu :

      1. Memberikan pelayanan keamanan penerbangan yang ada di lingkungan bandara seperti Area Terminal, area Publik, Cargo, Parimeter / Non terminal dll
      2. Mencegah tindakan-tindakan yang dapat melawan hukum seperti yaitu:
      3. a. menguasi pesawat udara secara melawan hukum,
        b. Melakukan pengrusakan / penghancuran pesawat udara di darat.
        c. Menyandera orang didalam pesawat udara atau dibandar udara
        d. Membawa senjata , peralatan berbahaya atau bahan-bahan yang dapat digunakan untuk tindakan melawan hukum secara tidak sah.
        e. Ancaman bom di bandar udara.
      4. Melakukan pengontrolan / pengendalian (Secutiry Control) sebagai upaya untuk mencegah disusupkannya / terbawanya barang dilarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
      5. Melakukan pemeriksaan (Security Screening) suatu tehnik atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi barang dilarang yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
      6. Melakukan patroli keamanan dibandar udara (Airport Security Search) sebagai bentuk pemeriksaan menyeluruh di lingkungan badar udara baik di Area terminal, Area Publik, Area Cargo d.l.l.


      Fungsi keamanan bandara sangat penting diterapkan dan diaplikasikan diberbagai tempat khususnya di lingkungan bandara (Airport Area), oleh karena itu komando, komunikasi,dan koordinasi merupakan yang sangat pokok digunakan dalam melakukan keamanan secara menyeluruh agar semua bisa berjalan dengan lancar. Adapun fungsi dari keamanan bandara yaitu :
      1) Memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pelanggan di bandara.
      2) Menjamin bahwa aktifitas penerbangan di bandara bisa berjalan dengan lancar tanpa ada keraguan apapun tindakan yang dapat melawan hukum.
      3) Sebagai wadah yang positif dalam mengelola bandara terutama di bidang keamanan.
      4) Memajukan dan mengembangkan bandara lebih tertib, aman dan kondusif.
      5) Menjadikan bandara lebih berkualitas bertaraf internasional dalam bidang keamanan sehingga mengantarkan negara ini lebih maju dan makmur.


      Gambar 3.2. Struktur Organisasi Divisi Pengamanan Bandara Terminal 3 Soekarno-Hatta


      Bagian-Bagian dari Divisi Pengamanan Bandara di Terminal 3

      Divisi Pengaman bandara di Terminal 3 bandara soekarno-hatta membawahi 2 (Dua) bagian yaitu sebagai berikut :

      1. Assistant Manager of Aviation Security Terminal Domestic
      2. Assistant Manager of Aviation Security Terminal International

      Assistant Manager of Aviation Security Terminal Domestic membawahi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

      Tabel 3.1. Karyawan Avsec Terminal 3 Domestic


      Avsec Public Junior Manager membawahi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

      Tabel 3.2. Karyawan Avsec Terminal 3 Public


      Wewenang Dan Tanggung Jawab

      Dari struktur organisasi di atas maka dapat kita lihat tugas maupun fungsi dari masing-masing bagian sesuai dengan Peraturan Direksi PT. Angkasa Pura II (Persero) Nomor : PD. 01. 01 / 12 / 2017 / 0087 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Cabang Utama PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, yaitu sebagai berikut :

      1. Senior Manager Of Airport Security
      2. Tugas dan Tanggungjawab:
        a. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan program kerja subdepartemen Airport Security untuk memastikan efektifitas dan kesesuaian penggunaan anggaran dengan RKA yang telah ditetapkan.
        b. Merencanakan, mengendalikan kegiatan pengamanan badar udara agar proses pengamanan dan sistem keselamatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta berjalan dengan baik dan lancar.
        c. Merencanakan, dan mengendalikan kualitas fungsi pengamanan agar dapat memenuhi standar keamanan dan sistem keselamatan serta response time sesuai dengan ketentuan yang berlaku diseluruh wilayah Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
        d. Melakukan pembinaan terhadap seluruh personil fungsi pengamanan dan keselamatan serta berkoordinasi dengan unit kerja terkait.
        e. Melakukan penyusunan dan melakukan pemutakhiran Airport Security Program (ASP) Bandara Internasional Soekarno- Hatta.
        f. Memformulasikan kebutuhan SDM dan pengembangan kompetensi jajarannya dan mendistribusikan SDM yang dimiliki untuk mencapai tujuan unit kerja.
        g. Memimpin dan mengawasi proses asesmen dan mitigasi risiko sesuai lingkup pekerjaan danwewenangnya serta memberikan masukan terkait hasilnya kepada Deputy Executive General Manager Of Airport Operation. Mengkoordinasikan penerapan K3 pada Subdepartemen Airport Security.
        h. Mengkoordinasikan, memantau dan mengendalikan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance di dalam seluruh aktifitas Subdepartemen Airport Security.
        i. Merencanakan dan memimpin koordinasi penilaian kinerja seluruh SDM dalam lingkup kerjanya serta membimbing jajaran dibawahnya sesuai kebutuhan pengembangan organisasi kemudian melaporkannya kepada Deputy Executive General Manager Of Airport Operation.
        j. Menjadi anggota tim kerja internal maupun eksternal sesuai kebutuhan perusahaan.


      3. Manager of Aviation Security
      4. Tugas dan Tangggung Jawab:
        a. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan program kerja pada seksi Aviation Security untuk memastikan efektifitas dan kesesuaian penggunaan anggaran dengan RKA yang telah ditetapkan.
        b. Merencanakan, mengendalikan kegiatan pengamanan badar udara agar proses pengamanan dan sistem keselamatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta berjalan dengan baik dan lancar.
        c. Melakukan pembinaan terhadap seluruh personil fungsi pengamanan dan keselamatan serta berkoordinasi dengan unit kerja terkait.
        d. Melakukan penyusunan dan melakukan pemutakhiran Airport Security Program (ASP) Bandara Internasional Soekarno- Hatta.
        e. Memformulasikan kebutuhan SDM dan pengembangan kompetensi jajarannya dan mendistribusikan SDM yang dimiliki untuk mencapai tujuan unit kerja.
        f. Memimpin dan mengawasi proses asesmen dan mitigasi risiko sesuai lingkup pekerjaan dan wewenangnya serta memberikan masukan terkait hasilnya kepada Senior Manager of Airport Security.
        g. Merencanakan dan memimpin koordinasi penilaian kinerja seluruh SDM dalam lingkup kerjanya serta membimbing jajaran dibawahnya sesuai kebutuhan pengembangan organisasi kemudian melaporkannya kepada Senior Manager of Airport Security.
        h. Mengkoordinasikan penerapan K3 pada seksi Aviation Security.
        i. Menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance pada aktifitas kegiatan seksi Aviation Security.
        j. Menjadi anggota tim kerja internal maupun eksternal sesuai kebutuhan perusahaan.


