SI1122468752

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM

(CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN

PADA POLRES METRO TANGERANG

SKRIPSI

Logo stmik raharja.jpg

Disusun Oleh :

NIM
: 1122468752
NAMA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

KONSENTRASI SOFTWARE ENGINEERING

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2016/2017

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM

(CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN

PADA POLRES METRO TANGERANG

Disusun Oleh :

NIM
: 1122468752
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
: Teknik Informatika
Konsentrasi
: Software Engineering

 

 

Disahkan Oleh :

Tangerang, Juni 2016

Ketua
       
Kepala Jurusan
STMIK RAHARJA
       
Jurusan Teknik Informatika
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Junaedi, M.Kom)
NIP : 000594
       
NIP : 05062

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM

(CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN

PADA POLRES METRO TANGERANG

Dibuat Oleh :


NIM
: 1122468752
Nama

 

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Teknik Informatika

Konsentrasi Software Engineering

Tahun Akademik 2016/2017

Disetujui Oleh :

Tangerang, Juni 2016

Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
   
NID : 08203
   
NID : 05060

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM

(CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN

PADA POLRES METRO TANGERANG

Dibuat Oleh :

NIM
: 1122468752
Nama

Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian

Komprehensif

Jurusan Teknik Informatika

Konsentrasi Software Engineering

Tahun Akademik 2016/2017

Disetujui Penguji :

Tangerang, Juni 2016

Ketua Penguji
 
Penguji I
 
Penguji II
         
         
         
         
(_______________)
 
(_______________)
 
(_______________)
NID :
 
NID :
 
NID :

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

 

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

 

PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM

(CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN

PADA POLRES METRO TANGERANG

Yang bertanda tangan dibawah ini,

NIM
: 1122468752
Nama
Jurusan
: Teknik Informatika
Konsentrasi
: Software Engineering

 

 

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk menapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja, maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia menerima sanksi jika ternyata pernyataan di atas tidak benar.

Tangerang, Juni 2016

 
 
 
 
 
NIM : 1122468752

 

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;

 

ABSTRAKSI

Pakar adalah seseorang yang mempunyai kemampuan khusus dan spesifik di bidangnya. Pakar merupakan aset berharga bagi suatu instansi, perusahaan, organisasi bahkan negara karena kemampuannya untuk memecahkan masalah di bidangnya. Kemampuan seorang pakar akan berkembang dan berbanding lurus dengan pengalamannya yang berarti semakin banyak pengalaman yang dilalui oleh seorang pakar dalam memecahkan suatu masalah maka kemampuannya dalam bidangnya pun akan meningkat. Polres Metro Tangerang adalah salah satu contoh instansi pemerintah yang menggunakan kemampuan pemecahan masalah seorang pakar. Dalam kegiatan penyidikan suatu kasus kriminal seorang penyidik yang telah diberikan wewenang oleh Kepolisian setempat dapat meminta bantuan dari pakar untuk memecahkan kasus tersebut. Akan tetapi kendala yang sering dihadapi adalah terbatasnya jumlah pakar yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang spesifik dalam bidangnya. Untuk mengatasi kendala yang disebutkan diatas maka penulis menggunakan Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread) untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi secara lebih terperinci dan penulis juga membuat suatu sistem yang dapat mengadopsi pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah dari seorang pakar atau dapat disebut dengan Expert System. Untuk membuat model atau rancangan dari sistem pakar maka penulis menggunakan Flowchart Diagram dan juga UML (Unified Modelling Languange) sebagai alat bantu atau tools. Untuk membuat sistem pakar ini penulis menggunakan metode Case – Based Reasoning dengan pembuatan mesin inferensi atau Inference Machine dengan menggunakan metode penalaran Backward Chaining. Metode Case – Based Reasoning dengan metode penalaran Backward Chaining akan optimal digunakan jika tujuan atau hasil dari analisa tersebut lebih banyak dari fakta atau petunjuk yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah menurunnya waktu yang dibutuhkan para penyidik dalam memecahkan suatu kasus kriminal karena konsultasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pakar tanpa harus menghadirkan seorang pakar.

Kata Kunci: Sistem Pakar, Expert System, Analisa SWOT, UML (Unified Modelling Tools), Flowchart, Case - Based Reasoning, Backward Chaining.

 

ABSTRACT

Expert is someone who has special abilities and specific knowledge in his/her field. Expert is a valuable asset to an agency, companies, organizations and even countries due to its ability to solve problems in his/her field. The ability of an expert will develop and directly proportional to the experience, which means the more experience traversed by an expert in solving a problem, the ability in his/her field will increase. Polres Metro Tangerang is one example of a government agency that uses an expert problem-solving ability. In the normal investigation of a criminal case an investigator who has been given authority by the local police department can request assistance from experts to solve the case. But obstacles that was often faced is the limited number of experts who have the knowledge and specific skills in his/her field. To overcome the obstacles mentioned above, the authors use a SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread) to identify the obstacles encountered in greater detail and authors also create a system that can adopt the knowledge and problem solving skills of an expert and could be called by Expert system. To create a model or design of an expert system, the authors use Flowchart Diagram and UML (Unified Modeling Language) as a tools. To make this expert system author uses the method of Case - Based Reasoning by making inference engine or Inference Machine using Backward Chaining. Methods Case - Based Reasoning with reasoning methods Backward Chaining be optimally used if the purpose or result of the analysis is more than facts or instructions used to achieve the goals. The results of the research conducted is time required investigators to solve a criminal case is reduced because the consultation can be done by using an expert system without having or need to bring an expert.

Keywords: Expert System, SWOT Analyze, UML (Unified Modelling Tools), Flowchart, Case - Based Reasoning, Backward Chaining.

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini dengan baik dan sebagaimana semestinnya. Adapun judul yang diambil dalam penyusunan skripsi ini adalah "PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM (CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN PADA POLRES METRO TANGERANG " .

Tujuan dari pembuatan laporan Skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh pihak akademik kepada mahasiswa/i dalam rangka penempuan ilmu, dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) di STMIK Tinggi Raharja.

Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi serta berjasa dalam perjalanan menyelesaikan laporan Skripsi ini, antara lain :

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I selaku KETUA STMIK RAHARJA.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom., selaku Pembantu Ketua I STMIK RAHARJA.
  3. Bapak Junaidi, M.Kom selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika STMIK RAHARJA.
  4. Bapak Sandro Alfeno, M.Kom selaku pembimbing satu yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini dan memberi arahan kepada penulis.
  5. Bapak Dedy Iskandar, S.Kom selaku pembimbing kedua yang telah membantu menyelesaikan Skripsi ini dan memberi arahan kepada penulis.
  6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh Staff dan Karyawan Perguruan Tinggi Raharja.
  7. Bapak IPTU Sutopo, S.H selaku pembimbing lapangan dan stakeholder. Terima kasih atas arahan yang telah diberikan untuk kemajuan project penulis.
  8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penyusunan laporan Kuliah Skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik dalam penulisan, penyajian ataupun isinya. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat dijadikan acuan bagi penulis untuk menyempurnakannya di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan seluruh pembaca.

Tangerang, Juni 2016
Aditya Christianto

Daftar isi

DAFTAR SIMBOL

DAFTAR SIMBOL USE CASE DIAGRAM


DAFTAR SIMBOL CLASS DIAGRAM


DAFTAR SIMBOL SEQUENCE DIAGRAM


DAFTAR SIMBOL STATE CHART DIAGRAM


DAFTAR SIMBOL ACTIVITY DIAGRAM

DAFTAR TABEL


Tabel 3.1 Skenario Use Case Melaporkan Kejadian Kriminal pada TKP

Tabel 3.2 Skenario Use Case Menginformasikan Laporan Kejadian Kriminal Ke Staff Urbinopsnal Satreskrim

Tabel 3.3 Skenario Use Case Menginstruksikan Unit Penyidik Ke Tempat Kejadian

Tabel 3.4 Skenario Use Case Melakukan Pengamanan Tempat Kejadian Perkara

Tabel 3.5 Skenario Use Case Melakukan Penyelidikan Pada Tempat Kejadian Perkara

Tabel 3.6 Skenario Use Case Melaporkan Hasil Penyelidikan Pada Staff Urbinopsnal Satreskrim

Tabel 3.7 Tabel SWOT Polres Metro Tangerang

Tabel 3.8 Analisa Matriks SWOT Polres Metro Tangerang

Tabel 3.9 Elisitasi Tahap I

Tabel 3.10 Elisitasi Tahap II

Tabel 3.11 Elisitasi Tahap III

Tabel 3.12 Final Draft Elisitasi

Tabel 4.1 Skenario Use Case Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk Ke Halaman Awal Website

Tabel 4.2 Skenario Use Case Masuk ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus

Tabel 4.3 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus

Tabel 4.4 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus

Tabel 4.5 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk

Tabel 4.6 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Dugaan

Tabel 4.7 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Pasal

Tabel 4.8 Skenario Use Case Melakukan Proses Logout

Tabel 4.9 Tabel tbl_user

Tabel 4.10 Tabel tbl_rekomendasi

Tabel 4.11 Tabel tbl_bukti

Tabel 4.12 Tabel tbl_dugaan

Tabel 4.13 Tabel tbl_kategori_kasus

Tabel 4.14 Tabel tbl_penanganan_kasus

Tabel 4.15 Tabel tbl_inference_path_ . . .

Tabel 4.16 Tabel tbl_pasal

Tabel 4.17 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Login Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.18 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Home Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.19 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.20 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

yang Di Usulkan

Tabel 4.21 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.22 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang

Di Usulkan

Tabel 4.23 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.24 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Tabel 4.25 Tabel Keputusan Analisa Umum Kasus

Tabel 4.26 Tabel Fakta Analisa Umum Kasus

Tabel 4.27 Tabel Jenis Kasus Analisa Umum Kasus

Tabel 4.28 Tabel Rekomendasi Analisa Umum Kasus

Tabel 4.29 Tabel Keputusan Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.30 Tabel Fakta Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.31 Tabel Waktu Kematian Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.32 Tabel Rekomendasi Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.33 Tabel Keputusan Analisa Senjata

Tabel 4.34 Tabel Fakta Analisa Senjata

Tabel 4.35 Tabel Senjata Analisa Senjata

Tabel 4.36 Tabel Rekomendasi Analisa Senjata

Tabel 4.37 Tabel Production Rules Analisa Umum Kasus

Tabel 4.38 Tabel Production Rules Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.39 Tabel Production Rules Analisa Senjata

Tabel 4.40 Metode Pengujian Blackbox atau Blackbox Testing

Tabel 4.41 Tabel Schedule Implementasi Sistem Pakar Investigas Kriminal Yang Diusulkan

Tabel 4.42 Tabel Estimasi Biaya Penelitian dan Implementasinya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Polres Metro Tangerang 2016

Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem Investigasi Kriminal yang Berjalan Saat ini

Gambar 3.3 Activity Diagram Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Gambar 3.4 Sequence Diagram Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Gambar 3.5 Flowchart Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Gambar 4.1 Use Case Diagram Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.2 Activity Diagram Melakukan Proses Login dan Masuk Ke Halaman Awal Website Sistem Pakar Investigasi

Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.3 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.4 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.5 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.6 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.7 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.8 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.9 Activity Diagram Melakukan Proses Logout

Gambar 4.10 Sequence Diagram Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk

Ke Halaman Awal Website SistemPakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.11 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.12 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi

Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.13 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.14 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.15 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.16 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal

Yang Diusulkan

Gambar 4.17 Sequence Diagram Melakukan Proses Logout Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.18 Class Diagram Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.19 Flowchart Proses Login Sistem yang Diusulkan

Gambar 4.20 Flowchart Menu Input Kategori Kasus Yang Diusulkan

Gambar 4.21 Flowchart Menu Daftar Penanganan Kasus Sistem yang Diusulkan

Gambar 4.22 Flowchart Menu Input Bukti Petunjuk Sistem Yang Diusulkan

Gambar 4.23 Flowchart Menu Input Dugaan Kasus Sistem Yang Diusulkan

Gambar 4.24 Flowchart Menu Input Pasal Sistem Yang Diusulkan

Gambar 4.25 Flowchart Menu Analisa Kasus Kriminal Sistem yang Diusulkan

Gambar 4.26 Prototype Tampilan Halaman Login Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.27 Prototype Tampilan Halaman Home Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.28 Prototype Tampilan Halaman Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.29 Prototype Tampilan Halaman Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.30 Prototype Tampilan Halaman Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.31 Prototype Tampilan Halaman Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.32 Prototype Tampilan Halaman Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.33 Prototype Tampilan Halaman Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Gambar 4.34 Pohon Keputusan Analisa Umum Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.35 Pohon Keputusan Analisa Waktu Kematian Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Gambar 4.36 Pohon Keputusan Analisa Senjata Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan adalah suatu studi khusus dimana tujuan atau goal dari studi tersebut adalah untuk membuat komputer berpikir dan bertindak seperti manusia. Banyak implementasi Artificial Intelligence dalam bidang komputer yaitu, Decision Support System (DSS) atau biasa disebut Sistem Pendukung Keputusan (SPK), Robotic, Natural Languange (Bahasa Alami), Neural Network (Jaringan Syaraf), dan lain lain.

Expert System atau Sistem Pakar adalah salah satu contoh implementasi dari Artificial Intelligence yang menggabungkan pengetahuan dari seorang pakar (Expert Knowledge) dan teknik penelusuran data untuk memecahkan masalah yang secara normal memerlukan keahlian seorang pakar. Seseorang dapat dikatakan sebagai seorang pakar jika memiliki pengetahuan yang sangat spesifik dan mendetail (Detailed Knowledge) pada suatu bidang keilmuan tertentu.

Tujuan pembuatan dan pengembangan sistem pakar sebenarnya bukanlah untuk menggantikan peran seorang pakar, tetapi untuk mensubstitusikan pengetahuan dari pakar ke dalam suatu bentuk sistem sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.

Salah satu kelemahan yang dimiliki oleh seorang pakar adalah jumlah pakar pada masing – masing bidang keilmuan tidaklah banyak, sedangkan masalah yang membutuhkan pemecahan dari seorang pakar berbanding terbalik dengan jumlah pakar. Pada institusi pemerintah salah satu contohnya adalah POLRES METRO Tangerang, jumlah pakar untuk memecahkan kasus kriminal atau yang biasa disebut dengan penyidik dianggap kurang mencukupi, sehingga terkadang untuk memecahkan suatu kasus kriminal membutuhkan waktu yang cukup lama yang disebabkan oleh antrian kasus yang akan dipecahkan.

Dengan latar belakang yang telah penulis sebutkan diatas maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul “PEMBANGUNAN CRIMINAL INVESTIGATION EXPERT SYSTEM (CRIES) UNTUK MENANGANI KASUS PEMBUNUHAN PADA POLRES METRO TANGERANG”.


RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis sebutkan diatas , maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu:

  1. Bagaimana proses pemecahan suatu kasus pembunuhan oleh seorang pakar pada POLRES METRO Tangerang?
  2. Bagaimana mengatasi kendala keterbatasan jumlah pakar dalam memecahkan suatu kasus pembunuhan yang ditemukan pada POLRES METRO Tangerang ?
  3. Bagaimana membangun suatu sistem pakar yang mampu mengadopsi pengetahuan dan kemampuan berpikir dari seorang pakar dalam memecahkan suatu kasus pembunuhan ?

RUANG LINGKUP

Berdasarkan Rumusan Masalah yang sudah dirumuskan diatas, penulis memutuskan untuk membuat sistem dengan batasan – batasan atau ruang lingkup agar masalah yang akan diteliti dan dipecahkan tidak keluar dari batasan batasan yang ditentukan.Adapun ruang lingkup yang penulis tetapkan adalah pengakuisisan atau pensubstitusian pengetahuan dan kemampuan berpikir dari seorang pakar ke dalam suatu sistem, alur pemecahan suatu kasus kriminal, dalam penelitian ini lebih difokuskan pada kasus pembunuhan, dan proses pengambilan kesimpulan atau inferensi oleh sistem terhadap kasus yang dihadapkan.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yang bertempat pada Polres Metro Tangerang dapat dideskripsikan sebagai berikut :

  1. Melakukan Analisis terhadap proses pemecahan kasus pembunuhan oleh seorang pakar pada POLRES METRO Tangerang.
  2. Mengatasi kendala keterbatasan jumlah pakar untuk memecahkan kasus pembunuhan pada POLRES METRO Tangerang.
  3. Membangun suatu sistem yang pakar yang dapat mengadopsi pengetahuan dan kemampuan berpikir dari seorang pakar sehingga dapat memecahkan kasus pembunuhan secara efektif .

Manfaat Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis mengharapkan akan timbul berbagai manfaat terhadap penulis dan instansi yang bersangkutan yaitu:

  1. Mendapatkan hasil analisa proses pemecahan kasus pembunuhan yang akurat pada POLRES METRO Tangerang.
  2. Dapat mengatasi kendala keterbatasan jumlah pakar untuk memecahkan kasus pembunuhan pada POLRES METRO Tangerang.
  3. Dapat membangun suatu sistem pakar yang dapat mengadopsi pengetahuan dan kemampuan berpikir dari seorang pakar dalam memecahkan kasus pembunuhan pada POLRES METRO Tangerang.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Polres Metro Tangerang merupakan penelitian kualitatif.Dikategorikan Penelitian Kualitatif karena penulis meneliti dahulu bagaimana sistem yang berjalan pada instansi yang bersangkutan lalu menghasilkan hipotesa dan solusi atas keadaan yang terdapat pada instansi tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data – data terkait sistem yang berjalan saat ini dan rancangan sistem yang akan diusulkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data yaitu :

  1. Metode Observasi (Observation Research)

    Pada metode ini penulis melakukan pengamatan langsung atau Direct Observation pada instansi terkait dan melakukan proses analisa tentang kelemahan pada sistem yang berjalan pada instansi tersebut.

  2. Metode Wawancara (Interview Research)

    Pada metode ini penulis melakukan sesi tanya jawab dengan stakeholder instansi terkait tentang kebutuhan sistem yang di deskripsikan oleh pengguna atau user requirement, yang menjadi acuan penulis dalam membangun sistem yang sesuai dengan permintaan user.

  3. Studi Pustaka (Literature Review)

    Pada metode ini penulis melakukan penelitian atau researching tentang teori – teori yang relevan dengan cara membaca atau me-review berbagai literatur atau pustaka yang sesuai dengan tema sistem yang akan dibangun oleh penulis.

Metode Analisa Sistem

Dalam penelitian yang penulis lakukan pada Polres Metro Tangerang, penulis melakukan Analisa pada sistem yang berjalan dengan menggunakan metode SWOT (Strength ,Weakness ,Opportunities,Thread) yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan,kelemahan,kesempatan dan juga ancaman yang mungkin terjadi.

Metode Perancangan Sistem

Perancangan sistem adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru berdasarkan hasil rekomendasi analisis sistem. Tujuan perancangan sistem adalah:

  1. Memenuhi kebutuhan pemakai sistem (user) seperti merancang sistem pakar yang dapat mengadopsi pengetahuan dan kemampuan berpikir dari seorang pakar dalam memecahkan suatu masalah.

  2. Memberikan gambaran serta rancang bangun yang jelas dan tertuang dalam Flowchart ataupun alat bantu pemodelan (modelling tools) untuk membangun suatu sistem yang tepat guna.


