SI1321477138

Dari widuri
Revisi per 29 Juli 2017 23.05 oleh IrfanYafi (bicara | kontrib) (Market Segmentation)


Lompat ke: navigasi, cari


PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA

TANGERANG PADA DINAS

KOMINFO KOTA

TANGERANG


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1321477138
NAMA


JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

KONSENTRASI MULTIMEDIA AUDIO VISUAL AND BROADCASTING

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2016/2017

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA '

TANGERANG PADA DINAS

KOMINFO KOTA

TANGERANG



Disusun Oleh :

NIM
: 1321477138
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Teknik Informatika
Konsentrasi
: Multimedia Audio Visual and Broadcasting

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, Juli 2017

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan Teknik Informatika
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Junaidi, M.Kom)
NIP : 000594
       
NIP : 001405

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA '

TANGERANG PADA DINAS

KOMINFO KOTA

TANGERANG

Dibuat Oleh :

NIM
: 1321477138
Nama

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Teknik Informatika

Konsentrasi Multimedia Audio Visual and Broadcasting

Disetujui Oleh :

Tangerang, Juli 2017

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
(Lusyani Sunarya,S.Sn.,M.Si)
   
(Maimunah, M.Kom)
NID : 06124
   
NID : 02012

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA '

TANGERANG PADA DINAS

KOMINFO KOTA

TANGERANG

Dibuat Oleh :

NIM
: 1321477138
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Teknik Informatika

Konsentrasi Multimedia Audio Visual and Broadcasting

Tahun Akademik 2016/2017

Disetujui Penguji :

Tangerang, Juli 2017

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA '

TANGERANG PADA DINAS

KOMINFO KOTA

TANGERANG

Disusun Oleh :

NIM
: 1321477138
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Teknik Informatika
Konsentrasi
: Multimedia Audio Visual and Broadcasting

 

 

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika pernyataan di atas tidak benar.

Tangerang, Juli 2017

 
 
 
 
 
NIM : 1321477138

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;

ABSTRAK

Akses informasi saat ini menjadi hal yang sangat penting, karena adanya informasi semua orang akan mengetahuinya. Kota Tangerang memiliki sejarah yang menyimpan beragam potensi bangunan bersejarah maupun seni yang menarik untuk menjadi tujuan destinasi wisata. Diskominfo Kota Tangerang merupakan Dinas yang mempunyai wewenang untuk mempromosikan aset seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang. Saat ini Dinas Kominfo Kota Tangerang belum memiliki suatu media informasi yang menjelaskan secara detail yang dapat menarik wisatawan untuk melihat langsung dan mengenal seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang. Video informasi yang dirancang ini menjelaskan keberagaman dan kekayaan seni dan budaya yang ada di Kota Tangerang saat ini, sehingga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun asing serta masyarakat, untuk mengetahui informasi seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mencapai target Diskominfo dalam hal menyampaikan informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang kepada masyarakat dan wisatawan, serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Pengumpulan Data, Analisa Perancangan Media, dan Konsep Produksi Media (KPM) yang meliputi : pre production, production,dan post production. Melalui media informasi Seni dan Bangunan bersejarah Kota Tangerang yang dirancang akan di informasikan melalui : Youtube, Website Tangerang Kota, Website Diskominfo dan facebook. Target yang diharapkan Diskominfo yaitu, wisatawan dan masyarakat dapat mengetahui keanekaragaman seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, serta dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Tangerang setiap tahunnya..

Kata Kunci: Video, Informasi, Kota Tangerang

ABSTRACT

Access to information is currently a very important thing, because of the information everyone will figure it out. Tangerang has a history that stores a variety of potential historic or artistic interest to be the purpose of tourist destinations. Diskominfo isa service of the Tangerang city has the authority to promote the assets of art and historic buildings of the city of Tangerang. The current Office of Tangerang Kominfo does not yet have a medium of information that explain in detail that can attract tourists to see firsthand and get to know the art of existing and historic buildings in the town of Tangerang. Video information designed this explains the diversity and wealth of art and culture that exists in the town of Tangerang this time, so that it can become an attraction for both local and foreign tourists as well as the public, to know art and historic information that exists in the town of Tangerang. The purpose of this research is to achieve the target of Diskominfo in terms of conveying information about art and historic city of Tangerang to the community and tourists, as well as increase the number of tourists visit every year. As for the research methods used in this study include Data collection, analysis of the design of the Media, and the concept of Media Production (KPM) which include: pre production, production, and post production. Through the medium of information arts and historic city of Tangerang designed will be informed via: Youtube, Tangerang Kota Website, Diskominfo Website, and Facebook. The expected target of Diskominfo, tourists and the public can know the diversity of art and historic buildings that existed in the town of Tangerang, and can increase the number of tourists visiting the city of Tangerang annually.


Keywords :Video, Information, Tangerang.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini, dengan judul “PERANCANGAN VIDEO INFORMASI SENI DAN BANGUNAN BERSEJARAH KOTA TANGERANG PADA DINAS KOMINFO KOTA TANGERANG”, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata Satu (S1) jurusan Teknik Informatika konsentrasi Multimedia Audio Visual and Broadcasting di STMIK Raharja.

Terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis baik dalam segi moril, materil maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I,. MM. selaku Ketua STMIK RAHARJA.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom.,selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik STMIK RAHARJA.
  3. Bapak Junaidi, M.Kom.,selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika STMIK RAHARJA.
  4. Miss Lusyani Sunarya, S.Sn.,M.Si selaku Pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga nya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
  5. Ibu Maimunah, M.Kom. selaku Pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga nya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
  6. Bapak Tisna Wijaya selaku stakeholder dari bagian Pemasaran yang telah membantu dan memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis selama berlangsungnya SKRIPSI
  7. Seluruh Dosen dan Staff STMIK Raharja yang telah banyak memberikan pelajaran maupun bimbingan guna menyempurnakan setiap tugas yang penulis laksanakan.
  8. Staff Diskominfo Pemerintah Kota Tangerang yang telah member masukan, saran serta pembelajaran sehingga setiap pengambilan gambar dapat berjalan dengan lancar.
  9. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan SKRIPSI.
  10. Dan semua sahabat, rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan SKRIPSI ini.

Akhir kata, besarharapan penulis mudah-mudahan Laporan SKRIPSI ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat da menambah pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Tangerang, Juli 2017
Irfan Yafi
NIM. 1321477138

Daftar isi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Literature Review

Tabel 3.1. Material Produk

Tabel 3.2. Analisis SWOT

Tabel 3.3. Budget Produksi Media

Tabel 3.4. Elisitasi Tahap I

Tabel 3.5. Elisitasi Tahap II

Tabel 3.6 Elisitasi Tahap III

Tabel 3.7 Final Elisitasi

Tabel 4.1 Script Writing

Tabel 4.2 Rundown

Tabel 4.3 Daftar Pemain dan Crew

Tabel 4.4 Time Schedule Produksi

Tabel 4.5 Anggaran Produksi

Tabel 4.6 Kesan Visual Effect

Tabel 4.4 Time Schedule Produksi

Tabel 4.5 Anggaran Produksi

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Struktur Struktur Organisasi Dinas Kominfo Kota Tangerang

Bagan 4.1. Tahap Konsep Produksi Media (KPM)

Bagan 4.2. Preproduction

Bagan 4.3. Production

Bagan 4.2. Postproduction

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Tampilan Jendela Adobe Photoshop CS6

Gambar 4.1. Bumper Opening logo Pemerintahan Kota Tangerang

Gambar 4.2. Tampilan tulisan kominfo Kota Tangerang

Gambar 4.3. Tampilan slide video seni dan bangunan kota tangerang

Gambar 4.4. Bandara kota tangerang

Gambar 4.5. Gedung Pusat Pemerintahan Kota Tangerang

Gambar 4.6. Masjid Raya Al’Azhom Kota Tangerang

Gambar 4.7. Tugu Adipura Kota Tangerang

Gambar 4.8. Taman Potret Kota Tangerang

Gambar 4.9. Jam Gede Jasa Kota Tangerang

Gambar 4.10. Tari Lenggang ciri khas Kota Tangerang

Gambar 4.11. Silat Beksi Ciri Khas Kota Tangerang

Gambar 4.12. Barongsai Kota Tangerang

Gambar 4.13. Kesenian Pehcun Kota Tangerang

Gambar 4.14. Bangunan Kelenteng Boen Tek Bio Kota Tangerang

Gambar 4.15. Suasana Ibadah Kelenteng Boen Tek Bio Kota Tangerang

Gambar 4.16. Persembahan Kelenteng Boen Tek Bio Kota Tangerang

Gambar 4.17. Bangunan Museum Benteng heritage Kota Tangerang

Gambar 4.18. Bacaan Museum Benteng Heritage Kota Tangerang

Gambar 4.19. Lukisan Pasar Lama Museum Benteng Heritage

Gambar 4.20. Peninggalan China Zaman Dulu Museum Benteng Heritage

Gambar 4.21. Gedung Bangunan Lapas Anak Kota Tangerang

Gambar 4.22. Suasana Sekitar Lapas Anak Kota Tangerang

Gambar 4.23. Aktifitas Sekitar Lapas Anak Kota Tangerang

Gambar 4.24. Bangunan Masjid Jami Kali Pasir Kota Tangerang

Gambar 4.25. Sekitar Makam Masjid Jami Kali Pasir Kota Tangerang

Gambar 4.26. Suasana Dalam Masjid Jami Kali Pasir Kota Tangerang

Gambar 4.27. Suasana Bangunan Masjid Pintu Seribu Kota Tangerang

Gambar 4.28. Suasana Bangunan Bendungan Pintu Air Sepuluh

Gambar 4.29. Wawancara Masyarakat Kota Tangerang

Gambar 4.30. CLOSING

Gambar 4.31. Camera Cannon DSLR 760 D

Gambar 4.32. Camera Drone Phantom 3 Pro

Gambar 4.33. Tripod

Gambar 4.34. Microfon Shotgun

Gambar 4.35. Sony HD

Gambar 4.36. DVD

Gambar 4.37. Adobe Premier CS6

Gambar 4.38. Adobe Photoshop CS 6

Gambar 4.39. After Effect CS6

DAFTAR SIMBOL


DAFTAR SIMBOL USE CASE DIAGRAM

 

DAFTAR SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM

DAFTAR SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Saat ini akses informasi memungkinkan informasi dapat dengan mudah diperoleh kapanpun dan dimanapun. Informasi menjadi hal penting, karena adanya informasi semua orang akan mengetahuinya. Penyebaran informasi tersebar melalui media cetak ataupun media elektronik, dari media itulah masyarakat dapat memperoleh informasi. Informasi menjadikan sumber kebutuhan untuk masyarakat tanpa terkecuali. Dengan adanya kebutuhan informasi sangat dirasakan akan terus bertambah bagi setiap orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu. Rasa ingin taupun akan muncul ketika seseorang ingin menambah pengetahuaannya.

Kota Tangerang memiliki potensi seni dan bangunan bersejarah yang cukup menarik dan prospektif. Manakala potensi tersebut dapat dikelola dengan baik, termasuk dengan pola promosi yang gigih dan canggih serta mendunia, maka mata rantai obyek-obyek seni dan bangunan bersejarah di Kota Tangerang akan menjadi salah satu andalan sumber pendapatan daerah sekaligus promosi daerah yang strategis.

Kota Tangerang terletak di Provinsi Banten. Nama Tangerang, berasal dari bahasa Sunda yang berarti “Tanda”. Kota Tangerang dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang, seiring dengan pertumbuhan kawasan, pemerintah melalui UU. Nomor 22 Tahun 1999 tentang perubahan Kota Madya menjadi Kota Tangerang. Kota Tangerang terletak sangat strategis karena berdekatan langsung dengan Ibu Kota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang, Depok, dan Bogor. Dengan luas kawasan mencapai 17.730 HA, Kota Tangerang merupakan Kota terbesar di Provinsi Banten dan Kota terbesar ketiga di kawasan perkotaan JABOTABEK setelah Kota Jakarta. Saat ini Kota Tangerang dipimpin oleh Walikota H. Arief R. Wismansyah, B. Sc., M. Kes.

Kawasan yang memiliki sejarah panjang ini menyimpan beragam potensi bangunan bersejarah maupun seni yang menarik untuk menjadi tujuan destinasi wisata. Pembahasan mengenai seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ternyata tidak kalah menarik akan keberagamannya. Rata-rata dari mayoritas masyarakat nya sendiri memiliki beragam suku, ras, dan agama yang berbeda mulai dari suku Betawi, Sunda, Jawa, sampai Tionghoa, maupun juga dengan keberagaman agamanya. Masyarakat Kota Tangerang memiliki keberagaman agama yang cukup kaya yaitu didominasi pemeluk agama Islam disusul dengan pemeluk agama Kristen, Katolik, Budha dan yang terakhir Hindu.

