Brain Drain

Dari widuri
(Dialihkan dari Manajemen)

Ini adalah revisi disetujui dari halaman ini; bukan revisi terkini. Lihat revisi terbaru.
Lompat ke: navigasi, cari

“BRAIN DRAIN “ SUATU ANCAMAN ATAU PELUANG

Adalah suatu kesenjangan (diberbagai aspek kehidupan) yang sangat mencolok yang terjadi disuatu negara seperti halnya Indonesia dibanding dengan negara-negara dikawasan lainnya yang menjadi pemicu atau penyebab terjadinya migrasi warganya ke negara-negara yang dianggap akan dapat merubah “nasib” hidupnya. Dibalik semua itu pertanyaan demi pertanyaan selalu muncul yang pada intinya menggugat mengapa pendapatan perkapita bangsa ini (baca Indonesia) jauh berbeda dan timpang dibanding negara dikawasan lainnya. Para ahli ekonomi (pembangunan) akan dengan sangat mudah dan sederhananya memberikan jawaban bahwa faktor perbedaan tingkat pendidikanlah yang menjadi salah satu penyebabnya, mengingat pendidikan sangat erat kaitannya dengan kemajuan dan kemakmuran suatu negara, mereka yang berpendidikan tinggi tentunya akan lebih terbuka mendapat peluang dalam mendapatkan bidang pekerjaan yang diminatinya, begitu pula dalam memperoleh pendapatan yang lebih tinggi bagi mereka yang berpendidikan tinggi (berkualitas) tentunya akan relatif lebih mudah meraihnya.

Kini sudah saatnya kompetisi bukan hanya mengandalkan kekuatan fisik-otot semata tetapi lebih mengandalkan pada kemampuan otak untuk menguasai high technology. Maka tidak dapat ditunda-tunda lagi negara (Indonesia) perlu berupaya keras meningkatkan kesempatan bagi rakyatnya untuk memasuki pendidikan sampai ke level yang lebih tinggi lagi.

Dalam pejalanannya muncul masalah baru yang perlu dipikirkan saat ini dan kedepannya khususnya bagi Indonesia, tidak ada jaminan bagi setiap individu yang memiliki kompetensi dan kualifikasi tinggi dibidangnya serta merta mendapatkan kesempatan dapat memberikan kontribusinya dalam upaya meningkatkan pendapatan perkapita secara nasional maupun bagi pribadinya. Hal seperti inilah yang menjadi pemicu dinegara-negara berkembang pada umumnya terjadinya fenomena yang disebut Brain Drain atau pelarian tenaga-tenaga ahli yang terdidik dan terampil keluar negeri. Dari aspek kehidupan bernegara tentunya hal ini akan sangat merugikan sekali mengingat jumlah investasi pendidikan yang telah dikeluarkan tidak akan memberikan dampak perbaikan bagi kehidupan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan warganya, dari aspek kehidupan sosial bagi negara, kondisi ini mengakibatkan menjadi tersisih dari percaturan global dan akan menjadi jauh tertinggal dari negara lainnya. Artinya negara-negara berkembang (baca Indonesia) yang “miskin” akan menjadi lebih terpuruk lagi akibat banyaknya tenaga ahli terdidik dan terbaik justru lebih merasa “nyaman” berkiprah dinegara maju.

Dari beberapa kajian kasus pelaku brain drain tenaga ahli dan terampil (dokter, insinyur, dosen, ilmuwan, peneliti, teknisi profesional) memilih negara tujuan sebagai terminal akhir adalah kenegara-negara OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), seperti misalnya AS, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman. Semetara dari beberapa catatan yang dapat dihimpun, negara dikawasan Asia yang paling tertinggi angka pelarian para tenaga ahli terdidik dan terampilnya terutama dibidang komputer dan teknisi adalah India, UNDP memperkirakan India kehilangan sekitar 2 milyard dollar AS setiap tahunnya akibat pelarian tenaga ahlinya yangdiproyeksikan sampai akhir tahun 2008 akan mencapai 2,8 juta orang. Memang bila dibanding dengan kita, Indonesia masih menduduki terendah angka para tenaga ahlinya bermigrasi ke negara maju sekitar 5 %, namun justru hal inilah yang harus diwaspadai pemerintah, mengingat aliran migrasi tenaga ahli/terdidik inidari tahun ketahunnya menunjukkan tendensi meningkat terus.