Metode Pembuatan Sistem Pakar

Dalam rangka memenuhi solusi yang ditemukan oleh penulis pada saat melakukan observasi pada instansi terkait, maka penulis membuat suatu sistem pakar yang dapat mengadposi pengetahuan seorang pakar , dalam hal ini adalah penyidik dan menemukan solusi terbaik dari permasalahan yang diberikan. Adapun Metode untuk membuat sistem pakar yang digunakan adalah Case – Based Reasoning yang menggunakan logika penalaran yaitu Backward Chaining. Metode Case – Based Reasoning akan optimal jika digunakan pada suatu pencarian atau pencapaian suatu Goal dari masalah jika Premis atau Fakta yang terdapat lebih banyak dari tujuan yang akan dicapai, karena Case – Based Reasoning merupakan suatu penalaran dengan alur yang dimulai dari tujuan atau Goal yang lalu melakukan penalaran ke depan yaitu terhadap fakta – fakta yang telah ditemukan.

Metode Pengujian Sistem

Dalam skripsi ini metode pengujian yang digunakan yaitu Blackbox Testing. Blackbox Testing adalah metode uji coba yang memfokuskan pada keperluan software. Karena itu uji coba blackbox memungkinkan pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih seluruh syarat-syarat fungsional suatu program. Metode pengujian blackbox berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya: fungsi-fungsi yang salah atau hilang, kesalahan interface, kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal, kesalahan performa, kesalahan inisialisasi, dan terminasi

SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mengetahui seberapa besar cakupan tentang penulisan Skripsi ini, maka penulis mengeompokkan menjadi beberapa bab dengan beberapa sistematika penyampaian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang akan membahas latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan beberapa definisi dari teori-teori pendukung analisa dan teori-teori lainnya yang digunakan untuk mendukung penelitian serta literature review.

BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN

Bab ini menjelaskan antara lain yaitu sejarah singkat tentang Rumah Sakit Selaras Struktur Organisasi, wewenang dan tanggung jawab, analisa sistem yang sedang berjalan, dan penggambaran sistem dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML), serta Draft Elisitasi dan Prototype yang berisikan Elisitasi Tahap I, Elisitasi Tahap II, Elisitasi Tahap III dan Final Draft Elisitasi yang menggambarkan seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan.

BAB IV RANCANGAN SISTEM YANG DIUSULKAN

Pada bab ini berisikan rancangan sistem, spesifikasi basis data, rancangan program, rancangan prototype, pengujian blackbox, implementasi, yang berkaitan dengan hasil sistem yang berjalan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan hasil analisa sistem yang berjalan berdasarkan bab yang telah diuraikan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

LANDASAN TEORI

TEORI UMUM

Konsep Dasar Sistem

Definisi Sistem

Jogiyanto HM (2011:34)[1]mengungkapkan bahwa “Sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen”.Dengan pendekatan prosedur sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dan prosedur – prosedur yang mempunyai tujuan tertentu.Dengan pendekatan komponen,sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Tata Sutabri (2012:16)[2]menarik kesimpulan bahwa “suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Definisi tersebut dapat dirinci lebih lanjut tentang pengertian secara umum, yaitu :

  1. Setiap sistem terdiri dari unsur-unsur, seperti sistem pernafasan kita terdiri dari suatu kelompok unsur, yang terdiri dari hidung, saluran pernafasan, paru-paru, dan darah. Unsur-unsur yang membentuk subsistem tersebut.

  2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu sistem yang bersangkutan, unsur-unsur sistem berhubungan erat satu dengan yang lain dan sifat serta kerjasama antara unsur sistem tersebut mempunyai bentuk tertentu.

  3. Unsur sistem tersebut bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem, setiap sistem mempunyai tujuan tertentu. Seperti sistem pernapasan kita bertujuan menyediakan oksigen dan pembuangan karbon dioksida dari tubuh kita bertujuan menyediakan oksigen dan tersebut yang berupa hidung, saluran pernapasan, paru-paru, dan darah bekerjasama satu dengan yang lain dengan proses tertentu untuk mencapai tujuan tersebut.

  4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar, sistem pernafasan kita merupakan bagian dari sistem metabolisme tubuh, contoh sistem satuan adalah sistem pencernaan makanan, sistem peredaran darah, dan sistem pertahanan tubuh.

Dari uraian tersebut tentang pengertian sistem secara umum, ada pertanyaan “untuk apa suatu sistem diciptakan?” setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang secara rutin terjadi.

Menurut Lili Tanti dalam Jurnal CCIT Vol.3 No.2 (2010:208)[3] ,“Analisa secara umum merupakan tahap dari daur hidup pengembangan perangkat lunak pengajar. Salah satu tahap yang bertujuan untuk memahami keperluan pembelajaran dan mengembangkan permintaan-permintaan”.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa suatu sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Karakteristik Sistem

Jogiyanto HM (2011:54)[4] mengatakan bahwa “Suatu sistem mempunyai karakteristik.Karakteristik sistem adalah sebagai berikut ini:

  1. Suatu sistem mempunyai komponen – komponen sistem (components) atau subsistem – subsistem.

  2. Suatu sistem mempunyai batas sistem (boundary).

  3. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment).

  4. Suatu sistem mempunyai penghubung (interface).

  5. Suatu sistem mempunyai tujuan (goal

Jadi bisa dikatakan bahwa suatu sistem harus dapat dibagi menjadi beberapa komponen – komponen atau subsistem – subsistem yang terintegrasi satu sama lain (components) untuk mencapai tujuan tertentu (goal).Suatu sistem juga mempunyai boundary agar sistem tersebut mempunyai tujuan spesifik pemecahan masalah.Suatu sistem juga haris mempunyai lingkungan luar (environment) yang nantinya akan berinteraksi dengan sistem tersebut menggunakan suatu penghubung (interface).

Menurut Tata Sutabri (2012:20), sebuah sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  1. Komponen Sistem (Components System)

    Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

  2. Batas Sistem (Boundary System)

    Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

  3. Luar Sistem (Environment System)

    Bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. Kalau tidak, maka akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem tersebut.

  4. Penghubung Sistem (Interface System)

    Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut penghubung sistem. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.

  5. Masukan Sistem (Input System)

    Adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa masukan perawatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukkan supaya sistem dapat beroprasi, sedangkan masukan sinyal adalah energi yang diproses untuk mendapatkan keluaran. Sebagai contoh di dalam sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoprasikan komputer dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

  6. Pengolahan Sistem (Processing System)

    Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran, contohnya adalah sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.

  7. Keluaran Sistem (Output System)

    Hasil energi diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain seperti sistem informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem lain.

  8. Sasaran Sistem (Objective) dan tujuan (Goals)

    Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministic. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

Klasifikasi Sistem

Sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen dengan komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda untuk setiap kasus yang terjadi dalam sistem tersebut. Oleh karena itu, sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang diantaranya diantaranya Tata Sutabri (2012:22)[5] :

  1. Sistem Abstrak (Abstract System) dan Sistem Fisik (Physical System)

    Sistem abstrak merupakan sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologi, yaitu sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer, sistem produksi, dan sistem transportasi

  2. Sistem Alamiah (Natural System) dan Sistem Buatan Manusia (Human Made System)

    Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Misalnya sistem tata surya. Sistem buatan manusia adalah sistem yang melibatkan interaksi manusia dengan mesin yang disebut human machine system. Misalnya sistem telekomunikasi.

  3. Sistem Tertentu (Deterministic System) dan Sistem Tak Tentu (Probabilistic System)

    Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku yang dapat diprediksi. Sebagai contoh adalah hasil pertandingan bola basket. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas. Misalnya system fotosintesis seseorang.

  4. Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System)

    Sistem tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya campur tangan dari pihak di luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi pada kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Contohnya adalah system reaksi kimia. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya.

Konsep Dasar Informasi

Definisi Data

Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item. Terdapat beberapa pengertian data menurut beberapa ahli, diantaranya :

  1. Menurut McLeod dalam bukunya Yakub (2012:5)[6] Data adalah deskripsi kenyataan yang menggambarkan adanya suatu kejadian (event), data terdiri dari fakta (fact) dan angka yang secara relatif tidak berarti bagi pemakai.

  2. Menurut Tata Sutabri (2012:1),[7] definisi data adalah sebagai berikut: “Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi saat tertentu di dalam dunia bisnis. Bisnis adalah perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Misalnya, penjualan adalah transaksi perubahan nilai barang menjadi nilai uang atau nilai piutang dagang. Kesatuan nyata adalah berupa suatu objek nyata seperti tempat, benda, dan yang betul-betul ada dan terjadi. Dari definisi dan uraian data tersebut dapat disimpulkan bahwa data adalah bahan mentah yang diproses untuk menyajikan informasi.”

Dari poin-poin di atas mengenai data dapat disimpulkan bahwa data merupakan bahan yang akan diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berguna dan bermanfaat.

Proses pengolahan data yang disebut siklus pengolahan data (Data Processing Cycle) terdiri dari tiga proses yaitu 1) tahapan input, dilakukan dengan pemasukan data ke dalam proses komputer lewat alat input (input device); 2) tahapan process, dilakukan proses pengolahan data yang sudah dimasukkan yang dilakukan oleh data pemproses (process device) yang dapat berupa proses perhitungan, pengendalian, atau pencarian pada storage; 3) tahapan output, dilakukan proses penghasilan output dari hasil pengolahan data ke alat output (output device) yaitu berupa informasi.

Definisi Informasi

Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, maksud dari kalimat tersebut yaitu bahwa informasi sangat penting pada suatu organisasi. Informasi (information) dapat didefinisikan sebagai berikut:

  1. Menurut Sutarman (2012:14)[8], “Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima”.

  2. Menurut Amin (2012:72)[9], "Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerima dan digunakan untuk mengambil keputusan".

  3. Menurut McLeod dalam Yakub (2012:8)[10], “Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi penerimanya”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informasi merupakan kumpulan data yang telah diolah dan memiliki manfaat bagi penggunanya.

Kualitas Informasi

Kualitas suatu informasi tergantung dari Tiga hal, yaitu informasi harus akurat, tepat waktu, dan relevan. Penjelasan tentang kualitas informasi tersebut dipaparkan, menurut Tata sutabri (2012:43)[11] :

  1. Akurasi (Accuracy)

    Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber informasi hingga penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut. Informasi dikatakan akurat apabila informasi tersebut tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan dan harus jelas mencerminkan maksudnya. Ketidakakuratan sebuah informasi dapat terjadi karena sumber informasi (data) mengalami gangguan atau kesengajaan sehingga merusak atau mengubah data-data asli tersebut. Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap keakuratan sebuah informasi antara lain adalah:

    a. Informasi yang akurat harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian tentunya akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah dengan baik.

    b.Informasi harus aman dari segala gangguan (noise) dapat mengubah atau merusak akurasi informasi tersebut dengan tujuan utama.

  2. Revelansi (Revelancy)

    Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya. Hal ini berarti bahwa informasi tersebut harus bermanfaat bagi pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap-tiap orang satu dengan lainnya berbeda. Misalnya, informasi mengenai kerusakan infrastruktur laboratorium komputer ditujukan kepada rektor universitas. Tetapi akan lebih relevan apabila ditujukan kepada penanggung jawab laboratorium.

  3. Tepat Waktu (Timeliness)

    Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat (usang). Informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Kesalahan dalam mengambil keputusan akan berakibat fatal bagi perusahaan. Mahalnya informasi disebabkan harus cepat dan tepat informasi tersebut didapat. Hal itu disebabkan oleh kecepatan untuk mendapatkan, mengolah dan mengirimkan informasi tersebut memerlukan bantuan teknologi-teknologi terbaru. Dengan demikian diperlukan teknologi-teknologi mutakhir untuk mendapatkan, mengolah, dan mengirimkan informasi tersebut.

Nilai Informasi

Menurut Gordon B. Davis dalam Sutarman (2012:14),[12]“Nilai Informasi dikatakan sempurna apabila perbedaan antara kebijakan optimal, tanpa informasi yang sempurna dan kebijakan optimal menggunakan informasi yang sempurna dapat dinyatakan dengan jelas”.

Nilai suatu informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Tentang Sepuluh (10) sifat yang dapat menentukan nilai informasi, yaitu sebagai berikut :

  1. Kemudahan Dalam Memperoleh

    Informasi memperoleh nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.

  2. Sifat luas dan kelengkapannya

    Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup / cakupan yang luas dan lengkap.Informasi yang tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik.

  3. Ketelitian (Accurancy)

    Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi / akurat. Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.

  4. Kecocokan dengan pengguna (Relevance)

    Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk mengambil keputusan.

  5. Ketepatan Waktu

    Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat.Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima / usang, karena tidak dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.

  6. Kejelasan (Clarity)

    Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format informasi.

  7. Fleksibelitas

    Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para manajer / pimpinan pada saat pengambilan keputusan.

  8. Dapat Dibuktikan

    Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung pada validitas dan sumber yang indah.

  9. Tidak ada prasangka

    Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.

  10. Dapat Diukur

    Informasi untuk pengambilan keputusan harusnya dapat diukur agar dapat mencapai nilai yang sempurna.

Berdasarkan penjelasan nilai informasi di atas, bahwa suatu informasi dapat bernilai baik apabila informasi tersebut dapat memberikan informasi yang dapat dibuktikan dan mudah untuk didapatkan, dimengerti serta tidak menimbulkan keraguan adanya kesalahan informasi.

Konsep Dasar Teknologi Informasi

Definisi Teknologi Informasi

Untuk mengetahui pengertian teknologi informasi terlebih dahulu kita harus mengerti pengertian dari teknologi dan informasi itu sendiri. Berikut ini adalah pengertian teknologi informasi menurut beberapa ahli teknologi informasi :

Menurut Sutarman (2012:17)[13]),“Teknologi informasi adalah Sebuah aturan yang mendasar, garis besar/acuan, atau ide motivasi, yang diaplikasikan pada sebuah situasi, dan untuk menghasilkan sesuatu yang di harapkan sebagai studi, perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau manajemen sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras computer”.

Menurut Daryanto (2010:3)[14]),"Teknologi informasi adalah sub- sistem atau sistem bagian dari sistem informasi".

Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi yang memanfaatkan komputer sebagai perangkat utama untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat.

Konsep Dasar Sistem Pakar

Definisi Sistem Pakar

Menurut Jogiyanto HM (2011:295)[15]Sistem Pakar atau Expert System adalah “suatu sistem informasi yang berisi dengan pengetahuan dari pakar sehingga dapat digunakan untuk konsultasi. Sistem pakar ini dapat berisi dengan pengetahuan (knowledge) dari satu atau lebih pakar. Pengetahuan dari seorang pakar di dalam sistem ini digunakan sebagai dasar oleh sistem pakar untuk menjawab pertanyaan atau melakukan konsultasi”.

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem Pakar atau Expert System adalah suatu sistem informasi yang dibuat dengan mengadopsi pengetahuan (knowledge) dari satu atau lebih pakar yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan atau melakukan konsultasi dengan user dan hasil akhirnya adalah solusi dari pertanyaan atau masalah tersebut.

Penalaran Inference Engine (Inference Engine Reasoning)

Menurut Jogiyanto HM (2011:298)[16] pengetahuan atau Knowledge di dalam sistem pakar diwakili oleh aturan – aturan (rules). Aturan satu dengan aturan lain dihubungkan membentuk diagram pohon (tree diagram). Sistem pakar akan memproses aturan – aturan ini. Komponen sistem pakar yang bertugas untuk memproses aturan – aturan ini adalah Inference Engine. Ada dua cara utama yang umum digunakan untuk membentuk suatu inference engine yaitu :

  1. Forward Reasoning (Forward Chaining)

    Jogiyanto HM (2011:299)[17] mengemukakan bahwa Forward Reasoning atau yang biasa disebut dengan Forward Chaining adalah suatu cara atau metode untuk memproses aturan – aturan dari knowledge base yang menggunakan fakta – fakta yang sudah ditemukan untuk mendapatkan suatu kesimpulan (conclusion). Penalaran forward reasoning ini berbasis data – driven (berdasarkan data atau fakta yang ada). Proses forward reasoning adalah dengan memeriksa aturan – aturan pada knowledge base mulai dari awal sesuai dengan fakta – fakta yang sudah ditemukan.Setiap aturan yang diperiksa, inference engine akan mengevaluasi apakah aturan ini berkondisi benar atau salah. Berdasarkan hasil dari evaluasi ini maka aturan berikut akan diperiksa sesuai dengan urutan atau tingkatannya di diagram pohon.

    Sebagai contoh akan diuraikan sebagai berikut, jika suatu masalah mempunyai sederetan kaidah seperti berikut :

    R1 : A AND C, THEN E

    R2 : IF D AND C, THEN F

    R3 : IF B AND E, THEN F

    R4 : IF B THEN C

    R5 : IF F THEN G

    Fakta yang diketahui adalah A dan B bernilai benar (True). Proses Penalaran yang akan dilakukan adalah :

    Langkah 1 : Berdasarkan R4 maka diketahui bahwa C bernilai benar karena A dan B bernilai benar

    Langkah 2 : Telah diketahui bahwa C bernilai benar maka kita akan mencari rule yang terdapat variabel C yaitu R1 dan R3.

    Langkah 3 : Berdasarkan aturan R1 maka E bernilai benar karena A dan C bernilai benar. Berdasarkan aturan R3 maka F bernilai benar karena B dan E bernilai benar.

    Langkah 4 : Telah diketahui bahwa F bernilai benar, maka kita akan mencari aturan selanjutnya yang terdapat variabel F yaitu R5. Maka bisa disimpulkan bahwa G bernilai benar

  2. Backward Reasoning (Backward Chaining)

    Menurut Jogiyanto HM (2011:299)[18], Penalaran Backward Reasoning adalah suatu penalaran yang didasarkan pada tujuan (goal - driven), metode ini dimulai dengan memperkirakan apa yang akan terjadi kemudian mencari fakta – fakta (evidence) yang mendukung atau membantah hipotesa tersebut. Backward Chaining adalah suatu alasan berkebalikan dengan hipotesis, dimana hipotesis dihasilkan setelah mengumpulkan fakta – fakta yang sudah ada secara lengkap lalu diambil kesimpulan (conclusion) atau hipotesisnya sedangkan backward chaining akan memperkirakan potensial kesimpulan (conclusion) yang mungkin terjadi atau terbukti, karena adanya fakta yang mendukung hipotesis tersebut.

    Sebagai contoh akan diuraikan sebagai berikut, jika suatu masalah mempunyai sederetan kaidah seperti berikut :

    R1 : A AND C, THEN E

    R2 : IF D AND C, THEN F

    R3 : IF B AND E, THEN F

    R4 : IF B THEN C

    R5 : IF F THEN G

    Fakta yang diketahui adalah A dan B bernilai benar (True). Proses Penalaran yang akan dilakukan adalah :

    Langkah 1 : Berdasarkan R5 jika F bernilai benar maka G bernilai Benar, maka kita akan menelusuri aturan yang terdapat variabel F yaitu R2 dan R3.

    Langkah 2 : Pada aturan R2 kita tidak mengetahui nilai kebenaran D karena tidak disebutkan pada fakta yang diketahui dan juga tidak ada rule lagi selain rule itu sendiri untuk mengetahui nilai kebenaran D, maka selanjutnya kita akan mengevaluasi R3.

    Pada aturan R3 dapat diketahui sesuai dengan fakta acuan bahwa B bernilai benar maka kita akan menelusuri aturan yang terdapat variabel E yaitu R1

    Berdasarkan R1 maka dapat diketahui bahwa A adalah bernilai benar maka selanjutnya kita akan menelusuri aturan yang terdapat variabel C yaitu R4.

    Berdasarkan R4 maka dapat diketahui bahwa C bernilai benar karena B bernilai benar.

    Dari proses diatas maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa G bernilai benar.