Hal ini sangat berpengaruh terutama pada nilai-nilai seni dan bangunan bersejarah setempat. Berbicara mengenai keberagaman khas seni dan banguan bersejarah Kota Tangerang, ada beberapa jenis kesenian khas dari Kota Tangerang, diantaranya adalah : Tari Lenggang Cisadane, Barongsai, Pehcun dan Silat Beksi. Selain kesenian Kota Tangerang juga kaya akan wisata dan bangunan bersejarah seperti : Bangunan Masjid Pintu Seribu, Bangunan Boen Tek Bio, Bangunan Museum Benteng Heritage, Bangunan Masjid Jami Kalipasir, Bangunan bendungan Pintu Air 10, dan Bangunan Lapas Anak. Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang merupakan Dinas yang mempunyai wewenang untuk mempromosikan aset seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang. Adapun Dinas tersebut terletak di Gedung Pusat Pemerintahan Lt.4 yang beralamatkan di Jl.Satria Sudirman Kota Tangerang. Dinas ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, serta terdapat satu Sekretariat dan tiga bidang, diantaranya : Bidang Pos dan Telekomunikasi, Bidang Telematika, Bidang Pengolahan Data dan Desiminasi Informasi.

Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) secara berkelanjutan menata dan mempromosikan aset seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan warga Kota Tangerang dan meningkatkan peran Kota Tangerang dalam konsentrasi seni dan bangunan bersejarah Nasional, namun seiring berkembangnya informasi mengenai seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) membutuhkan perancangan media video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang pada Dinas Kominfo Kota Tangerang dengan informasi yang up to date sesuai perkembangan Kota Tangerang saat ini, agar melalui perancangan video informasi seni dan bangunan bersejarah ini masyarakat atau wisatawan lebih mengenal seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, sehingga melalui video informasi yang dirancang, dapat menarik wisatawan dan investor lokal, serta meningkatkan sumber pendapatan daerah, dimana sektor seni dan bangunan bersejarah sebagai salah satu lambung devisa yang memiliki value ekspektasi yang tinggi. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan informasi destinasi seni dan bangunan bersejarah terbaru yang lebih efektif setidaknya, Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) harus memiliki sarana media yang dapat menunjang efektivitas dalam mempromosikan seni dan bangunan bersejarah di Kota Tangerang.

Saat ini Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) belum memiliki suatu media yang dapat menarik wisatawan untuk melihat langsung seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, sehingga masyarakat belum banyak mengenal kesenian dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang. Dengan demikian, maka dalam penelitian ini dilakukan Perancangan Video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO).

Dari hasil analisa kebutuhan yang dilakukan terhadap DISKOMINFO, maka dibutuhkan media informasi dan promosi yang menarik dan juga up to date untuk memudahkan Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) dalam memberikan informasi promosi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang melalui media channel youtube dan website, agar seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang, lebih di kenal oleh masyarakat luas, menarik wisatawan dan investor lokal, serta meningkatkan sumber pendapatan daerah.

Berdasarkan analisa di atas, maka penelitian ini mengangkat tema Skripsi dengan judul: “Perancangan Video informasi Seni dan Bangunan Bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Kominfo Kota Tangerang”.

Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah disampaikan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1. Media apa yang dibutuhkan Diskominfo Kota Tangerang dalam menginformasikan dan mempromosikan seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ?
  2. Bagaimana merancang media informasi dan promosi yang menarik dan dapat dikenal oleh masyarakat ?
  3. Target seperti apa yang akan di capai melalui perancangan video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ?

Ruang Lingkup Penelitian

Dalam ruang lingkup penelitian ini dilakukan pembatasan masalah yang akan di teliti yaitu Perancangan Video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Kominfo Kota Tangerang yang meliputi profil Kota Tangerang khususnya seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang meliputi Bangunan Masjid Pintu Seribu, bangunan Boen Tek Bio, Bangunan Museum Benteng Heritage, bangunan Masjid Jami Kalipasir, bangunan bendungan Pintu Air 10, dan bangunan Lapas Anak. Kesenian Kota Tangerang meliputi : Tari Lenggang Cisadane, Barongsai, Pehcun dan Silat Beksi.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

  1. Untuk merancang media video sebagai penunjang informasi Dinas Kominfo Kota Tangerang dalam rangka memperkenalkan hal-hal yang berkaitan dengan seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang.
  2. Untuk mempermudah pihak Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) dalam menarik perhatian, mempromosikan, dan memperkenalkan seni dan bangunan bersejarah di Kota Tangerang kepada wisatawan dan masyarakat luas.
  3. Untuk mencapai target Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) dalam hal menyampaikan informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang kepada masyarakat serta meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahun nya.

Manfaat Penelitian

  1. Melalui media video informasi seni dan bangunan bersejarah yang disampaikan Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) ini, wisatawan dan masyarakat dapat mengetahui keanekaragaman seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.
  2. Sebagai media penunjang informasi dan promosi pada Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) untuk menarik minat wisatawan dan masyarakat untuk berkunjung dan mengetahui lebih detail mengenai seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.
  3. Melalui perancangan media video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini, target yang diharapkan yaitu, dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Tangerang, serta meningkatkan image Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang.

Metode Penelitian

Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode Pengumpulan Data, Analisa Perancangan Media dan Konsep Produksi Media (KPM).

Pengumpulan Data

Data-data pendukung laporan skripsi dikumpulkan dengan cara:

  1. Observasi
    Observasi adalah pengambilan data yang diperlukan untuk penyusunan penelitian Skripsi melalui pengamatan dan membuat pencatatan secara sistematik terhadap unsur – unsur yang telah diteliti dengan tujuan secara langsung pada bagian Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang.
  2. Wawancara (Interview)
    Suatu cara pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Metode wawancara digunakan penulis untuk mendapatkan data dengan cara mengajukan wawancara pada hari selasa, 6 maret 2017 dengan Bapak Tisna Wijaya selaku stakeholder pada Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang, dan juga pihak-pihak yang terkait dengan judul penelitian.
  3. Studi Pustaka
    studi pustaka melalui buku-buku, jurnal dan sumber terkait lainnya, untuk melengkapi data-data yang relevan dalam pemilihan judul yang berkaitan dengan video informasi kebudayaan Kota Tangerang pada Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang.

Analisa Perancangan Media

Media video Pariwisata yang dibutuhkan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang, akan diproduksi dengan menggunakan aplikasi program komputer video diantaranya : Adobe Premiere Pro Cs6, Adobe After Effects Cs6 dan Adobe Photoshop CS6.

Konsep Produksi Media (KPM)

Konsep Produksi Media (KPM) yang digunakan didalam penelitian Skripsi ini Menurut Nugroho (2014 : 106 – 110) adalah sebagai berikut :

  1. Pre-Production merupakan proses penyiapan semua elemen yang terlibat dalam sebuah produksi (shooting) film/ video.
  2. Production merupakan proses pelaksanaan produksi (shoting) yang mengacu pada persiapan yang dihasilkan dari proses Pre-Production.
  3. Post Production merupakan akhir dari pengambilan gambar dan masuk kepenyelesaian akhir yaitu editing atau pengeditan gambar, penambahan title, animasi dan special effects, grafik, musik, sound effects, audio dubing dan output ke media video.

Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas laporan penelitian ini, maka materi laporan skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa bab dengan sistematika penyampainnya disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Ruang Lingkup Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian dan terakhir Sistematika Penulisan yang memberikan gambaran tentang keterangan deskriptif dari setiap bab.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang konsep dan teori dasar yang melandasi permasalahan penelitian dan menjadi acuan penulis sesuai dengan topik perancangan yang dibuat dalam penyusunan laporan skripsi. Yang meliputi Teori Umum, Teori Khusus, dan Literature Review

BAB III IDENTIFIKASI MASALAH

Bab ini berisikan tentang Gambaran Umum Obyek Yang Diteliti, yang meliputi Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Wewenang dan Tanggung Jawab, Product Information, Market Analisis, Potensial Market, Market Segmentation, Marketing Objective (Tujuan Pemasaran), Marketing Strategi (Strategi Pemasaran), Budget Produksi Media, Konfigurasi Perancangan, dan Elisitasi.

BAB IV KONSEP PRODUKSI MEDIA (KPM)

Bab ini menjelaskan tentang konsep produksi media berbasis video (KPM), yang di dalamnya terdapat pre production, production dan post production.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisikan tentang referensi yang digunakan dalam penyusunan hasil laporan skripsi.

LAMPIRAN

Berisikan daftar dari keseluruhan lampiran – lampiran yang melengkapi laporan sebagai lampiran.

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Perancangan

Menurut Kusrini, dkk dalam Susano (2016 : 378)[54], “perancangan adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru berdasarkan hasil rekomendasi analisis sistem. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perancangan adalah suatu proses untuk membuat dan mendesain sistem yang baru.”

Sedangkan menurut Bin dalam Haryanto dan Dede Koswara (2015 : 54)[16], “perancangan adalah merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perancangan adalah wujud visual yang dihasilkan dari bentuk-bentuk kreatif yang telah direncanakan. Langkah awal dalam perancangan desain bermula dari hal-hal yang tidak teratur berupa gagasan atau ide-ide kemudian melalui proses penggarapan dan pengelolaan akan menghasilkan hal-hal yang teratur, sehingga hal-hal yang sudah teratur bisa memenuhi fungsi dan kegunaan secara baik.

Konsep Dasar Promosi

  1. Pengertian Promosi
  2. Menurut Swasta dalam Safrida (2015 : 4)[42], promosi adalah komunikasi non individu dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang dilakukan oleh perusahaan, lembaga-lembaga non laba dan individu-individu. Dalam memasarkan produknya perusahaan perlu merangsang dan menyebarkan informasi tentang kehadiran, ketersediaan, ciri-ciri, kondisi produk, dan manfaat atau kegunaan dari produk yang dihasilkan. Kegiatan ini disebut sebagai promosi.

    Menurut Zebua (2016 : 28)[64], “promosi adalah kegiatan memberitahukan produk atau jasa yang hendak ditawarkan kepada calon konsumen atau wisatawan yang dijadikan target pasar.” Maka dapat disimpulkan bahwa promosi adalah salah satu bagian dari pemasaran perusahaan, yang akan memberikan informasi kepada masyarakat atau konsumen tentang produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.

  3. Tujuan Promosi
  4. Menurut Yuliana dan Rony Ika Setiawan (2015 : 49)[61], ada beberapa tujuan yang terdapat dalam promosi yaitu :

    1. Menginformasikan (Informing) adalah menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkenalkan cara pemakaian yang baru dengan menyampaikan perubahan harga kepada pasar.
    2. Membujuk Pelanggan Sasaran (Persuading) membentuk pilihan merk, mengalihkan pilihan ke merk tertentu, mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk dan mendorong pembeli untuk belanja saat itu.
    3. Mengingatkan (Reminding) mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat serta pembeli tetap ingat akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan walaupun tidak ada kampanye iklan.
  5. Bentuk Promosi
  6. Menurut Hurriyati dalam Dewi (2015 : 21 – 22)[10], ada beberapa bentuk promosi :

    1. Personal Selling
      Adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan dan membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.
    2. Mass Selling
      Merupakan pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak ramai dalam satu waktu. Ada dua bentuk utama mass selling yaitu :
      1. Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling banyak digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya.
      2. Publisitas adalah bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang, dan jasa secara non personal, yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak membayar untuk itu. Publisitas merupakan 22 pemanfaatan nilai-nilai berita yang terkandung dalam suatu produk untuk membentuk citra produk yang bersangkutan.
    3. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
      Adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan.
    4. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
      Merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
    5. Direct Marketing
      Adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang menimbulkan respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada konsumen individual, dan tujuan agar pesan-pesan tersebut ditanggapi konsumen yang bersangkutan.
    6. Word of Mouth
      Pentingnya penyerahan dan komunikasi dari mulut ke mulut merupakan salah satu ciri khusus dari promosi dalam bisnis jasa. Penelitian atas rekomendasi perseorangan melalui word of mouth menjadi salah satu sumber penting, dimana orang yang menyampaikan rekomendasi secara perseorangan sering kali lebih disukai sebagai sumber informasi.