      5. Assistant Manager of Aviation Security
      6. Tugas dan Tangggung Jawab:
        a. Mengkoordinasikan penerapan Standard Operating Procedures (SOP) sesuai lingkup kerja seksi terminal serta memberikan masukan perbaikan Standard Operating Procedures (SOP), Aerodrome Manual, Airport Security Program (ASP) berdasarkan kondisi dilapangan.
        b. Memantau dan memastikan realisasi rencana kerja & penggunaan anggaran seksi terminal sesuai RKAP yang telah ditetapkan.
        c. Memastikan kegiatan penerbitan terkait kegiatan ilegal yang dapat menggangu kenyamanan pengguna jasa di terminal.
        d. Mengelola kegiatan pengaturan diterminal dan aksesibilitas di area terminal 3 bandara internasional soekarno-hatta.
        e. Mengindentifikasi dan mengusulkan pemenuhan kebutuhan SDM dan pengembangan kompetensi bawahan sesuai kebutuhan operasional
        f. Melakukan asesmen dan mitigasi risiko sesuai lingkup pekerjaan dan wewenang serta memberikan masukan terkait dengan hasil kajian kepada Manager of Aviation Security.
        g. Mengkoordinasikan penerapan K3 pada seksi terminal.
        h. Menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Govermance pada aktifitas kegiatan seksi Terminal.
        i. Merencanakan, membimbing dan menilai kinerja bawahan dan memantau pencapaian KPI bawahan kemudian melaporkan kepada Manager of Aviation Security.
        j. Menjadi anggota tim kerja internal maupun eksternal sesuai kebutuhan perusahaan


      7. Aviation Security Chief
      8. Tugas dan Tanggungjawab:
        a. Merencanakan, menyiapkan dan mengawasi kegiatan pengamanan di Terminal.
        b. Merencanakan,menyiapkan dan memonitor kesiapan seluru peralatan dan sarana yang yang dipergunakan di dalam operasi pengamanan di Terminal.
        c. Merencanakan, menyiapkan dan memonitor pelaksanaan pengamanan di Terminal.
        d. Merencanakan peningkatan keterampilan serta pengembangan dan pemberdayaan personil Keamanan Penerbangan.
        e. Merencanakan, menyiapkan dan memantau perlaksanaan kegiatan pengamanan di Terminal.
        f. Melaksanakan kegiatan pengamanan di terminal 3 dalam melayanani seluruh pengguna jasa untuk menjaga ancaman yang dapat merugikan perusahaan.
        g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atasan.


      9. Aviation Security Assistent Chief
      10. Tugas dan Tanggungjawab:
        a. Mengatur dan memastikan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasi pengamanan di Terminal.
        b. Mengatur operasi pengamanan di Terminal dalam satuan jaga.
        c. Menghubungi unit terkait (internal atau eksternal) bila terjadi hal-hal yang mengancam keamanan penerbangan di terminal 3.
        d. Melaporkan kesiapan personil, pengamanan di Terminal kepada Aviation Security Chief .
        e. Membuat laporan kegiatan operasi pengamanan di Terminal dan menandatangani berita acara/ log book.
        f. Menyusun jadwal tugas dalam satuan jaga.
        g. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pengamanan di Terminal dalam satuan jaga.
        h. Mengatur personil dalam pelaksanaan operasi lain atau tugas tambahan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
        i. Memimpin pelaksanaan latihan dalam satuan jaga.
        j. Melaksanakan kegiatan pengamanan di terminal 3 dalam melayanani seluruh pengguna jasa untuk menjaga ancaman yang dapat merugikan perusahaan.
        k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.


      11. Aviation Security Supervisor
      12. Tugas dan Tanggungjawab:
        a. Mengatur dan memastikan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasi pengamanan di Terminal.
        b. Mengatur operasi pengamanan di Terminal dalam satuan jaga.
        c. Menerima, mencatat dan menyampaikan informasi barang masuk dan keluar terkait perlengkapan keamanan penerbangan.
        d. Menghubungi unit terkait (internal atau eksternal) bila terjadi hal-hal yang mengancam keamanan penerbangan di terminal 3.
        e. Melaporkan kesiapan personil, pengamanan di Terminal kepada Aviation Security Assiatant Chief.
        f. Memeriksa dan merawat semua peralatan/perlengkapan operasi pengamanan di Terminal untuk kesiapan petugas keamanan penerbangan.
        g. Membuat laporan kegiatan operasi pengamanan di Terminal dan menandatangani berita acara/ log book.
        h. Menyusun jadwal tugas dalam satuan jaga.
        i. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pengamanan di Terminal dalam satuan jaga.
        j. Mengatur personil dalam pelaksanaan operasi lain/ tugas tambahan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
        k. Memimpin pelaksanaan latihan dalam satuan jaga.
        l. Melaksanakan kegiatan pengamanan di terminal 3 dalam melayanani seluruh pengguna jasa untuk menjaga ancaman yang dapat merugikan perusahaan.
        m. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.


      13. Petugas Aviation Security
      14. Tugas dan Tanggungjawab:
        a. Melaksanakan kegiatan pengamanan di terminal 3 dalam melayanani seluruh pengguna jasa untuk menjaga ancaman yang dapat merugikan perusahaan.
        b. Mendistribusikan dan koordinasi dengan unit lain untuk penempatan Perlengkapan Keamanan Penerbangan.
        c. Mencatat ditribusi Perlengkapan Keamanan Penerbangan pada Log Book.
        d. Melakukan Pengecekan terhadap perlengkapan Keamanan Penerbangan.
        e. Menghubungi unit terkait (internal atau eksternal) bila terjadi hal-hal yang mengancam keamanan penerbangan di terminal 3.
        f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.


        Analisa Batasan Sistem

        Setiap sistem pasti mempunyai batasan sistem (boundary) yang memisahkan sistem dengan lingkungan luarnya. Kesatuan luar merupakan kesatuan di luar sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luar yang memberikan input atau menerima output dari sistem. Melihat permasalahan yang ada pada divisi pengamanan bandara pada PT. Angkasa Pura II (Persero), maka batasan masalah mengenai pelayanan sistem yaitu:

        1. Mempermudah mendapatkan laporan data yang diberikan staff gudang kepada petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) secara sistematis sesuai dengan sistem yang berjalan saat ini guna meningkatkan kecepatan dan ketepatan data yang telah dilakukan sesuai dengan sistem operasi prosedur.
        2. Melakukan analisa dan pengecekan terhadap sistem informasi inventarisasi perlengkapan petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) yang telah ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya informasi atau data yang telah usang ataupun data yang redundansi yang terdapat dalam sistem dan membuat kualitas dari sistem menjadi buruk dikarenakan tidak dapat memberikan informasi yang relevan.