Kelemahan dan Kelebihan dari Sistem Pakar

Menurut Jogiyanto HM (2011:302)[19]sistem pakar atau expert system memiliki beberapa kelebihan yaitu :

  1. Memberikan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk manajer
  2. Memberikan solusi tepat waktu.
  3. Pelayanan konsumen lebih baik.
  4. Menyimpan pengetahuan di organisasi atau instansi yang berkaitan

Selain Memiliki beberapa kelebihan sistem pakar juga memiliki beberapa kelemahan Jogiyanto HM (2011:303) [8] menyebutkan beberapa kelemahan sistem pakar yaitu :

  1. Sistem Pakar hanya dapat menangani pengetahuan yang konsisten
  2. Sistem pakar tidak bisa menangani hal yang bersifat Judgement.
  3. Format Knowledge Base sistem pakar terbatas.
  4. Aplikasi sistem pakar pada bidang bisnis sangat terbatas.

Konsep Dasar Analisis Sistem

Definisi Analisis Sistem

Menurut Yakub (2012:142) [20] , Analisa sistem dapat diartikan sebagai suatu proses untuk memahami sistem yang ada, dengan menganalisa jabatan dan uraian tugas (business users), proses bisnis (business proses), ketentuan atau aturan (business rule), masalah dan mencari solusinya (business problem and business solution), dan rencana-rencana perusahaan (business plan).

Tahapan Analisis Sistem

Menurut Tata Sutabri (2012:220) ,[21] “Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap investigasi sistem dan sebelum tahap rancangan sistem, tahap analisis sistem merupakan tahap yang kritis dan sangat penting karena kesalahan ditahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya”

Menurut Henderi, Maimunah, Randy Adrian dalam Journal CCIT Vol-4 No.3-Mei 2011 [22] bahwa “Tahap analisis sistem adalah tahap penguraian dari suatu sistem yang utuh kedalam bagian–bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat dibuat rancangan sistem yang baru sesuai dengan kebutuhan”.

Di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh seorang analis sistem, diantaranya:

  1. Identify, yaitu proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah. Hal yang dilakukan diantaranya :

    a. Mengidentifikasi penyebab masalah

    b. Mengidentifikasi titik keputusan

    c. Mengidentifikasi personil-personil kunci

  2. Understand,yaitu memahami kerja dari sistem yang ada. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisa cara kerja dari sistem berjalan. Hal yang dilakukan diantaranya :

    a. Menentukan jenis dan objek penelitian

    b. Merencanakan jadwal penelitian

    c. Mengatur jadwal wawancara.

    d. Mengatur jadwal observasi.

    e. Membuat agenda wawancara.

    f. Mengumpulkan hasil penelitian

  3. Analyze, yaitu melakukan analisa terhadap sistem. Hal yang dilakukan diantaranya :

    a. Menganalisis kelemahan sistem, kebutuhan sistem yang meliputi hardware, software dan brainware.

    b. Menganalisis kebutuhan informasi bagi manajemen (pemakai).

  4. Report, yaitu membuat laporan dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari adanya laporan tersebut diantaranya :

    a. Sebagai laporan bahwa proses analisis telah selesai dilakukan.

    b. Meluruskan kesalahan-kesalahan mengenai apa yang telah ditentukan dalam proses analisis yang tidak sesuai menurut manajemen.

    c. Meminta persetujuan kepada manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap sistem sangat penting karena apabila jika satu tahapan terjadi kesalahan maka tidak dapat melanjutkan ke tahapan selanjutnya.

Konsep Dasar Analisa SWOT

Definisi Analisa SWOT

Menurut Rangkuti dikutip dari Khanna Tiara (2014:199) [23], penelitian menentukan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strengths dan weakness serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisa SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness). Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

  1. Kuadran 1

    Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang dan yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

  2. Kuadran 2

    Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk atau pasar).

  3. Kuadran 3

    Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan question mark pada BCG matriks. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya, Apple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang digunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industri microcomputer.

  4. Kuadran 4

    Ini merupakan situasai yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

"Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weakness) suatu lembaga atau organisasi dan kesempatan-kesempatan (Oportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats)."

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakandiatas, maka dapat disimpulkan Analisis SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikandengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Tujuan SWOT

Menurut Rangkuti dikutip dari Khanna Tiara (2014:199) [24], tujuan analisa SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis suatu organisasi.

Konsep Dasar Perancangan Sistem

Definisi Perancangan Sistem

Perancangan sistem (design system) merupakan tahap selanjutnya setelah analisa sistem agar mendapatkan gambaran dengan jelas tentang apa yang akan dikerjakan pada tahap analisa sistem, maka dilanjutkan dengan memikirkan bagaimana membentuk sistem tersebut.

Menurut Untung Rahardja, Muhammad.Y dan Eva.R dalam Journal CCIT Vol.6 No.2[25], mengemukakan bahwa ”Perancangan sistem dapat didefinisikan sebagai pengambaran, perancangan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah kedalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.Perancangan sistem menentukan bagaimana suatu sistem akan menyelesaikan apa yang mesti diselesaikan maka dari itu perancangan sistem mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk memenuhi kebutuhan untuk pemakai sistem dan memberikan gambaran yang jelas serta rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli teknik lainnya.

Perancangan sistem harus mencapai sasaran-sasaran yaitu perancangan sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah digunakan. Artinya data harus mudah ditangkap, metode-metode harus mudah diterapkan dan informasi harus mudah dihasilkan serta mudah dipahami dan digunakan. Perancangan sistem harus efisien dan efektif dalam mendukung keputusan dan dapat mempersiapkan rancang bangun yang terinci untuk masing-masing komponen dari sistem imformasi yang meliputi data dan informasi”.

Jadi perancangan sistem adalah suatu fase dimana diperlukan suatu keahlian perancangan untuk elemen komputer yang akan menggunakan sistem tersebut yaitu pemilihan peralatan dan program komputer untuk sistem yang baru.

Tujuan Perancangan Sistem

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari tahap perancangan sistem mempunyai maksud atau tujuan utama, yaitu sebagai berikut:

  1. Untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem (user

  2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghasilkan rancang bangun yang lengkap kepada pemograman komputer dan ahli – ahli teknik lainnya yang terlibat dalam pengembangan atau pembuatan sistem.

Konsep Dasar Hukum

Definisi Hukum

Menurut Selznick yang dikutip oleh Satjipto Rahardjo (2012:45) [26], adalah “sesuatu yang berkaitan dengan usaha untuk mewujudkan nilai – nilai tertentu”. Menurut Oliver Wendel Holmes yang dikutip oleh Satjipto Rahardjo (2010:7)[8], “the life of law has not been logic; it has experience” yang berarti esensi kehidupan dari hukum bukanlah sesuatu yang menjadi logis, tetapi sesuatu yang telah menjadi pengalaman. Sudikno Mertokusumo mengatakan bahwa “ kaidah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyogyanya atau seharusnya dilakukan ”.

Berdasarkan beberapa keterangan yang telah diungkapkan diatas dapat kita simpulkan bahwa hukum adalah suatu ketentuan yang seyogyanya atau seharusnya dilakukan dalam rangka untuk mewujudkan nilai – nilai tertentu. Ketentuan – ketentuan ini ditetapkan dan didapatkan dari pengalaman dan bukanlah dari pemikiran yang logis semata.

Tujuan Dibuatnya Hukum

Hukum mempunyai hubungan yang sangat erat dengan moral karena kedua kaidah dan ketentuan ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mengatur tingkah laku manusia dan menciptakan kebaikan dan ketertiban bagi hidup manusia. Namun adakalanya ketika sebuah tindakan dilarang dilakukan oleh ketentuan moral tetapi diperbolehkan dilakukan secara hukum, dan begitu juga sebaliknya.

Menurut Hart H.L.A (2009:315)[27], Hukum di semua negara modern dalam berbagai seginya memperlihatkan adanya hubungan (pengaruh) dengan moralitas sosial yang diterima maupun cita - cita moral yang lebih luas. Berbagai pengaruh ini masuk ke dalam hukum entah dengan cepat dan resmi melalui legislasi, atau secara diam-diam dan setahap demi setahap melalui proses yudisial.

Dalam sebagian sistem, seperti di Amerika Serikat, kriteria terakhir (ultimate) validitas hukum meliputi secara eksplisit prinsip-prinsip keadilan atau nilai-nilai moral substantif; dalam sistem lainnya, seperti di Inggris, di mana tidak ada batasan-batasan formal atas kompetensi badan legislatif tertinggi, legislasinya pun tidak kalah ketatnya dalam berpegang pada keadilan atau moralitas

Perbedaan kaidah hukum dan kaidah moral, menurut Van Apeldorn (1982:35 - 40)[28], ada lima macam. “Kaidah hukum dan kaidah moral memiliki perbedaan tujuan. Hukum bertujuan untuk menciptakan ketertiban dan ketenteraman masyarakat, sedangkan moral mempunyai tujuan untuk menyempurnakan kehidupan pribadi seseorang. Tercapainya tujuan kaidah moral secara tidak langsung akan membawa pengaruh terhadap upaya pencapaian tujuan kaidah hukum, karena pribadi yang baik cenderung menaati aturan-aturan hukum yang merupakan pedoman bagi setiap manusia dalam kehidupan masyarakat”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya hukum adalah :

  1. Mengatur tingkah laku manusia melalui beberapa ketentuan dan pedoman yang ditetapkan

  2. Menciptakan kebaikan, keadilan dan ketertiban bagi kehidupan manusia

  3. Menciptakan kepribadian seorang individu yang taat pada hukum serta moralitas manusia.

  4. Mentransformasikan kaidah – kaidah moral yang bersifat individual menjadi kaidah hukum yang lebih bersifat kolektif.

Hubungan Hukum Dengan Tindakan Kriminal

Pada dasarnya hukum hadir di tengah masyarakat bertujuan untuk mengatur perilaku masyarakat agar menjadi lebih baik dan tidak saling merugikan satu sama lain baik secara moral ataupun secara lahiriah. Tetapi adakalanya salah seorang anggota masyarakat melakukan tindakan yang melanggar hukum karena dipaksa oleh sesuatu hal. Jika tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan itu menyentuh beberrapa hal yang telah ditentukan seperti jiwa dan raga manusia maka tindakan itu bisa disebut tindakan pidana atau tindakan kriminal dan akan dihukum oleh hukum pidana. Satochid Kertanegara yang dikutip dari Mohhamad Ekaputra (2010:2)[29], mengatakan bahwa “ kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum pidana adalah :

  1. Jiwa Manusia (leven)

  2. Keutuhan Tubuh Manusia (lyf)

  3. Kehormatan Seseorang (eer)

  4. Kesusilaan (zede)

  5. Kemerdekaan Pribadi (persoonlyke vyrheid)

  6. Harta benda atau Kekayaan (vermogen) “

Jika seseorang melanggar kepentingan hukum yang telah disebutkan diatas maka dia dapat diberikan sanksi pidana berdasarkan undang – undang hukum pidana setelah diperadilkan di pengadilan negara yang bersangkutan. Di negara indonesia ada undang – undang khusus yang mengatur tentang semua yang berkaitan tentang tindak pidana beserta sanksinya yaitu KUHP (Kitab Undang – Undang Hukum Pidana) dan juga KUHAP (Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana).

Konsep Dasar Investigasi

Definisi Investigasi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)[30], Investigasi memiliki arti yaitu suatu tindakan penyelidikan yang dilakukan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan, dsb, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang suatu peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dsb.

Investigasi kriminal dikatakan oleh Charles E. O’Hara dan Gregory.L O’Hara (1994)[31], adalah “Criminal Investigation is an applied science that involves the study of facts, used to identify, locate and prove the guilt of an accused criminal. A complete criminal investigation can include searching, interviews, interrogation, evidence collection and preservation and various methods of investigation”.

Berdasarkan pernyataan tersebut bisa diartikan bahwa suatu investigasi kriminal adalah sebuah teknik pengaplikasian ilmu pengetahuan yang melibatkan penelitian tentang suatu fakta yang digunakan untuk mengidentifikasi, mencari lokasi dan membuktikan kesalahan dari suatu kasus kriminal. Bisa dikatakan bahwa suatu investigasi kriminal yang menyeluruh melibatkan banyak sekali prosedur yaitu interview, interogasi pengumpulan dan penelitian barang bukti dan juga pemakaian berbagai metode investigasi lainnya.

Tahapan Proses Investigasi Secara Umum

Menurut DR.Hans Gross yang dikutip oleh Dandhy Dwi Laksono (2010 : 32)[32], “Investigasi dalam cakupan secara umum memiliki beberapa tahapan atau proses yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. Petunjuk awal yaitu adanya informasi awal dari siapapun yang memberikan keterangan tentang adanya indikasi penyelewengan atau pelanggaan hukum.

  2. Investigasi awal yaitu upaya pengecekan terhadap petunjuk atau informasi awal yang diperoleh untuk mengetahui apakah telah terjadi penyelewengan atau tidak.

  3. Menyusun Hipotesa berdasarkan investigasi pada tahap sebelumnya dengan format :

    a. Profil dan Modus Operanding yang menjelaskan 5W dan 1H (Who, What, Why, Where, When, How)

    b. Skema kasus atau Flowchart yang menyangkut pihak – pihak yang terlibat dalam kasus penyelewengan dengan maksud untuk memudahkan pemahaman

    c. Perencanaan Pembuktian untuk membuktikan adanya penyelewengan atau pelanggaran hukum

    d. Kesaksian dan wawancara secara anonym.

    e. Dokumen atau surat – surat penting sebagai barang bukti

    f. Keterangan tersangka

    g. Barang bukti

    h. Keterangan ahli

  4. Kajian Literatur dan wawancara dengan pakar yaitun perdalaman wawancara literatur dan pendalaman para ahli untuk menguji dan memperluas pemahaman dan menguji hipotesa.

  5. Penelusuran dan dokumen informasi kunci yaitu pengumpulan dokumen – dokumen dan penggalian informasi dari informan atau saksi kunci yang berkaitan dengan adanya kasus pidana atau perdata sebagai referensi untuk lebih memahami profil dan kronologi kasus.

  6. Pengorganisasian dan analisis data adalah sebagai berikut :

    a. Pengorganisasian data adalah mengklarifikasi semua dokumen atau data yang diperoleh berkaitan dengan kasus tersebut

    b. Analisa kasus adalah kegiatan melakukan perbandingan, pemeriksaan bukti tertulis dan rekonsiliasi serta perhitungan kembali untuk membandingkan semua informasi dari informan atau saksi kunci untuk menemukan secara rinci unsur – unsur penyelewengan atau kasus dan modus operanding dari pihak – pihak yang terlibat.

  7. Pelaporan adalah penyusunan laporan tentang dugaan adanya tindakan pidana maupun perdata secara lengkap. Adapun susunan laporan sebagai berikut :

    a. Latar Belakang

    b. Profil Kasus

    c. Kronologi Kasus

    d. Pihak - pihak yang terlibat

    e. Indikasi penyimpangan atau penyelewengan

    f. Kerugian yang terjadi

    g. Tuntutan terhadap tindakan pidana atau perdata

  8. Advokasi Kasus


TEORI KHUSUS

Prototyping

Definisi Prototyping

Menurut Gunawan, Dandi (2011:246) [33], Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangkat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode Prototyping ini pengembang dan user dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem.

Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang, maka harus dibutuhkan kerjasama yang baik diantara kedua nya sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan sisi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses- prosees dalam menyelesaikan sistem yang diinginkan . dengan demikian akan menghasilkan jadwal sesuai waktu penyelesaian yang telah ditentukan .

Tahapan – Tahapan Prototyping

Menurut Pressman (2001) dalam Muhammad Rifa’i, Tri Listyorini dan Anastasya Latubessy (2014:268) [34], Metode atau tahapan – tahapan dalam perancangan aplikasi yang menggunakan Prototype Modelling dimulai dari Listen To Customer, Build / Revise dan Customer Test – Drives Mock – Up . Tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

  1. Listen To Customer

    Listen To Customer (mendengarkan pelanggan) atau pada penelitian ini dapat disebut dengan Stakeholder adalah tahap awal dalam pemodelan prototype dimana pihak developer dan customer akan bertemu, developer adalah pembuat aplikasi dan customer yang selanjutnya disebut dengan stakeholder adalah seseorang, badan, instansi baik swasta maupun negeri yang menggunakan aplikasi tersebut. Developer dan customer bertemu untuk merencanakan tujuan, kebutuhan dan selain itu pengumpulan data juga dilakukan pada tahap ini. Untuk memperoleh data tersebut secara lengkap dan akurat dibutuhkan kerjasama antar developer dengan customer terkait.

    Sumber Data yang digunakan oleh developer untuk memperoleh data yang diperlukan selanjutnya dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder. Sumber Data Primer dapat diartikan sebagai Sumber data yang dapat diperoleh langsung dari customer atau instansi terkait. Metode pengumpulan data yang dapat dipakai untuk memperoleh data dari Sumber Data Primer adalah Observasi, Interview atau Wawancara, Kuesioner. Selanjutnya, Sumber Data Sekunder dapat diartikan sebagai sumber data yang dapat diperoleh secara tidak langsung dengan melakukan penelitian atau studi terkait dengan permasalahan yang diberikan oleh customer atau instansi terkait. Metode Pengumpulan Data yang dapat diterapkan dalam mengumpulkan data dari Sumber Data Sekunder contohnya adalah Studi Literatur (Literature Review) atau Studi Kepustakaan.

  2. Build / Revise

    Build / Revise (Perancangan Sampel) adalah suatu proses perancangan atau pemodelan perangkat lunak yang diakukan dengan cepat, dan rancangan yang dibuat diusahakan dapat mewakili semua aspek perangkat lunak yang diketahui dan rancangan ini dapat dijadikan dasar dalam pembuatan prototype. Setelah diketahui kebutuhan customer atau stakeholder tentan tujuan yang akan dibuat pada tahapan Listen To Customer , langkah selanjutnya adalah build atau membangun aplikasi secara cepat dan juga dapat disebut dengan RAD (Rapid Application Development).

  3. Customer Test – Drives Mock – Up

    Customer Test – Drives Mock – Up (Evaluasi), pemesan atau customer mengevaluasi prototype yang telah dibuat dan digunkan untuk memperjelas kebutuhan perangkat lunak. Jika prototype yang dibuat belum sesuai dengan kebutuhan dari pengguna atau customer maka developer akan mengulangi lagi langkah pertama dan selanjutnya sampai prototype yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna atau customer.

Berdasarkan penjelasan tentang tahapan – tahapan prototyping diatas maka dapat disimpulkan secara garis besar bahwa pembuatan suatu prototype dari sebuah aplikasi dapat dilakukan dengan tahapan – tahapan berikut :

  1. Pengembangan kebutuhan

    Programmer dan Stakeholder bersama- sama mendefinisikan kebutuhan sistem yang akan dibuat berdasarkan view atau sudut pandang dari user (user requirement), kemudian programmer akan mengeliminasi semua kebutuhan user berdasarkan metode pendefinisian kebutuhann yang digunakan oleh programmer.

  2. Membangun prototype

    Membangun protoype dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada stakeholder(misalnya membuat format input dan format output).

  3. Evaluasi prototyping

    Evaluasi ini dilakukan oleh stakeholder terhadap prototype yang sudah dibuat oleh programmer.Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur tingkat ketepatan dalam membuat suatu program yang sesuai dengan permintaan dari stakeholder.