Konsep Dasar Informasi

  1. Pengertian Data Menurut Webster New World Dictionary dalam Zulfikar dan I Nyoman Budiantara (2015 : 96)[65], data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap. Diketahui artinya yang sudah terjadi merupakan fakta (bukti). Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data bisa juga didefinisikan sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan (observasi) suatu obyek, data dapat berupa angka dan dapat pula merupakan lambang atau sifat.
    Menurut Irwansyah dan Jurike V. Moniaga (2014 : 181)[23], data adalah fakta – fakta atau observasi yang mentah, biasanya mengenai kejadian atau transaksi bisnis. Namun dalam teknik komputer biasa dikatakan bahwa data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka matematika, bahasa ataupun simbol – simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, objek, kejadian, ataupun suatu konsep.
    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa data merupakan sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan, berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka matematika, bahasa ataupun simbol.
  2. Definisi Informasi
    Menurut Bodnar dan Hopwood dalam Alannita dan I. Gusti Ngurah Agung Suaryana (2014 : 36)[3], menyatakan informasi merupakan suatu data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan.
    Sedangkan menurut Hutahaean (2015 : 9)[20], informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah data. Data kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian – kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi pada saat tertentu.
    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan.
  3. Jenis – Jenis Informasi
    Menurut O’Brien dalam Sunarya, dkk (2013 : 81)[53], jenis – jenis informasi dijelaskan sebagai berikut :
    1. Informasi Manajerial
      Informasi Manajerial, informasi strategis untuk manajerial tingkat atas, informasi taktis untuk manajerial tingkat menengah, dan informasi operasional untuk manajerial tingkat bawah.
    2. Sumber Informasi
      Sumber Informasi dibagi menjadi informasi internal dan eksternal. Informasi internal adalah informasi yang menggambarkan keadaan (profile), sedangkan informasi eksternal adalah informasi yang menggambarkan ada tidaknya perubahan di luar organisasi. Informasi ini biasanya lebih banyak digunakan untuk kegiatan – kegiatan manajerial tingkat atas.
    3. Informasi Rutinitas
      Informasi Rutinitas, dibagi menjadi informasi rutin dan insendentil. Informasi rutin digunakan secara periodik terjadwal dan digunakan untuk penanggulangan masalah rutin, sedangkan informasi insendentil diperlukan untuk penanggulangan masalah khusus.
  4. Kualitas Informasi
    Menurut Parker dalam Tyoso (2016 : 33)[59], informasi yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
    1. Ketersediaan (Availability), informasi harus dapat diakses oleh orang yang membutuhkannya, maka dari itu informasi harus tersedia setiap saat pada “gudang data” (database) yang terorganisasi rapi.
    2. Mudah Dipahami (Comprehensibility), informasi yang berbelit – belit atau tidak jelas koneksinya bahkan bersifat rumit, maka berakibat keputusan yang akan diambil tertunda, karena lebih banyak waktu digunakan untuk membahasnya.
    3. Relevan (Relevant), berkaitan dengan pengoperasian suatu organisasi, informasi yang dibutuhkan ialah informasi yang benar – benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi yang bersangkutan.
    4. Bermanfaat (Benefits), informasi sebaiknya dapat disajikan dalam bentuk – bentuk yang mudah dilihat dan dipelajari sehingga kepemanfaatannya terlihat jelas. Keputusan berdasarkan informasi yang dipelajari.
    5. Tepat Waktu (Being On/In time), informasi harus tersedia tepat pada waktunya sehingga saat organisasi membutuhkannya informasi sudah tersedia. Juga harus diperhatikan kapan informasi itu diperoleh pada peristiwa apa saat itu.
    6. Keterandalan (Reliability), informasi harus diperoleh dari sumber data yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Demikian juga dengan pengelola atau pemberi informasi juga merupakan pihak – pihak yang dapat dipercaya.
    7. Akurat (Accuracy), informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Artinya informasi harus jelas dan tepat dalam mencerminkan makna yang terkandung dari data.
    8. Konsisten (Consistent), informasi tidak bermuatan hal – hal yang kontradiktif, sehingga peristilahan atau bahasa yang digunakan haruslah secara tetap disajikan.
  5. Nilai Informasi
    Menurut Hutahaean (2015 : 11 – 12)[20], “nilai informasi ditentukan oleh dua hal yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan lebih bernilai jika manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkannya.”
    Maka biaya informasi terdiri dari :
    1. Biaya Perangkat Keras
      Merupakan biaya tetap atau biaya tertanam dan akan meningkat untuk tingkat – tingkat mekanisasi yang lebih tinggi.
    2. Biaya Untuk Analisis
      Merupakan biaya tertanam, dan biasanya akan meningkat sesuai dengan tingkat mekanisasi yang lebih tinggi.
    3. Biaya Untuk Tempat dan Faktor Kontrol Lingkungan
      Biaya ini setengah berubah atau semivariabel. Biasanya biaya ini meningkat sesuai dengan tingkat mekanisasi yang tinggi.
    4. Biaya Perubahan
      Biaya ini merupakan biaya tertanam dan meliputi setiap jenis perubahan dari satu metode ke metode yang lain.
    5. Biaya Operasi
      Biaya ini pada dasarnya merupakan biaya variable dan meliputi biaya macam – macam pegawai, pemeliharaan fasilitas dan sistem.
    6. Fungsi Informasi
      Menurut Hutahaean (2015 : 9)[20], fungsi informasi utamanya adalah menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi, karena informasi berguna memberikan gambaran tentang suatu permasalahan sehingga pengambil keputusan dapat menentukan keputusan lebih cepat, informasi juga memberikan standar, aturan maupun indikator bagi pengambil keputusan.

Konsep Dasar Media

Menurut Maimunah dalam Sunarya, dkk (2013 : 80)[53], “media adalah sarana untuk menyimpan pesan atau informasi kepada public dengan menggunakan berbagai unsur komunikasi grafis seperti teks atau gambar atau foto.”

Sedangkan menurut Miarso dalam Setyono, dkk (2013 : 120)[49], mengartikan media sebagai wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar.”

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat, sarana, perantara dan penghubung untuk menyebar, membawa atau menyampaikan suatu pesan dan gagasan kepada penerima.

Konsep Dasar Desain

1. Definisi Tipografi

Menurut Trisiah (2013 : 192)[58], “tipografi adalah seni memilih dan memakai huruf, dimana huruf yang tergabung di dalam kata – kata tersebut dapat menjadi suatu iklan yang menarik konsumen yang melihat dan membaca kata – kata tersebut.”

Menurut Christy (2015 : 8)[7], “tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang – ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Tipografi dapat juga dikatakan visual language.

Sehingga dapat disimpulkan tipografi adalah pemilihan jenis huruf dan penataan tata letak huruf sesuai dengan pengaturan penyebarannya pada ruang – ruang yang tersedia.

2. Definisi Tentang Psikologi Warna

1. Pengertian Warna

Menurut Hernia (2013 : 27)[19], “warna merupakan kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang memiliki unsur keindahan dari suatu benda yang dapat membedakan.” Sedangkan menurut Anis dalam Yetri (2014 : 231)[60], mengungkapkan “warna adalah salah satu unsur keindahan dan desain selain unsur visual seperti garis, bidang, bentuk, nilai dan ukuran. Warna artinya corak atau motif dalam sebuah karya seni.”

Kesimpulan yang dapat ditarik ialah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang memiliki unsur keindahan seperti garis, bidang, bentuk, nilai dan ukuran.

2. Makna Simbolik Warna

Menurut Setiawan (2014 : 19 – 21)[48], setiap warna memiliki makna tertentu. Ini adalah gambaran warna yang memiliki makan dan nilai perlambangan secara umum.

  1. Merah
    Dari semua warna, merah adalah warna terkuat dan paling menarik perhatian, bersifat agresif, lambang primitif. Warna ini diasosiasikan sebagai darah, marah, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, cinta, kebahagiaan.
  2. Merah Keunguan
    Merah keunguan mempunyai arti mulia, agung, kaya, bangga (sombong), mengesankan.
  3. Ungu
    Warna ini mempunyai makna sejuk, negatif, mundur dan mempunyai karakter murung dan menyerah.
  4. Biru
    Warna ini mempunyai makna sejuk, pasif, tenang, damai. Dan melambangkan kesucian, harapan dan kedamaian.
  5. Hijau
    Warna hijau relatif lebih netral. Mengungkapkan kesegaran.
  6. Kuning
    Warna ini memiliki makna cerah, dan lambang intelektual dan merupakan warna yang paling terang setelah putih.
  7. Putih
    Memiliki arti positif dan melambangkan kesucian, polos, jujur, murni.
  8. Kelabu
    Artinya netral, ketenangan, sopan, sederhana, sabar dan rendah hati.
  9. Hitam
    Hitam mengartikan kegelapan, ketidakhadiran cahaya. Lambang misteri, sering disebut warna kehancuran atau kekeliruan.
  10. Warna Perak
    Warna perak mengartikan ketulusan, mempunyai kuasa psikis, menjelaskan gambaran kedalaman, kemurnian, ketenteraman, penuh misteri (fikirkan tentang bulan).
  11. Warna Emas
    Warna emas mengartikan hubungan terkait dengan kuasa maha tinggi, inspirasi agung, tenaga dalam, ketertarikan, kepimpinan (fikirkan tentang matahari).
  12. Merah jambu /pink
    Warna merah jambu mengartikan kasih sayang dan kasih yang romantik, belas kasihan, persahabatan, kefahaman, diplomasi, kesucian, kelembutan dan kewanitaan.
  13. Jingga (Orange)
    Warna orange mengartikan tenaga, daya tarik, kebolehan mengawal diri, organisasi, harga diri, kemesraan, kelincahan, kegembiraan, kebaikan, kepekaan, kreativiti, kematangan, harvest (think of the harvest sun and moon).

1. Pengertian Layout

Menurut Rustan dalam Setiawan (2014 : 17)[48], layout diartikan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang di bawanya. Definisi layout dalam perkembangannya sudah sangat meluas dan melebur dengan definisidesain itu sendiri sehingga banyak orang mengatakan melayout sama dengan mendesain.

Menurut Maki dalam Pertiwi (2014 : 33)[33], “layout/tata letak adalah menciptakan sesuatu dari ide – ide yang ada pada kepala kita melalui berbagai proses seperti perencanaan, pengaturan dan juga pengolahan element. Dalam desain grafis, elemen – elemen tersebut biasanya berupa gambar, tulisan, grafis dan warna.”

Sehingga kesimpulan yang dapat diambil layout adalah usaha untuk menyusun, menata, atau memadukan unsur – unsur komunikasi grafis, sehingga gabungan dari beberapa elemen atau unsur tersebut menjadi satu kesatuan yang dapat membuat orang tertarik untuk melihatnya.

2. Jenis Layout

Menurut Desrianti, dkk (2014 : 434)[9], jenis – jenis layout diantaranya adalah :

  1. Layout Kasar merupakan gambaran kerja untuk memperlihatkan komposisi, tata letak naskah, gambar yang akan dibuat. Biasanya pada layout kasar dibuat hitam putih, berupa coretan kasar atau sketsa dengan menggunakan pensil gambar yang dibuat secara manual.
  2. Layout Komprehensif adalah suatu gambar yang sudah mendekati komposisi final, dalam hal ini komposisi gambar yang pada umumnya disajikan dalam bentuk warna.
  3. Final Artwork adalah tahap akhir dimana keseluruhan unsur-unsur sudah tersusun dengan baik dan siap untuk dicetak (dipublikasikan).
  4. Elemen Desain
    Menurut Tarigan (2014 : 14)[57], “elemen desain adalah “alat” yang nyata dalam mewujudkan prinsip – prinsip desain. Elemen ini adalah bagian utama sebuah desain. Elemen desain tersebut adalah titik, garis, bentuk, tekstur, ruang/bidang, tipografi, warna.”
  5. Definisi Desain Komunikasi Visual

Menurut Setiawan (2016 : 106)[47], desain komunikasi visual adalah aktifitas motorik yang melibatkan panca indera penglihatan dalam merangsang unsur-unsur visual sehingga terbentuk interaksi yang menekankan pada bahasa visual sebagai kekuatan utama. Persepsi-persepsi visual yang dibangun setidaknya dapat memberikan dampak positif, tidak hanya berdampak pada perilaku konsumtif saja. Komunikasi visual berkaitan dengan komunikasi kepada audiens melalui tanda. Melalui tanda ini dapat mempengaruhi dan membentuk diferensiasi sebuah, produk atau jasa.

Menurut Purwanto (2016 : 12)[36], desain komunikasi visual (DKV) adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pemerintah.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa desain komunikasi visual atau biasa disebut desain grafis memiliki peran mengkomunikasikan sesuatu dengan kekuatan visual dan dengan bantuan teknologi.

Pengertian Analisis SWOT

Menurut Marimin dalam Suhudi, dkk (2014 : 54)[52] analisis SWOT adalah suatu cara mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumusukan strategi perusahaan. Analisis SWOT mempertimbangkan faktor lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal oportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT didahului dengan indentifikasi posisi perusahaan melalui evaluasi nilai faktor eksternal. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu :

  1. Strengths (Kekuatan), merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
  2. Weakness (Kelemahan), merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
  3. Opportunities (Peluang), merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
  4. Threats (Ancaman), merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Menurut Rangkuti dalam Saputro, dkk (2016 : 164)[43] menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah kegiatan membandingkan antara faktor eksternal Opportunity (Peluang) dan Threats (Ancaman) dengan faktor internal Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan).

Menurut dua pegertian diatas maka dapat disimpulkan analisis SWOT adalah cara mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis, ada empat faktor dalam analisis SWOT diantaranya faktor eksternal Opportunity (Peluang) dan Threats (Ancaman) dengan faktor internal Strength (Kekuatan) dan Weakness (Kelemahan).

Teori Khusus

Konsep Dasar Video

Menurut Effendy (2014 : 12)[11], video merupakan format berbahan dasar pita magnetik yang digunakan untuk keperluan profesional seperti stasiun televisi maupun keperluan pribadi. Pita magnetik yang terdapat dalam kaset video bisa merekam gambar dan suara dengan baik, sementara film hanya dapat merekam gambar.

Menurut Smaldino, dkk dalam Sari dan Sahat Siagian (2013 : 7)[45], “video adalah “the storage of audio visuals and their display on television-type screen” yang diartikan penyimpanan atau perekaman gambar dan suara yang penayangannya pada layar televisi.” Video dapat disimpulkan sebagai gambar bergerak yang digabung dalam satu waktu dengan kecepatan tertentu dan memiliki alur cerita sehingga menghasilkan sebuah tampilan audio visual yang bisa dipahami.