        Analisa Kebutuhan Sistem

        Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, pada Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) di terminal 3 masih terdapat kesalahan pencatatan dalam pendataan inventarisasi perlengkapan diantaranya dalam hal laporan data pendataan inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security) yang menyebabkan data kurang tertata dengan baik. Selain itu, proses pengolahan datanya masih belum optimal karena aplikasi yang digunakan merupakan aplikasi dasar atau masih bersifat manual sehingga mengurangi efektifitas dan efisiensi kerja. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem yang lebih baik lagi agar keakuratan dari informasi dapat diterima dengan cepat dan tidak mengurangi efektifitas dan efisiensi kerja


        Urutan Prosedur

        Proses yang ada pada sistem yang berjalan adalah sebagai berikut :
        a. Proses Pengcekan Perlengkapan Keamanan Penerbangan.
        Pihak Supervisor melakukan pengecekan perlengakapan Keamanan Penerbangan (Aviation Security) sebagai tindakan untuk melakukan pencegahan kualitas perlengkapan serta memastikan bahwa perlengkapan yang akan digunakan dalam kondisi baik.
        b. Proses Inventarisasi Perlengkapan Barang Masuk dan Barang Keluar.
        Pihak Supervisor melakukan inventarisasi perlengkapan Barang Masuk dan Barang Keluar tujuannya untuk memastikan perlengkapan yang masuk dan perlengkapan yang keluar bisa tercatat dan termonitor dengan baik setiap pergerakan perlengkapan barang tersebut.
        c. Proses Kesiapan Perlengkapan Keamanan Penerbangan
        Pihak Supervisor Menyiapkan segala kebutuhan perlengkapan keamanan penerbangan yang akan digunakan oleh petugas kemanan penerbangan.
        d. Proses pelaporan Kegunaan perlengkapan
        Pihak Petugas Kemanan Penerbangan membuat laporan jumlah dan kondisi perlengkapan yang digunakan saat bertugas kepada Supervisor.
        e. Proses Laporan ke Terminal Security Junior Chief.
        Pihak Supervisor membuat laporan dan memberikan laporan tersebut kepada pimpinan sebagai bukti bahwa perlengkapan yang tersedia telah siap dipergunakan untuk kebutuhan operasional petugas keamanan penerbangan (Aviation Security) Terminal 3.


        Tata Laksana Sistem Yang Berjalan

        Untuk menganalisa sistem yang berjalan, pada penelitian ini digunakan program Visual Paradigm for UML 6.4. Enterprise Edition untuk menggambarkan use case diagram, activity diagram dan sequence diagram.


        Analisa sistem yang berjalan pada Use Case Diagram

        Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”.

        Gambar 3.3. Use case diagram yang berjalan pada Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)


        Berdasarkan gambar 3.2. Use Case Diagram yang berjalan saat ini terdapat:

        1. 1 (satu) system yang mencakup seluruh kegiatan prosedur Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) Terminal 3.
        2. 3 (Tiga) actor yang melakukan kegiatan diantaranya : Aviation Security Supervisor, Petugas Aviation Security , Aviation Security Chief.
        3. 5 (lima) use case yang biasa dilakukan oleh actor-actor, dimana 5 (lima) use case yang digunakan oleh User.


        Analisa Sistem yang berjalan pada Activity Diagram

        Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alur berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.
        Gambar 3.4. Activity Diagram sistem yang berjalan pada Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)


        Berdasarkan gambar 3.3. Activity Diagram yang berjalan saat ini terdapat :
        1. 1 (satu) Initial node, objek yang diawali dari Supervisor melakukan pengecekan perlengkapan keamanan penerbangan.
        2. 8 (delapan) Action, dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi.
        3. 3 (Tiga) actor yang melakukan kegiatan diantaranya : Aviation Security Supervisor, Petugas Aviation Security, Aviation Security Chief.
        4. 1 (satu) Activity Final Node, aktivitas yang diakhiri.


        Analisa sistem berjalan pada Sequence Diagram

        Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait). Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan. 100

        Gambar 3.5. Sequence Diagram sistem yang berjalan pada Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security)


        Berdasarkan gambar 3.4. Sequence Diagram yang berjalan saat ini terdapat :
        1. 5 (lima) LifeLine antarmuka yang saling berinteraksi untuk melakukan berbagai aktifitas yang terjadi pada sistem.
        2. 3 (tiga) actor yang melakukan kegiatan, yaitu Aviation Security Supervisor, Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security), Aviation Security Chief.
        3. 8 (delapan) message spesifikasi dari komunikasi antar objek yang memuat informasi-informasi tentang aktifitas yang terjadi.


        Permasalahan yang dihadapi

        Di dalam penelitian yang dilakukan penulis dalam sistem yang sedang berjalan, penulis menemukan beberapa masalah yang dihadapi dalam menjalankan sistem yang sedang berjalan seperti:

        1. Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) yang berjalan saat ini masih menggunakan proses pencatatan peralatan secara manual. Sebagian besar data masih berupa buku besar, sehingga dalam pembuatan laporan sering ditemui kesalahan.
        2. Proses yang masih manual tersebut menjadi penyebab kesalahan dan kerangkapan data.
        3. Adanya tuntutan waktu yang mendesak, seiring dengan besarnya volume transaksi yang harus dipenuhi. Dikarenakan sistem yang digunakan masih bersifat manual, maka kecepatan dan kinerja kerja karyawan masih jauh dari apa yang dikehendaki oleh pimpinan.
        4. Masih minimnya kesadaran akan kebutuhan dokumentasi segala bentuk transaksi Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan secara spesifik dan masih minimnya pengetahuan dokumentasi yang baik dan benar di kalangan para pegawai atau karyawan.


        Alternatif Pemecahan Masalah

        Setelah mengamati dan meneliti dari beberapa permasalahan yang terjadi pada sistem yang berjalan, penulis mengusulkan beberapa alternatif pemecahan dari permasalahan yang dihadapi, antara lain:

        1. Adanya user level agar pihak yang tidak berkepentingan tidak dapat mengakses data-data peralatan dan perlengkapan petugas keamanan penerbangan tanpa persetujuan dari pihak terkait.
        2. Membuat sistem aplikasi Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan berbasis web yang merupakan sebuah paradigma baru, dimana user menginput data-data kedalam sistem dengan cepat dan aman.
        3. Menggunakan bahasa pemrograman berbasis web (PHP) serta adanya database MySQL dalam pembuatan sistem informasi inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan untuk lebih dinamis.
        4. Perlu adanya pemberitahuan dan pemberian pengetahuan akan pentingnya kebutuhan dokumentasi yang baik dan benar khususnya untuk segala bentuk transaksi Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan secara spesifik di kalangan para pegawai atau karyawan.