Konsep Dasar Elisitasi

Menurut Untung Rahardja, Hidayati dan Mia Novalia dalam Journal CCIT Vol-04 No.3 (2011:302) [35], ), Elisitasi merupakan rancangan yang dibuat berdasarkan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :

  1. Elisitasi tahap I, berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.

  2. Elisitasi tahap II, merupakan hasil pengklasifikasian elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI bertujuan memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Berikut penjelasan mengenai MDI :

    a. “M” pada MDI berarti Mandatory (penting). Maksudnya, requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.

    b. “D” pada MDI berarti Desirable. Maksudnya, requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Namun, jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem maka akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.

    c. “I” pada MDI berarti Inessential. Maksudnya, requirement tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas, tetapi bagian dari luar sistem.

  3. Elisitasi tahap III, merupakan hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement dengan option I pada metode MDI. Selanjutnya, semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu :

    a. Technical (T) : bagaimana tata cara atau teknik pembuatan requirement dalam sistem yang diusulkan.

    b. Operational (O) : bagaimana tata cara penggunaan requirement dalam sistem akan dikembangkan.

    c. Economic (E) : berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement di dalam sistem.

    Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:

    1) High (H)  : Sulit untuk dikerjakan, karena teknik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Maka requirement tersebut harus dieliminasi.

    2) Middle (M) : Mampu dikerjakan.

    3) Low (L) : Mudah dikerjakan.

  4. Final draft elisitasi, merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.

Requirement atau kebutuhan dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

  1. Functional requirements

    Menjelaskan interaksi antara sistem dan lingkungannya yang terpisah dari implementasi. Sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan.

  2. Non Functional requirements

    Adalah aspek-aspek pengguna yang dapat dilihat mengenai sistem yang tidak secara langsung berhubungan dengan functional behavior

Konsep Dasar Literature Review

Definisi Literature Review

Menurut Semiawan (2010:104) [36], “Literature review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti.” Tinjauan pustaka membantu peniliti untuk melihat ide-ide, pendapat, dan kritik tentang topik tersebut yang sebelum dibangun dan dianalisis oleh para ilmuwan sebelumnya. Pentingnya tinjauan pustaka untuk melihat dan menganalisa nilai tambah penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan literature review adalah menganalisis tentang topik yang hendak diteliti untuk membantu peneliti melihat ide-ide

Kajian Literature Review

Dalam melakukan kajian literature review ini, langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :

  1. Mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps) dari penelitian ini.

  2. Menghindari membuat ulang (reinventing the wheel) sehingga banyak menghemat waktu dan juga menghindari kesalahan- kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain.

  3. Mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan dan yang relevan terhadap penelitian ini.

  4. Meneruskan capaian penelitian sebelumnya sehingga dengan adanya studi pustaka ini, penelitian yang akan dilakukan dapat dibangun di atas platform pengetahuan atau ide yang sudah ada.

  5. Untuk mengetahui orang lain yang spesialis dan mengerjakan di area penelitian yang sama, sehingga dapat terjaring dalam komunitas yang dapat memberi kontribusi sumber daya yang berharga.

Tujuan Literature Review

Menurut Yuniarti (2012:3)[37], studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan landasan teoritis yang berguna sebagai tolak ukur dalam membahas dan menganalisa data serta mengambil kesimpulan dan saran dalam analisis laporan keuangan perusahaan tertentu

Konsep Dasar Flowchart

Definisi Flowchart

Menurut Adelia dikutip dari Khanna Tiara (2014:166)[38], “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program”. Flowchart menolong analyst dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut.

Menurut Sulindawati dikutip dari Khanna Tiara (2014:78)[39], “Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urutan-urutan prosedur dari suatu program”. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengopersian.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan flowchart atau diagram alur adalah suatu alat yang banyak digunakan untuk membuat algoritma, yakni bagaimana rangkaian pelaksanaan suatu kegiatan. Suatu diagram alur memberikan gambaran dua dimensi berupa simbol-simbol grafis. Masing-masing simbol telah ditetapkan terlebih dahulu fungsi dan artinya.

Jenis – Jenis Flowchart

Menurut Sulindawati dikutip dari Khanna Tiara (2014:78)[40], Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu:

  1. Flowchart Sistem (System Flowchart)

    Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan di dalam sistemsecara keseluruhan dan menjelaskan urutan dari prosedur-prosedur yang ada di dalam sistem. Dengan kata lain, flowchart ini merupakan deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk sistem.

    Flowchart sistem terdiri dari tiga data yang mengalir melalui sistem dan proses yang mentransformasikan data itu. Data dan proses dalam flowchart sistem dapat digambarkan secara online (dihubungkan langsung dengan komputer) atau offline (tidak dihubungkan langsung dengan komputer, misalnya mesin tik, cash register atau kalkulator).

  2. Flowchart Paperwork (Document Flowchart)

    Flowchart Paperwork menelusuri alur dari data yang ditulis melalui sistem. Flowchart Paperwork sering disebut juga dengan Flowchart Dokumen. Kegunaan utamanya adalah untuk menelusuri alur form dan laporan sistem dari satu bagian ke bagian lain baik bagaimana alur form dan laporan diproses, dicatat atau disimpan

  3. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

    Flowchart Skematik mirip dengan Flowchart Sistem yang menggambarkan suatu sistem atau prosedur. Flowchart Skematik ini bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standart, tetapi juga menggunakan gambar-gambar komputer, peripeheral, form-form atau peralatan lain yang digunakan dalam sistem.

    Flowchart Skemantik digunakan sebagai alat komunikasi antara analis sistem dengan seseorang yang tidak familiar dengan simbol-simbol flowchart yang konvensional. Pemakaian gambar sebagai ganti dari simbol-simbol flowchart akan menghemat waktu yang dibutuhkan oleh sesorang untuk mempelajari simbol abstrak sebelum dapat mengerti flowchart.

  4. Flowchart Program (Program Flowchart)

    Flowchart Program dihasilkan dari Flowchart Sistem. Flowchart Program merupakan keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program atau prosedur sesungguhnya dilaksanakan. Flowchart ini menunjukan setiap langkah program atau prosedur dalam urutan yang tepat saat terjadi. Programmer menggunakan Flowchart Program untuk menggambarkan urutan instruksi dari program komputer. Analisa sistem menggunakan flowchart program untuk menggambarkan urutan tugas-tugas pekerjaan dalam suatu prosedur atau operasi.

  5. Flowchart Proses (Process Flowchart)

    Flowchart Proses merupakan teknikmenggambarkan rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah selanjutnya dalam suatu prosedur atau sistem. Flowchart Proses memiliki lima simbol khusus. Flowchart Proses digunakan oleh perekayasa industrial dalam mempelajari dan mengembangkan proses-proses manufacturing. Dalam analisis sistem, Flowchart ini digunakan secara efektif untuk menelusuri alur suatu laporan

Konsep Dasar UML (Unified Modelling Languange

Definisi UML

Menurut Nugroho (2010:6)[41], UML (Unified Modeling Language) adalah perangkat lunak yang berparadigma “berorientasi objek”. Pemodelan (modeling) sesungguhnya digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sedemikian rupa sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami”.

Menurut Alim (2012:30)[42], Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa standar yang digunakan untuk menulis blue print perangkat lunak. UML dapat digunakan untuk memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan mendokumentasikan artifak dari sistem perangkat lunak”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa UML adalah bahasa yang digunakan untuk memvisualisasikan arsitektur perangkat lunak. UML dapat digunakan pada semua proses melalui metodologi pengembangan perangkat lunak dan melakukan implementasinya pada teknologi yang berbeda”.

Jenis – Jenis Diagram UML

Diagram UML (Unified Modelling Languange) dapat dibagi menjadi beberapa diagram yang masing – masing memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri dalam menggambarkan, memodelkan dan menjelaskan suatu sistem. Pembagian diagram tersebut dapat dilihat di bawah ini :

  1. Use Case Diagram

    Menurut Dina Fitria Murad (2013:57)[43], “Diagram Use Case adalah diagram yang bersifat status yang memperlihatkan himpunan use case dan aktor-aktor (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram ini memiliki 2.fungsi, yaitu mendefinisikan fitur apa yang harus disediakan oleh sistem dan menyatakan sifat sistem dari sudut pandang user”.

    Menurut Triandini (2012:18)[44], langkah-langkah membuat diagram use case yaitu :

    a. Mengidentifikasi aktor. Perhatikan bahwa aktor sebenarnya adalah peran yang dimainkan oleh pengguna. Alih-alih menyusun daftar aktor sebagai Bob, Maria, atau Tuan Hendricks, sebaiknya identifikasi peran spesifik yang dimainkan oleh orang-orang tersebut. Ingatlah orang yang sama mungkin memainkan berbagai peran karena ia menggunakan sistem. Sistem lain juga dapat menjadi aktor dari sistem.

    b. Setelah peran aktor teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menyusun tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh peran-perantersebut dalam penggunaan sistem. Tujuan tersebut merupakan tugas yang dilakukan oleh aktor untuk mencapai beberapa fungsi bisnis yang memberikannilai tambah bagi bisnis.

  2. Activity Diagram

    Menurut Dina Fitria Murad (2013:53)[45], “Activity diagram merupakan diagram yang bersifat dinamis. Activity diagram adalah tipe khusus dari diagram state yang memperlihatkan aliran dari suatu aktifitas ke aktifitas lainnya dalam suatu sistem dan berfungsi untuk menganalisa proses”.

    Menurut Vidia (2013:20)[46], “Activity diagram dibuat berdasarkan aliran dasar dan aliran alternatif pada skenario use case diagram. Pada activity diagram digambarkan interaksi antara aktor pada use case diagram dengan sistem”.

  3. Sequence Diagram

    Menurut Vidia (2013:21)[47], ”Sequence diagram dibuat berdasarkan activity diagram dan class diagram. Sequence diagram menggambarkan aliran pesan yang terjadi antar kelas yang dideskripsikan pada class diagram dengan menggunakan operasi yang dimiliki kelas tersebut. Untuk aliran pesan, sequence diagram merujuk pada alur sistem activity diagram yang telah dibuat sebelumnya”.

    Menurut Wijayanto (2013:35)[48], ”Sequence diagram dibuat berdasarkan activity diagram dan class diagram yang telah dibuat, maka digambarkan sequence diagram yang menggambarkan aliran pesan yang terjadi antar kelas dengan menggunakan operasi yang dimiliki kelas tersebut”.

  4. Class Diagram

    Menurut Vidia (2013:21)[49], “Class diagram dibuat berdasarkan use case diagram dan activity diagram”.Menurut Wijayanto (2013:33)[50], “Class diagram dibuat berdasarkan use case diagram dan activity diagram yang telah dibuat, maka dapat diperoleh kelas-kelas yang digunakan dalam sistem”.

Sifat Diagram UML

Menurut Pudjo Widodo Prabowo (2011:10)[51], berikut ini adalah jenis diagram UML dan sifatnya :

  1. Class Diagram : Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan kelas-kelas, antarmuka-antarmuka, kolaborasi-kolaborasi, dan relasi-relasi.

  2. Use Case Diagram : Bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan use-case dan aktor-aktor (suatu jenis khusus dari kelas).

  3. Sequence Diagram : Bersifat dinamis. Diagram urutan adalah diagram interaksi yang menekankan pada pengiriman pesan dalam waktu tertentu.

  4. Activity Diagram : Bersifat dinamis. Diagram aktivitas adalah tipe khusus dari diagram status yang memperlihatkan aliran dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam suatu sistem.

Konsep Dasar Database

Definisi Database

Menurut Prasetio (2012:181), “Database adalah sebuah struktur yang umumnya dikategorikan dalam 2 (dua) hal, sebuah database flat dan sebuah database relasional. Database relasional lebih disukai karena lebih masuk akal dibandungkan database flat”.

  1. Definisi Fields

    Fields adalah sub-bagian dari record. Anhar (2010 : 45)[52].

  2. Definisi Record

    Record adalah data yang isinya merupakan satu kesatuan. Setiap record diberi nomor yang disebut nomor record (record number). (Anhar, 2010 : 45)[53].

  3. Definisi Tabel

    Tabel adalah komponen paling utama dalam membuat website, pada saat pembuatan sebuah halaman web, tabel dijadikan sebagai media yang berfungsi sebagai kerangka untuk meletakkan komponen-komponen isi web. Sehingga dapat meninggalkan pengguna tabel dalam sebuah design web. (Anhar, 2010 : 45)[54].

Konsep Dasar Testing

Definisi Testing

Menurut Simarmata (2010:283)[55], pengujian adalah sebuah proses terhadap aplikasi/program untuk menemukan segala kesalahan den segala kemungkinan yang akan menimbulkan kesalahan sesuai spesifikasi perangkat lunak yang telah ditentukan sebelum aplikasi tersebut diserahkan kepada customer .

Pengujian merupakan proses eksekusi program yang telah selesai dibuat yang bertujuan untuk menemukan kesalahan.Pengujian merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perangkat lunak. Proses pengujian juga mempengaruhi masa penggunaan suatu perangkat lunak. Semakin rinci proses pengujian yang dilakukan, akan semakin lama rentang waktu yang diperlukan antara maintenance satu dan selanjutnya. Pengujian perangkat lunak dilakukan pada setiap tahap pengembangan hingga pada maintenance perangkat lunak.

Cara pandang terhadap perangkat lunak berkembang menjadi lebih konstruktif. Pengujian tidak lagi dipandang sebagai aktivitas yang hanya dilakukan setelah pengodean perangkat lunak selesai dengan batasan sebagai pendeteksi kegagalan perangkat lunak,melainkan sebgai aktivitas yang menuntun keseluruhan proses pengembangan perangkat lunak dan pemeliharaan. Pengujian pun menjadi bagian penting dari suatu kontruksi perangkat lunak.

Pengujian perangkat lunak merupakan aktivitas menantang yang melibatkan beberapa kegiatan yangsaling berkaitan satu sama lain. Di awal pengujian, hal yang perlu dilakukan adalah pemilihan dan perencanaan pengujian dengan memperhatikan teknik-teknik pengujian yang mungkin dilakukan terhadap pengujian perangkat lunak tersebut.Pemilihan dilakukan dengan metode analisis sederhana yang efektif biayanya.

Pengertian Blackbox Testing

Menurut Rizky (2011:264)[56], Black Box Testing adalah tipe testing yang memperlakukan perangkat lunak yang tidak diketahui kinerja internalnya.

Dengan demikian black box testing dapat disimpulkan sebagai jenis pengujian perangkat lunak layaknya seperti "kotak hitam" yang tidak penting dilihat isinya, tapi cukup dikenal proses testing di bagian luar.

Keuntungan Blackbox Testing

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari jenis black box testing antara lain: (Rizky, 2011:264)[57] :

  1. Anggota tim tester tidak harus dari seseorang yang memiliki kemampuan teknis di bidang pemrograman.

  2. Kesalahan dari perangkat lunak ataupun bug seringkali ditemukan oleh komponen tester yang berasal dari pengguna.

  3. Hasil dari black box testing dapat memperjelas kontradiksi ataupun kerancuan yang mungkin timbul dari eksekusi sebuah perangkat lunak.

  4. Proses testing dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan white box testing.

Konsep Dasar Software Pendukung

Konsep Dasar Web

  1. Definisi Web

    Menurut Husni Sidik (2010:1)[58], Web adalah ruang informasi dalam internet, dengan menggunakan teknologi hypertext, pemakai dituntun untuk menemukan informasi dengan mengikuti link yang disediakan dalam dokumen web yangditampilkan dalam browser web.

  2. Sifat-Sifat Web

    Dalam perkembangannya, teknologi informasi menunjukkan banyaknya kemajuan begitu pesat salah satunya adalah berkembangnya website dengan banyaknya ragam fitur dan fungsi yang dimiliki saatini. Pengelompokan macam-macam web cenderung lebih mengarah kepada fungsi,sifat-sifat dan bahasa pemrograman terkait yang digunakan. Menurut (Rahmat Hidayat,2010:3)[59], Jenis-jenis web berdasarkan sifat atau style-nya sebagai berikut:

    1. Web Dinamis

    Merupakan sebuah website yang menyediakan contentatau isi-isi yang selalu berubah-ubah setiap saat. Bahasa pemrogaman yangdigunakan antara lain PHP, ASP, NET dan memanfaatkan database MySql.

    2. Web Statis

    Merupakan website yang content nya sangatjarang diubah. Bahasa pemrogaman yang digunakan adalah HTML dan belummemanfaatkan database. Misalnya web profile organisasi dan lain-lain.

  3. Fungsi Web

    Menurut Rahmat Hidayat(2010:4)[60], Berdasarkan pada fungsinya, website terbagi atas:

    1. Personal Website

    Website yang berisi informasi pribadi seseorang.

    2. Commercial Website

    Website yang dimiliki sebuah perusahaan yang bersifat bisnis.

    3. Goverment Bisnis

    Website yang dimiliki instansi pemerintah, pendidikan, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada pengguna.

    4. Non-Profit Organization Website

    Dimiliki oleh organisasi yang bersifat non- profit atau tidak bersifat bisnis.

Web Browser

Menurut Jarot Setyaji (2010:296)[61], “web browser atau sering juga disebut internet broswer yang berfungsi sebagai jembatan bagi pengguna komputer dalam menjelajah dunia maya”. Internet Browser merupakansebuah aplikasi atau software yang digunakan untuk mengolah data yang ditransfer dari world wide web (www) ke komputer dan menampilkannya secara visual agar mudah dimengerti oleh sebuah pengguna internet. Berikut merupakan bagian dari web browser yaitu :

  1. Status Bar

    Kotak bagian dibawah jendela browser menampilkan berbagai jenis informasi sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pengguna.Sebagian besar menunjukan kecepatan beban dan URL dari alamat sesuai dengan pointer.

  2. Address Bar

    Merupakan kotak bagian atas jendela browser,menampilkan seluruh alamat situs web atauURL.

  3. Title Bar

    Bar judul pada bagian paling atas jendela browser. Menginformasikan judul halaman web.

  4. Toolbar Icon

    Toolbar atau icon jendela browser pada bagian kanan atas jendela browser dibawah title bar. Pada bagian ini akan terlihattombol “back”, “home”, “refresh” danlain sebagainya.

  5. Display Window

    Merupakan ruang kerja browser, berupa frame menampilkan halaman website.

  6. Scroll Bar

    Merupakan pointer untuk menarik halaman web menuju bagian paling bawah.

Definisi Website

Menurut Siti Aisyah, Nawang Kalibuana dan Ipat Parmawati (2012:112)[62], mengemukakakn bahwa “ Website dapat diartikan sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data gambar diamatau gerak, data animasi, suara, video,dan atau gabungan dari semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).Bahasa Program dan Mark-up yang dapat digunakan untuk membangun sebuah web yang adalah sebagai berikut:

  1. HTML

    Menurut Husni Sidik (2010:9)[63], HTML adalah file teks murni yang dapat dibuatdengan editor teks sembarang, dokumen ini dikenal sebagai web page, dokumen html, merupakan dokumen yang disajikan dalam browser websurfer.

  2. PHP

    PHP (Hypertext Preprocessor) yaitu bahasa pemrograman web server-side yang bersifat open source. PHP merupakan script yang terintegrasi dengan HTML dan berada pada server (server side HTML embedded scripting). PHP adalah script yang digunakan untuk membuat halaman website yang dinamis. Dinamis berarti halaman yang akan ditampilkan dibuat saat halaman itu diminta oleh client. Mekanisme ini menyebabkan informasi yang diterima client selalu yang terbaru atau up to date. Semua script PHP dieksekusi pada server dimana script tersebut dijalankan. (Anhar, 2010:3)[8]

Apache

Rulianto Kurniawan (2010:9)[64], Apache web serveratau server HTTP Apache adalah server web yang dapat dijalankan di banyaksistem operasi seperti Linux, Unix, Microsoft Windows dan Novell Netware sertaplatform lainnya yang berguna untukmelayani dan mengfungsikan situs web. Apache merupakan perangkat lunak sumberterbuka (open source) yang dikembangkan oleh komunitas terbuka yang terdiridari pengembangan-pengembangan dibawah naungan Apache Software Foundation. Webserver inilah nantinya yang akan digunakan untuk belajar bahasa pemrograman PHP.

