Backup andri

Dari widuri
Revisi per 10 Desember 2015 10.49 oleh Andri Zali (bicara | kontrib)


Lompat ke: navigasi, cari

SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID

SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA


SKRIPSI


Logo stmik raharja.jpg


Disusun Oleh :

NIM
: 1133468638
NAMA


JURUSAN SISTEM KOMPUTER

KONSENTRASI CREATIVE COMMUNICATION AND INNOVATIVE TECHNOLOGY

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

STMIK RAHARJA

TANGERANG

2015/2016


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

TANGERANG

(2015/2016)


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER
(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID

SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA

Disusun Oleh :

NIM
: 1133468638
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
Konsentrasi


Disahkan Oleh :

Tangerang, 1 Desember 2015


Ketua
       
Kepala Jurusan
       
           
           
           
           
(Ir. Untung Rahardja, M.T.I)
       
(Ferry Sudarto, M.Kom,.M.Pd)
NIP : 000594
       
NIP : 10001


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID

SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA


Dibuat Oleh :

NIM
: 1133468638
Nama

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif

Jurusan Sistem Komputer

Konsentrasi Creative Communication And Innovative Technology

Disetujui Oleh :

Tangerang, 1 Desember 2015


Pembimbing I
   
Pembimbing II
       
       
       
       
(Dr. Ir. Sudaryono, S.Pd., M.Pd)
   
(Ageng Setiani Rafika, S.Kom., M.Kom)
NID : 09006
   
NID : 13001


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER
(STMIK) RAHARJA

LEMBAR PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID

SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA


Dibuat Oleh :

NIM
: 1133468638
Nama


Disetujui setelah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif Jurusan Sistem Komputer Konsentrasi CCIT Tahun Akademik 2014/2015


Disetujui Penguji :

Tangerang, Tanggal Bulan Tahun


Ketua Penguji
 
 
 
 
(Nama Ketua Penguji)
NID : NID Ketua Penguji

Penguji I Penguji II
   
   
   
   
(Nama Penguji I) (Nama Penguji II)
NID : NID Penguji I NID : NID Penguji II


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN DAN ILMU KOMPUTER

(STMIK) RAHARJA

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI

SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID

SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO

PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA


Disusun Oleh :

NIM
: 1133468638
Nama
Jenjang Studi
: Strata Satu
Jurusan
Konsentrasi

Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan karya tulis saya sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikat dari Skripsi yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar Sarjana Komputer baik di lingkungan Perguruan Tinggi Raharja maupun di Perguruan Tinggi lain, serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab, serta bersedia menerima sanksi jika pernyataan diatas tidak benar.


Tangerang, 1 Desember 2015

 
 
 
 
 
NIM : 1133468638

)*Tandatangan dibubuhi materai 6.000;


ABSTRAKSI

Kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat, salah satu cara untuk dapat mengatasi permasalahan itu adalah dengan melakukan penghematan energi listrik. Akhirnya, muncul ide untuk membuat penelitan terkait economic smart classroom yang berbasis smart card atau RFID (Radio Frequency Identification) yang dibundling mikrokontroler Arduino Uno sebagai pengendalian energi listrik dalam classroom. Fungsi RFID dalam penelitian ini untuk membuka dan mengunci pintu classroom dan pengendalian perangkat elektronik yang berada dalam classroom, seperti: lampu dan AC (Air Conditoining), serta absensi dosen yang langsung dari dalam classroom secara otomatis. Sebagai bentuk implementasi dari sistem, RFID digunakan untuk identifikasi berdasarkan identitas dosen untuk dapat mengakses dan mengenalinya sehingga hanya dosen yang sudah teregistrasi dalam database yang dapat menggunakan sistem smart classroom ini. Sistem kendali smart classroom yang berbasis RFID ini, memiliki 3 sistem yaitu smart open and lock, smart electrical switch (ON/OF), dan smart absent pada dosen disetiap classroom. Dengan demikian melalui pengaplikasian dari sistem ini, konsumsi energi listrik (economic smart classroom) menjadi lebih efisien dan malalui penambahan RFID ini fungsi kerja classroom pada Perguruan Tinggi Raharja, dapat jadi lebih efektif.