        Elisitasi

        Elisitasi Tahap I

        Elisitasi tahap I merupakan daftar yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dari lapangan yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mengenai kekurangan dari sistem yang sedang berjalan, dan kebutuhan pengguna sistem yang belum terpenuhi. Berikut gambaran Elisitasi Tahap I pada Tabel 3.3:

        Tabel 3.3. Elisitasi Tahap I


        Elisitasi Tahap II

        Elisitasi Tahap II dibentuk berdasarkan Elisitasi Tahap I pada Tabel 3.3 yang kemudian diklasifikasikan melalui metode MDI (Mandatory, Desirable, and Inessential). Berikut penjelasan dari beberapa requirement yang diberi opsi Inessential (I) dan harus dieliminasi. Gambaran Elisitasi Tahap II digambarkan pada Tabel 3.4 berikut ini:

        Tabel 3.4. Elisitasi Tahap II
        M = Mandatory
        D = Desirable
        I = Inessential


        Elisitasi Tahap III

        Berdasarkan Elisitasi Tahap II pada Tabel 3.4, dibentuklah Elisitasi Tahap III yang diklasifikasikan kembali dengan menggunakan metode TOE dengan opsi HML. Terdapat requirements yang opsinya High (H) dan harus dieliminasi. Requirements yang terdapat pada Elisitasi Tahap III tersebut digambarkan pada Tabel 3.5 berikut ini:
        Tabel 3.3. Elisitasi Tahap III
        T = Technical L = Low
        O = Operational M = Middle
        E = Economic H = High


        Final Draft Elisitasi

        Final Draft Elisitasi merupakan bentuk akhir dari tahap-tahap elisitasi yang dapat dijadikan acuan dan dasar pengembangan sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 pada PT. Angkasa Pura II yang akan dibentuk.
        Berdasarkan Elisitasi Tahap III pada Tabel 3.3, dihasilkan final draft requirements yang diharapkan dapat mempermudah penulis dalam membuat suatu Sistem Informasi Persediaan Barang. Hasilnya adalah Final Draft Elisitasi pada tabel 3.6 berikut ini:



        BAB IV

        RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

        Prosedur Sistem Usulan

        Berdasarkan analisa sistem yang sedang berjalan dan elisitasi yang telah dilakukan dengan stakeholder, terdapat beberapa usulan prosedur baru dalam sistem inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan (Aviation Security). Prosedur baru yang diusulkan bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang sedang berjalan saat ini, serta mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan. Prosedur yang diusulkan yaitu inventarisasi atau perlengkapan petugas keamanan penerbangan, transaksi pengeluaran dan pemasukan barang atau perlengkapan dan pembuatan laporan yang dilakukan secara berbasis web. ` Berdasarkan Analisis dari penelitian sistem yang sedang berjalan pada Perancangan Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas keamanan Penerbangan, selanjutnya peneliti mengusulkan perancang sistem yang baru.
        Prosedur usulan sistem baru dapat dijelaskan sebagai berikut :

        1) Supervisor
        1. Masuk ke situs website inventarisasi perlengkapan aviation security
        2. Melakukan login sistem
        3. Sistem menampilkan halaman utama
        4. Masuk ke menu data gudang
        5. Masuk ke menu transaksi keluar masuk barang
        6. Masuk ke menu laporan


        2) Petugas Aviation Security
        1. Menerima penyerahan barang perlengkapan Avsec.
        2. Koordinasi terkait penempatan Barang perlengkapan Avsec.


        3) Chief
        1. Chief melakukan login sistem.
        2. Sistem menampilkan menu Dashboard
        3. Di Menu Dashboard Terdapat menu laporan (report)
        4. Pilih menu laporan untuk melihat laporan inventarisasi barang dan transaksi barang.


        Rancangan Diagram Sistem

        Dalam menganalisa usulan prosedur yang baru, pada penelitian ini digunakan program Visual Paradigm for UML 10.2. Community Edition untuk menggambarkan Use Case Diagram, Activity Diagram, Sequence Diagram, State Diagram dan Class Diagram.


        Use Case Digram Yang Diusulkan

        Use Case Diagram Usulan yaitu Use Case Diagram yang menggantikan Use Case Diagram yang saat ini sedang berjalan PT. Angkasa Pura II (Persero). Use Case Usulan berikut ini melibatkan 3 (tiga) actor yang berperan dalam melakukan aktifitas yaitu avsec supervisor (Staf), Avsec Chief (Pimpinan) dan Petugas Avsec.
        Berikut gambaran dari Use Case Diagram Usulan pada PT. Angkasa Pura II (Persero) pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 :
        1. Avsec Supervisor
        2. Gambar 4.1. Use Case Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staff Avsec)
          Berdasarkan gambar 4.1. Use Case Diagram yang diusulkan terdapat:
          a. 1 System yang menampung kegiatan.
          b. 3 (tiga) Actor yang melakukan kegiatan, yaitu Avsec Supervisor, Petugas Avsec dan Avsec Chief
          c. 9 (Sembilan) Use Case yang biasanya dilakukan oleh actor-actor
          d. 4 (Empat) include yang meliputi Transaksi Keluar Barang Perlengkapan Avsec, Transaksi Masuk Barang Perlengkapan Avsec, input karyawan dan perlengkapan serta input karyawan dan perlengkapan.