Hal ini baru hanya dilihat dari aspek tenaga ahli yang sudah jadi saja, belum lagi jika kita berbicara berapa kerugian yang diderita negara kehilangan devisa dengan begitu saja akibat “larinya” para calon tenaga ahli/terdidik yang melanjutkan studinya dinegara-negara maju lainnya, dimana kebiasaannya menunjukkan mereka yang telah menyelesaikan studinya ada rasa “keengganan” nya untuk kembali pulang kampunguntuk menyumbangkan pemikiran dan pengetahuannya dinegaranya

Ada beberapa alasan mengapa brain drain ini terjadi dan angkanya cenderung meningkat dari tahun ketahunnya, alasan pokok utama adalah faktor ekonomi dan politik, adalah hal yang sangat mendasar sekali bahwa setiap individu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang terbaik dinegaranya sendiri, artinya jika hal ini dapat diperoleh dinegaranya mengapa harus jauh-jauh dan bersusah payah dengan mengorbankan berbagai kepentingan lainnya hanya untuk mengejar yang namanya “kebahagiaan dan kesejahteraan” dinegeri lain yang relatif dan berbeda bagi setiap individu. Namun begitulah faktanya bahwa ukuran dalam memperoleh pendapatan yang lebih baik, mengejar kepuasaan bekerja, meningkatkan standar dan kualitas hidup serta mengembangkan karier dalam pekerjaan dan menjadi profesional ditingkat global adalah merupakan suatu aim (tujuan) yang lebih dari sekedar angan-angan atau menjadi objektif hidup semata.

Berlainan pula jika kita berbicara mengenai motif dan perilaku para calon tenaga ahli diberbagai bidang yang menimba ilmu dinegeri lain. Dari aspek sosial, ekonomi dapat dipastikan mereka berasal dari kalangan yang berkecukupan dan berkemampuan secara finansial (diluar dari individu yang memiliki kemampuan intelektialitas dan IQ-EQ serta kualifikasi khusus untuk mendapatkan bea siswa studi di luar negeri).

Terkait dengan munculnya brain drain ini kita sikapi secara arif dengan senantiasa berfikir positif bahwa dibalik sesuatu kejadian masih ada hikmah yang dapat diambil salah satunya adalah harapan akan dapat terciptanya suatu networking (jejaring) artinya dengan telah dapat terciptanya budaya networkingdi kalangan intelektual Indonesia walaupun secara fisik individu mereka telah mengabdikan ilmu pengetahuan dan kemampuannya untuk negara lain diharapkan masih memiliki keinginan dan kemauan memberikan kontribusi kepada negaranya dengan ide-idenya yang orisinil dan dapat diaplikasikan secara mudah dan tepat guna tepat sasaran.

Adalah suatu hal yang sangat didambakan dalam proses membangun jejaring intelektual ini dapat menghasilkan langkah-langkah strategis yang menjadi suatu kekuatan untuk dapat men drive dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara berlandaskan think, work and growth together berfikir, bekerja dan bertumbuh bersama. Gagasan untuk dapat mewujudkan jejaring intelektual bagi warga Indonesia yang berada nun jauh dinegeri seberang bukan hanya sekedar angan- angan semata. Begitu pula harapan masih tertuju kepada para alumnus perguruan tinggi luar negeri yang kini lebih memilih berkiprah di negeri sendiri dapat menciptakan jejaringdengan para kolega nya dinegara ia menyelesaikan studinya agar mempunyai nilai tambah tersendiri yang akan berdampak posistif terhadap hilangnya suatu potensi akibat dari brain drain yang dimiliki suatu negara.

Brain drain merupakan fenomena “sebab akibat” yang disatu sisi masih ada sisi positif nya yang dapat diambil dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan anak bangsa ini dengan membentuk jejaringintelektual seperti halnya negara India dan Taiwan dimana banyak warga negara terdididiknya yang hijrah ke negara Amerika, mereka kini telah melahirkan jejaring intelektual yang mereka sebut sebagai Banglore Boomerang (India) dan Sinchu Project (Taiwan) yaitu kalangan terdidik dari negara tersebut membuatjejaring intelektual selama mereka menjalani studi di AS dan bekerja di Silicon Valley (pusat TI dunia) dalamrangka membangun jaringan “IT Complex” yang bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi negaranya masing-masing.

Merupakan suatu harapan pada waktunya nanti anak bangsa ini dapat mengikuti jejak positif yang telah dibangun oleh anak bangsa negara lainnya, sebagai bahan pertimbangan untuk mewujudkan dan mengembangkan jejaring intelektual ini kita memerlukan sarana dan perantara dan salah satu elemen yang dapat dijadikan pijakan untuk mewujudkan hal ini adalah keberadaan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di luar negeri. Kita percaya diantara sekian jumlah insani “brain drainer” masih ada yang memiliki idealisme tinggi dalam upaya membangun negaranya. Dilain pihak Perguruan Tinggi, hendaknya para shareholder dan stakeholder nya yang memiliki akses dan koneksi diluar negeri dapat menciptakan jejaring intelektual berskala internasional dengan para koleganya dalam upaya meningkatkan performance untuk menghasilkan outcome berupa lulusan (sarjana) yang diharapkan dapat menjadi agent of development. Kita percaya bahwa semua ini dengan tekad dan keinginan yang kuat ditambah dengan dukungan pengalaman dan kualitas sivitas akademika yang ada saat ini dalam waktu tidak terlalu lama lagi dapat terwujud.

Contributors

Admin