Kata Kunci: Classroom, RFID, Arduino Uno, Lampu, AC, Database.

ABSTRACT

Electric energy needs in Indonesia continues to increase, one way to solve that problem is to do with electrical energy savings. Finally, came the idea to make smart economic research related to classroom-based smart card or RFID (Radio Frequency Identification) are bundled Arduino Uno microcontroller as the control of electrical energy in classroom. RFID function in this study running with the (locking the door) open and close the door in classroom and control electronic devices that are in the classroom, such as lights and air conditioning (Air Conditoining), as well as the attendance of lecturers directly from the classroom automatically. As the implementation of the system, RFID is used for identification based on the identity of lecturers to be able to access and recognize that only the lecturers who have been registered in a database that can use the system's smart classroom. System control RFID-based smart classrooms, has 3 included of this system that is: smart open lock, smart electrical switch (ON / OF), and smart absent in every classroom lecturer. Then, on the other hand, through the application of this system, electrical energy consumption (economic smart classroom) to become more efficient and through addition of RFID system, the function RFID in classroom at Perguruan Tinggi Raharja could be more effective.

Keywords : Classroom, RFID, Arduino Uno, Lampu, AC, Database.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan rahmat-Nya, Penulis masih diberikan umur panjang, kesehatan serta kekuatan dalam penyusunan Laporan Skripsi ini sehingga dapat berjalan lancar dan dapat terselesaikan dengan baik. Tak lupanya shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita merubah dari jaman kegelapan sampai pada jaman yang terang benderang ini.

Hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi ini, berjudul "SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA".Tujuan dari pembuatan Skripsi ini adalah sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) untuk jenjang S1 di Perguruan Tinggi Raharja, Cikokol Tangerang. Sebagai bahan penulisan, penulis mengambil data berdasarkan hasil observasi, wawancara, survey serta studi pustaka yang mendukung penulisan ini.

Pada kesempatan ini Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih dan penghormatan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan Laporan Skripsi ini, antara lain:

  1. Bapak Ir. Untung Rahardja, M.T.I, selaku Ketua STMIK Raharja.
  2. Bapak Sugeng Santoso, M.Kom, selaku pembantu Ketua 1 STMIK Raharja.
  3. Bapak Ferry Sudarto S.Kom.,M.Pd, selaku Kepala Jurusan Sistem Komputer yang telah menyampaikan banyak motivasi, dan juga masukan kepada penulis.
  4. Bapak Dr. Ir. Sudaryono, S.Pd., M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I dengan telah memberi bimbingan dan banyak mengarahkan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
  5. Ibu Ageng Setiani Rafika, S.Kom., M.Kom, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam penulisan Laporan Skripsi ini.
  6. Seluruh Dosen Perguruan Tinggi Raharja atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
  7. Anggota keluarga yang telah mendukung baik material maupun moril.
  8. Teman-teman Jurusan Sistem Komputer yang tidak dapat saya sebutkan semua satu persatu, terima kasih telah memberikan semangat dan sharing ilmunya.
  9. Semua pihak instansi terkait yang bekerjasama membantu Laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat membangun terhadap Laporan Skripsi ini agar menjadi lebih baik. Semoga pada penulisan Laporan Skripsi ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat serta dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca khususnya bagi seorang mahasiswa.

Akhir kata, penulis sampaikan dengan harapan semoga penulisan Laporan Skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat kepada seluruh pihak.