        3. Avsec Chief
        4. Gambar 4.2. Use Case Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)
          Berdasarkan gambar 4.2. Use Case Diagram yang diusulkan terdapat:
          a. 1 System yang menampung kegiatan.
          b. 1 (Satu) Actor yang melakukan kegiatan, yaitu Avsec Chief
          \
          c. 7 (tujuh) Use Case yang biasanya dilakukan oleh actor-actor
          d. 3 (tiga) include yang meliputi Transaksi Keluar Barang Perlengkapan Avsec, Transaksi Keluar Barang Perlengkapan Avsec dan Persedian Barang Perlengkapan Avsec


        Activity Diagram Yang Diusulkan

        Activity Diagram Usulan yang diusulkan sebagai pengganti Activity Diagram yang saat ini sedang berjalan PT. Angkasa Pura II (Persero) meliputi 3 (tiga) actor yang diwakili untuk di jabatan Avsec Supervisor (staf) dan 1 (satu) actor untuk dijabatan Avsec Chief dalam bentuk swimlane dan beberapa action yang menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan di dalam sistem.
        Berikut gambaran dari Activity Diagram Usulan PT. Angkasa Pura II (Persero) pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 :


        1. Avsec Supervisor
        2. Gambar 4.3. Activity Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staf)
          Berdasarkan gambar 4.3. Activity Diagram yang diusulkan terdapat:
          a. 3 (tiga) Activity Partition, sebagai hak akses atau batasan akses untuk mengetahui user dalam melakukan aksinya yang saling berhubungan.
          b. 1 (satu) Initial Node, Objek yang di awali dari login untuk melakukan proses controller.
          c. 12 (dua belas) Action, dari sistem yang mencerminkan eksekusi darisuatu aksi.
          d. 3 (tiga) Decision Node, sebagai bentuk percabangan untuk menghubungkan kembali ke arah aksi yang menjadi tujuan awal.
          e. 2 (dua) Fork Node, sebagai penyebaran atau pembagian terhadap satu aksi ke beberapa aksi.
          f. 4 (empat) Join Node, sebagai bentuk untuk menghubungkan dari beberapa aksi ke satu aksi agar bisa melakukan tujuan awal sampai akhir.
          g. 1 (satu) Activity Final Node, untuk mengakhiri beberapa aksi yang telah berjalan.


        3. Avsec Chief
        4. Gambar 4.4. Activity Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)
          Berdasarkan gambar 4.4. Activity Diagram yang diusulkan terdapat:
          a. 1 (satu) Activity Partition, sebagai hak akses atau batasan akses untuk mengetahui user dalam melakukan aksinya yang saling berhubungan.
          b. 1 (satu) Initial Node, Objek yang di awali dari login untuk melakukan proses controller.
          c. 8 (delapan) Action, dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi.
          d. 1 (satu) Decision Node, sebagai bentuk percabangan untuk menghubungkan kembali ke arah aksi yang menjadi tujuan awal.
          e. 1 (satu) Fork Node, sebagai penyebaran atau pembagian terhadap satu aksi ke beberapa aksi.
          f. 1 (satu) Join Node, sebagai bentuk untuk menghubungkan dari beberapa aksi ke satu aksi agar bisa melakukan tujuan awal sampai akhir.
          g. 1 (satu) Activity Final Node, untuk mengakhiri beberapa aksi yang telah berjalan.

          </ol>

          Sequence Diagram Yang Diusulkan

          Sequence Diagram Usulan berikut ini merupakan gambaran dari aktifitas yang dilakukan oleh 3 actor, yang mana Sequence Diagram dibagi menjadi 3 (tiga) actor yaitu Avsec Supervisor (staf), Avsec Chief (pimpinan) dan Petugas Avsec. Beberapa lifeline yang membantu dalam jalannya sistem. Sequence diagram memiliki message yang menghubungkan antara satu actor ke actor yang lainnya, atau satu actor ke satu lifeline, atau satu lifeline ke satu actor, atau satu lifeline ke lifeline yang lainnya. Message tersebut berisi tentang informasi-informasi maupun aktifitas yang dilakukan oleh para actor maupun lifeline.
          Berikut gambaran dari Sequence Diagram Usulan pada PT. Angkasa Pura II (Persero) pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 :
          1. Avsec Supervisor
          2. Gambar 4.5. Sequence Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staf)
            Berdasarkan gambar 4.5. sequence Diagram sistem yang diusulkan untuk Supervisor (staf), dapat dijelaskan penjelasanya Sebagai berikut:
            a. 3 (tiga) Actor yang melakukan kegiatan untuk menggunakan sistem inventarisasi perlengkapan Avsec Supervisor, Petugas Avsec dan Avsec Chief.
            b. 5 (lima) Lifeline yang terdiri dari Halaman Login, Login, Form Transaksi, Laporan dan Logout.
            c. 16 (Enam Belas) Massage, memuat informasi mengenai pesan yang dilakukan actor terhadap program atau system


          3. Avsec Chief
          4. Gambar 4.6. Sequence Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)
            Berdasarkan gambar 4.6. sequence Diagram sistem yang diusulkan untuk Supervisor (staf), dapat dijelaskan penjelasanya Sebagai berikut:
            a. 1 (satu) Actor yang melakukan kegiatan untuk menggunakan sistem inventarisasi perlengkapan Avsec Chief.
            b. 4 (Empat) Lifeline yang terdiri dari Halaman Login, Login, Laporan dan Logout.
            c. 11 (Sebelas) Massage, memuat informasi mengenai pesan yang dilakukan actor terhadap program atau system

            </ol>

            State Diagram Yang Diusulkan

            State Diagram atau State Machine Diagram atau State Chart Diagram merupakan salah satu diagram yang mendeskripsikan tentang tingkah laku suatu sistem. State Diagram Usulan berikut ini dibagi menjadi dua yaitu Avsec Supervisor (Staf) dan Avsec Chief (Pimpinan). State Diagram menggambarkan tentang prosedur atau tingkah laku di dalam sistem inventarisasi perlengkapan petugas Aviation Security dan langkah-langkah dalam mengoperasikan sistem inventarisasi perlengkapan petugas Aviation Security yang diusulkan. Berikut gambaran dari State Diagram Usulan di PT. Angkasa Pura II (Persero) pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 :
            1. Avsec Supervisor
            2. Gambar 4.7. State Diagram Yang Diusulkan Avsec Supervisor (Staf)
              Berdasarkan gambar 4.7. State Diagram yang diusulkan terdapat:
              a. 1 (Satu) Initial node memulai system
              b. 11 (Sebelas) Action state, menggambarkan aktifitas dari user pada system yang diusulkan.
              c. 1 (Satu) Decision node,yang menggambarkan terdapat dua kondisi tertentu.
              d. 3 (tiga) Fork node yang memecah action node menjadi beberapa bagian action node lainnya.
              e. 1 (satu) Join node yang memecah action node menjadi dari satu bagian action node dari beberapa bagian lainnya.
              f. 1 (satu) final node menggambarkan akhiri dari aktifitas user.


            3. Avsec Chief
            4. Gambar 4.8. State Diagram Yang Diusulkan Avsec Chief (Pimpinan)
              Berdasarkan gambar 4.8. State Diagram yang diusulkan terdapat:
              a. 1 (Satu) Initial node memulai system
              b. 8 (delapan) Action state, menggambarkan aktifitas dari user pada system yang diusulkan.
              c. 1 (Satu) Decision node,yang menggambarkan terdapat dua kondisi tertentu.
              d. 2 (dua) Fork node yang memecah action node menjadi beberapa bagian action node lainnya.
              e. 1 (satu) Join node yang memecah action node menjadi dari satu bagian action node dari beberapa bagian lainnya.
              f. 1 (satu) final node menggambarkan akhiri dari aktifitas user.