MySQL

Menurut Nugroho (2010:91)[65], “MySQL (My Structured Query Language) atau yang biasa dibaca ,ai-se-kuel adalah sebuah program pembuatan dan pengelola database atau yang sering disebut dengan DBMS (Database Management System). Kelebihan lain dari MySQL adalah menggunakan bahasa query (permintaan) standar SQL (Structured Query Language). SQL adalah suatu bahasa permintaan yang terstruktur.

Notepad ++

Notepad ++ adalah sebuah tools atau alat bantu yang digunakan untuk menyunting teks atau menyunting kode sumber yang berjalan pada sistem operasi windows.Notepad++ menggunakan komponen Scintilia untuk dapat menampilkan dan menyunting berbagai teks dan berkas kode sumber berbagai bahasa pemrograman

Framework

Howe (1995) dalam Radenal Andika (2011:10)[66], mengatakan bahwa “Framework dalam sistem berorientasi objek, merupakan sekumpulan class yang melambangkan bentuk abstrak untuk pemecahan masalah yang berhubungan”.

Framework adalah kumpulan perintah atau fungsi dasar yang membentuk aturan – aturan tertentu dan saling berinteraksi satu sama lain sehingga dalam pembuatan aplikasi web kita harus mengikut aturan dari framework tersebut.Dengan framework kita tidak perlu memikirkan kode perintah/fungsi dasar dari aplikasi website kita.

XAMPP

Menurut Wardana (2010:8)[67], “XAMPP adalah paket software yang didalamnya sudah terkandung Web Server Apache, database MySQL dan PHP Interpreter”.

Menurut Nugroho (2010:74)[68], “XAMPP merupakan paket PHP yang berbasis Open Source yangdikembangkan oleh sebuah komunitas Open Source.

Literature Review

Dalam upaya penelitian perlu dilakukan studi pustaka sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang akan dilakukan. Diantaranya adalah mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps), menghindari pembuatan ulang (reinventing the wheel), mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan, serta mengetahui orang lain yang spesialisasi dan area penelitian yang sama dibidang ini. Berikut adalah penelitian yang telah dilakukan dan memiliki kolerasi searah dengan penelitian yang akan dibahas dalam laporan Skripsi ini antara lain :

  1. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arba Adnandi (Maret 2015) yang berjudul “Sistem Pakar Untuk Mengidentifikasi Perilaku dan Kepribadian Siswa Pada SMK Negeri 2 Tangerang” bertujuan untuk membuat suatu sistem yang dapat menganalisa kepribadian siswa – siswi pada SMK Negeri 2 Tangerang agar para siswa diharapkan dapat mengontrol diri dalam berprilaku dan berkepribadian baik, sehingga dapat memacu perkembangan siswa/i dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam memperoleh datanya, sedangkan dalam pembuatan sistem pakarnya peneliti menggunakan metode backward chaining dalam pembuatan mesin inferensi dari sistem pakar tersebut diatas. Setelah melakukan penelitian di instansi terkait maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kegiatan belajar mengajar kondisinya semakin membaik dengan adanya sistem pakar yang peneliti buat dan meminimalisir kegiatan bimbingan konseling yang membahas masalah perilaku siswa. Penulis juga menemukan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam jenis programnya yaitu Muhammad Arba Adnandi menggunakan bahasa program berbasis desktop yang tentu saja dapat mengurangi mobilitas dari sistem pakar yang telah dibuat karena tidak dapat diakses dimana saja, sedangkan penulis sudah memakai bahasa program berbasis web yang unggul dalam mobilitas serta dapat diakses dari mana saja.

  2. Penelitian yang dilakukan oleh Adrian Rizaldi (Oktober 2014) yang berjudul “Sistem Pakar Identifikasi Karakter Siswa Dalam Menentukan Konsentrasi Belajar Dengan Metode Forward Chaining Pada SMA Yupentek 1 Kota Tangerang” bertujuan untuk membuat suatu sistem yang dapat membantu siswa dalam menentukan konsentrasi belajar atau jurusan dengan melakukan analisa karakter pada siswa – siswi yang bersangkutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam memperoleh data yang diperlukan, sedangkan dalam pembuatan mesin inferensi dari sistem pakarnya peneliti menggunakan metode forward chaining. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah sendiri tidak menyediakan badan konsultasi khusus untuk menentukan konsentrasi belajar siswa – siswinya, Sistem pakar yang peneliti buat mampu meningkatkan akurasi dan efektifitas penempatan siswa – siswi SMA Yupentek 1 pada konsentrasi yang diinginkan karena dapat menganalisa kepribadian siswa – siswinya dan menempatkannya sesuai dengan hasil dari analisa tersebut. Penulis menemukan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rizal Adnandi menggunakan metode penalaran Rule – Based Reasoning dengan metode pembuatan mesin inferensi yang menggunakan Forward Chaining yang tentu saja kurang efektif karena fakta yang didapat tentu saja akan lebih banyak dari tujuan atau Goal yang akan dicapai, berbeda dengan yang menggunakan metode Case – Based Reasoning serta metode pembuatan mesin inferensi yang menggunakan Backward Chaining yang berbasiskan tujuan atau Goal Driven, karena fakta yang ditemukan lebih banyak dari tujuan yang akan dicapai.

  3. Penelitian yang dilakukan oleh Wawan Setiawan yang berjudul “Penerapan Metode Forward Chaining Sebagai Model Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Diabetes Mellitus Pada Puskesmas Sukawali” memiliki tujuan untuk membantu dokter atau tenaga ahli yang ada pada instansi terkait agar dapat melakukan analisa kemungkinan pasien terkena penyakit diabetes secara lebih efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam perolehan data yang diperlukan untuk membuat sistem pakar, sedangkan metode yang digunakan dalam membuat mesin inferensi dari sistem pakarnya adalah metode forward chaining. Setelah melakukan penelitian pada instansi yang terkait maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kehadiran seorang pakar merupakan masalah utama yang dihadapi pada instansi yang terkait karena keterbatasan jumlah pakar yang dapat mendiagnosa kemungkinan pasien terkena penyakit diabetes maka peneliti membuat sistem pakar yang dapat melakukan analisa secara mandiri tanpa menghadirkan seorang pakar dalam mendapatkan solusi dan rekomendasi cara penanganannya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wawan Setiawan yang menggunakan metode penalaran Rule – Based Reasoning dan menggunakan metode inferensi Forward Chaining, penulis menggunakan metode penalaran Case – Based Reasoning dan metode inferensi Backward Chaining yang berdasarkan tujuan atau Goal Driven dikarenakan tujuan atau Goal yang ditemukan lebih sedikit daripada fakta – fakta yang ditemukan sehingga akan mempersingkat waktu analisa masalah dan pengambilan solusi. Penulis juga meneliti tentang kasus pembunuhan pada kepolisian yang pemecahan masalahnya juga lebih kompleks.

  4. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Susanto dengan judul penelitian “Sistem Pakar Kerusakan Mesin Motor Karburator Pada Bengkel Resmi Yamaha Sitanala Tangerang” bertujuan untuk menunjang transparansi pelayanan dalam meningkatkan kepercayaan pelanggan (customer) dan juga membantu dalam meningkatkan kualitas pelayanan instansi tersebut.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam memperoleh data yang diperlukan. Metode Rule-Based Reasoning juga digunakan dalam melakukan penalaran berbasis aturan dan juga Forward Chaining dalam pembuatan mesin inferensi dari sistem pakar tersebut. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa sistem pakar yang peneliti buat dapat dijadikan penunjang diagnosa kerusakan mesin sepeda motor berkaburator dan juga dapat meningkatkan pengetahuan pengguna sistem tentang permasalahan yang sering terjadi pada sepeda motor. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Asep Susanto yang menggunakan metode penalaran Rule – Based Reasoning dan menggunakan metode inferensi Forward Chaining, penulis menggunakan metode penalaran Case – Based Reasoning dan metode inferensi Backward Chaining yang berdasarkan tujuan atau Goal Driven dikarenakan tujuan atau Goal yang ditemukan lebih sedikit daripada fakta – fakta yang ditemukan sehingga akan mempersingkat waktu analisa masalah dan pengambilan solusi.

  5. Penelitian yang dilakukan oleh Latif Hariyandi Suntoro yang berjudul “Perancangan Sistem Pakar Pendiagnosa Kerusakan Laptop Di ‘HS.Comp’ Berbasis Web Dengan Menggunakan PHP dan MySql ” memilki tujuan yaitu untuk membuat suatu sistem yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memberikan solusi dari kerusakan laptop yang dialami oleh customer HS.Comp sehingga dapat mempermudah pengguna atau teknisi untuk mendapatkan solusi dengan cepat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat sistem pakar, sedangkan dalam membuat mesin inferensinya peneliti menggunakan metode forward chaining. Setelah melakukan penelitian diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa aplikasi yang dibuat oleh peneliti mampu memudahkan teknisi dalam menangani kerusakan komputer dan juga mempersingkat waktu diagnosa kerusakan laptop sebesar 50% dari waktu yang dibutuhkan teknisi apabila mendiagnosa kerusakan laptop secara manual. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Latif Hariyandi Suntoro yang menggunakan metode penalaran Rule – Based Reasoning dan menggunakan metode inferensi Forward Chaining, penulis menggunakan metode penalaran Case – Based Reasoning(Data – Driven) dan metode inferensi Backward Chaining yang berdasarkan tujuan atau Goal Driven dikarenakan tujuan atau Goal yang ditemukan lebih sedikit daripada fakta – fakta yang ditemukan sehingga akan mempersingkat waktu analisa masalah dan pengambilan solusi.

Tabel 2.1 Tabel Literature Review

Berdasarkan Literature Review atau Studi literatur yang telah penulis lakukan dan jelaskan diatas maka penulis dapat memberikan perbedaan yang signifikan pada penelitian yang penulis lakukan dan penelitian yang dibahas pada Literature Review yaitu penulis menggunakan metode penalaran Case – Based Reasoning dan juga penulis menggunakan metode inferensi Backward Chaining yang akan optimal jika digunakan untuk memecahkan masalah yang tujuan atau goal – nya berjumlah lebih banyak dibandingkan premis atau fakta yang didapatkan untuk memecahkan masalah tersebut, dikarenakan metode inferensi Backward – Chaining adalah suatu metode pemecahan masalah Goal-Driven yang melakukan penalaran dan juga pengambilan kesimpulan dengan merunut mulai dari Tujuan atau Goal sampai dengan fakta – fakta atau premis yang mendukung tujuan tersebut ditemukan.

BAB III

ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

Gambaran Umum Instansi

Sejarah Singkat Polres Metro Tangerang

Saat berdirinya Polres Tangerang di wilayah Daerah Tingkat II Propinsi Jawa Barat, tanggal 28 Desember 1974 Polres Tangerang dipimpin oleh Letkol Pol Sembiring dan sudah memiliki Kesatuan Lalu Lintas.Kepala Kesatuan Lalu Lintas Polres Tangerang yang menjabat saat itu Kapten Pol Soewandi dan Kepala Unit SIM Lettu Pol Mansyarudin berkantor di jalan Daan Mogot No 52 Tangerang.

Tahun 2002 perubahan sistem pemerintahan yang semula Wilayah Tangerang berada di bawah Daerah Tingkat II Propinsi Jawa Barat menjadi wilayah Propinsi Banten, daerah Tangerang mengalami pengembangan wilayah menjadi Tangerang Kodya dan Kabupaten Tangerang, sehingga teritorial wilayah hukum menjadi tiga wilayah yaitu Polres Metro Tangerang Kota, Polres KP3Sus Bandara Soetta dan Polres Kota Tangerang, sejak diberlakukan otonomi daerah pembuatan Surat Ijin Mengemudi di wilayah Tangerang terpecah menjadi dua Satpas, yaitu Satpas 1219 (Polres Metro Tangerang Kota) dan Satpas 1222 (Polres Kota Tangerang).

Polres Metro Tangerang Kota dengan jumlah penduduk ± 1.354.226 jiwa, secara geografis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 Ls - 6º 13 Ls dan 106º 36 - 106º - 42º Bt dengan luas wilayah 184,23 Km² termasuk Bandara Sukarno Hatta seluas 19,69 Km² memiliki 104 Kelurahan dan 13 Kecamatan

Struktur Organisasi Polres Metro Tangerang 2016

Struktur organisasi berperan penting dalam sebuah instansi baik itu adalah instansi swasta atau instansi pemerintahan, karena struktur organisasi menunjukkan pola – pola hubungan tetap serta tugas dan wewenang masing – masing unit kerja pada instansi tersebut. Berikut adalah struktur organisasi dari SatReskrim pada Polres Metro Tangerang :

Struktur Organisasi Polres Metro Tangerang 2016

Secara detail, struktur organisasi Polres Metro Tangerang dapat dituliskan dan dijabarkan sebagai berikut:

  1. Kapolres

  2. Wakapolres

  3. Kasatreskrim

  4. Wakasatreskrim

  5. Urbinopsnal (Kaurbinopsnal)

  6. Urident (Kaurident)

  7. Urmintu (Kaurmintu)

  8. Unit (Kanit dan Banit Lidik / Resmob)

Tugas dan Tanggung Jawab

Polres Metro Tangerang adalah sebuah instansi pemerintahan yang dibentuk dengan tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan pada masyarakat. Sebuah instansi sendiri merupakan sebuah unit yang terdiri dari berbagai unit yang berbeda di dalamnya yang saling bekerja sama satu sama lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Masing – masing unit ini mempunyai tugas dan tanggung jawab agar dapat melaksanakan fungsinya masing – masing.Di bawah ini akan dijelaskan tugas dan tanggung jawab dari masing – masing unit kerja yang ada pada Polres Metro Tangerang :

  1. Kepala Kepolisian Resort (Kapolres)

    Kapolres mempunyai tugas – tugas sebagai berikut :

    1. Memimpin, membina, mengawasi dan mengendalikan satuan organisasi di lingkungan Polres dan unsur pelaksana kewilayahan dalam jajarannya.

    2. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kapolda terkait dengan pelaksanaan tugasnya.

  2. Wakil Kepala Kepolisian Resort (Wakapolres)

    Wakapolres merupakan unsur pimpinan polres yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kapolres yang mempunyai tugas sebagai berikut :

    1. Membantu Kapolres dalam melaksanakan tugasnya dengan mengawasi, mengendalikan, mengkoordinir pelaksanaan tugas seluruh satuan Polres.

    2. Dalam batas kewenangannya memimpin Polres dalam hal Kapolres berhalangan

    3. Memberikan saran dan pertimangan kepada Kapolres dalam hal pengambilan keputusan berkaitan dengan tugas pokok Kapolres.

  3. Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim)

    Kasatreskrim mempunyai tugas sebagai berikut :

    1. Bertugas dan bertanggung jawab tentang segala sesuatu dalam lingkup pelaksanaan tugas satuan reserse.

    2. Melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan masalah-masalah Perencaan, Pengorganisasian, dan control terhadap tugas anggota.

    3. Melakukan koordinasi dengan kesatuan lain dan instansi samping.

    4. Melakukan supersif staf.

    5. Mengendalikan tugas-tugas yang bersifat khusus terutama operasi yang dibebankan.

  4. Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal (Wakasatreskrim)

    Wakasatreskrim mempunyai tugas sebagai berikut yaitu :

    1. Membantu Kasatreskrim dalam melaksanakan tugasnya dengan mengawasi, mengendalikan, mengkoordinir pelaksanaan tugas seluruh satuan Reserse Kriminal.

    2. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kasatreskrim dalam hal pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugas pokok Kasatreskrim

  5. Urusan Pembinaan Operasional (Urbinopsnal)

    Urbinopsnal memiliki tugas sebagai berikut yaitu :

    1. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap administrasi serta pelaksanaan penyidikan dan penyelidikan sebuah kasus.

    2. Menganalisis penganganan kasus

    3. Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan tugas Satreskrim

  6. Urusan Administrasi dan Tata Usaha (Urmintu)

    Urmintu memiliki tugas pokok sebagai berikut :

    1. Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan keusahaan

    2. Memberikan pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat

    3. Rekomendasi penggunaan senjata api dan bahan peledak

    4. Melayani pembuatan SKCK kepada masyarakat yang membutuhkan dan melakukan pengawasan serta pengamanan atas pelaksanaannya

  7. Urusan Identifikasi (Urident)

    Urident memiliki tugas sebagai berikut :

    1. Melakukan identifikasi dan laboratorium forensik lapangan

    2. Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan dan pelayanan umum

    3. Memberikan petunjuk teknis tentang kriminalitas dan olah tkp dalam rangka pengungkapan suatu kasus.

    4. Mengadakan Yanmas tentang sidik jari, SKCK, SIM, SKKT, dsb.

  8. Unit

    Unit memiliki tugas sebagai berikut yaitu :

    1. Melakukan penyidikan dan penyelidikan tindak pidana umum, khusus dan tertentu di daerah hukum Polres.

    2. Memberikan pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan ketentuan perundang – undangan.

Tata Laksana Sistem Investigasi Kriminal yang Berjalan Saat Ini

Untuk melakukan analisa pada Sistem Investigasi Kriminal yang berjalan pada Polres Metro Tangerang, penulis menggunakan sebuah alat bantu atau Tools untuk menggambarkan serta memodelkan prosedur dan proses yang berjalan pada sistem saat ini yaitu Unified Modelling Language (UML).Penulis akan menggunakan 3 diagram yang terdapat di dalamnya yaitu Use Case Diagram yang akan menggambarkan apa saja kegiatan atau aktifitas yang dapat dilakukan oleh user terhadap sistem,Activity Diagram yaitu suatu diagram yang bersifat dinamis dan menggambarkan proses atau langkah – langkah dari aliran suatu aktifitas user dan Sequence Diagram yang menggambarkan interaksi dan juga aliran pesan antara objek yang terdapat pada sistem terhadap actor atau pengguna dari sistem ataupun sebaliknya yang berbasiskan aliran yang telah digambarkan pada Activity Diagram.

Berikut penulis akan menjelaskan alur prosedur Sistem Investigasi Kriminal yang berjalan pada Polres Metro Tangerang :

  1. Petugas Kepolisian yang bertugas melakukan penjagaan atau biasa disebut Petugas Piket menerima laporan akan adanya tindakan kriminal yang terjadi

  2. Petugas Piket akan melaporkan tindakan kriminal yang terjadi kepada Staff Urbinopsnal agar mendapat respon secepatnya dari Unit Kepolisian. Petugas Piket juga akan melakukan pengarsipan laporan yang diterima dari warga atau saksi.

  3. Staff Urbinopsnal akan menerima laporan dari Petugas Piket dan menginstruksikan Unit Penyidik ataupun Unit Kepolisian lain yang bersiaga ke Tempat Kejadian Perkara.

  4. Unit Penyidik atau Unit Kepolisian menerima instruksi dari Staff Urbinopsnal lalu berangkat ke Tempat Kejadian Perkara.

  5. Unit Penyidik atau Unit Kepolisian akan melakukan tindak pengamanan pertama pada Tempat Kejadian Perkara yaitu memasang garis polisi di sekitar Tempat Kejadian Perkara dengan radius atau jarak yang telah ditentukan.