Tangerang, Desember 2015
Andri Ahmad Gozali
NIM. 1133468638

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Open-Loop dan Closed-Loop

Tabel 2.2 Keterangan Flowchart Dokumen

Tabel 2.3 Simbol-Simbol Standar Flowchart

Tabel 2.4 Fungsi Tombol Arduino IDE

Tabel 2.5 Komponen dan Simbol Resistor Tetap

Tabel 2.6 Warna dan Simbol Resistor Axial

Tabel 2.7 Variabel Resistor


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem

Gambar 2.2 Langkah Analisa Sistem

Gambar 2.3 Prototipe Jenis I

Gambar 2.4 Sistem Kontrol Terbuka/Manual

Gambar 2.5 Sistem Kontrol Tertutup/Otomatis

Gambar 2.6 Flowchart Sistem (System Flowchart)

Gambar 2.7 Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

Gambar 2.8 Flowchart Program (Program Flowchart)

Gambar 2.9 Simbol Flowchart Proses

Gambar 2.10 Flowchat Proses (Process Flowchart)

Gambar 2.11 Blok Rangkaian Internal Mikrokontroler

Gambar 2.12 Arduino Shield

Gambar 2.13 Mikrokontroler Arduino

Gambar 2.14 Blok Diagram Arduino

Gambar 2.15 Hardware Arduino Uno

Gambar 2.16 Resistor 4 Gelang Warna

Gambar 2.17 Resistor 5 Gelang Warna

Gambar 2.18 Simbol Kapasitor

Gambar 2.19 Kapasitor Elco

Gambar 2.20 Kapasitor Trimer

Gambar 2.21 Deskripsi Varco

Gambar 2.22 Kapasitor Varco

Gambar 2.23 Relay

Gambar 2.24 Motor DC

Gambar 2.25 Siklus Refrigerasi AC

Gambar 2.26 Lampu TL (Fluorescent Lamp)

Gambar 2.27 Dioda Kontak Titik

Gambar 2.28 Dioda Zener

Gambar 2.29 Bentuk dan Simbol LED

Gambar 2.30 Transistor Bipolar

Gambar 2.31 Transistor Unipolar

Gambar 2.32 Integrated Circuit (IC)

Gambar 2.33 Membaca Kaki IC

Gambar 2.34 Operasi Dari Sensor IR

Gambar 2.35 Dasar Operasi RFID

Gambar 2.36 Sistem RFID

Gambar 2.37 Komunikasi RFID Dengan Komputer


DAFTAR SIMBOL

SIMBOL FLOWCHART


 

DAFTAR SIMBOL ELEKTRONIKA


BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang

Energi listrik merupakan kebutuhan utama masyarakat di Indonesia. Pasokan terhadap energi listrik di Indonesia dapat terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan dunia industri. Pemerintah sendiri yang diwakili PLN masih belum mampu menyediakan ketersediaan energi listrik dengan jumlah yang memadai (Purwadi, 2012). Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya alam dan tingkat kesadaran masyarakat di Indonesia untuk berhemat listrik yang masih begitu rendah.

Penggunaan energi listrik di Indonesia belum terkelola dengan baik. Menurut Kompas, dengan dikutip berdasarkan Alpen Steel Forum (2012), Indonesia adalah negara paling boros dalam pemakaian listrik di ASEAN. Pemborosan yang terbesar terjadi pada rumah, instansi, dan perindustrian. Contoh, penggunaan AC (Air Conditioning) dan lampu yang tetap menyala meski sedang tidak diperlukan. Porsi pada konsumsi listrik AC dan lampu padahal relatif besar, sekitar di atas 45% untuk AC dan 35% untuk lampu.

Berdasarkan data BPPT yang diperoleh dalam sebuah buku berjudul “Outlook Energi Indonesia 2014” bahwa selama periode 2012-2035, pada skenario dasar (BAU) energi listrik di semua sektor meningkat lebih dari 5 kali, yaitu 903 TWh tahun 2035 atau peningkatan sebesar 7,4% per tahun. Pada skenario tinggi (High), pertumbuhan akan mendekati 9% per tahun, atau mengalami peningkatan hingga 7 kali lipat, yaitu menjadi 1229 TWh.

Gambar 1.1 Diagram Konsumsi Listrik Setiap Sektor (BPPT:2014)

Sumber: BPPT (2014)[1]

Pertambahan kebutuhan pemakaian energi listrik, selayaknya diikuti dengan penghematan konsumsi pada energi listrik secara rata dan terpadu.