Konsep Dasar Pariwisata

Menurut Alfira (2014 : 20)[4], “pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang – senang.” Menurut Zakaria dan Rima Dewi Suprihardjo (2014 : 246)[63], pariwisata adalah suatu aktivitas dari yang dilakukan oleh wisatawan ke suatu tempat tujuan wisata di luar keseharian dan lingkungan tempat tinggal untuk melakukan persinggahan sementara waktu dari tempat tinggal, yang didorong beberapa keperluan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah dan namun didasarkan atas kebutuhan untuk mendapatkan kesenangan, dan disertai untuk menikmati berbagai hiburan yang dapat melepaskan lelah dan menghasilkan suatu travel experience dan hospitality service.

Berdasarkan dua penjelasan diatas, maka pariwisata adalah suatu aktivitas dari yang dilakukan oleh wisatawan ke suatu tempat tujuan wisata di luar keseharian dan lingkungan tempat tinggal dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang – senang.

Pengertian Kebudayaan

Menurut Yatim dalam Mulyono (2016 : 22)[29], “mengartikan kebudayaan sebagai bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat yang direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral.

Sedangkan pengertian kebudayaan menurut Prijono (2014 : 2)[35], “segala sesuatu yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa manusia yang bersifat lahiriah ataupun rohaniah.”

Dari dua pengertian tentang kebudayaan, dapat disimpulkan kebudayaan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa manusia yang direfleksikan dalam seni, sastra, religi, dan moral.

Definisi Seni

Menurut Indratmo dan Tri Lestyo Handayani (2014 : 40)[22], “seni dapat diartikan sebagai hasil karya manusia yang mengandung keindahan dan dapat diekspresikan melalui media suara, gerak, karya lukis, dan media seni lainnya.”

Sedangkan menurut Koentjaraningrat dalam Rahma (2016 : 22)[38], seni atau kesenian adalah segala hasrat manusia akan keindahan. Kesenian sebagai salah satu rasa keindahan merupakan kebutuhan manusia yang universal, milik semua masyarakat. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena semua orang pasti menginginkan adanya rasa keindahan yang tercermin dalam karya seni.

Dapat disimpulkan bahwa seni merupakan segala hasrat manusia akan keindahan dapat diekspresikan melalui media suara, gerak, karya lukis, dan media seni lainnya.

Definisi Bangunan Bersejarah

Menurut Affandi dalam Putra (2014 : 23)[37], bangunan bersejarah ialah bangunan yang berumur lima puluh tahun atau lebih, yang kekunoannya atau antiquity dan keasliannya telah teruji. Demikian pula ditinjau dari segi estetika dan seni bangunan, memiliki mutu cukup tinggi (master piece) dan mewakili era corak bentuk seni arsitektur yang langka. Bangunan atau monumen tersebut tentu bisa mewakili zamannya dan juga mempunyai arti dan kaitan sejarah dengan kota, maupun peristiwa nasional dan internasional.

Menurut Sutanto (2015 : 6)[55], bangunan bersejarah merupakan bangunan yang menyimpan nilai dan informasi yang penting dari generasi ke generasi. Selain itu, bangunan bersejarah memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Keberadaan peninggalan sejarah berupa bangunan kuno dan bersejarah merupakan saksi bisu tentang sejarah perjalanan sebuah kota yang dapat ditemui hampir di setiap kota – kota baik kecil maupun besar di seluruh Indonesia.

Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bangunan bersejarah adalah bangunan yang menyimpan nilai dan informasi yang penting dari generasi ke generasi juga mempunyai arti dan kaitan sejarah dengan kota, maupun peristiwa nasional dan internasional

Konsep Dasar Multimedia Audio Visual and Broadcasting

1. Pengertian Multimedia

Menurut Vaughan dalam Saputro dan Dhanar Intan Surya Saputra (2014 : 157)[44], multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif.

Menurut Diartono dalam Hartono dan Daniel Rudjiono (2015 : 3)[15], multimedia adalah kombinasi dari penggunaan beberapa media seperti film, slide, musik, penerangan dengan text, image, khususnya untuk tujuan pendidikan, dan hiburan. Unsur-unsur seperti teks, audio (narasi, dialog, sound effect), musik, film, video, fotografi, animasi dan grafik merupakan media pendukung yang tergantung dan terintegrasi menjadi satu kesatuan karya multimedia.

Maka dapat disimpulkan multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, audio, dan video yang tergantung dan terintegrasi menjadi satu kesatuan karya multimedia.

2. Pengertian Audio Visual

Menurut Rahman dalam Hastuti dan Yudi Budianti (2014 : 34 – 35)[17], “audio visual adalah suatu peralatan yang dipakai oleh para guru dalam menyampaikan konsep, gagasan dan pengalaman yang ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.”

Menurut Sanjaya dalam Siamsih (2014 : 21)[50], audio visual adalah jenis media yang mengandung unsur suara dan unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa audio visual mengandung arti media yang mengandung unsur suara dan unsur gambar yang dapat dilihat atau ditangkap oleh indera pandang dan pendengaran.

3. Pengertian Broadcasting

Menurut Faradiba (2015 : 28)[12], penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

Menurut Budiman (2015 : 111)[6], penyiaran bersifat tersebar kesemua arah (broad) yang dikenal sebagai omnidirectional. Dari definisi sifat penyiaran tersebut dapat diketahui bahwa semua sistem penyiaran yang alat penerima siarannya harus dilengkapi dengan satu unit decorder, adalah kurang sejalan dengan definisi broadcasting.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa broadcasting adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa bersifat tersebar kesemua arah (broad) yang dikenal sebagai omnidirectional.

4. Pengertian Sinopsis

Menurut Rahmania (2013 : 9)[40], sinopsis adalah ringkasan cerita dari alur yang panjang menjadi cerita singkat namun dapat menjelaskan secara keseluruhan cerita tersebut. Suatu sinopsis yang berkualitas adalah suatu rangkaian ringkasan yang singkat namun mampu menjelaskan cerita secara keseluruhan, sehingga meski hanya singkat orang akan lebih mudah memahami alur cerita yang sesungguhnya.

Sedangkan menurut Iskandar, dkk (2014 : 12)[24], “sinopsis merupakan gambaran keseluruhan cerita kasar dari cerita film.”

Kesimpulan dari dua pengertian diatas ialah sinopsis merupakan gambaran keseluruhan cerita kasar namun dapat menjelaskan secara keseluruhan cerita tersebut.

5. Pengertian Naskah

Menurut Maryati dan Bambang Eka Purnama (2013 : 23)[27], “naskah dalam bahasa latin manuscript berisi spesifikasi suatu penyajian dalam setiap medium. Script terdiri dari rincian naskah siap produksi yang berisi sudut pengambilan secara rinci dan spesifik serta bagian “ bagian kegiatan.”

Menurut Sutrisno dan Aziz Ahmadi (2014 : 26)[56], “naskah (script) dalam pembuatan video, sangat diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar pembuatan video. Naskah dibuat sebelum proses pengambilan gambar dan pengeditan gambar.”

Kesimpulan dari dua pengertian diatas naskah terdiri dari rincian naskah siap produksi yang berisi sudut pengambilan secara rinci dan spesifik serta bagian – bagian kegiatan yang dibuat sebelum proses pengambilan gambar dan pengeditan gambar.

6. Pengertian Storyboard

Menurut Irawan dalam Rahman (2015 : 8)[39], “storyboard adalah coretan gambar/sketsa seperti gambar komik yang menggambarkan kejadian dalam film. Di dalam gambar tersebut berisi catatan mengenai adegan, sound, sudut dan pergerakan kamera.”

Menurut Javandalasta dalam Yuliastomo dan Ramadhian Agus Triono (2014 : 13)[62], storyboard adalah gambar ilustrasi adegan. Merupakan salah satu bentuk upaya sutradara menerjemahkan bahasa tulisan skenario kedalam bahasa gambardan untuk memudahkan kegiatan shooting itu sendiri dengan dijelaskannya posisi adegan, dialog, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya. Gambar ilustrasi ini dirancang oleh sutradara bekerjasama dengan kru yang lain (missal penata fotografi), dan dilakukan oleh seorang juru gambar yang disebut storyboard artist. Sketsa yang menggambarkan adegan dalam film digunakan untuk mempermudah pengambilan gambar.

Dilihat dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan storyboard adalah coretan gambar/sketsa ilustrasi adegan digunakan untuk mempermudah pengambilan gambar serta berisi catatan mengenai adegan, sound, sudut dan pergerakan kamera.

Konsep Dasar Produksi

Menurut Tino dalam Fatimah (2015 : 38 – 40)[13], proses produksi sebuah film terdiri dari tiga bagian utama, yaitu :

  1. Preproduction (Praproduksi)
    Tahap praproduksi merupakan tahap persiapan dalam membuat sebuah film. Hal-hal yang harus disiapkan dalam tahap ini adalah : menetapkan sebuah skenario yang disepakati bersama sebagai draf skenario akhir; pembedahan skenario (scenario breakdown); pembuatan papan produksi (production strip board); pembuatan jadwal; membuat perkiraan anggaran; memanggil kru (recruitment); pencarian lokasi; perijinan; pencarian pemain (casting); tanda tangan kontrak kerja; latihan; dan pembuatan call sheet (jadwal shooting).
  2. Production (Produksi)
    Tahap produksi merupakan tahap eksekusi sesuai dengan persiapan yang ada. Tahap ini terdiri dari pengambilan gambar (shooting), membuat laporan harian produksi, serta pengecekan hasil gambar dan suara yang diambil. Semua kru produksi dalam tahap produksi menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai kesepakatan. Fokus atau target dari tahap produksi adalah bahan atau materi, seperti gambar dan suara, untuk editing pada tahap pascaproduksi.
  3. Postproduction (Pascaproduksi)
    Tahap yang dilakukan setelah proses produksi berlangsung adalah pascaproduksi. Hasil dari produksi tersebut diproses kembali dalam tahap ini. Pascaproduksi terdiri dari proses penyuntingan (editing) dan pendistribusian.

Konsep Dasar Aplikasi Penunjang Video

1. Adobe Premiere Pro CS 6

Menurut Sastrawan, dkk (2017 : 4)[46], Adobe Premiere Pro adalah program Video Editing yang dikembangkan oleh Adobe. Program ini sudah umum digunakan oleh rumah-rumah produksi, televisi dan praktisi di bidangnya Adobe Premiere Pro merupakan program pengolah video pilihan bagi kalangan profesional, terutama yang suka bereksperimen. Program ini banyak digunakan oleh perusahaan Pembuatan Film/Sinetron, Broadcasting, dan Pertelevisian.


Gambar 2.1. Tampilan Jendela Adobe Premiere CS 6

2. Adobe After Effect CS 6

Menurut Daniel (2015 : 23 - 24)[8], Adobe After Effect adalah program pengolah video editing. Adobe After Effect adalah digunakan untuk mengolah dan menambahkan efek – efek khusus dalam pembuat video acara -acara seperti pernikahan, maupun pembuatan iklan di industri. Berikut ini cara membuat lembar kerja baru di Adobe After Effect pada Windows Klik Start >> All Program >> Adobe After Effect maka anda akan melihat tampilan seperti ini :

  1. Menu Utama
    Tempat kumpulan menu – menu untuk mengakses fitur yang ada di After Efect terdiri dari File, Edit, Composite, Layer, Effect, Animation, dll.
  2. Tool Bar
    Tempat alat – alat untuk Edit Video nantinya seperti Zoom, Teks, Shape, Clone.
  3. Library dan Effect View
    Tempat file source dan juga tampilan efek yang akan dimunculkan di Video anda. Ini adalah tempat semua import Komposisi, Video, Audio, Graphics.
  4. Kumpulan Pallete
    Ada beberapa seperti Time, Audio, Efek dll. Ini panel yang besar namun tidak sepenuhnya diperlukan untuk pengguna dasar.
  5. Komposisi
    Menampilkan isi frame untuk komposisi yang dipilih.
  6. Detail Efek dan Layer
    Seperti halnya program desain grafis lainnya, palette ini digunakan untuk navigasi anda dalam mengedit video serta memberikan sentuhan permainan layer mode, blends mode maupun masking untuk menggabungkan dua gambar atau lebih sehingga terlihat menjadi satu tampilan animasi.
  7. Timeline
    Timeline adalah fungsinya menampilkan durasi dan panjang video serta tampilan layer dan keyframe.

Gambar 2.2. Tampilan Jendela Adobe After Effect CS 6

3. Adobe Photoshop CS6

Menurut Agustina dan Ade Chandra (2017 : 25)[2], Adobe Photoshop adalah software (perangkat lunak) buatan Adobe Systems yang digunakan untuk pengeditan foto/gambar, termasuk pembuatan efek grafis. Adobe Photoshop sering digunakan oleh fotografer digital dan perusahaan iklan (advertising).