  6. Unit Penyidik atau Unit Kepolisian selanjutnya akan mengamankan saksi dan juga bukti – bukti yang diduga berhubungan dengan tindak kriminal yang terjadi pada Tempat Kejadian Perkara.

  7. Unit Penyidik atau Unit Kepolisian selanjutnya akan melakukan pendokumentasian situasi dan kondisi Tempat Kejadian Perkara dan bila diperlukan akan melakukan pengejaran terhadap yang diduga tersangka berdasarkan keterangan saksi.

  8. Setelah mengumpulkan bukti – bukti yang dirasa cukup petugas akan melakukan analisa hasil penyelidikan dan menentukan apakah terdapat unsur tindakan kriminal pada Tempat Kejadian Perkara.

  9. Selanjutnya berdasarkan hasil analisa yang didapatkan petugas dapat menghentikan penyelidikan secara menyeluruh atau merekomendasikan diadakannya penyidikan lebih jauh. Lalu petugas menulis Laporan terkait dengan hasil analisa penyelidikan yang telah didapat dan melaporkannya kepada Staff Urbinopsnal agar dapat di tindak lanjuti.

Rancangan Prosedur Sistem Investigasi Kriminal yang Bejalan Saat Ini Menggunakan Unified Modelling Language (UML)

Rancangan Prosedur Sistem Investigasi Kriminal yang Berjalan Saat Ini Menggunakan Use Case Diagram

Gambar 3.2 Use Case Diagram Sistem Investigasi Kriminal yang Berjalan Saat ini

Berdasarkan Use Case yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

  1. 1 (satu) sistem yang mencakup seluruh ruang lingkup atau System Boundary pada sistem yang berjalan saat ini.

  2. 4 (empat) aktor yaitu Pelapor, Petugas Piket, Staff Urbinopsnal, dan Unit Penyidik yang berinteraksi secara internal dan juga eksternal terhadap sistem.

  3. 9 (sembilan) Use case yang melambangkan kegiatan “apa” yang bisa dilakukan oleh user terhadap suatu sistem.

  4. 5 (lima) Include yang dapat diartikan sebagai kegiatan yang harus dilakukan setelah melakukan Parent Use Case.

Berdasarkan Use Case yang telah dijelaskan di atas maka Skenarionya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Skenario Use Case Melaporkan Kejadian Kriminal pada TKP

Tabel 3.2 Skenario Use Case Menginformasikan Laporan Kejadian Kriminal Ke Staff Urbinopsnal Satreskrim

Tabel 3.3 Skenario Use Case Menginstruksikan Unit Penyidik Ke Tempat Kejadian

Tabel 3.4 Skenario Use Case Melakukan Pengamanan Tempat Kejadian Perkara

Tabel 3.5 Skenario Use Case Melakukan Penyelidikan Pada Tempat Kejadian Perkara

Tabel 3.6 Skenario Use Case Melaporkan Hasil Penyelidikan Pada Staff Urbinopsnal Satreskrim

Rancangan Prosedur Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini Menggunakan Activity Diagram

Gambar 3.3 Activity Diagram Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Berdasarkan Gambar Activity Diagram yang berjalan pada Polres Metro Tangerang saat ini maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

  1. 1 (satu) initial node untuk mengawali suatu aktifitas actor pada Sistem Investigasi Kriminal Polres Metro Tangerang yang berjalan saat ini.

  2. 19 (sembilan belas) activity yang menandakan pengeksekusian aktifitas dari actor terhadap sistem atau objek yang mempengaruhi alur kerja sistem.

  3. 1 (satu) fork node, digunakan untuk menandakan aliran aktifitas terpecah menjadi beberapa alur.

  4. 2 (dua) join node, digunakan untuk menandakan beberapa aliran aktifitas bergabung menjadi satu alur.

  5. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

Rancangan Prosedur Sistem Investigasi Kriminal Berjalan Saat Ini Menggunakan Sequence Diagram

Gambar 3.4 Sequence Diagram Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Berdasarkan gambar Sequence Diagram pada Sistem Investigasi Kriminal yang berjalan saat ini pada Polres Metro Tangerang, maka dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. 4 (empat) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna atau user yang akan berinteraksi dengan sistem baik secara internal maupun eksternal

  2. 2 (dua) Object Lifeline yang menggambarkan objek yang terdapat dalam sistem dan mempunyai peran untuk menerima interaksi atau kegiatan dari pengguna atau user dari sistem.

  3. 11 (sebelas) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan atau Message Flows baik dari user terhadap objek yang terdapat pada sistem ataupun sebaliknya.

  4. 7 (tujuh) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau Feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh user terhadap objek yang terdapat pada sistem ataupun sebaliknya.

  5. 3 (tiga) Self Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan yang kembali pada actor atau Objek yang terdapat pada sistem itu sendiri.

Rancangan Prosedur Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini Menggunakan Flowchart Table

Gambar 3.5 Flowchart Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Berdasarkan Diagram Flowchart yang telah digambarkan diatas maka dapat dijelaskan komponen – komponen yang menyusunnya sebagai berikut :

  1. 1 (satu) Start/End Chart yang menggambarkan Starting atau Ending point dari sistem.

  2. 8 (delapan) Process Chart yang menggambarkan sebuah proses atau aksi yang dilakukan oleh aktor ataupun sistem tersebut.

  3. 19 (sembilan belas) Flow Line yang menggambarkan arah aliran proses ataupun data yang terdapat pada sistem.

  4. 2 (dua) Connector yang mengindikasikan bahwa alur proses yang mengalir kepada simbol tersebut akan dilanjutkan pada halaman yang berbeda

  5. 2 (dua) Input Chart yang menggambarkan materi atau informasi yang memasuki atau keluar dari sistem.

  6. 3 (tiga) Document Chart yang menggambarkan dokumen atau laporan yang tercetak.

  7. 2 (dua) Data Storage Chart yang menggambarkan langkah atau proses dimana akan dilakukan penyimpanan data.

  8. 2 (dua) Multi Document Chart yang menggambarkan kumpulan dari dokumen atau laporan – laporan yang tercetak.

Analisa Sistem Investigasi Kriminal yang Berjalan Saat Ini

Metode Analisa Sistem

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Thread)

Dalam melakukan Analisis SWOT langkah yang pertama kali harus dilakukan adalah mendefinisikan masing – masing komponen dalam SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Thread) yang terdapat pada instansi terkait.Penjabaran komponen – komponen dari SWOT akan dirangkum dalam tabel SWOT berikut :

Tabel 3.7 Tabel SWOT Polres Metro Tangerang

Setelah melakukan pendeskripsian dan pengelompokkan data yang didapatkan dari instansi terkait ke dalam masing – masing komponen dalam SWOT, kita dapat melakukan Analisa dengan menggunakan Matriks SWOT.

Tabel 3.8 Analisa Matriks SWOT Polres Metro Tangerang

Metode Pengolahan Data

Berdasarkan pada pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif , dimana pendekatan ini tidak menguji hipotesa yang didapatkan dengan kenyataan atau hasil survey pada lapangan melainkan lebih bertuan untuk mengerti bagaimana gejala – gejala dari suatu fenomena terjadi dan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan fenomena tersebut sehingga dapat menghasilkan hipotesa ataupun teori baru berdasarkan penelitian yang dilakukan. Disini penulis menggunakan Metode Wawancara atau Interview pada narasumber secara langsung untuk mendapatkan data – data terkait dengan kasus – kasus kriminal yang ditangani serta bagaimana kasus tersebut ditangani baik oleh penyidik ataupun para pakar forensik di bidangnya masing – masing. Setelah itu penulis mengolah data yang didapatkan dan melakukan proses Knowledge Transferring atau Knowledge Acquisition pada data yang didapatkan dan mentransformasikannya menjadi aturan – aturan yang digunakan oleh sistem yang dibuat oleh penulis untuk menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi yang relevan bagi pengguna sistem.

Kelemahan Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Pada Sistem Investigasi Kriminal yang berjalan saat ini terdapat berbagai macam permasalahan dan juga kekurangan.Beberapa permasalahan dan kekurangannya antara lain :

  1. Keterbatasan jumlah pakar dalam menangani kasus kriminal, dalam hal ini adalah penyidik.

  2. Jumlah dan waktu penanganan suatu kasus kriminal yang bisa dibilang masih terlalu lama jika dibandingkan dengan jumlah penyidik yang ada akan menimbulkan gap atau celah yang cukup signifikan.

  3. Kehandalan seorang pakar berbanding lurus dengan pengalaman yang didapatkan dari lapangan dalam menangani suatu kasus, banyak pakar yang berpengalaman sudah mengundurkan diri atau pensiun dari jabatannya dan tidak menangani kasus lagi.

Alternatif Penyelesaian Masalah

Untuk menyelesaikan Permasalahan Diatas, maka penulis membuat beberapa Alternatif Pemecahan Masalah Yaitu :

  1. 1. Melakukan perekrutan personil untuk menambah jumlah penyidik yang mempunyai kemampuan menangani kasus kriminal..

  2. 2. Untuk mempersingkat waktu penanganan suatu kasus kriminal disarankan bekerja sama dengan Badan Intelijen dari pemerintah ataupun dari swasta.

  3. 3. Membuat suatu sistem yang bisa mengakuisisi kemampuan berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar sehingga kalaupun seorang pakar berhalangan hadir sistem dapat memberikan rekomendasi yang sesuai dengan kemampuan pakar yang sudah diakuisisi.

Konfigurasi Sistem Investigasi Kriminal Yang Berjalan Saat Ini

Spesifikasi Hardware

  1. Minimum Requirement

    1. Prosesor : Pentium IV

    2. Monitor : SVGA 15” (inch)

    3. Mouse : Optical Mouse

    4. Keyboard : PS2 atau Serial

    5. RAM : 1GB

    6. Harddisk : 20 GB

  2. Recommended Requirement

    1. Prosesor : Intel Core 2 Duo atau Intel Core 2 Quad Core

    2. Monitor : LCD atau LED 15” (inch)

    3. Mouse : Optical Mouse

    4. Keyboard : USB (Universal Serial Bus) atau PS2

    5. RAM : 2GB

    6. Harddisk : 40 GB

Spesifikasi Software

  1. Operating System (OS): Windows Xp 32 Bit

  2. Web Browser : Google Chrome 32 bit Version 44.0.2403.125

  3. Web Server : Apache Web Server Version 2.4.10/32 Bit With API 2.0 Handler And PHP Version 5.4.31

  4. Database Server : Mysql Server Version 5.5.39 Community Build (GPL)

  5. Database Help Tools : PhpMyAdmin Version 4.2.7.1

  6. Web Server and Tools Package : Xampp For Windows 32 bit Version 1.8.2

Hak Akses (Brainware)

  1. Petugas

  2. Administrator

User Requirement

Elisitasi Tahap I

Elisitasi tahap I merupakan daftar kebutuhan user atau stakeholder yang diperoleh dari hasil data yang dikumpulkan dengan cara observasi ataupun wawancara.Elisitasi Tahap I berisi bagaimana kebutuhan user atau stakeholder terhadap sistem yang akan dibuat agar memenuhi kebutuhannya.Berikut Elisitasi Tahap I yang telah dibuat:

Tabel 3.9 Elisitasi Tahap I



Elisitasi Tahap II

Elisitasi Tahap II adalah tahap elisitasi yang menggunakan data yang telah dibentuk pada Elisitasi Tahap I dan di eliminasi dengan menggunakan metode MDI (Mandatory, Desirable, Inessential).Pada tahapan ini semua user requirement yang memiliki skala penilaian dengan simbol I (Inessential) akan dieliminasi.Berikut Elisitasi Tahap II akan dijelaskan:

Tabel 3.10 Elisitasi Tahap II

Keterangan :

M = Mandatory (Harus Ada)

D = Desirable (Yang Diinginkan,Tidak Harus Ada)

I = Inessential (Diinginkan,tetapi tidak diperlukan oleh sistem)

Elisitasi Tahap III

Elisitasi Tahap III adalah Elisitasi yang menggunakan data yang telah dieliminasi pada elisitasi tahap II dengan metode MDI.Pada tahapan ini data yang sudah didapatkan dari elisitasi tahap II akan dieliminasi lagi dengan menggunakan Metode TOE (Technical, Operational, Economics). Requirement yang memiliki TOE dengan skala resiko yang paling tinggi akan dieliminasi.Berikut Adalah Elisitasi Tahap III :

Tabel 3.11 Elisitasi Tahap III

Final Draft Elisitasi

Final Draft Elisitasi adalah bentuk elisitasi terakhir yang sudah dieliminasi semua requirement dengan melalui Tahap Elisitasi Tahap II dan Elisitasi Tahap III. Elisitasi ini akan dijadikan acuan penulis membuat rancangan sistem yang diusulkan untuk memecahkan permasalahan pada instansi yang bersangkutan.

Tabel 3.12 Final Draft Elisitasi

BAB IV

Rancangan Sistem Yang Diusulkan

Prosedur Sistem Yang Diusulkan

Setelah melakukan analisa dan observasi secara langsung pada Sistem Investigasi Kriminal yang berada Polres Metro Tangerang, khususnya pada bagian Satreskrim (Satuan Reserse Kriminal) maka penulis dapat memberikan beberapa usulan tentang rancangan sistem yang akan dibangun agar dapat membantu petugas saat melakukan penyidikan. Diharapkan sistem usulan ini dapat membantu sistem investigasi kriminal yang lama agar dapat lebih bekerja lebih optimal atau bahkan menggantikan sistem yang lama dengan sistem usulan yang sudah terintegrasi dengan sistem internal dari instansi terkait, sehingga aliran informasi yang didapat oleh sistem akan lebih mudah disalurkan bagi para petugas meskipun berada pada unit kerja yang berbeda.

Tata Laksana Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Untuk melakukan analisa pada Sistem Investigasi Kriminal yang berjalan pada Polres Metro Tangerang, penulis menggunakan sebuah alat bantu atau Tools untuk menggambarkan serta memodelkan prosedur dan proses yang berjalan pada sistem saat ini yaitu Unified Modelling Language (UML).Penulis akan menggunakan 3 diagram yang terdapat di dalamnya yaitu Use Case Diagram yang akan menggambarkan apa saja kegiatan atau aktifitas yang dapat dilakukan oleh user terhadap sistem,Activity Diagram yaitu suatu diagram yang bersifat dinamis dan menggambarkan proses atau langkah – langkah dari aliran suatu aktifitas user dan Sequence Diagram yang menggambarkan interaksi dan juga aliran pesan antara objek yang terdapat pada sistem terhadap actor atau pengguna dari sistem ataupun sebaliknya yang berbasiskan aliran yang telah digambarkan pada Activity Diagram.

Penulis juga akan menggunakan flowchart diagram untuk memodelkan secara umum atau general bagaimana tata laksana Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang akan diusulkan pada Polres Metro Tangerang. Flowchart sendiri berguna untuk memodelkan aliran proses ataupun data yang diproses oleh sub sistem ataupun dapat disebut juga modul secara bertahap. Penulis akan menggunakan flowchart berjenis flowchart sistem dimana flowchart yang digunakan akan lebih menjelaskan secara detail dan terstruktur tentang bagaimana komponen atau sub sistem atau modul berinteraksi satu sama lain dengan input dari user dan menghasilkan suatu kesimpulan atau rekomendasi dari permasalahan yang dihadapkan

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan Dengan Menggunakan UML (Unified Modelling Language)

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan Dengan Menggunakan Use Case Diagram

Gambar 4.1 Use Case Diagram Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Use Case yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

  1. 1 (satu) sistem yang mencakup seluruh ruang lingkup atau System Boundary pada sistem yang berjalan saat ini.

  2. 2 (dua) aktor yaitu Petugas dan Administrator yang berinteraksi secara internal dan juga eksternal terhadap sistem.

  3. 26 (dua puluh enam) Use case yang melambangkan kegiatan “apa” yang bisa dilakukan oleh user terhadap suatu sistem.

  4. 2 (dua) Include yang dapat diartikan sebagai kegiatan yang “harus” dilakukan setelah melakukan Parent Use Case.

  5. 17 (tujuh belas) Extend yang dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat dilakukan setelah melakukan Parent Use Case.

Berdasarkan Use Case yang telah dijelaskan di atas maka Skenarionya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Skenario Use Case Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk Ke Halaman Awal Website

Tabel 4.2 Skenario Use Case Masuk ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus

Tabel 4.3 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus

Tabel 4.4 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus

Tabel 4.5 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk

Tabel 4.6 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Dugaan

Tabel 4.7 Skenario Use Case Masuk Ke Dalam Menu Utama Pasal

Tabel 4.8 Skenario Use Case Melakukan Proses Logout

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan Dengan Menggunakan Activity Diagram

  1. Activity Diagram Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk Ke Halaman Awal Website

Gambar 4.2 Activity Diagram Melakukan Proses Login dan Masuk Ke Halaman Awal Website Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 9 (sembilan) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 2 (dua) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus

Gambar 4.3 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 8 (delapan) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

    6. 1 (satu) fork node untuk menandakan berpisahnya aliran dari satu aktifitas menjadi beberapa aliran yang baru.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus

Gambar 4.4 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 7 (tujuh) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

    6. 1 (satu) fork node untuk menandakan berpisahnya aliran dari satu aktifitas menjadi beberapa aliran yang baru.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus

Gambar 4.5 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 10 (sepuluh) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Pasal

Gambar 4.6 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 8 (delapan) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

    6. 1 (satu) fork node untuk menandakan berpisahnya aliran dari satu aktifitas menjadi beberapa aliran yang baru.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Dugaan

Gambar 4.7 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 8 (delapan) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

    6. 1 (satu) fork node untuk menandakan berpisahnya aliran dari satu aktifitas menjadi beberapa aliran yang baru.

  1. Activity Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk

Gambar 4.8 Activity Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 8 (delapan) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) decision node yang melakukan pengevaluasian kondisi dari aktifitas sebelumnya dan mengarahkan aliran aktifitas sesuai dengan aturan kondisi yang dibuat sebelumnya.

    4. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

    5. 1 (satu) join node untuk menandakan bergabungnya aliran dari aktifitas yang berbeda menjadi satu.

    6. 1 (satu) fork node untuk menandakan berpisahnya aliran dari satu aktifitas menjadi beberapa aliran yang baru.

  1. Activity Diagram Melakukan Proses Logout

Gambar 4.9 Activity Diagram Melakukan Proses Logout

Berdasarkan Activity Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) initial node yang mengawali aliran aktifitas suatu actor pada Sistem Informasi Manajemen yang diusulkan.

    2. 4 (empat) activity yang mendeskripsikan aktifitas dari actor yang akan mentrigger aktifitas dari sistem.

    3. 1 (satu) final node yang menandakan berakhirnya aktifitas dari suatu actor dan aktifitas tersebut tidak akan memicu aktifitas lainnya untuk dilakukan oleh sistem.

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan Dengan Menggunakan Sequence Diagram

  1. Sequence Diagram Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk Ke Halaman Awal Website

Gambar 4.10 Sequence Diagram Melakukan Proses Login Ke Dalam Sistem Dan Masuk Ke Halaman Awal Website Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 8 (delapan) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 1 (satu) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 2 (dua) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 4 (empat) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail.

    7. 1 (satu) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus

Gambar 4.11 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 22 (dua puluh dua) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 4 (empat) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 7 (tujuh) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 8 (delapan) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail.

    7. 2 (dua) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus

Gambar 4.12 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 12 (dua belas) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 4 (empat) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 4 (empat) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus

Gambar 4.13 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Sub Menu Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 7 (tujuh) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 2 (dua) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 2 (dua) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail.