              </ol>

              Class Diagram Yang Diusulkan

              Class Diagram merupakan gambaran dari kelas-kelas dalam sebuah sistem dan hubungannya (relationship) antara satu dengan yang lain, serta dimasukkan pula atribut dan operasi dalam tiap-tiap kelasnya. Adapun beberapa tahapan-tahapan dalam pembangunan Class Diagram yaitu;
              - mengidentifikasikan objek serta menyimpulkan kelas-kelasnya
              - menentukan jenis dari tiap-tiap kelas
              - mengidentifikasikan atribut pada masing-masing kelas, mulai mengkonstruksikan kamus-kamus data
              - mengidentifikasikan operasi pada tiap-tiap kelas
              - menentukan kunci pada tiap-tiap kelas
              - membangun hubungan (relationship) antar kelas dan seterusnya.


              Berikut gambaran dari Class Diagram Usulan Sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 Bandara Soekarno – Hatta pada Gambar 4.9 :
              Gambar 4.9. Class Diagram yang diusulkan
              Berdasarkan Gambar 4.9.Class Diagram yang diusulkan terdapat :
              a. 5 (lima) Class, himpunan dari objek-objek yang berbagi atribut serta operasi yang sama yaitu user, karyawan, table perlengkapan Avsec, Tabel transaksi masuk perlengkapan avsec dan tabel transaksi keluar perlengkapan avsec.
              b. 4 (empat) Association, hubungan antara objek satu dengan objek lainnya yang mempunyai nilai.
              c. 47 (Empat Puluh Tujuh) Attribute, definisi data untuk sebuah contoh dari sebuah classifier.
              d. 4 (Empat) jenis operasi, yaitu Create (Input), Read (View), Update, dan Delete.


              Perbedaan Prosedur Antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan

              Berisi perbedaan prosedur antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan yang dibuat dalam bentuk tabel berikut :
              Tabel 4.1 Tabel perbedaan prosedur antara Sistem Berjalan dan Sistem Usulan


              Rancangan Basis Data

              Pada bab ini menjelaskan secara terperinci rancangan-rancangan, relasi antar tabel yang diusulkan pada bagian database.


              Spesifikasi Basis Data (Database)

              Spesifikasi database merupakan desain basis data yang dianggap telah normal. Desain database menjelaskan media penyimpanan yang digunakan, table table yang ada didalam database, dan relasi antar table itu sendiri. Spesifikasi database yang digunakan untuk membuat sistem yang akan dibangun yaitu sebagai berikut :
              Nama File : Barang
              Media : Harddisk
              Isi : (kode_barang+nama_barang + merk_barang + tahun + jumlah_barang + satuan_barang + keterangan)
              Primary Key : kode_barang
              Panjang Record : 55
              Tabel 4.1 barang


              NamaFile : karyawan
              Media : Hardisk
              Isi : (nip+nama_karyawan+jabatan+ unit_kerja+alamat)
              Primary Key : nip
              Panjang Record : 78
              Tabel 4.2 Karyawan


              Nama File : Transaksi Barang Masuk
              Media : Hardisk
              Isi : (kode_barang+nama_barang+merk_barang + tahun +jumlah_barang+ satuan_barang + keterangan+tgl)
              Primary Key : kode_barang
              Panjang Record : 155
              Tabel 4.3 Transaksi Barang Masuk


              Nama File : Transaksi Barang Keluar
              Media Penyimpanan : Hardisk
              Isi : (kode_barang+nama_barang+merk_barang + tahun + jumlah_barang + jumlah_keluar + penempatan + Keterangan+tgl)
              Primary Key : kode_barang
              Panjang Record : 170
              Tabel 4.4 Transaksi Barang Keluar


              Nama File : users
              Media : hardisk
              Isi : (user_id+owner_id+name+username +password+level)
              Primary Key : user_id
              Panjang Record : 121
              Tabel 4.5 users


              Rancangan Prototype

              Rancangan prototype yang akan dibuat untuk halaman website inventarisasi perlengkapan petugas keamanan penerbangan di terminal 3 Bandara seokarno - hatta pada PT. Angkasa Pura II (Persero) digambarkan pada Gambar 4.10 sampai 4.15 berikut ini:


              Tampilan Prototype

              Gambar 4.10. Rancangan Halaman Login
              Gambar 4.11. Rancangan Halaman Utama Inventarisasi Barang Avsec
              Gambar 4.12. Rancangan Halaman Input Karyawan Avsec
              Gambar 4.13. Rancangan Halaman Transaksi Barang Masuk
              Gambar 4.14. Rancangan Halaman Transaksi Barang Keluar
              Gambar 4.15. Rancangan Halaman Persedian Barang Avsec
              Gambar 4.16. Rancangan Halaman Laporan Transaksi Barang Masuk
              Gambar 4.16. Rancangan Halaman Laporan Transaksi Barang Keluar
              Gambar 4.16. Rancangan Halaman Laporan Persedian Barang


              Tampilan Layar

              Gambar 4.17. Tampilan Halaman Login</dv>
              Gambar 4.18. Tampilan Halaman Utama Inventarisasi Avsec
              Gambar 4.19. Tampilan Halaman Persedian Perlengkapan Avsec
              Gambar 4.20. Tampilan Halaman Input Barang
              Gambar 4.21. Tampilan Halaman Keterangan Penempatan Barang
              Gambar 4.22. Tampilan Halaman Transaksi Pengeluaran Barang
              Gambar 4.23. Tampilan Halaman Laporan Inventarisasi Perlengkapan Avsec
              Gambar 4.23. Tampilan Halaman Pengaturan Pengguna Aplikasi Website


              Pengujian Sistem

              Pengujian

              Pengujian Sistem dilakukan untuk memeriksa kekompakan atau kinerja antar komponen sistem yang diimplementasikan. Tujuan utama dari pengujian sistem adalah untuk memastikan bahwa elemen-elemen atau komponen-komponen dari sistem telah berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Metode pengujian yang di ambil adalah metode pengujian Black Box. Pengujian Black Box adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini di gunakan untuk mengetahui apakan perangkat lunak berfungsi dengan benar. Pengujian Black Box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji di bangkitkan, dieksekusi pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak di cek apakah sudah sesuai dengan yang di harapkan.