Saat pertama kali menjalankan Photoshop CS6, maka akan ditampilkan sebuah jendela program seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.3. Tampilan Jendela Adobe Photoshop CS6

  1. Panel Tools merupakan bagian yang memuat tool – tool untuk menggambar, menyeleksi, memodifikasi, dan memanipulasi objek foto atau gambar.
  2. Panel Control/Option Bar merupakan bagian yang menampilkan daftar tombol perintah tambahan untuk memaksimalkan kinerja dari peranti terpilih. Tombol – tombol perintah yang ditampilkan pada bagian ini berubah – ubah menyesuaikan dengan tool yang dipilih pada bagian panel Tools.
  3. Menu Bar merupakan bagian yang memuat menu – menu perintah yang pada dasarnya untuk menjalankan perintah – perintah manajemen file, perintah untuk mengaolah layer dan dokumen, serta memuat perintah lain untuk memberi efek filter dan mengatur tampilan panel.
  4. Workspace Switcher merupakan bagian yang digunakan untuk mengubah tampilan lembar kerja sesua dengan kebutuhan kerja, seperti untuk keperluan Essentials, Photography, Painting, dan Typography. Dapat juga mengatur format tampilan lembar kerja sendiri sesuai kebutuhan dan kenyamanan kerja, serta menyimpan tampilan lembar kerja tersebut.
  5. Dock Panel merupakan bagian yang menampung panel – panel yang berisi serangkaian perintah dan parameter untuk mengolah dan memanipulasi objek gambar. Tidak semua panel yang dimiliki oleh Photoshop CS6 tampil pada bagian dock panel ini. Dapat menampilkan/menyembunyikan panel – panel Photoshop CS6 dengan menggunakan perintah menu Windows dan pilih nama panel yang ingin di tampilkan/disembunyikan.
  6. Jendela Dokumen merupakan lembar kerja utama yang menampilkan objek gambar atau foto yang sedang dimanipulasi. Jendela dokumen ini memiliki elemen yang disebut dengan tab dokumen yang terletak pada bagian atas dan berisi nama – nama dokumen yang sedang aktif.
  7. Tab dokumen merupakan bagian yang menampung nama – nama dokumen yang sedang aktif, dimana dapat mengklik nama dokumen tersebut untuk membuka dokumen yang akan dikerjakan.
  8. Jendela Timeline merupakan bagian yang digunakan untuk membuat animasi dan mengatur jalannya animasi yang sedang dikerjakan.

Konsep Dasar Elisitasi

Menurut Sommerville dalam Prastomo (2014 : 166)[34], “elisitasi adalah sekumpulan aktifitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan suatu sistem baru melalui komunikasi dengan pelanggan dan pihak yang memiliki kepentingan dalam pengembangan sistem.” Elisitasi didapat melalui proses wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :

  1. Elisitasi Tahap I, Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait oleh pihak wawancara.
  2. Elisitasi Tahap II, Merupakan hasil dari pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI, Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem. Berikut penjelasan mengenai metode MDI :
    1. M pada MDI berarti Mandatory (penting). Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat pembuatan sistem baru.
    2. D pada MDI berarti Desireable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan, namun jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
    3. I pada MDI berarti Inessential. Maksudnya requirement tersebut bukanlah termasuk bagian sistem dibahas.
  3. Elisitasi Tahap III, Merupakan penyusutan elisitasi tapah II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali dengan metode TOE, yaitu :
    1. T artinya Technical, maksudnya bagaimana tata cara / teknik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan?
    2. O artinya Operational, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan?
    3. E artinya Economy, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut didalam sistem?

Konsep Dasar Literature Review

1. Pengertian Literature Review

Menurut Find dalam Mwanga (2015 : 20)[31], a literature review is a systematic, explicit, and reproducible method for identifying, evaluating, and synthesizing the existing body of completed and recorded work produced by researchers, scholars, and practitioners (Kajian pustaka adalah metode sistematis, eksplisit dan diulang untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan sintesis tubuh yang ada pekerjaan selesai dan rekaman yang diproduksi oleh para peneliti, sarjana dan praktisi).

Menurut Machi dalam Kargbo (2015 : 12)[25], a literature review is a sensibly argued case based on a broad understanding of a state of knowledge about a study topic. It is a well thought-out way to re-search a topic. (Kajian pustaka adalah kasus bijaksana dikatakan didasarkan pada pemahaman yang luas dari negara pengetahuan tentang topik penelitian. Itu adalah dipikirkan cara untuk penelitian topik dengan baik).

Dari dua pengertian diatas maka literature review adalah metode sistematis, eksplisit dan diulang untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan didasarkan pada pemahaman tentang topik penelitian.

2. Jenis Penelitian

Menurut Abdullah (2015 : 19)[1], belum ada kesepakatan dikalangan para ahli penelitian berkenaan dengan jenis penelitian ini, sebab perbedaan sudut pandang menyebabkan berbeda jenis penelitian. Diantara pengelompokan dan jenis penelitian yang sudah ada adalah :

  1. Menurut bidangnya jenis penelitian terbagi atas : penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian bahasa, dan sebagainya.
  2. Menurut tempatnya : penelitian labolatorium, penelitian perpustakaan, penelitian kancah.
  3. Berdasarkan penggunaannya : penelitian murni dan penelitian terapan.
  4. Menuruttujuan umumnya : penelitian eksploratif, penelitian development, dan penelitian verifikatif.
  5. Menurut pendekatannya : penelitian longitudinal, dan penelitian cross sectional.
  6. Menurut tarafnya : penelitian deskriptif dan inferensial.
  7. Menurut paradigmanya : penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

Literature Review

Dari beberapa hasil tinjauan peneliti mendapatkan beberapa literature review, di antaranya sebagai berikut :

  1. Penelitian oleh Ramadhan, dkk (2015 : 3)[41] “Citra Pariwisata Kota Bandung Sebagai Kota Art Deco : Studi Kasus Kawasan Asia Afrika dan Braga”. Bandung memiliki potensi melalui wisata budaya warisan dalam bentuk bangunan tua pariwisata besar berseni Belanda kolonial arsitektur Art Deco yang banyak di Asia Afrika dan Braga. Art Deco mencirikan identitas atau merek Asia Afrika dan Braga. Perbaikan infrastruktur dan revitalisasi budaya dibawa keluar oleh pemerintah kota Bandung baru – baru ini, penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi merek pengetahuan yang terdiri dari kesadaran merek dan citra merek dari Art Deco di kawasan cagar budaya (warisan budaya) Asia-Afrika dan Barga untuk mengukur bagaimana gambar atau identitas pariwisata Bandung sebagai kota Art Deco sebagaimana dinyatakan dalam rencana induk Pariwisata Nasional 2010 – 2025. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, contoh yang digunakan adalah 100 wisatawan yang berkunjung ke Asia Afrika dan Braga dengan distribusi kuesioner online. Selain analisis data juga didukung oleh studi sastra dan observasi langsung di situs studi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dari wisata Art Deco pada kategori tengah yang berarti wisatawan tidak begitu akrab dengan seni Deco ini adalah karena kurangnya instruksi atau papan informasi tentang Art Deco di sekitar Asia Afrika dan Braga, selain banyak wisatawan sendiri yang tidak tahu ada Art Deco, tapi hasil analisis menunjukkan gambar citra merek dalam kategori baik. Bangunan warisan arsitektur Art Deco terlihat unik dan indah ini memberikan nilai lebih untuk Asia Afrika dan Braga, berdasarkan hal ini dianggap sesuai dengan citra pariwisata di kota Bandung sebagai kota Art Deco.
  2. Penelitian oleh Maulani, dkk (2016 : 207 – 220)[28] “Pengembangan Media Promosi Pariwisata Kota Tangerang Dalam Bentuk Video Digital Pada Dinas PORPAREKRAF”. Saat ini Dinas PORPAREKRAF, memberikan informasi dan promosi berupa video pariwisata melalui beberapa media yaitu berupa media sosial, maupun website yang dirasa masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan promosi pariwisata yang dirasa kurang uptodate. Dinas PORPAREKRAF harus memiliki sarana media informasi dan promosi yang dapat menunjang kemajuan pariwisata Kota Tangerang.
  3. Penelitian oleh Hayati (2014 : 1)[18] “Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya Di Kota Makassar”. Zaman kolonial di Indonesia mewariskan sejumlah bangunan sekolah, bank dan kantor. Bangunan yang memiliki nuansa arsitektur Belanda, oleh karena itu menjadi warisan budaya dan atraksi pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah pemanfaatan bangunan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Namun dalam penelitian ini dipilih tiga bangunan yang dikembangkan sebagai cagar budaya, yaitu Benteng Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar. Ketiga bangunan bersejarah dipilih sebagai lokasi penelitian karena potensi fisik bangunan arsitektur yang dilengkapi dengan potensi bebas fisik nilai sejarah dan budaya. Penelitian yang diterapkan manajemen objek wisata ini, siklus hidup kawasan pariwisata oleh pelayan pribadi dan pemasaran pariwisata teori untuk mengetahui siklus hidup evolusi setiap bangunan kemudian mengatur strategi yang efektif untuk mengembangkan Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian sebagai cagar budaya di kota Makassar. Artikel berpendapat bahwa pemanfaatan Fort Rotterdam sebagai daya tarik turis diklasifikasikan ke dalam tahap pengembangan. Fort Rotterdam telah beberapa kali direnovasi dengan mengembangkan La Galigo Museum untuk meningkatkan daya tarik. Pemerintah daerah juga memiliki banyak promosi. Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar diklasifikasikan ke dalam tahap eksplorasi sejak dua bangunan bersejarah perlu perbaikan fisik, penataan ruang pamer dan fasilitas menangani koleksi Museum Kota dan jaminan bangunan pengelolaan dan pemeliharaan Gedung Kesenian. Berdasarkan hasil penelitian Fort Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar tidak hanya memiliki potensi fisik bangunan dan nilai sejarah tetapi juga untuk menjadi daya tarik wisata yang menarik yang perlu ditingkatkan dengan mempertahankan identitas arsitektur sebanyak mungkin, memberikan fasilitas pendukung yang diperlukan oleh wisatawan dan meningkatkan promosi oleh pemerintah daerah.
  4. Penelitian yang dilakukan Goenawan, dkk (2013)[14] “Perancangan Video Promosi Pulau Bawean Beserta Media Pendukungnya”. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pulau – pulau terpencil di pelosok Indonesia, menyebabkan tidak banyak masyarakat yang tau akan keberadaan serta potensi yang dimiliki dari tiap – tiap pulau tersebut. Pulau Bawean yang merupakan salah satu pulau terpencil yang berada ditengah perairan laut jawa, adalah pulau yang memiliki banyak sekali potensi dibidang pariwisata. Keindahan alam yang eksotis, masih alami dan belum banyak dijamah orang, sehingga dibuatlah media yang mempromosikan pulau ini dalam bentuk video promosi, masyarakat menjadi tau akan keberadaan serta potensi dari pulau ini, sehingga dapat berimbas pula terhadap jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke pulau yang sedang berkembang ini.
  5. Penelitian yang dilakukan Imam, dkk (2017)[21] “Perancangan Media Promosi Video Youtube Koleksi Sanggar Gubug Wayang Mojokerto Berbasis Budaya Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness”. Tujuan dari desain media promosi Sanggar Gubug Wayang Mojokerto di video youtube berbasis budaya adalah untuk meningkatkan kesadaran merek sebagai sumber informasi agar publik dapat mengetahui dan melestarikan budaya Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis penelitian dengan deskriptif kualitatif yang terdiri dari observasi, wawancara, dan sastra studi untuk mendapatkan data yang digunakan untuk mendukung produksi desain media promosi Sanggar Gubug Wayang Mojokerto di video youtube. Dan dianalisa menggunakan beberapa tahapan, yaitu pengamatan memperpanjang, meningkatkan kegigihan, triangulasi, negatif analisiskasus, penggunaan bahan referensi, dan menggunakan check.
  6. Research conducted by Nuansa, dkk (2014 : 82 – 85)[32] “Designing Promotion Strategy of Malang Raya’s Tourism Destination Branding Through Audio Visual Media”. This study examines the suitability concept of destination branding with existing models of Malang tourism promotion. This research is qualitative by taking the data directly in the form of existing promotional models of Malang, namely : information portal sites, blogs, social networking, and video via the internet. This study used SWOT analysis to find strengths, weaknesses, opportunities, and threats on existing models of the tourism promotion. The data is analyzed based on destination branding’s concept indicators. Results of analysis are used as a basis in designing solutions for Malang tourism promotion through a new integrated tourism advertising model. Through the analysis we found that video is the most suitable media that used to promote Malang tourism in the form of advertisements. Videos are able to show the objectivity of the fact that intact better through audio-visual form, making it easier to associate the viewer thoughts on the phenomenon of destination. Moreover, video creation of Malang tourism as well as conceptualized advertising is still rare. This is an opportunity, because later models of audio-visual advertisements made of this study is expected to be an example for concered parties to conceptualize the next Malang tourism advertising.
    (Studi ini meneliti konsep kesesuaian tujuan branding dengan model promosi pariwisata Malang. Penelitian kualitatif dengan mengambil data secara langsung dalam bentuk model promosi Malang, yaitu : situs portal informasi, blog, jaringan sosial, dan video melalui internet. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk menemukan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di model yang ada pada promosi pariwisata. Data dianalisis berdasarkan konsep indikator tujuan branding. Hasil analisis yang digunakan sebagai dasar dalam merancang solusi untuk promosi pariwisata Malang melalui model iklan pariwisata terpadu baru. Melalui analisis kami menemukan bahwa video adalah media yang paling cocok yang digunakan untuk mempromosikan pariwisata Malang dalam bentuk iklan. Video mampu menunjukkan objektivitas fakta dengan utuh yang lebih baik melalui audio-visual, membuatnya lebih mudah untuk mengaitkan tujuan dari pikiran penampil fenomena. Selain itu, penciptaan video pariwisata Malang dikonseptualisasikan iklan masih jarang. Ini adalah kesempatan, karena kemudian model iklan audio-visual dari penelitian ini diharapkan menjadi contoh bagi pihak – pihak yang bersangkutan dengan iklan pariwisata Malang berikutnya).
  7. Research conducted by Lupton (2014 : 1 – 10)[26] “Health Promotion In The Digital Era : A Critical Commentary”. This article provides a critical commentary on digitized health promotion. I begin with an overview of the types of digital technologies that are used for health promotion, and follow this with a discussion of the socio-political implications of such use. It is contended that many digitized health promotion strategies focus on individual responsibility for health and fail to recognize the social, cultural and political dimensions of digital technology use. The increasing blurring between voluntary health promotion practices, professional health promotion, government and corporate strategies requires acknowledgement, as does the increasing power wielded by digital media corporations over digital technologies and the data they generate. These issues provoke questions for health promotion as a practice and field of research that hitherto have been little addressed.
    (Artikel ini memberikan komentar kritis tentang promosi kesehatan digitized. Ikhtisar dari jenis teknologi digital yang digunakan untuk promosi kesehatan dan dengan sebuah diskusi tentang implikasi sosial-politik dari penggunaan tersebut. Itu berpendapat bahwa strategi promosi kesehatan digitized banyak fokus pada tanggung jawab individu untuk kesehatan dan gagal untuk mengenali dimensi sosial, budaya, dan politik penggunaan teknologi digital. Meningkatkan garis kabur antara praktik promosi kesehatan sukarela, promosi kesehatan profesional, pemerintah dan strategi perusahaan membutuhkan pengakuan, seperti halnya meningkatkan kekuatan dikerahkan oleh perusahaan – perusahaan digital, media teknologi digital dan data yang mereka hasilkan. Isu – isu ini memprovokasi pertanyaan untuk promosi kesehatan sebagai praktek dan bidang penelitian yang sampai sekarang telah sedikit dibahas).
  8. Research conducted by Murgul (2014 : 1)[30] “Features Of Energy Efficient Upgrade Of Historic Buildings (Illustrated With The Example Of Saint-Petersburg)”. In most European countries, including Russia, the requirements for building heat insulation are increasingly stringent. Historic buildings have become “energy inefficient” in terms of walling thermal upgrading aimed at reduced energy consumption. However, unlike the mass series of buildings, the historic ones are of cultural and architectural value. The energy efficient upgrade must not result in the lost of their historical authenticity. The article questions the applicability of existing standards for the thermal insulation of historic buildings, in particular, the “pros” and “cons” of walling thermal insulation. It discusses the need to preserve the exterior of the buildings that are monuments of history and culture as well as the historically-formed construction system. It puts forward the idea of improving the quality of indoor climate in residential buildings instead of energy savings at all costs.
    (Di kebanyakan negara Eropa, termasuk Rusia, persyaratan untuk membangun isolasi panas semakin ketat. Bangunan bersejarah telah menjadi “energi efisien” dalam hal walling termal upgrade bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi. Namun, tidak seperti serial massa bangunan, orang – orang yang bersejarah adalah nilai budaya dan arsitektur. Upgrade energi efisien tidak harus mengakibatkan hilang dari keaslian sejarah mereka. Artikel pertanyaan penerapan standar yang ada untuk isolasi termal bangunan bersejarah, khususnya, "Pro" dan "Kontra" walling isolasi termal. Ini membahas kebutuhan untuk mempertahankan eksterior bangunan monumen sejarah dan budaya serta bentuk sistem konstruksi historis. Itu mengemukakan ide untuk meningkatkan kualitas iklim di bangunan indoor perumahan bukan penghematan energi di semua biaya).
  9. Research conducted by Sinclair, et al (2015)[51] “Participatory Video Making For Research And Health Promotion In Remote Australian Aboriginal Communities: Methodological And Ethical Implications”. The study explains that making a video pertisipatif as supporting health promotion to improve health in aboriginal tribes that reside in Australia. The study also describes a method of participatory video (PV) as a means to attract children in remote Aboriginal communities as participants in health research. Method of PV piloted at two remote communities in Western Australia Goldfields region. There is wide public acceptance of this approach and the initial findings are discussed with reference to the key themes of perspectives on health, the benefits to participants and the benefits for the community. PV method has a number of advantages, including flexibility to respond to community priorities, the lack of dependence on oral or written data collection, and the ability to generate direct benefits for participants. While methodological problems, without pilot projects shows that the method of PV is suitable for remote Aboriginal communities that participated.
    (Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pembuatan video pertisipatif sebagai penunjang promosi kesehatan untuk meningkatkan kesehatan pada suku Aborigin yang berada di Australia. Penelitian ini juga menjelaskan metode (PV) video partisipatif sebagai sarana untuk menarik anak-anak di masyarakat Aborigin terpencil sebagai peserta dalam penelitian kesehatan. Metode PV mengujicobakan di dua masyarakat terpencil di wilayah Goldfields Australia Barat. Ada penerimaan masyarakat luas pendekatan ini dan temuan awal dibahas dengan mengacu pada tema-tema perspektif pada kesehatan, manfaat kepada peserta dan manfaat bagi masyarakat. Metode PV memiliki sejumlah kelebihan, termasuk fleksibilitas untuk menanggapi prioritas masyarakat, kurangnya ketergantungan pada pengumpulan data lisan atau tertulis, dan kemampuan untuk menghasilkan manfaat langsung bagi peserta. Sementara tanpa masalah metodologis, proyek-proyek percontohan ini menunjukkan bahwa metode PV cocok untuk masyarakat Aborigin terpencil yang berpartisipasi.)
  10. Research conducted by Azizi, et al (2014 : 1 – 14)[5] “Recurring Issues in Historic Building Conservation”. Historic building conservation is often challenged by a number of issues in its process. This paper reviews past studies about challenges of heritage building conservation, then goes on to describe a small pilot study carried out in Malaysia to measure the number of significant issues faced among local conservators. A total of 46 issues were identified from literature and classified into five themes of technical, environmental, organisational, financial and human issues. Tentative findings showed that technical issues such as limited availability of specialists, availability of original components, labour and skill shortages, and lack of personnel training, were the biggest challenges in conservation projects.
    (Konservasi bangunan bersejarah sering ditantang oleh sejumlah isu. Tinjauan studi makalah ini tentang tantangan gedung konservasi, warisan kemudian meneruskan dengan menggambarkan studi kecil dilakukan di Malaysia untuk mengukur jumlah isu – isu signifikan yang dihadapi antara conservators lokal. Total 46 masalah diidentifikasi dari literatur dan diklasifikasikan ke lima tema masalah teknis, lingkungan, organisasi, keuangan dan manusia. Tentatif temuan menunjukkan bahwa teknis isu – isu seperti ketersediaan terbatas spesialis, ketersediaan komponen asli, kekurangan tenaga kerja dan keterampilan, dan kurangnya pelatihan personil adalah tantangan terbesar dalam proyek – proyek konservasi).
Tabel 2.1. Literature Review