    7. 1 (satu) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Pasal

Gambar 4.14 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 22 (dua puluh dua) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 4 (empat) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 7 (tujuh) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 8 (delapan) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail

    7. 2 (dua) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Dugaan

Gambar 4.15 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 22 (dua puluh dua) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 7 (tujuh) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 8 (delapan) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail

    7. 2 (dua) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Masuk Ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk

Gambar 4.16 Sequence Diagram Masuk ke Dalam Menu Utama Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 22 (dua puluh dua) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Return Message yang menggambarkan aliran respon atau feedback dari pengiriman pesan yang dilakukan oleh objek sistem.

    4. 2 (dua) Object Lifeline, yang menggambarkan objek dari sistem yang bekerja pada back-end dari sistem tersebut.

    5. 7 (tujuh) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    6. 8 (delapan) Comment, yang menggambarkan pesan atau deksripsi dari kondisi yang diberikan objek dari sistem secara detail

    7. 2 (dua) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

  1. Sequence Diagram Melakukan Proses Logout

Gambar 4.17 Sequence Diagram Melakukan Proses Logout Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Sequence Diagram yang telah digambarkan oleh penulis seperti di atas maka penjabarannya adalah sebagai berikut :

    1. 1 (satu) Actor Lifeline yang menggambarkan pengguna sistem yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2. 3 (tiga) Send Message yang menggambarkan aliran pengiriman pesan baik dari actor ke objek sistem ataupun sebaliknya.

    3. 2 (dua) Boundary Object Lifeline , yang menggambarkan objek dari sistem yang berinteraksi langsung atau menjadi User interface terhadap actor.

    4. 1 (satu) Self Message yang menandakan pesan yang dikirim ke pada objek atau actor itu sendiri.

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan Dengan Menggunakan Class Diagram

Gambar 4.18 Class Diagram Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Class Diagram yang telah digambarkan diatas, maka dapat dideskripsikan secara lebih menyeluruh dan terperinci melalui Spesifikasi Basis Data di bawah ini.

  1. Spesifikasi Basis Data

    Spesifikasi basis data merupakan sebuah design data yang dianggap telah normal. Design basis data menjelaskan media penyimpanan yang digunakan, isi yang disimpan, primary key, dan panjang record. Spesifikasi basis data yang digunakan dalam sistem yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

    1. Nama File  : tbl_user

Fungsi : Untuk menyimpan data dan juga informasi yang berhubungan dengan user.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 111 karakter

Primary Key  : username

Tabel 4.9 Tabel tbl_user

    1. Nama File  : tbl_rekomendasi

Fungsi : Untuk menyimpan data tentang rekomendasi yang akan digunakan oleh sistem sebagai hasil dari analisa permasalahan yang dihadapkan.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 1027 karakter

Primary Key  : id_rekomendasi

Tabel 4.10 Tabel tbl_rekomendasi

    1. Nama File  : tbl_bukti

Fungsi : Untuk menyimpan data tentang bukti yang akan digunakan oleh sistem untuk memperoleh data yang diperlukan dari user untuk melakukan analisa permasalah yang dihadapkan

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 184 karakter

Primary Key  : id_bukti

Tabel 4.11 Tabel tbl_bukti

    1. Nama File  : tbl_dugaan_ . . .

Fungsi : Untuk menyimpan data tentang dugaan yang dihasilkan oleh sistem setelah melakukan analisa permasalahan yang nantinya akan menjadi acuan untuk memperoleh rekomendasi lebih jauh.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 313 karakter

Primary Key  : id_dugaan

Tabel 4.12 Tabel tbl_dugaan

    1. Nama File  : tbl_kategori_kasus

Fungsi : Untuk menyimpan data tentang kategori kasus yang dihasilkan dari analisa permasalah yang nantinya juga akan menjadi acuan untuk memperoleh rekomendasi yang dibutuhkan.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 342 karakter

Primary Key  : id_kategori_kasus

Tabel 4.13 Tabel tbl_kategori_kasus

    1. Nama File  : tbl_penanganan_kasus

Fungsi : Untuk menyimpan data umum tentang korban dan juga kasus yang sudah ditangani oleh sistem.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 91 karakter

Primary Key  : id_kasus

Tabel 4.14 Tabel tbl_penanganan_kasus

    1. Nama File  : tbl_inference_path_ . . .

Fungsi : Untuk menyimpan informasi tentang pengetahuan atau knowledge dari pakar yang telah melakukan proses knowledge transferring. Tabel ini akan digunakan oleh inference engine sebagai panduan untuk mendapatkan kesimpulan berdasarkan jalan atau path yang diambil.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 12 karakter

Primary Key  : id_bukti

Tabel 4.15 Tabel tbl_inference_path_ . . .

    1. Nama File  : tbl_pasal

Fungsi : Untuk menyimpan data atau informasi tentang pasal, isi pasal dan juga sanksi pidana atau denda.

Tipe File  : File Master

Organisasi File: Sequential

Media  : Harddisk

Panjang Record: 258 karakter

Primary Key  : nmr_pasal

Tabel 4.16 Tabel tbl_pasal

Rancangan Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan Dengan Menggunakan Flowchart

Dalam rangka membangun Sistem Investigasi Kriminal yang diusulkan, penulis menggunakan Flowchart untuk menggambarkan secara umum langkah – langkah proses yang terjadi dalam sistem baik itu dipengaruhi oleh user maupun yang bekerja secara mandiri tanpa campur tangan user. Adapun Flowchart Sistem Investigasi Kriminal yang diusulkan adalah sebagai berikut :

Flowchart Proses Login Sistem yang Diusulkan

Gambar 4.19 Flowchart Proses Login Sistem yang Diusulkan

Berdasarkan flowchart diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart diatas menggambarkan tahapan – tahapan proses login yang dilakukan oleh user terhadap sistem dan bagaimana tanggapan sistem terhadap proses yang dilakukan terhadapnya.

Flowchart Menu Input Kategori Kasus

Gambar 4.20 Flowchart Menu Input Kategori Kasus Yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses penambahan, pengubahan dan penghapusan data kategori kasus yang dilakukan oleh user terhadap sistem yang diusulkan pada instansi terkait.

Flowchart Menu Daftar Penanganan Kasus

Gambar 4.21 Flowchart Menu Daftar Penanganan Kasus Sistem yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses melihat secara detail dan melakukan penghapusan daftar kasus yang sudah ditangani, yang dilakukan oleh user terhadap sistem yang diusulkan pada instansi terkait

Flowchart Menu Input Bukti/Petunjuk

Gambar 4.22 Flowchart Menu Input Bukti Petunjuk Sistem Yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses penambahan, pengubahan dan penghapusan bukti/petunjuk yang dapat digunakan untuk melakukan analisa kasus yang ditangani.

Flowchart Menu Input Dugaan

Gambar 4.23 Flowchart Menu Input Dugaan Kasus Sistem Yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses penambahan, pengubahan dan penghapusan dugaan kasus yang dapat digunakan untuk melakukan analisa bukti/pteunjuk yang sudah didapatkan pada kasus yang ditangani.

Flowchart Menu Input Pasal

Gambar 4.24 Flowchart Menu Input Pasal Sistem Yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses penambahan, pengubahan dan penghapusan pasal yang dapat digunakan untuk menentukan hukuman yang diberikan kepada pelaku berdasarkan hasil dari analisa kasus kriminal yang telah dilakukan.

Flowchart Menu Analisa Kasus Kriminal

Gambar 4.25 Flowchart Menu Analisa Kasus Kriminal Sistem yang Diusulkan

Berdasarkan gambar diatas kita dapat mengetahui bahwa flowchart ini menggambarkan tahapan – tahapan proses analisa kasus kriminal yang diinputkan oleh user dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diberikan oleh sistem, sehingga sistem bisa menarik kesimpulan dari jawaban yang diberikan oleh user.

Rancangan Prototype

Prototype adalah suatu cetak biru atau blueprint dari program yang akan dirancang. Pada tahapan ini dijelaskan secara umum atau general bagaimana design program yang akan dibangun dalam rangka memenuhi User Requirement dari Stakeholder. Berikut Ini adalah rancangan prototype dari Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang diusulkan pada Polres Metro Tangerang :

  1. Tampilan Halaman Login

Gambar 4.26 Prototype Tampilan Halaman Login Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.17 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Login Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Home

Gambar 4.27 Prototype Tampilan Halaman Home Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.18 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Home Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Kategori Kasus

Gambar 4.28 Prototype Tampilan Halaman Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.19 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Kategori Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Daftar Penanganan Kasus

Gambar 4.29 Prototype Tampilan Halaman Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.20 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Daftar Penanganan Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Bukti/Petunjuk

Gambar 4.30 Prototype Tampilan Halaman Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.21 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Bukti/Petunjuk Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Pasal

Gambar 4.31 Prototype Tampilan Halaman Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.22 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Pasal Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Dugaan

Gambar 4.32 Prototype Tampilan Halaman Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.23 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Dugaan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

  1. Tampilan Halaman Analisa Kasus

Gambar 4.33 Prototype Tampilan Halaman Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Diusulkan

Berdasarkan Prototype yang sudah dijelaskan di atas maka penulis akan mendeskripsikan elemen – elemen yang menyusun prototype tersebut dengan menggunakan tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.24 Tabel Deskripsi Prototype Halaman Analisa Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang Di Usulkan

Analisis Alur Data

Analisis Alur Data yang dilakukan untuk membuat Knowledge Base dari sistem pakar ini akan dijabarkan dengan menggunakan tabel keputusan dan pembentukan aturan atau Production Rules. Pada Analisis dengan menggunakan tabel keputusan akan dijelaskan tentang fakta – fakta yang didapatkan oleh sistem pakar dari jawaban yang diberikan oleh user pada saat sistem mengajukan pertanyaan dan juga hasil dari Analisa yang dilakukan terhadap Fakta – Fakta tersebut dengan menggunakan Production Rules yang akan dijelaskan secara terpisah.

Analisis Tabel Keputusan

Pada Analisis Tabel Keputusan yang akan dijelaskan berikut ini, penulis membagi Tabel Keputusan dalam 3 (tiga) kategori yaitu Tabel Keputusan Analisa Umum Kasus, Tabel Keputusan Analisa Waktu Kematian dan Tabel Keputusan Analisa Senjata.

Tabel Keputusan Analisa Umum Kasus

Tabel 4.25 Tabel Keputusan Analisa Umum Kasus

Tabel 4.26 Tabel Fakta Analisa Umum Kasus

Tabel 4.27 Tabel Jenis Kasus Analisa Umum Kasus

Tabel 4.28 Tabel Rekomendasi Analisa Umum Kasus

Tabel Keputusan Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.29 Tabel Keputusan Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.30 Tabel Fakta Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.31 Tabel Waktu Kematian Analisa Waktu Kematian

Tabel 4.32 Tabel Rekomendasi Analisa Waktu Kematian

Tabel Keputusan Analisa Senjata

Tabel 4.33 Tabel Keputusan Analisa Senjata

Tabel 4.34 Tabel Fakta Analisa Senjata

Tabel 4.35 Tabel Senjata Analisa Senjata

Tabel 4.36 Tabel Rekomendasi Analisa Senjata

Analisis Pohon Keputusan

Analisis Pohon Keputusan merupakan suatu analisa yang dilakukan untuk menghasilkan rancangan yang digunakan untuk membangun suatu sistem pakar. Di dalam diagram pohon keputusan akan dicari solusi akhir dari setiap penelusuran. Diagram pohon keputusan akan mempermudah penyusunan basis pengetahuan dan aturan dari setiap penelusuran yang dilakukan pada saat suatu permasalah dihadapkan atau diberikan kepada sistem pakar tersebut. Disini penulis akan membagi analisis pohon keputusan berdasarkan jumlah tabel keputusan itu sendiri.

Pohon Keputusan dan Production Rules Analisa Umum Kasus

Gambar 4.34 Pohon Keputusan Analisa Umum Kasus Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Pohon Keputusan yang telah digambarkan diatas maka dapat dianalisa dan dijabarkan keputusan – keputusan yang dihasilkan dan juga terlibat dalam menghasilkan Analisa Umum dari Kasus yang dihadapkan kepada sistem. Hasil dari penjabaran tersebut disebut dengan production rules yang akan dijelaskan di bawah ini :

Rules 01 untuk Hasil Analisa Dengan Kode K01 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ? ) = Y
)
THEN
K01 ( Pembunuhan dengan Unsur Pemerkosaan )

Rules 02 untuk Hasil Analisa dengan Kode K06 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda
Kekerasan? ) = T
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = T
)
THEN
K06 (Meninggal Karena Sebab Alami)

Rules 03 untuk Hasil Analisa dengan kode K03 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda
Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar
Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = Y
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar
Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = Y
)
THEN
K03(Pembunuhan Dengan Unsur Penganiayaan)

Rules 04 untuk Hasil Analisa Dengan Kode K04 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = Y
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = Y
)
OR
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = Y
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = Y
THEN
K04 (Mutilasi)

Rules 05 untuk Hasil Analisa Dengan Kode K02 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = Y
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Korban Masih Utuh ) = T
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = T
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Korban Masih Utuh ?) = T
)
OR
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = Y
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Milik Korban Masih Utuh? ) = T
)
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = T
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Milik Korban Masih Utuh ?) = T
THEN
K02 (Pembunuhan Dengan Unsur Perampokan)

Rules 06 untuk Hasil Analisa Dengan Kode K05 :

IF (
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = Y
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Korban Masih Utuh ) = Y
)
AND
F32 (Apakah Terdapat Luka Sayatan yang Relatif Kecil dan Terdapat Pada Urat Nadi atau Pergelangan Tangan ?) =Y
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
AND
F08 (Apakah Luka Memar Terdapat Pada Bagian Tubuh Lain dan Banyak Jumlahnya ? ) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = T
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Korban Masih Utuh ?) = Y
AND
F32 (Apakah Terdapat Luka Sayatan yang Relatif Kecil dan Terdapat Pada Urat Nadi atau Pergelangan Tangan ?) =Y
)
OR
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ? ) = Y
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan? ) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = Y
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Milik Korban Masih Utuh? ) = Y
)
AND
F32 (Apakah Terdapat Luka Sayatan yang Relatif Kecil dan Terdapat Pada Urat Nadi atau Pergelangan Tangan ?) =Y
OR
(
F01 (Apakah Korban Berjenis Kelamin Laki – Laki ?) = T
AND
F04 (Apakah Korban Ditemukan Dalam Keadaan Tidak Memakai Apa – Apa Atau Hanya Sebagian ?) = T
AND
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F03 (Apakah Korban Ditemukan Di Dalam Ruangan ?) = T
AND
F32 (Apakah Tubuh Korban Ditemukan Dalam Keadaan Terpisah ? ) = T
AND
F16 (Apakah Barang Berharga Milik Korban Masih Utuh ?) = Y
AND
F33 (Apakah Terdapat Luka Sayatan yang Relatif Kecil dan Terdapat Pada Urat Nadi atau Pergelangan Tangan ?) =Y
THEN
K05 (Bunuh Diri)

Berdasarkan Analisa Pohon Keputusan Dan Production Rules yang sudah dijelaskan di atas maka penulis membuat suatu tabel yang dapat menjelaskan secara ringkas mengenai Production Rules diatas. Tabel Production Rules akan digambarkan seperti di bawah ini :

Tabel 4.37 Tabel Production Rules Analisa Umum Kasus

Pohon Keputusan Dan Production Rules Analisa Waktu Kematian

Gambar 4.35 Pohon Keputusan Analisa Waktu Kematian Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Pohon Keputusan yang telah digambarkan diatas maka dapat dianalisa dan dijabarkan keputusan – keputusan yang dihasilkan dan juga terlibat dalam menghasilkan Analisa Waktu Kematian dari Kasus yang dihadapkan kepada sistem. Hasil dari penjabaran tersebut disebut dengan production rules yang akan dijelaskan di bawah ini :

Rules 01 untuk Hasil Analisa dengan Kode W01 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = T
AND
F24 (Apakah Mata Korban Terlihat Berkabut Jika Disorot Dengan Sumber Cahaya ?) = Y
)
THEN
W01 (Kurang Dari 2 Jam)

Rules 02 untuk Hasil Analisa dengan Kode W03 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = T
AND
F24 (Apakah Mata Korban Terlihat Berkabut Jika Disorot Dengan Sumber Cahaya ?) = T
AND
F19 (Apakah Tubuh Korban Terlihat Kaku ?) = Y
)
THEN
W03 (3 Sampai 8 Jam)

Rules 03 untuk Hasil Analisa dengan Kode W02 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = T
AND
F24 (Apakah Mata Korban Terlihat Berkabut Jika Disorot Dengan Sumber Cahaya ?) = T
AND
F19 (Apakah Tubuh Korban Terlihat Kaku ?) = T
)
THEN
W02 (Kurang Dari 3 Jam, Lebih Dari 2 Jam)

Rules 04 untuk Hasil Analisa dengan Kode W06 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = Y
AND
F19 (Apakah Tubuh Korban Terlihat Kaku ?) = Y
)
OR
(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = T
AND
F26 (Apakah Bagian Hitam Mata Korban Sudah Hilang ?) = Y
AND
F21 (Apakah Tubuh Korban Sudah Mulai Mengeluarkan Bau Tak Sedap ?) = T
AND
F20 (Apakah Kulit Tubuh Dari Korban Sudah Berubah Warna Menjadi Biru Kehijauan ?) = Y
)
THEN
W06 (24 Sampai 36 Jam)

Rules 05 untuk Hasil Analisa dengan Kode W07 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = Y
AND
F19 (Apakah Tubuh Korban Terlihat Kaku ?) = T
)
OR
(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = T
AND
F26 (Apakah Bagian Hitam Mata Korban Sudah Hilang ?) = Y
AND
F21 (Apakah Tubuh Korban Sudah Mulai Mengeluarkan Bau Tak Sedap ?) = Y
)
THEN
W07 (Lebih Dari 36 Jam)

Rules 06 untuk Hasil Analisa dengan Kode W04 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = T
AND
F24 (Apakah Mata Korban Terlihat Berkabut Jika Disorot Dengan Cahaya ?) = T
THEN
W04 (8 Sampai 12 Jam)

Rules 07 untuk Hasil Analisa Dengan Kode W05 :

IF(
F23 (Apakah Kondisi Mata Korban Terbuka ?) = Y
AND
F26 (Apakah Bagian Mata Hitam Korban Sudah Hilang ?) = T
AND
F24 (Apakah Mata Korban Terlihat Berkabut Jika Disorot Dengan Cahaya ?) = Y
THEN
W05 (12 Sampai 24 Jam)

Berdasarkan Analisa Pohon Keputusan Dan Production Rules yang sudah dijelaskan di atas maka penulis membuat suatu tabel yang dapat menjelaskan secara ringkas mengenai Production Rules diatas. Tabel Production Rules akan digambarkan seperti di bawah ini :

Tabel 4.38 Tabel Production Rules Analisa Waktu Kematian


Keterangan : (*)  : Jawaban Fakta dengan Kode F23 Adalah Y.

(**)  : Jawaban Fakta dengan Kode F23 Adalah T.

(^)  : Jawaban Fakta dengan Kode F26 Adalah Y.

(^^)  : Jawaban Fakta dengan Kode F24 Adalah T.