              Rencana Pengujian

              Adapun rancangan pengujian sistem yang akan diuji dengan teknik pengujian Black Box akan penulis kelompokan dalam tabel dibawah ini
              Tabel 4.7. Rencana Pengujian :


              Kasus dan Hasil Pengujian

              Berikut ini adalah kasus untuk menguji perangkat lunak yang sudah dibangun menggunakan metode Black Box berdasarkan Tabel 4.7. Rencana Pengujian yang telah dibuat sebelumnya yaitu dilihat pada tabel 4.8. kasus dan hasil pengujian :


              Tabel 4.9. Kasus dan Hasil Pengujian


              Kesimpulan Hasil Pengujian

              Berdasarkan pengujian kasus perangkat lunak diatas maka penilis menarik kesimpulan bahwa perangkat lunak ini sudah berjalan secara fungsional dan mengeluarkan informasi sesuai dengan yang diharapkan.


              Desain Implementasi yang diusulkan

              Desain Implementasi dapat digambarkan sebagai berikut :
              1. Mengumpulkan Data
              Proses pengumpulan data sebagai dasar perancangan sistem dan dibuatkan programnya dilakukan selama 4 minggu


              2. Analisa Sistem
              Kegiatan analisa sistem dilakukan untuk keberhasilan perancangan system dan pembuatan program Kegiatan ini dilakukan selama 4 minggu.


              3. Perancangan Sistem
              Perancangan sistem merupakan penerapan dari suatu hasil analisa yang telah dilakukan oleh seorang analisa terhadap data yang dianalisanya, sehingga menghasilkan suatu rancangan sistem program yang mudah dipahami oleh seorang pembuat program. Kegiatan ini dilakukan selama 3 minggu.


              4. Pembuatan Program
              Pembuatan program adalah kegiatan menulis kode program yang akan dieksekusi oleh komputer sesuai dengan yang dibutuhkan oleh user. Kegiatan ini dilakukan selama 4 minggu.


              5. Pengujian Program
              Pengujian program dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang ada, dan untuk memastikan kebenaran dalam penulisan kode program ke dalam komputer. Kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu.


              6. Evaluasi Program
              Untuk mengetahui kesalahan dan kekurangan dari program yang dibuat maka perlu dilakukan evaluasi program. Kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu.


              7. Perbaikan Program
              Penambahan atau pengurangan pada point-point tertentu yang tidak diperlukan, sehingga program benar-benar dapat dioptimalkan sesuai dengan kebutuhan user. Kegiatan ini dilakukan selama 2 minggu.


              8. Training User
              Pelatihan terhadap tenaga kerja dilakukan kurang lebih 2 minggu dari program yang dibuat.


              9. Implementasi Program
              Setelah diketahui kelayakan dari program yang dibuat akan dilakukan implementasi program selama 2 minggu.


              10. Dokumentasi
              Pengumpulan dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan untuk melengkapi persyaratan yang belum terlengkapi dan sebagai acuan untuk pengembangan dan perancangan sistem yang lainnya. Kegiatan ini dilakukan sepanjang aktifitas pembangunan implementasi program.


              Jadwal Pengolahan

              Perancangan sistem yang diusulkan diperkirakan memakan waktu kurang lebih 4 bulan, dan kegiatan yang dilakukan adalah:
              Tabel 4.10. Rencana Implementasi Program




              BAB IV

              PENUTUP

              Kesimpulan

              Berdasarkan hasil analisa sistem yang sedang berjalan dapat kami simpulkan bahwa sistem Inventarisasi Perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada PT. Angkasa Pura II (Persero) masih bersifat manual atau belum terkomputerisasi. Sehingga menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
              1. Tingkat keakuratan dan kecepatan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) sangat rendah / minim.
              2. Sering terjadi kekeliruan dalam proses pencatatan laporan data perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) sehingga sering terjadi data inkonsistensi dalam laporan kegiatan harian maupun bulanan.
              3. Apabila terjadi kehilangan terhadap perlengkapan Petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) maka akan sulit untuk menemukannya.


              Saran

              Adapun saran - saran yang dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan kinerja sistem inventarisasi perlengkapan petugas Keamanan Penerbangan (Aviation Security) di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada PT. Angkasa Pura II (Persero) adalah mengembangkan sistem yang sedang berjalan saat ini dengan sistem informasi yang terkomputerisasi sehingga tidak ada lagi terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pendataan atau inventarisasi perlengkapan dengan demikian informasi yang didapat lebih akurat dan cepat guna mendukung kebutuhan pihak – pihak yang berkepentingan.