Gambar 1.2 Grafik Konsumsi Listrik Harian Indonesia (BPPT:2014)

Sumber: BPPT (2014)[1]

Pada dasarnya, konsumsi energi listrik bergantung dari perangkat IT (Information Technology) yang digunakan. Semakin banyak suplay dalam perangkat elektronik, maka suplay listrik yang dikeluarkan semakin besar. Karena itu, dibutuhkan observasi untuk mencari problem solving terhadap problem yang ada. Pada Skripsi ini, observasi berpusat di ruangan melalui pengamatan langsung yang sudah dilakukan dari sejumlah classroom atau kelas pada Perguruan Tinggi Raharja, ditemukan situasi dimana ada kelas yang lampu dan AC masih menyala, padahal tak ada aktifitas perkuliahan.

Penghematan energi listrik memang sudah menjadi hal yang penting diperhatikan. Apalagi pemerintah sudah mengeluarkan instruksi presiden atau (Inpres) Nomor 13 Tahun 2011, tentang penghematan energi dan air. Melalui Inpres itu, setiap warga indonesia harus mulai menghemat energi dari bentuk apapun termasuk pemakaian lampu dan AC dalam classroom. Dengan demikian, diperlukan sistem yang mampu on/off (lampu dan AC) secara otomatis, yang teraplikasikan dalam suatu classroom Di Perguruan Tinggi Raharja. Dengan adanya sistem yang mengelola on/off (lampu dan AC), diharapkan dapat menghasilkan penghematan listrik yang signifikan.

Pengendalian on/off beberapa perangkat elektronik kebanyakan saat ini masih dikendalikan secara manual dengan menekan tombol dari saklar on/off. Perubahan terhadap dinamika sosial dari gaya hidup membuktikan pentingnya kepraktisan dalam mengendalikan perangkat elektronik secara otomatis. Efisiensi kendali perangkat elektronik yang dimaksudkan, yaitu menghidupkan dan mematikan lampu dan AC hanya jika adanya aktifitas seseorang di kelas yang di monitori oleh sensor dengan memperhitungkan situasi kelas dan akan mematikan ketika tidak ada aktifitas di dalam kelas.

Selain efisiensi listrik, masalah lain yang sedikit menggangu adalah pengelolaan sumber daya untuk mempercepat operasi pada persiapan dari classroom, khususnya: ketika proses perkuliahan akan dimulai dan ketika proses perkuliahan sudah berakhir. Saat dosen baru datang, masalah yang sering dihadapi oleh Dosen Raharja adalah ketika harus mengambil ISAP (lembar presensi dosen) dan membuka absen kelas melalui petugas RCIP. Walaupun hal sepele, tetapi sistem dapat menghambat waktu perkuliahan.

Terkadang ketika dosen selesai membuka kelas dan hendak masuk ke suatu classroom untuk memulai proses perkuliahan (belajar-mengajar), dosen melihat pintu kelas yang masih terkunci, sehingga harus menunggu staff dukungan teknis (OB) untuk membuka classroom. sehingga hal ini, agak sedikit menghambat dalam waktu dari proses persiapan di classroom atau pintu kelas tidak ditutup ketika perkuliahan berakhir. Melihat hal itu, karena sistem masih dibantu staff dukungan teknis, seperti: RCIP dan OB. solusi yang bisa diberikan dengan RFID - Radio Frequency Identification.

Pemanfaatan teknologi RFID untuk sistem multi-akses masih jarang khususnya: penelitian yang berupa: Akses Pintu, Kendali Lampu dan AC, Absensi Dosen di classroom. Berdasarkan website kabupaten pekalongan RFID yaitu salah satu teknologi dengan sistem pengindentifikasian suatu obyek secara otomatis (Auto ID), selain pada Barcode Optical Character Recognition (OCR), Biometric, atau pada Smartcard (Finkenzeller, 2003).