Pohon Keputusan Dan Production Rules Analisa Senjata

Gambar 4.36 Pohon Keputusan Analisa Senjata Sistem Pakar Investigasi Kriminal Yang Diusulkan

Berdasarkan Pohon Keputusan yang telah digambarkan diatas maka dapat dianalisa dan dijabarkan keputusan – keputusan yang dihasilkan dan juga terlibat dalam menghasilkan Analisa Waktu Kematian dari Kasus yang dihadapkan kepada sistem. Hasil dari penjabaran tersebut disebut dengan production rules yang akan dijelaskan di bawah ini :

Rules 01 untuk Hasil Analisa Kode S04 :

IF (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = Y
AND
F31 (Setelah Luka yang Berbentuk Lubang Dibersihkan, Apa Daging Di Sekitar Luka Seperti Terbakar Atau Hangus ?) = Y
)
THEN
S04 (Senjata Api)

Rules 02 untuk Hasil Analisa Dengan Kode S03 :

IF (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = Y
AND
F31 (Setelah Luka yang Berbentuk Lubang Dibersihkan, Apa Daging Di Sekitar Luka Seperti Terbakar Atau Hangus ?) = T
AND
F06 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Memar Atau Lebam ?) = Y
)
THEN
S03 (Senjata Tumpul)

Rules 03 untuk Hasil Analisa Dengan Kode S01 :

IF (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F10 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Tusukan ?) = Y
AND
F12 (Apakah Luka Tusukan Itu Kecil Dan Mempunyai Lebar Yang Relatif Kecil ?) = T
AND
F13 (Apakah Luka Tusukan Itu Lebar Dan Mempunyai Lebar yang Relatif Besar ?) = Y
)
OR (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F10 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Tusukan ?) = T
AND
F14 (Apakah Luka Sayatan Terlihat Dalam Dan Lebar ?) = Y
)
THEN
S01 (Senjata Tajam (Kelas Berat) )

Rules 04 untuk Hasil Analisa dengan Kode S02 :

IF (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F10 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Tusukan ?) = Y
AND
F12 (Apakah Luka Tusukan Itu Kecil Dan Mempunyai Lebar Yang Relatif Kecil ?) = Y
)
OR (
F05 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Tanda – Tanda Kekerasan ?) = Y
AND
F02 (Apakah Terdapat Luka Berlubang Berbentuk Bulat Pada Tubuh Korban ?) = T
AND
F09 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Yang Berasal Dari Senjata Tajam ?) = Y
AND
F10 (Apakah Di Tubuh Korban Terdapat Luka Tusukan ?) = T
AND
F14 (Apakah Luka Sayatan Terlihat Dalam Dan Lebar ?) = T
AND
F15 (Apakah Luka Sayatan Terlihat Dangkal Dan Tidak Terlalu Lebar ? ) = Y
)
THEN
S02 (Senjata Tajam (Kelas Ringan) )

Berdasarkan Analisa Pohon Keputusan Dan Production Rules yang sudah dijelaskan di atas maka penulis membuat suatu tabel yang dapat menjelaskan secara ringkas mengenai Production Rules diatas. Tabel Production Rules akan digambarkan seperti di bawah ini :

Tabel 4.39 Tabel Production Rules Analisa Senjata

Konfigurasi Sistem Yang Diusulkan

Spesifikasi Hardware

  1. Minimum Requirement

    1. Processor : Intel Pentium IV

    2. Monitor : SVGA 15 “(inch)

    3. Keyboard : PS2 atau Serial

    4. Mouse : Optical Mouse

    5. RAM (Random Access Memory) : 1GB

    6. HDD (Harddisk) : 20GB

  2. Recommended Requirement

    1. Processor : Intel Pentium Core 2 Duo Atau Intel Core 2 Quad Core

    2. Monitor : LCD atau LED 15” (inch)

    3. Keyboard : USB (Universal Serial Bus) atau PS2

    4. Mouse : Optical Mouse

    5. RAM (Random Access Memory) : 2GB

    6. HDD (Harddisk) : 40GB

Software Yang Dibutuhkan

  1. Operating System (OS): Windows Xp 32 Bit

  2. Web Browser : Google Chrome 32 bit Version

  3. Web Server : Apache Web Server Version 2.4.10/32 Bit With API 2.0 Handler And PHP Version 5.4.31

  4. Database Server : Mysql Server Version 5.5.39 Community Build (GPL)

  5. Database Help Tools : PhpMyAdmin Version 4.2.7.1

  6. Web Server and Tools Package : Xampp For Windows 32 bit Version 1.8.2

Hak Akses (Brainware)

Pada Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang diusulkan ini Hak Akses User dibagi menjadi 2 yaitu :

  1. Petugas

  2. Administrator

Testing

Metode Implementasi

Implementasi Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang diusulkan pada Polres Metro Tangerang dilakukan dengan metode Blackbox Testing. Metode Blackbox Testing adalah metode pengujian dari suatu program yang mengutamakan kebutuhan fungsi dari program tersebut. Tujuan dari metode Blackbox Testing adalah untuk menemukan kesalahan fungsi pada program.

Pengujian dengan metode Blackbox Testing dilakukan dengan cara memberikan sejumlah input pada program. Input tersebut kemudian di proses sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya untuk melihat apakah program atau sistem yang dibuat dapat menghasilkan output sesuai dengan fungsi dasar program tersebut. Apabila dari input yang diberikan dapat menghasilkan suatu output yang sesuai dengan fungsi dasar dari program tersebut maka program yang dibuat sudah benar, tetapi apabila output yang dihasilkan tidak sesuai dari fungsi dasar program tersebut maka kemungkinan besar terdapat kesalahan pada program tersebut dan akan dilakukan penelusuran untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

Pengujian Blackbox (Blackbox Testing)

Tabel 4.40 Metode Pengujian Blackbox atau Blackbox Testing

Evaluasi

Setelah dilakukan pengujian atau (testing) dengan menggunakan metode Blackbox pada pengisian field dengan cara memberikan sejumlah input pada program, maka dapat disimpulkan dan dilakukan pengevaluasian jika input data tidak sesuai, maka sistem akan menampilkan pesan kesalahan dan jika input data sesuai maka sistem akan menerima input data dan akan memprosesnya sesuai dengan kebutuhan fungsionalnya.

Schedule Implementasi

Tabel 4.41 Tabel Schedule Implementasi Sistem Pakar Investigas Kriminal Yang Diusulkan

Estimasi Biaya

Estimasi Biaya digunakan sebagai penghitungan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian yang diusulkan. Dibawah ini adalah rincian biaya yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan penelitian :

Tabel 4.42 Tabel Estimasi Biaya Penelitian dan Implementasinya

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan :

  1. Pemecahan suatu kasus kriminal yaitu kasus pembunuhan pada Polres Metro Tangerang dilakukan oleh penyidik dan jika diperlukan maka penyidik dapat meminta bantuan para pakar sesuai dengan bidang yang diperlukan misalnya untuk bidang Pathology yaitu seorang dokter yang mempunyai kemampuan khusus dan spesifik dalam menganalisa waktu kematian (Time Of Death) , Penyebab Kematian (Cause Of Death) dan juga Perilaku Kematian (Manner Of Death).

  2. Keterbatasan penyidik dan juga pakar yang mempunyai keahlian khusu dan spesifik dalam bidang tertentu yang dapat membantu proses penyidikan dalam pemecahan suatu kasus pembunuhan merupakan suatu halangan terbesar dalam proses penyidikan suatu kasus pembunuhan. Ada 3 cara yang penulis temukan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu menambah personel dan melakukan pelatihan untuk membentuk dan mengasah kemampuan personel baru untuk menjadi penyidik yang handal dalam bidangnya, meminta bantuan pakar diluar dari daerah otonomi Instansi Kepolisian yang bersangkutan dalam proses penyidikan kasus pembunuhan baik itu di dalam negeri ataupun luar negeri, membuat suatu Sistem yang dapat mengadopsi kemampuan berpikir dan pemecahan masalah dari para pakar yang diperlukan proses penyidikan untuk memecahkan suatu kasus pembunuhan.

  3. Untuk membangun suatu sistem yang dapat mengadopsi kemampuan berpikir serta pemecahan masalah dari para pakar dalam memecahkan suatu kasus pembunuhan maka penulis membuat Sistem Pakar Investigasi Kriminal. Untuk membangun Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang diusulkan penulis menggunakan metode Backward Reasoning dan juga dalam metode pembuatan mesin inferensinya sendiri penulis menggunakan metode Bacward Chaining. Penulis juga membuat sistem yang menggunakan metode yang telah disebutkan diatas berbasiskan web yang menambah mobilitas dari sistem tersebut agar bisa digunakan dimana saja dan kapan saja.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada Polres Metro Tangerang, maka penulis memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukkan untuk meningkatkan kinerja sistem yang sedang berjalan :

  1. Mengembangkan Knowledge Base yang dibutuhkan oleh Sistem Pakar untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pengalaman dari seorang pakar. Untuk mengembangkannya maka diperlukan partisipasi dari banyak pakar yang mempunyai keahlian khusus dan spesifik di bidangnnya sehingga pemecahan suatu kasus pembunuhan tidak memelukan waktu yang lama (Efektif)

  2. Mengintegrasikan Sistem Pakar Investigasi Kriminal yang diusulkan dengan Sistem Informasi yang terdapat pada Polres Metro Tangerang sehingga dalam proses pemecahan suatu kasus dapat didukung dengan semua informasi yang terdapat pada Sistem Informasi tersebut. Contonya adalah dengan mengintegrasikan Sistem Pakar Investigasi Kriminal dengan Automated Fingerprint System milik Kepolisian indonesia agar sistem pakar sendiri dapat melakukan pemecahan massalah yang berkaitan dengan sidik jari tanpa bantuan pengguna untuk mengambil atau melakukan pencarian data yang berkaitan.

  3. Bagi para peneliti yang meneliti topik penelitian yang sama agar dapat menggunakan penelitian yang telah penulis lakukan sebagai referensi untuk membuat sistem yang lebih efektif dan lebih baik lagi dalam memecahkan suatu masalah. Contohnya adalah dengan membangun Sistem Pakar Investigasi Kriminal dengan menggunakan Metode RMIP yang lebih fleksibel dalam pemecahan suatu masalah atau dapat membuat Sistem Berbasis Extended Decision Support System (EDSS) yang menggunakan Human – Computer Interaction dan mengadopsi pengetahuan dan kemampuan pemecahan suatu masalah dari seorang pakar dengan menambahkan Knowledge Base Pada Decision Support System itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

  1. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  2. Sutabri,Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
  3. Tanti,Lili. 2010. Jurnal CCIT Vol.3 No.2. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  4. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  5. Sutabri,Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
  6. Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
  7. Sutabri,Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
  8. 8,0 8,1 8,2 8,3 Sutarman. 2012. Buku Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.
  9. Amin. Zaenal. Santoso, Yudi. 2012. Pemodelan Sistem Informasi Persediaan Barang Pada PT.Nutech Pundi Arta. Jakarta : Universitas Budi Luhur.
  10. Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
  11. Sutabri,Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
  12. Sutarman. 2012. Buku Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.
  13. Sutarman. 2012. Buku Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Bumi Aksara.
  14. Daryanto. 2010. Teknologi Jaringan Internet. Bandung : Satu Nusa.
  15. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  16. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  17. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  18. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  19. HM,Jogiyanto. 2011. Sistem Teknologi Informasi, Edisi III. Yogyakarta : Andi Offset.
  20. Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
  21. Sutabri,Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Andi Offset.
  22. Henderi, Maimunah, Randy Andrian. 2011. Desain Aplikasi E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Artificials Informatics. Journal CCIT Vol-4 No.3-Mei 2011.
  23. Tiara,Khanna.2014.Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  24. Tiara,Khanna.2014.Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  25. Rahardja, Untung, Hidayati, Mia Novalia .2011 . Peningkatan Kinerja Distributed Database Melalui Metode DMQ Base Level. Journal CCIT Vol. 4, No. 3. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  26. Rahardjo, Satjipto. Penegakan Hukum Progresif. PT. Kompas Gramedia Nusantara. Jakarta : 2010.
  27. HLA. Hart. 2009. Konsep Hukum , The Concept Of Law; Cetakan Pertama. Nusa Media : Bandung.
  28. Apeldorn, Van. 1982. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
  29. Ekaputra, Mohhamad. Khair, Abdul. 2010. Sistem Pidana Dalam KUHP dan Pengaturannya Menurut Konsep KUHP Baru. Medan : USU Press.
  30. KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia
  31. Mustakini, Jogiyanto Hartono. Sistem Informasi Teknologi, Yogyakarta : Andi Offset.
  32. Laksono, Dwi Dandhi. 2010. Jurnalisme Investigasi. Bandung : PT. Mizan Pustaka.
  33. Gunawan, Dandi. 2006. Pengembangan Sistem Dengan Menggunakan Jaringan Peer To Peer. Bandung : Gramedia.
  34. Mustakini, Jogiyanto Hartono. Sistem Informasi Teknologi, Yogyakarta : Andi Offset.
  35. Rahardja, Untung, Hidayati, Mia Novalia .2011 . Peningkatan Kinerja Distributed Database Melalui Metode DMQ Base Level. Journal CCIT Vol. 4, No. 3. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  36. Semiawan, Conny. R. 2010. Metode Peneliatian Kualitatif. Jakarta : Grasindo.
  37. Yuniarti. Evi, dkk. 2012. Kinerja Laporan Keuangan Untuk Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja. Lampung : Politeknik Negeri Lampung.
  38. Tiara,Khanna.2014.Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  39. Tiara,Khanna.2014.Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  40. Tiara,Khanna.2014.Sistem Monitoring Inventory Control Pada CV. Cihanjuang Budi Jaya. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  41. Nugroho, Adi. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP. Yogyakarta : Andi.
  42. Alim, Yadanur, dkk. 2012. Pengembangan Sistem Infomasi Administrasi Pemeriksaan Pasien Di Instalasi Radiologi Rsud Kajen Dengan Unified Process. Semarang : Vol. 2, No. 4, ISSN 2086-4930.
  43. Murad, Dina Fitria, Nia Kusniawati, Agus Asyanto. 2013. Aplikasi Intelligence Website Untuk Penunjang Laporan PAUD Pada Himpaudi Kota Tangerang. Jurna CCIT, Vol. 7, No. 1. Tangerang ; Perguruan Tinggi Raharja.
  44. Triandini, Evi dan I Gede Suardika. 2013. Step By Step Desain Proyek Menggunakan UML. Yogyakarta : Andi Offset.
  45. Murad, Dina Fitria, Nia Kusniawati, Agus Asyanto. 2013. Aplikasi Intelligence Website Untuk Penunjang Laporan PAUD Pada Himpaudi Kota Tangerang. Jurna CCIT, Vol. 7, No. 1. Tangerang ; Perguruan Tinggi Raharja.
  46. Vidia. Dhanaka, dkk. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga Surabata Dengan Metode Berorientasi Objek. Suabaya : Univesitas Airlangga.
  47. Vidia. Dhanaka, dkk. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga Surabata Dengan Metode Berorientasi Objek. Suabaya : Univesitas Airlangga.
  48. Wijayanto. Tegar, dkk. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Dan Penjualan Barang Dengan Metode Berorientasi Objek Di U.D. Aneka Jaya Surabaya. Surabaya : Universitas Airlangga.
  49. Vidia. Dhanaka, dkk. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Rawat Jalan Di Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga Surabata Dengan Metode Berorientasi Objek. Suabaya : Univesitas Airlangga.
  50. Wijayanto. Tegar, dkk. 2013. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Dan Penjualan Barang Dengan Metode Berorientasi Objek Di U.D. Aneka Jaya Surabaya. Surabaya : Universitas Airlangga.
  51. Prabowo. Pudjo Widodo. 2011. Menggunakan UML. Bandung : Informatika.
  52. Anhar. 2010. Panduan Menguasai PHP&MySQL Secara Otodidak. Jakarta : Mediakita.
  53. Anhar. 2010. Panduan Menguasai PHP&MySQL Secara Otodidak. Jakarta : Mediakita.
  54. Anhar. 2010. Panduan Menguasai PHP&MySQL Secara Otodidak. Jakarta : Mediakita.
  55. Simarmata, Janner. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
  56. Soetam, Rizky. 2011. Konsep Dasar Perangkat Lunak. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka Raya.
  57. Soetam, Rizky. 2011. Konsep Dasar Perangkat Lunak. Jakarta : PT. Prestasi Pustaka Raya.
  58. Sidik, Husni. 2010. Pemrograman Dengan Web HTML. Bandung : Informatika.
  59. Hidayat, Rahmat. 2010. Cara Praktis Membangun Website Gratis. Jakarta : Elex Media Komputindo.
  60. Hidayat, Rahmat. 2010. Cara Praktis Membangun Website Gratis. Jakarta : Elex Media Komputindo.
  61. Setyaji, Jarot. 2010. Buku Pintar Menguasai Komputer Dan Laptop. Jakarta : Mediakita.
  62. Aisyah, Siti , Nawang Kalibuana dan Ipat Patmawati. 2012. Aplikasi Pengajuan Kredit Berbasis Web Pada PT. Adira Quantum Multifinance. Jurnal CCIT Vol. 5, No. 2. Tangerang : Perguruan Tinggi Raharja.
  63. Sidik, Husni. 2010. Pemrograman Dengan Web HTML. Bandung : Informatika.
  64. Kurniawan, Rulianto. 2010. Pengertian Apache. Yogyakarta : Graha Ilmu.
  65. Nugroho, Adi. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP. Yogyakarta : Andi.
  66. Andika, Radenal. 2011. Penerapan CI (Code Igniter) Dalam Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Surat dan Pengarsipan (Studi Kasus: PT.Semen Padang). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
  67. Wardana. 2010. Menjadi Master PHP Dengan Framework Codeigniter. Jakarta : Elex.
  68. Nugroho, Adi. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP. Yogyakarta : Andi.

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. KARTU BIMBINGAN PEMBIMBING I
KARTU BIMBINGAN PEMBIMBING II Halaman 1
KARTU BIMBINGAN PEMBIMBING II Halaman 2
2. FORM WAWANCARA STAKEHOLDER HALAMAN 1
FORM WAWANCARA STAKEHOLDER HALAMAN 2
3. FORM QUESTION LIST FOR EXPERT
4. FORM PENGGANTIAN JUDUL SKRIPSI
5. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
6. SURAT KETERANGAN PERMOHONON HIBAH (SKPH) POLRES METRO TANGERANG
7. SURAT KETERANGAN IMPLEMENTASI POLRES METRO TANGERANG
8. SURAT KETERANGAN OBSERVASI POLRES METRO TANGERANG
9. SERTIFIKAT TOEFL HALAMAN 1
10. SERTIFIKAT TOEFL HALAMAN 2
11. SERTIFIKAT PROSPEK
12. SERTIFIKAT PARTISIPASI RAHARJA CAREER
13. SERTIFIKAT KEJUARAAN RAHARJA CAREER
14. SERTIFIKAT SEMINAR BLACK SEO STRATEGY
15. SERTIFIKAT SEMINAR DIGITAL BUSINESS STRATEGY
16. SERTIFIKAT SEMINAR GOOGLE PROGRAMMING LANGUANGE (GOLANG)
17. SERTIFIKAT SEMINAR IoT CONCEPT WITH ARDUINO AND RASPBERRY
18. SERTIFIKAT SEMINAR MOBILE GAME DEVELOPMENT
19. SERTIFIKAT SEMINAR MOBILE GAME PROGRAMMING
20. SERTIFIKAT SEMINAR PROFESSIONAL PROGRAMMER
21. SERTIFIKAT SEMINAR PYTHON PROGRAMMING LANGUANGE
[22. SERTIFIKAT SEMINAR ITPRENEUR AND TECHNOPRENEUR]
[23. SERTIFIKAT SEMINAR FOREX TRADING SYSTEM]

Contributors

Aditya Christianto