              DAFTAR PUSTAKA

              1. Prajudi 2014. “Pengertian Sistem”. https://hedisasrawan.blogspot.com/2014/01/25-pengertian-sistem-menurut-para-ahli.html.
              2. 2,0 2,1 2,2 Jogiyanto, H. M. 2013. “Sistem Teknologi Informasi”. Edisi 3. Yogyakarta: Andi Offset.
              3. Mulyanto Agus. 2013 “Komponen Sistem Informasi” Jakarta: Graha ilmu
              4. Supriyanto, Wahyu dan Muhsin, Ahmad. 2013. “Definisi Data dan Informasi”. https://chintyayolla.wordpress.com/2013/10/14/definisi-data-dan-infomasi-menurut-para-ahli/
              5. Azizah, Nur, Lina Yuliana dan Elsa Juliana. 2017. Rancang Bangun Sistem Informasi Penggajian Karyawan Harian Lepas Pada PT Flex Indonesia. Tangerang: Jurnal SENSI Vol.3 No.1.
              6. Suprihadi, Rini Kartika Hudiono dan Lina Sinatra Wijaya. 2013. Rancang Bangun Sistem Jejaring Klaster Berbasis Web Menggunakan Metode Model Controller. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.6 No.3.
              7. Tiara, Khanna, Dewi Immaniar dan Fiqih Arzia. 2015. Penerapan Sistem Inventory Laboratorium Digital Dengan Metode Critical Succes Factor Pada Perguruan Tinggi Raharja. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.9 No.1.
              8. Kadir. 2014. ” Analisa Sistem” Yogyakarta: Media Kita
              9. Herlawati, Prabowo Pudjo Widodo. 2013. “Menggunakan UML”. Bandung: Informatika.
              10. Hosseini, Asrin dan Amir Sheikh-Ahmadi. 2015. Predicting Fault in the Process of Producing Important Android Applications using Data Mining Techniques. Iran: International Journal of Computer Applications Vol.131 No.13.
              11. Warsito, Ary Budi, Muhamad Yusup dan Moh. Iqbal Awi Makaram. 2015. Perancangan SIS+ Menggunakan Metode YII Framework Pada Perguruan Tinggi Raharja. Tangerang: Jurnal CCIT Vol.8 No.2.
              12. Adita Ayu Prawiyanti, Ramadhian Agus Triyono . 2017. “Perancangan Sistem Informasi Inventaris Program Studi Teknik Informatika Universitas Surakarta”. Melakukan pengumpulan data dengan cara metode observasi, wawancara, analisis, perancangan, ujicoba, dan implementasi rancangan. observasi dan wawancara yang dimaksud adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap dosen, pengurus kampus dan mahasisiwa kemudian dilakukan metode analisis untuk mengetahui alur data atau sistem yang berjalan dengan menggunakan UML (Unified Modeling Language) dan kemudian dilakukan metode perancangan untuk membuat sistem aplikasi penjualan berbasis web dengan menggunakan PHP, MyAdmin, xampp serta yang terakhir tahap implementasi untuk menerapkan apakah sistem ini sudah relevan dengan yang diinginkan oleh user yang ada di universitas Surakarta. Jawa Tengah : Surakarta.
              13. Indah Setia Andani, Diana Laily Fithri. 2015. “ Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kudus”. Melakukan pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan pegawai sipil serta studi pustakan sebagai referensi untuk Sistem yang berjalan sudah berjalan semestinya sesuai prosedur yang ada dan ketentuan yang ada dari proses pengadaan memperkuat data-data yang relevan.kemudian dilakukan metode analisis untuk menganalisis data kualitatif dan kuantitatif dan kemudian dilakukan metode perancangan untuk membuat sistem aplikasi inventaris barang berbasis dekstop dengan menggunakan alur data dalam membangun sebuah system yang saling berintegrasi yaitu DFD (Data Flow Diagram) kemudian tahap akhir yaitu tahap implementasi untuk menerapkan apakah sistem ini sudah relevan dengan yang diinginkan user. Jakarta.
              14. Shiyami Milwandhari. 2015. “Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang (Studi Kasus Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan)”. perancangannya dengan berbasis web ( PHP dan MySQL) dan tahap terakhir yaitu implementasi untuk mengetahui apakah sistem yang diterapkan bisa bermanfaat dan sesuai dengan keinginan user atau belum. Kalimantan : Balik papan.
              15. Rini Anjarsari. 2015. “Sistem Informasi Inventaris Barang di Kantor Arsip Dan Perpustakaan daerah Surakarta”. Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara kepada karyawan atau pegawai perpustakaan daerah dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem ini berjalan dan kemudian diperkuat dengan studi pustaka sebagai bahan referensi untuk mendukung sistem yang relevan dan dilakukan analisis sistem dengan menggunakan UML sebagai rancangan alur data diagram yang digunakan dan kemudian dilakukan tahap perancangan menggunakan PHP , phpmyadmin, photoshop, xampp, sublime textkemudian dilakukan metode implementasi untuk mengetahui relevasi sistem agar dapat diterapkan dengan baik dari segi kualitatif dankuantitatif. Jawa Tengah : Surakarta.
              16. Adri Gunawansyah. 2018 “Analisa Dan Perancangan Sistem Informasi Inventaris Barang Berbasis Web Menggunakan Metode Berorientasi Objek (Studi kasus: PT. Riau Maju Cemerlang Pekanbaru)”. Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi dan wawancara kepada karyawan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem ini berjalan dan kemudian diperkuat dengan studi pustaka sebagai bahan referensi untuk mendukung sistem yang relevan, dan kemudian dilakukan analis sistem untuk merancang bahwa alur data yang berjalan ini sudah sesua atau belum dan tahap selanjutnya dilakukan metode perancangan sistem aplikasi yang akan diterapkan maka rancangan sistem yang diusulkan ini akan dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman C++ dan SQLServer 2005 sebagai database-nya dan sebagai tahap terakhir dilakukan implementasi aplikasi website agar sistem yang akan diterapkan ini bisa memudahkan user dan mengetahui relevansi aplikasi tersebut. Riau : Pekanbaru.
              17. 17,0 17,1 Brian a Weiss. 2018. Developing a hierarchical decomposition methodology to increase manufacturing process and equipment health awareness. Iran : https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0278612518300359#!
              18. Luis A. San-José. 2016. “Best pricing and optimal policy for an inventory system under time-and-price-dependent demand and backordering”. In this paper, we study an inventory system for products where demand depends on time and price. Shortages are allowed and are fully backordered. We suppose that the demand rate is the product of a power time pattern and a three-parametric exponential price function. The objective is to determine the economic lot size, the optimal shortage level and the best selling price to maximize the total profit per unit time. We present an efficient procedure to determine the optimal solution of the inventory problem for all possible scenarios. This procedure is illustrated with several numerical examples. A sensitivity analysis of the optimal inventory policy with respect to the parameters of the demand rate function is also given. Finally, the main contributions of this paper are highlighted and future research directions are introduced. https://link.springer.com/article/10.1007/s10479-018-2953-5
              19. Jan Alexanderat. 2018. “Implementation of different big-leaf canopy reduction functions in the Biogenic Emission Inventory System (BEIS) and their impact on concentrations of oxidized nitrogen species in northern Europe” . Canopy reduction describes NO2 flux reduction at leaf stomata. We implemented the big-leaf reduction approaches of Wang et al. (1998) and Yienger and Levy (1995) in the Biogenic Emission Inventory System (BEIS) and compared them with the BEIS standard approach. The different reduction functions lead to a reduction of 17 Gg N or 27 Gg N respectively of nitrogen emission in comparison to the standard approach which reduces the nitrogen flux by about 1 Gg N in the three summer months of 2012. These are significant differences to the standard approach. The concentration reduction of oxidized reactive nitrogen in the model area shows also a significant reduction. While concentration reduction in central europe is low, in more rural regions of Europe, concentration changes are considerably higher. The calculated concentrations of NO2 show a significant improvement of the model performance when compared to EMEP observations in central Europe. This study favors the implementation and use of canopy reduction factors, especially the parameterization of Wang et al. (1998), for regional and global emission models for reasons of model physical correctness and improved model results. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1352231018304886.
              20. Ping ping Feng. 2018. “Evaluation of two transshipment policies in a two-location decentralized inventory system under partial backordering”. This research investigates the replenishment and transshipment decisions in a two-retailer inventory system with a single selling season. Both emergency lateral transshipment (ELT) and preventive lateral transshipment (PLT) are investigated. ELT satisfies partial backordering. We prove the existence of unique Nash equilibrium for the system under each policy. The results show that the ELT solution is independent of the transshipment price while the PLT solution converges to the newsvendor solution as the transshipment price increases. Numerical analysis is presented to illustrate the advantage of each policy. This study assists retailers in deciding which transshipment policy should be preferred. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1366554517302107.