No.

Penulis,

Judul Penelitian

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian

1.

Ramadhan, dkk (2015 : 3)[41]Citra Pariwisata Kota Bandung Sebagai Kota Art Deco : Studi Kasus Kawasan Asia Afrika dan Braga

Untuk mengidentifikasi kesadaran merek dan citra merek dari Art Deco di kawasan cagar budaya (warisan budaya) Asia-Afrika dan Barga untuk mengukur bagaimana pariwisata Bandung sebagai kota Art Deco sebagaimana dinyatakan dalam rencana induk Pariwisata Nasional 2010 – 2025.

Dengan menggunakan metode kuantitatif, contoh yang digunakan adalah 100 wisatawan yang berkunjung ke Asia Afrika dan Braga dengan distribusi kuesioner online. Selain analisis data juga didukung oleh studi sastra dan observasi langsung di situs studi.

2.

Maulani, dkk (2016 : 207 – 220)[28]Pengembangan Media Promosi Pariwisata Kota Tangerang Dalam Bentuk Video Digital Pada Dinas PORPAREKRAF

Tujuan penelitian ini untuk memberikan informasi dan promosi pariwisata di Kota Tangerang yang lebih uptodate. Karena Kota Tangerang memiliki potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi masyarakat mulai dari Wisata Alam, Wisata Budaya, Wisata Kuliner, Wisata Religi, dan lainnya.

Metodologi yang digunakan untuk melakukan penelitian ini antara lain metode analisa permasalahan, pengumpulan data, analisa perancangan, dan Konsep Produksi Media (KPM). Dimana KPM sendiri terdiri dari, preproduction, production, dan postproduction.

3.

Hayati (2014 : 1)[18]Pemanfaatan Bangunan Bersejarah Sebagai Wisata Warisan Budaya Di Kota Makassar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah pemanfaatan bangunan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Namun dalam penelitian ini dipilih tiga bangunan yang dikembangkan sebagai cagar budaya, yaitu Benteng Rotterdam, Museum Kota dan Gedung Kesenian Makassar.

Dengan melakukan direnovasi untuk meningkatkan daya tarik dengan melakukan promosi dan mengklasifikasikan ke dalam tahap eksplorasi apabila perlu perbaikan fisik, penataan ruang pamer dan fasilitas menangani koleksi, pengelolaan dan pemeliharaan.

4.

Goenawan, dkk (2013)[14] Perancangan Video Promosi Pulau Bawean Beserta Media Pendukungnya”.

Untuk mempromosikan Pulau Bawean dalam bentuk video promosi mengenai objek – objek wisata di Pulau Bawean. Diharapkan dengan adanya video promosi ini, masyarakat menjadi tau akan keberadaan pulau ini.

Menggunakan beberapa metode perancangan diantaranya sebagai berikut, Metode Pengumpulan Data (Data Primer & Sekunder), Metode Analisa Data.

5.

Imam, dkk (2017)[21]Perancangan Media Promosi Video Youtube Koleksi Sanggar Gubug Wayang Mojokerto Berbasis Budaya Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness

 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran merek sebagai sumber informasi agar publik dapat mengetahui dan melestarikan budaya Indonesia.

Penelitian ini menggunakan analisis penelitian dengan deskriptif kualitatif yang terdiri dari observasi, wawancara, dan sastra studi untuk mendapatkan data.

6.

Nuansa, dkk

 (2014 : 82 – 85)[32]Designing Promotion Strategy of Malang Raya’s Tourism Destination Branding Through Audio Visual Media

 

Untuk merancang solusi promosi pariwisata Malang melalui model iklan pariwisata terpadu. Video adalah media yang paling cocok digunakan untuk mempromosikan pariwisata Malang.

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT untuk menemukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di model yang akan dibuat. Data di analisis berdasarkan tujuan branding konsep indikatornya.

 

Lupton (2014 : 1 – 10)[26]Health Promotion In The Digital Era : A Critical Commentary

Untuk mempromosikan kesehatan digitized di era modern diperlukan promosi kesehatan digitized karena banyak yang hanya berfokus pada tanggung jawab individul dan gagal untuk mengenali dimensi sosial, budaya, dan politik penggunaan teknologi digital untuk promosi.

Dengan menggunakan metode reviewer, melihat kembali penelitian sebelumnya yang bersangkutan dengan promosi kesehatan.

 

8.

Murgul (2014 : 1)[30]Features Of Energy Efficient Upgrade Of Historic Buildings (Illustrated With The Example Of Saint-Petersburg)

Tujuan penelitian ini membahas kebutuhan untuk mempertahankan eksterior monumen bangunan sejarah dan budaya serta terbentuknya sistem konstruksi historis.

Dilakukan pemeriksaan visual bangunan dan pengukuran parameter geometris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan bangunan bersejarah St Petersburg yang ditandai dengan tinggi ketebalan dinding.

 9

Sinclair, et al (2015)[51]Participatory Video Making For Research And Health Promotion In Remote Australian Aboriginal Communities: Methodological And Ethical Implications

Untuk meningkatkan kesehatan pada suku Aborigin yang berada di Australia. Metode (PV) video partisipatif sebagai sarana untuk menarik anak-anak di masyarakat Aborigin terpencil sebagai peserta dalam penelitian kesehatan.

Metode yang dilakukan yaitu studi pengaturan yang merupakan bagian dari sebuah proyek yang lebih luas melalui kompakan komunitas seniman disediakan, GoPro sebuah kamera digital yang mudah dioperasikan dan peralatan mengedit video untuk digunakan masyarakat.

10.

Azizi, et al (2014 : 1 – 14)[5]Recurring Issues in Historic Building Conservation

Untuk mengetahui tantangan gedung konservasi, warisan kemudian meneruskan dengan menggambarkan studi kecil dilakukan di Malaysia untuk mengukur jumlah isu – isu signifikan yang dihadapi antara conservators lokal.

Metode teknik penelitian dan analisis isi arsip dari sumber – sumber literatur diadopsi untuk membuat database isu – isu konservasi.

