Red Ocean

Dari widuri
Lompat ke: navigasi, cari

Red Ocean vs Blue Ocean Sebagai Komparasi Strategi

(Who is the WINNER?)



Persaingan dalam bisnis diibaratkan sebuah medan pertempuran, untuk memenangkannya diperlukan strategi-strategi tertentu, sudah barang tentu banyak strategi yang dipakai, banyak cara yang digunakan dalam upaya memenangkan pertempuran (persaingan bisnis). Dalam konsep manajemen strategi selama ini cara pandang untuk memenangkan persaingan banyak dipengaruhi pandangan berbasiskan pada kompetisi (Competition Base View) yang berakar dari pemikiran structure-conduct-performance, hal ini menyebabkan mengapa pebisnis pemikirannya hanya terpola pada bidang/produk yang dianggap masih memiliki prospek dan atraktif (existing demand, existing product) dengan strategi berbiaya murah (low cost producer), deferensiasi (differentiation) atau fokus

Cara pandang atau pemikiran berbasiskan kompetisi yang selama ini dijalankan tentunya ada sisi kekuatan dan kelemahan, sekali lagi ini akan bergantung pada product dan demand nya yang semuanya ini sudah terbentuk. Persoalannya adalah bagaimana dan sampai seberapa tinggi tingkat pemahaman dan kepekaan pebisnis memiliki kemampaun dan daya analisis mengetahui indsutri, produk atau permintaan apa yang masih menarik untuk dijalankan dan dikembangkan. Untuk itu ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan seperti misalnya Metode Five Forces (analisis posisi tawar pembeli, posisi tawar pemasok, ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, dan situasi persaingan antar pemain), ada metode CPM (Competitive Profile Matrix) yang memetakan situasi kompetisi pada sebuah industri yang dihuni para pesaing yang teridentifikasi oleh pebisnis dan banyak metode lainnya seperti Matrix BCG, 7S Mc Kinsey dll.

Kembali ke inti bahasan bahwa implementasi dari strategi yang mengandalkan persaingan pada industri yang sama (product, demand) dan diperebutkan secara ketat dengan berbagai cara seperti promosi, harga, merk, inovasi dan diferensiasi produk, efesiensi, restrukturisasi, downsizing dalam kancah persaingan bisnis sebagai kancah peperangan yang “berdarah-darah” diibaratkan lautan menjadi berwarna merah penuh darah. Inilah paradigma Red Ocean, ada yang menjadi pemenang ada yang menjadi pecundang, yang kalah akan tersingkir dari arena “pertempuran” jika mereka masih memiliki amunisi mereka akan mengatur strategi untuk dapat kembali masuk arena demikian seterusnya sipemenang dan pecundang akan datang silih berganti.

Red Ocean Strategy dengan jelas mengatakan bahwa bisnis/perusahaan akan senantiasa berhadapan dengan persoalan yang berhubungan dengan bagaimana memenangkan “peperangan” dan sudah jelas lawan-lawan/musuh yang akan dihadapinya, sudah jelas juga strategi yang akan dan sedang digunakan oleh masing-masing pihak dan pada akhirnya siapa yang memiliki keunggulan bersaing (kompetitif) dialah yang menjadi pemenang, keunggulan dalam mengatasi kompetisi akan menentukan nilai kinerja perusahaan dengan kata lain intinya bertumpu pada kemampuan mengungguli produk yang sejenis. Semakin banyak “lawan” yang dikalahkan akan semakin bagus unjuk kerja perusahaan.

Persoalannya kemudian muncul pertanyaan ketika bisnis disesaki oleh pemain-pemain yang datang silih berganti, pasar kian menjadi jenuh. Kondisi persaingan yang terlalu sengit atau “berdarah-darah” tidak membawa keuntungan bagi banyak pihak. Malah menimbulkan model persaingan zero sum game, pihak yang kalah tidak memperoleh apa-apa, sementara sang pemenang bisa saja dia menepuk dada tetapi ketika melihat tingkat laba usaha (bottom line), tingkat pengembalian investasi, dan indikator bisnis/keuangan perusahaan semakin menurun, tentunya hal ini bukan lagi menjadi kebanggaan. Apakah para pelaku bisnis masih akan tetap bertahan dan berada dalam “lautan merah” yang berdarah-darah ini? Jawabannya bisa “ya”dan “tidak”. Karena ada Red Ocean Strategy ada juga Blue Ocean Strategy yang menarik untuk disimak dan dipahami.

Anda dapat melihat satu contoh yang luar biasa, ternyata tidak semata perusahaan yang bergerak di dunia bisnis saja yang dapat keluar dari paradigma Red Ocean Strategy, dalam dunia penididikan pun dapat dilakukan oleh satu perguruan tinggi swasta di Tangerang yaitu Perguruan Tinggi Raharja (AMIK-STMIK RAHARJA), RAHARJA keluar dari 'pakem' Red Ocean Strategy dengan menciptakan Value Innovation yang tidak pernah terpikirkan oleh institusi/lembaga pendidikan (tinggi) lainnya, dan RAHARJA telah lebih dahulu masuk ke "lautan baru" yang biru airnya dengan Blue Ocean Strategy.Inilah contoh konkrit yang ada dalam dunia pendidikan (tinggi) menerapkan konsep Blue Ocean Strategy.