Keunggulan Project Peneliti dan Referensi Literature Review Yang Digunakan :

Penelitian yang dilakukan dengan judul “ Perancangan Video Informasi Seni dan Bnagunan Bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Kominfo Kota Tangerang ” memiliki tampilan yang lebih menarik dalam bentuk video informasi mengenai kesenian dan bangunan bersejarah. Dalam perancangan ini membuat video informasi yang menggabungkan antara kesenian dan bangunan bersejarah yang memiliki nilai historis menjadi satu kesatuan. Kemudian dalam penyajiannya pun lebih singkat, padat dan jelas dalam memberikan informasi tentang keindahan, keunikan, kebudayaan, nilai historis, dan lainnya. Memiliki manfaat sebagai media penunjang informasi dan promosi untuk menarik minat wisatawan baik lokal maupun asing berkunjung ke Kota Tangerang serta bertujuan untuk menarik perhatian, mempromosikan, dan memperkenalkan kepada masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui kesenian dan bangunan bersejarah apa saja yang ada di Kota Tangerang.

Kelebihan dari project yang dibuat oleh peneliti adalah menyajikan informasi video objek wisata kesenian dan objek – objek wisata bangunan bersejarah nya yang menjadi andalan di Kota Tangerang. Menampilkan cuplikan video dari setiap objek kesenian serta fasilitas – fasilitas bangunan bersejarah itu sendiri yang tersedia, dan didukung dengan backsound yang sesuai dengan konsep video yang ingin dibuat. Transisi perpindahan gambar pun dibuat semenarik mungkin, dan dari segi gambar yang ditampilkan pun memanjakan mata.

Berdasarkan literature review diatas maka penelitian ini mengambil referensi pada literature review nomor 2 yang ditulis oleh Maulani, dkk (2016 : 207 – 220)[27] dengan judul “Pengembangan Media Promosi Pariwisata Kota Tangerang Dalam Bentuk Video Digital Pada Dinas PORPAREKRAF”. Dikarenakan metodologi penelitian yang digunakan sama diantaranya metode analisa permasalahan, pengumpulan data, analisa perancangan, dan Konsep Produksi Media (KPM). Dimana KPM sendiri terdiri dari, preproduction, production, dan postproduction.

Perbedaan project yang dibuat dengan project yang menjadi referensi dalam literature review diatas adalah pada isi dari konten video. Pada project yang dibuat oleh peneliti, isi dari konten video yang dibuat mencakup kesenian – kesenian tradisional yang ada di Kota Tangerang dan gambaran nyata dari bangunan – bangunan bersejarah yang sudah ada di Kota Tangerang dari dulu hingga sekarang. Sehingga masyarakat yang menyaksikan video ini lebih terfokus pada konten berupa Kesenian dan Bangunan Bersejarah yang ada di Kota Tangerang yang mungkin selama ini belum banyak diketahui. Potensi – potensi wisata Bangunan Bersejarah tersebut diantaranya Bangunan Boen Tek Bio, Bangunan Museum Benteng Heritage, Bangunan Masjid Jami Kalipasir , Bangunan Masjid Pintu Seribu, Bangunan Bendungan Pintu Air 10, dan Bangunan Lapas Anak wisata Kesinian meliputi Kesenian Tari Lenggang Cisadane, Kesenian Barongsai, dan Kesenian Silat Beksi. Sedangkan project yang menjadi referensi peneliti dalam literature review diatas menyajikan video promosi Pariwisata Kota Tangerang yang kontennya lebih luas tentu mengacu pada objek – objek yang berupa wisata unggulan di Kota Tangerang, sehingga cakupan wilayah dan durasi video yang ditampilkan menjadi lebih panjang.

BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH

Gambaran Umum Objek Yang Diteliti

Sejarah Singkat

1. Sejarah Dinas Kominfo

Dinas Kominfo adalah suatu Lembaga Instansi Pemerintahan yang membidangi pengolahan data komunikasi dan informatika yang dibutuhkan oleh Pemerintahan Kota Tangerang. Adapun lembaga tersebut terletak di Gedung Pusat Pemerintahan Lt.4 yang beralamatkan di Jl.Satria Sudirman Kota Tangerang. Lembaga yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, serta terdapat satu sekretariat dan tiga bidang. Diantaranya, bidang pengolahan data dan desiminasi informatika, bidang pos dan telekomunikasi dan bidang telematika. Lembaga ini dibentuk pada tahun 2008, berdasarkan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 28 tahun 2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas komunikasi dan informatika.

2. Visi dan Misi Diskominfo Kota Tangerang

Dinas Kominfo memiliki visi dan misi, hal tersebut untuk menunjang agar program-program yang dibuat oleh Diskominfo Kota Tangerang bisa diterima oleh masyarakat dan tentunya dengan program Dinas Kominfo mempunyai tujuan dan arah yang baik.

A. Visi

“Pelopor Pengembangan Teknologi Komunikasi Dan Informatika Yang Maju dalam tata laksana pemerintahan komunikasi dan informatika publik yang baik” Penjabaran atas makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Pelopor Pengembangan Teknologi komunikasi dan informatika yang Maju, maksudnya adalah Dinas Komunikasi dan Informatika diharapkan mampu menjadi institusi yang mempelopori penerapan teknologi komunikasi dan informatika yang maju di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Tangerang.
  2. Tata Laksana Pemerintahan; maksudnya adalah Dinas Komunikasi dan Informatika diharapkan mampu memfasilitasi terselenggaranya kegiatan administrasi yang efektif dan efisien melalui penerapan aplikasi teknologi komunikasi dan informtika untuk mendukung aktivitas administrasi pemerintah daerah dan mampu menjadi institusi yang dapat membuat jejaring koordinasi lintas dinas dalam lingkup Pemerintah Daerah Kota Tangerang menjadi lebih baik, optimal dan mudah, melalui penerapan sistem koordinasi berbasis teknologi komunikasi dan informatika.
  3. Komunikasi Publik dengan baik, maksudnya adalah Dinas Komunikasi dan Informatika mampu menjadi institusi yang dapat memfasilitasi komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat. Menginformasikan dan mensosialisasikan berbagai aktivitas pemerintah berikut kebijakan dan programnya, sekaligus menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat terkait dengan kebutuhan pelayanan dari Pemerintah Daerah Kota Tangerang.

B. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi di atas, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tangerang menetapkan 5 misi, yaitu :

  1. Mewujudkan sumber daya manusia yang handal guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dinas.
  2. Mewujudkan sarana dan prasarana yang memadai baik perangkat keras maupun lunak dalam mencapai kinerja yang tinggi.
  3. Mendorong terwujudnya sistem kinerja administrasi dan koordinasi pemerintahan yang optimal melalui dukungan teknologi komunikasi dan informatika.
  4. Mengembangkan dan mengelola database dan informasi daerah secara optimal untuk Kota Tangerang yang informatif.
  5. Mengembangkan aplikasi teknologi komunikasi dan informatika bagi peningkatan pelayanan publik.

Struktur Organisasi

Berikut adalah susunan struktur organisasi pada Dinas Kominfo Kota Tangerang :


Bagan 3.1.


Bagan 3.1 Struktur Organisasi Dinas Kominfo Kota Tangerang

Wewenang dan Tanggung Jawab

  1. Kepala Dinas
    Kepala Dinas mempunyai tugas pokok untuk memimpin, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengendalikan seluruh kegiatan penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas dalam penyelenggaraan urusan Daerah yang berkenaan dengan komunikasi dan informatika.
  2. Kelompok Jabatan Fungsional
    1. Kelompok Jabatan Fungsional pada Lembaga Teknis Daerah terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan Bidang keahlian dan profesinya;
    2. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Unit Kerja masing-masing;
    3. Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja;
    4. Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional serta uraian tugas Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  3. Sekretariat
    Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam pengkoordinasian pelaksanaan kebijaksaaan penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas serta menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi umum, keuangan, kepegawaian dan perencanaan.
  4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
    Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian ini dipimpin oleh seorang kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat di bidang administrasi umun dan administrasi kepegawaian.
  5. Sub Bagian Keuangan
    Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat dibidang administrasi keuangan.
  6. Sub Bagian Perencanaan
    Sub Bagian Perencanaan ini dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas pokok yang melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Sekretariat di bidang perencanaan.
  7. Bidang Data dan Diseminasi Informasi
    Bidang Pengolahan Data dan Diseminasi Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur, dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pengolahan data, penyebarluasan informasi, dan promosi Daerah, pengendali opini publik, serta pembinaan multimedia dan lembaga informasi.
  8. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
    Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pengolahan Data dan Diseminasi Informasi yang berkenaan dengan peliputan, pendokumentasian, pengolahan data, dan penyiapan informasi bagi masyarakat mengenai kegiatan dan hasil penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Daerah serta pengendalian opini publik.
  9. Seksi Pengembangan Multimedia Dan Kelembagaan Informasi
    Seksi Pengembangan Multi Media dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pengolahan Data dan Diseminasi Informasi yang berkenaan dengan pembinaan dan penyebarluasan informasi melalui multimedia serta promosi Daerah melalui media televisi dan radio.
  10. Seksi Pengembangan Lembaga Informasi
    Seksi Pengembangan Lembaga Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pengolahan Data dan Diseminasi Informasi yang berkenaan dengan pembinaan pers, percetakan dan kelompok komunikasi; penyebarluasan informasi melalui media cetak, media tradisional dan media tatap muka; serta promosi Daerah melalui media cetak.
  11. Bidang Pos dan Telekomunikasi
    Bidang Pos dan Telekomunikasi dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pembangunan, pengadaan, pemeliharaan, perbaikan prasarana dan sarana, serta layanan teknis persandian dan telekomunikasi yang di lingkungan Pemerintahan Daerah; pengendalian penggunaan frekuensi radio; serta perijinan di bidang pos dan telekomunikasi.
  12. Seksi Pos dan Pengendalian Frekuensi Radio
    Seksi Pos dan Pengendalian Frekuensi Radio dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pos dan Telekomunikasi yang berkenaan dengan pembinaan serta pengendalian di bidang pos dan pengguna frekuensi radio.
  13. Seksi Sandi dan Telekomunikasi
    Seksi Sandi dan Telekomunikasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pos dan Telekomunikasi yang berkenaan dengan pembangunan, pengadaan dan pengembangan sistem persandian (sissan) untuk jaring persadian, peralatan sandi (palsan) dan jaringan telekomunikasi di lingkungan Pemerintah Daerah serta perijinan di bidang Telekomunikasi.
  14. Seksi Layanan Teknis Telekomunikasi
    Seksi Layanan Teknis Telekomunikasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Pos dan Telekomunikasi yang berkenaan dengan layanan, pemeliharaan serta perbaikan prasarana dan sarana persandian dan telekomunikasi di lingkungan Pemerintah Daerah.
  15. Bidang Telematika
    Bidang Telematika dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengatur dan mengendalikan kegiatan penyelenggaraan sebagian tugas Dinas dalam lingkup pembangunan, pengembangan, pengelolaan serta pemberdayaan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) dan Website Kota Tangerang.
  16. Seksi Pemberdayaan Telematika
    Seksi Pemberdayaan Telematika dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Telematika yang berkenaan dengan sosialisasi serta pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi dalam rangka optimalisasi penerapan dan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Daerah.
  17. Seksi E-Government
    Seksi E-Government dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Telematika yang berkenaan dengan penyusunan rencana pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi Manajemen Daerah serta pengelolaan Bank Data dan Website Kota Tangerang.
  18. Seksi Sarana dan Prasarana Telematika
    Seksi Sarana dan Prasarana Telematika dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang mempunyai tugas pokok memimpin dan mengatur pelaksanaan sebagian tugas Bidang Telematika yang berkenaan dengan pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan sarana dan prasarana telematika serta pembinaan Pranata Komputer dan Operator Komputer di lingkungan Pemerintahan Daerah.
  19. Bidang Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LSPE )
    Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut Pusat LPSE mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyiapkan rumusan kebijakan di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, dalam melaksanakan tugas, Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik menyelenggarakan fungsi:
    1. Penyiapan Regulasi Di Bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Secara Elektronik Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
    2. ¬Pelayanan Pengadaan Secara Elektronik Kepada Panitia Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan Kementerian Keuangan Serta Kementerian/Lembaga/Komisi;
    3. Pembinaan Dan Pengawasan Pelaksanaan Pengadaan Secara Elektronik Di Lingkungan Kementerian Keuangan;
    4. Pelaksanaan Administrasi Pusat LPSE.
  20. Seksi Administrasi Sistem Elektronik
    Unit Administrasi Sistem Elektronik menyelenggarakan fungsi:
    1. Penyiapan Dan Pemeliharaan Perangkat Lunak, Perangkat Keras Dan Jaringan,
    2. Penanganan Permasalahan Teknis Yang Terjadi Untuk Menjamin Kehandalan Dan Ketersediaan Layanan;
    3. Pernberian Informasi Kepada Lkpp Tentang Kendala Teknis Yang Terjadi Di Lpse;
    4. Pelaksanaan Instruksi Teknis Dari LKPP
  21. Seksi Registrasi dan Verifikasi
    1. Melakukan registrasi online pada website kominfo kota tangerang
    2. Mengunduh (Download) formulir data penyediaan dan formulir.
  22. Seksi Layanan dan Dukungan
    1. perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Komunikasi dan Informatika;
    2. penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang komunikasi dan informatika;
    3. pelaksanaan fungsi selaku Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID);
    4. pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pengawasan penyelenggaraan kegiatan bidang pos dan telekomunikasi;
    5. pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi pemberdayaan komunikasi sosial dan pengembangan kemitraan media serta pelaksanaan diseminasi informasi Daerah.

Product Information (Informasi Produk)

Produk

Media Video informasi Seni dan Bangunan Bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Kominfo Kota Tangerang berfungsi sebagai salah satu media penunjang informasi dan promosi dalam bentuk audio visual, yang biasanya dipakai oleh Instansi pemerintahan Kota untuk menunjukkan citra/image pariwisata khususnya seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota tangerang, menunjang berbagai kegiatan presentasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang. Video informasi seni dan bangunan bersejarah ini berisikan informasi tentang seluruh destinasi seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.

Melalui perancangan video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini, diharapkan dapat menarik wisatawan dan masyarakat, agar lebih mengenal obyek-obyek seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, serta diharapkan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah.

Latar Belakang Produk

Saat ini Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang secara berkelanjutan menata dan mempromosikan aset seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesejahteraan warga Kota Tangerang dan meningkatkan peran Kota Tangerang dalam konsentrasi seni dan bangunan bersejarah nasional. Namun seiring berkembangnya informasi mengenai seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang membutuhkan perancangan video dengan informasi yang sesuai perkembangan Kota Tangerang saat ini, agar melalui perancangan video seni dan bangunan bersejarah ini masyarakat lebih mengenal obyek-obyek seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, seperti beberapa jenis kesenian khas dari Kota Tangerang, diantaranya adalah : Tari Lenggang Cisadane, Barongsai, dan Silat Beksi. Selain kesenian Kota Tangerang juga kaya akan wisata dan bangunan bersejarah seperti : Bangunan Masjid Pintu Seribu, bangunan Boen Tek Bio, Bangunan Museum Benteng Heritage, dan Bangunan Masjid Jami Kalipasir.

Melalui perancangan media video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini, target yang diharapkan yaitu, membantu Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) dalam hal menyampaikan informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang kepada wisatawan, investor, dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan , masyarakat luas setiap tahunnya serta meningkatakan sumber pendapatan daerah dan meningkatkan image Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang.

Perkembangan Produk

Keterbukaan akses informasi memungkinkan informasi dapat dengan mudah diperoleh kapanpun dan dimanapun. Informasi menjadi hal penting, karena dengan informasi orang akan mendapat semua yang diinginkan. Sebagai contoh salah satu penerapan teknologi multimedia dalam bidang informasi yakni dalam bentuk video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang. Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang salah satu lembaga instansi pemerintahan yang membidangi informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang. Oleh karena itu Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang membutuhkan perancangan media video informasi seni dan bangunan bersejarah yang baru dengan informasi yang up to date sesuai perkembangan Kota Tangerang saat ini.

Melalui perancangan media video seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini, diharapkan DISKOMINFO Kota Tangerang mencapai target sebesar 50% peningkatan dalam jumlah kunjungan wisatawan, setiap tahunnya serta meningkatakan sumber pendapatan daerah dan meningkatkan image Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang, sehingga Kota Tangerang menjadi Kota yang layak di tempati, layak dikunjungi.

Material Produk

Dalam penelitian ini menggunakan material produk berupa media audio visual yang didalamnya terdapat media sebagai berikut :

Tabel 3.1 Material Produk

Spesifikasi Produk

Perancangan mediaaudio visual berupa video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini berdurasi sembilan menit yang informasinya berisikan tentang seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, sebagai sarana informasi dan promosi kepada wisatawan dan masyarakat. Didalam proses pembuatannya terdapat manfaat, kelebihan dan kekurangan diantaranya :

  1. Manfaat
    1. Dapat menarik wisatawan, dan masyarakat luas
    2. Memperoleh kerjasama dengan instansi pemerintah di Kota-kota lain yang ada di Indonesia.
    3. Dikenal oleh masyarakat luas.
  2. Kelebihan
    1. Lebih dapat menghemat waktu proses penyampaian informasi dan promosi
    2. Dapat dilihat dengan internet dimana saja saat melihat video seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang.
    3. Mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat.
  3. Kekurangan
    1. Membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pembuatan video seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini.
    2. Dalam pembuatan video seni dan bangunan bersejarah memerlukan waktu yang cukup lama dalam pre production, production dan post production.

Harga Produk

Untuk membuat video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini tidaklah murah, karena didalam produksi ini dibutuhkan seorang sutradara, cameraman, assistant cameraman, DOP (Direct Of Photograph), editor, scriptwriter dan crew pembantu lain nya, dan juga membutuhkan peralatan yang memadai dari proses pengambilan gambar menggunakan camera hingga proses editing menggunakan laptop

Market Analisis

Market analysis sangat membantu dalam rencana bisnis yang menyajikan informasi mengenai pangsa pasar yang dituju. Analisa dilakukan untuk mendapatkan data kemajuan proses marketing, sehingga nantinya dapat merumuskan strategi bagaimana cara yang tepat menjalankan marketing selanjutnya.

Market Positioning

Positioning yaitu tindakan suatu instansi yang merancang produk dan pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan Masyarakat. Sehingga demikian masyarakat dapat memahami dan menghargai media informasi yang diberikan oleh diskominfo tersebut. Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang dalam upaya memberikan informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang, membutuhkan perancangan media video informasi, untuk menarik minat wisatawan, dan masyakarat luas setiap tahunnya serta meningkatakan sumber pendapatan daerah dan meningkatkan image Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang.

Adapun sasaran video informasi ini adalah Wisatawan yang tertarik untuk mengetahui berbagai seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, para investor yang ingin berbinvestasi di Kota Tangerang, dan masyarakat luas.

Video informasi seni dan bangunan bersejarah kota Tangerang ini nantinya di implementasikan melalui DVD dan berbagai media sosial seperti Youtube, Website Kota Tangerang www.tangerangkota.co.id , dan

Website DISKOMINFO www.diskominfo.tangerangkota.go.id, dan Tangerang TV. Sehingga melalui perancangan video seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini DISKOMINFO mencapai target informasi yang diharapkan yaitu wisatawan, dan masyarakat luas, dapat lebih mengenal kesenian dan objek bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, sehingga Kota Tangerang, yaitu Kota yang layak di tempati, layak investasi, layak dikunjungi.

Potensial Market

Video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini, sebagai sarana informasi dan promosi yang ditujukan kepada wisatawan, dan masyarakat luas, selain itu video ini bertujuan untuk membantu Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang dalam menginformasikan seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.

Video ini akan menjangkau potensial market khususnya pada Kota Tangerang, wilayah Indonesia bahkan Dunia yang tertarik mengenal seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota tangerang, sehingga menarik wisatawan lokal ataupun asing untuk berkunjung ke Kota Tangerang.

Target yang diharapkan DISKOMINFO melalui video seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang yaitu agar DISKOMINFO mencapai target informasi yang diharapkan yaitu meningkat sebanyak 50% masyarakat atau wisatawan, untuk lebih mengenal obyek-obyek seni dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang, dan dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah, sehingga Kota Tangerang menjadi Kota yang layak di tempati, layak investasi, layak dikunjungi.

Agar lebih efektif dan tepat sasaran video ini nantinya akan di implementasikan melalui DVD dan berbagai media sosial seperti Youtube, Website Kota Tangerang www.tangerangkota.co.id dan Website DISKOMINFO www.diskominfo.tangerangkota.go.id dan Facebook.

Market Segmentation

Geografi : Wilayah Kota Tangerang, Indonesia, Dunia

Demografi :

  • : Pria & Wanita
  • Kelas Ekonomi : Menengah
  • Usia : 7 Tahun keatas
  • Sasaran : 1. Masyarakat
    2. Wisatawan lokal dan asing
  • Psikografi : Masyarakat dan wisatawan yang ingin mengetahui informasi dan promosi lebih detail tentang seluruh wisata seni dan bagunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang.

    Marketing Objective (Tujuan Pemasaran)

    Dalam memberikan informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang kepada masyarakat dalam bentuk video informasi dengan konsep audio visual yang bertujuan untuk meningkatkan image Kota Tangerang serta mencapai target DISKOMINFO, dalam hal menyampaikan informasi dan promosi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang kepada masyarakat serta meningkatkan daya tarik wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya.

    Marketing Strategy (Strategi Pemasaran)

    Strategi komunikasi pemasaran disini berkaitan dengan strategi video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini akan digunakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang dalam rangka meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Kota Tangerang. Sedangkan untuk masyarakat umum video informasi seni dan bangunan bersejarah ini digunakan untuk mengetahui pariwisata apa saja yang ada di Kota Tangerang.

    Berikut adalah tabel Matriks Analisis SWOT :

    Tabel 3.2. Analisis SWO

    Budget Produksi Media

    Tabel 3.3. Budget Produksi Media

    Konfigurasi Perancangan

    Spesifikasi Hardware

    Pengembangan video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang tersebut menggunakan satu unit Laptop dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor : AMD Kaveri, 17/19W (FX-7500, 19W; A10-7300, 19W; A8-7100, 19W; A6-7000B, 17W) 2. Monitor : LCD 15.6" FHD (1920 x 1080)16:9 widescreen 3. Mouse : Optical Mouse 4. Keyboard : AccuType Keyboard 5. RAM : 8.00 GB 6. Harddisk : 1 TB 7. Speaker : Speaker Multimedia Dolby System

    Software yang digunakan

    Dalam konsep media informasi dan promosi tersebut, penulis menggunakan software : a. Adobe Premier CS 6 b. Adobe After Effect CS 6 c. Adobe Photoshop CS 6

    Elisitasi

    Elisitasi tahap I

    Elisitasi tahap I, berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara. Tabel 3.4. Elisiasi Tahap I

    Elisitasi tahap II

    Elisitasi tahap II, merupakan hasil pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan ystem yang penting dan harus ada pada ystem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.

    Tabel 3.5. Elisitasi Tahap II

    Keterangan: M = Mandatory (yang diinginkan) D = Desirable (diperlukan) I = Inessential (yang tidak mutlak diinginkan)

    Elisitasi tahap III

    Keterangan: T = Technical L = Low O = Operasional M = Middle E = Economic H = High


    Elisitasi Final

    Tabel 3.7. Final Draft Elisitasi

    BAB IV

    KONSEP PRODUKSI MEDIA (KPM)

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan analisa yang dilakukan pada penelitian dengan judul Perancangan Video informasi Seni dan Bangunan Bersejarah Kota Tangerang Pada Dinas Kominfo Kota Tangerang, sesuai dengan point – point permasalahan yang disampaikan pada rumusan masalah yang terdapat pada laporan BAB I, adapun beberapa kesimpulan terhadap rumusan masalah sebagai berikut :

    1. Media yang dibutuhkan Diskominfo Kota Tangerang dalam menginformasikan dan mempromosikan seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang yaitu berupa media video informasi, karena menyajikan video yang informatif dan efektif mengenai keindahan Kota Tangerang yang memiliki sejarah panjang dan menyimpan beragam potensi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang disertai voice over dengan penyampaian bahasa yang jelas, lugas, dan menarik. Selain itu tampilan visual yang selaras dengan audio dan efek visual yang disajikan, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh wisatawan.
    2. Dalam merancang media informasi dan promosi yang menarik dan dapat dikenal oleh masyarakat menggunakan video informasi yang dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung dan mengenal beragam potensi seni dan bangunan bersejarah di Kota Tangerang ialah video yang menyatukan antara gambar, audio, musik dan berbagai effect visual yang menarik dan dinamis. Agar lebih efektif dan tepat sasaran video ini di implementasikan melalui DVD dan berbagai media sosial seperti youtube, website, dan beberapa acara seni dan kebudayaan.
    3. Target yang ingin dicapai melalui perancangan video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang pada Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan sebanyak 50% serta dapat meningkatkan sumber pendapatan daerah, sehingga Kota Tangerang menjadi Kota yang Investable, Liveable, Visitable, dan E-City.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan, peneliti mengemukakan saran yaitu sebagai berikut :

    1. Dalam menyajikan media video informasi tentang seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang yang dikemas dalam bentuk video informasi, maka disarankan agar pengembangan video tersebut dapat di up date setiap satu tahun sekali sesuai dengan perkembangan Kota Tangerang.
    2. Disarankan kepada pihak pemasaran Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang untuk selalu menggunakan video informasi seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang ini pada event – event yang terselenggara di daerah Kota Tangerang untuk dapat menarik kunjungan wisatawan lebih banyak lagi.
    3. Agar Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Kota Tangerang dapat mencapai target sasaran dalam menginformasikan dan mempromosikan seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang, seni dan bangunan bersejarah Kota Tangerang maka diperlukan upaya dalam mengimplementasikan video tersebut melalui DVD dan sosialisasi melalui berbagai media sosial seperti Youtube, Website Kota Tangerang, Website Dinas Komunikasi dan Informasi (DISKOMINFO) Kota Tangerang dan Tangerang TV, sehingga pariwisata Kota Tangerang lebih dikenal oleh wisatawan dan masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA


    Contributors

    IrfanYafi