Selain itu, yang membedakan sistem RFID yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang ada sebelumnya, di Perguruan Tinggi Raharja yaitu sistem ini dapat mengambil andil penting terhadap peningkatan dan perlindungan isi kelas yang memberikan sistem proteksi keamanan pintu, memberikan sistem yang ideal dengan pemberian keselarasan otomatisasi yang dapat melakukan penghematan energi listrik di suatu classroom dan melakukan absensi kehadiran dosen untuk membuka kelas dilakukan dari classroom tanpa perantara RCIP sehingga akan lebih efisiensi waktu bagi aktivitas mengajar dikelas. Terakhir, saat proses perkuliahan telah selesai sistem akan otomatis kunci pintu, mematikan kelistrikan (lampu dan AC).

Aktivitas persiapan dosen dikelas seperti buka-tutup pintu ruangan, on/off kelistrikan ruangan (lampu dan AC), serta absensi kehadiran dosen, masih melalui petugas, itu artinya dosen belum mendapati teknologi yang terintegrasi secara otomatis. Kerana persiapan classroom masih dilakukan manual maka akan terdapat kemungkinan kesalahan akibat pada kelalaian manusia sehingga dari pemakaian listrik menadi kurang efisien dan proses persiapan sebuah kelas mungkin bisa memakan waktu proses perkuliahan.

Dengan melihat aspek otomatisasi penjelasan diatas, penulis berniat untuk merancang sebuah sistem yang memanfaatkan teknologi otentikasi, guna mengidentifikasi hanya dosen yang bisa mengaksesnya, mengetahui dari sistem pengenal dosen yang sah atau tidak, akses pintu kelas, absensi secara otomatis, pengendali otomatis kelistrikan ruangan (lampu dan AC). Demi menunjang Skripsi ini, maka teknologi yang digunakan menerapkan device RFID (Radio Frequency Identification) sebagai identifikasi dosen, sebagai card untuk memvalidasi kedatangan dosen ketika akan memasuki classroom. Device dari sistem ini juga dapat digunakan untuk menangkap obyek sebagai bentuk kendali (lampu dan AC) serta sistem absensi dosen.

Berdasarkan uraian terhadap permasalahan yang ada, maka penulis ingin mencoba untuk merancang suatu karya skripsi yang berjudul berikut ini, “SISTEM KENDALI SMART CLASSROOM BERBASIS RFID SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN ARDUINO UNO PADA PERGURUAN TINGGI RAHARJA”. Sistem ini pada dasarnya adalah bagian dari konsep smart classroom. Smart classroom sendiri mempunyai definisi sebagai konsep yang segala fungsi aktivitasnya dibantu teknologi.


Rumusan Masalah

Potensi pemborosan terhadap energi listrik yang cukup besar karena keterbatasan seseorang sering lupa dan malas untuk mematikan perangkat elektronik di kelas (lampu dan AC). Implementasi teknologi yang relevan diharapkan akan mengurangi konsumsi energi listrik yang lebih produktif selain itu, pintu masih terkunci dan harus menunggu bantuan dari operator atau membiarkan pintu lupa dikunci dan sistem absensi dosen dilakukan oleh RCEP yang masih manual sehingga mengganggu proses perkuliahan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat penulis identifikasi beberapa perumusan permasalahan, diantaranya:

  1. Bagaimana sistem kendali lampu dan AC on/off pada classroom?

  2. Bagaimana sistem akses kontrol pintu pada classroom?

  3. Bagaimana sistem absensi dosen langsung dilakukan di classroom?

  4. Bagimana rangkaian hardware dan program keseluruhan software?


Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai Pembatasan atas penyusunan laporan Skripsi ini untuk tetap fokus dan sesuai dari tujuan yang ditetapkan, maka penulis memberikan ruang lingkup penelitian yang sesuai dengan penyusunan Laporan Skripsi dengan parameter perangkat elektronika kelas untuk sistem kendali hanya sebatas lampu dan AC, akses kontrol pintu serta absensi dosen pada kelas yang berbasis RFID dan dikontrol secara otomatis dari sebuah classroom melalui RFID tersebut, dengan Microcontroller Arduino Uno sebagai otak untuk melakukan komunikasi pengendalian perangkat elekronika di kelas.


Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan pada Skripsi ini, adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Operasional

  1. Mengoptimalisasi sistem konvensional yang bekerja secara manual terhadap pemborosan penggunaan pada perangkat elektronik kelas.

  2. Meningkatkan level efisiensi penghematan pemakaian energi listrik pada perangkat elektronik kelas dan terintegrasi oleh Arduino Uno.

2. Tujuan Fungsional

  1. Merancang dan membuat sistem pengendalian perangkat elektronik kelas yang dikontrol secara otomatis berdasarkan input dari sistem.

  2. Merancang dan membuat alat dengan mengidentifikasi keberadaan seseorang yang akan memasuki classroom maupun terakhir keluar.

3. Tujuan Individual

  1. Memenuhi syarat kelulusan untuk jenjang Stara Satu (S1).

  2. Mengaplikasikan ilmu yang penulis dapat selama perkuliahan.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Operasional

  1. Akan memberikan perasaan nyaman dalam aktifitas belajar di kelas melalui sistem otomatisasi yang akan mengganti sistem yang lama karena sistem dapat melakukan komunikasi pada sebuah perangkat yang dikendalikan, sehingga dapat menghasilkan sistem yang baru.

  2. Menghemat tenaga manusia, karena alat bersifat Embedded system.

2. Manfaat Fungsional

  1. Mendeteksi secara otomatis berdasarkan keberadaan manusia yang didasari oleh teknologi RFID melalui kendali perangkat elektronik.

  2. Efisiensi waktu dan bekerja secara real-time karena sistem aktif di saat ada aktifitas seseorang di kelas dengan dimonitori oleh sensor.

3. Manfaat Individual

  1. Ikut berpartisipasi bagi pengembangan IPTEK dengan memperluas cakrawala berfikir sistematis pada penyusunan Laporan Skripsi ini.

  2. Meningkatkan kemampuan dari mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah untuk menghadapi tantangan di masa depan.


Metode Penelitian

Dalam menyelesaikan perancangan dan pembuatan Laporan Skripsi ini, maka dilaksanakan suatu penelitian, sehingga akan didapatkan sebuah hasil yang diharapkan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah:

Metode Pengumpulan Data

  1. Metode Pengamatan (Observation Research)

    Observasi yang dilakukan sekitar 2 Bulan, penulis melihat masih ada kegiatan pengendalian pintu dalam kelas, on/off (lampu dan AC) dan absensi dosen di classroom yang masih memakai tenaga staff ahli.

  2. Metode Wawancara (Interview Research)

    Dalam proses wawancara yang dilakukan oleh stakeholder, yang dikeluhkan stakeholder yaitu perihal pemakaian terhadap energi listrik yang tetap menyala padahal tak ada aktifitas belajar-mengajar di kelas.

  3. Metode Studi Pustaka (Library Research)

    Penulis mendapatkan referensi dengan pencarian dan mendapati sumber-sumber kajian, melalui landasan teori yang mendukung, data-data dan informasi tentang acuan perencanaan, percobaan, pembuatan, dan penyusunan Laporan Skripsi, melalui perantara teknologi Internet.

Metode Analisa

Pada metode ini penulis menganalisa dari sistem-sistem yang sudah ada dengan membuat beberapa poin pertimbangan seperti bagaimana sistem dapat bekerja (cara kerja sistem), apa saja komponen yang membangun sebuah sistem dapat berjalan, dan apa kekurangan pada sistem tersebut.

Metode Perancangan

Pada metode ini penulis dapat mengetahui bagaimana sistem dirancang, atau komponen apa saja yang dibutuhkan dalam membangun sistem ini.

Metode Pengujian

Penulis memakai metode Black Box dan White Box, dari sistem yang akan dibangun. Perbedaan keduanya akan dijelaskan secara singkat, berikut ini:

  1. Black Box Testing, adalah pengujian yang dilakukan dari mengamati hasil eksekusi melalui data uji dan memeriksa fungsionalitas software. Jadi di analogikan seperti melihat kotak hitam, kit hanya dapat melihat interface, tanpa tahu ada apa dibalik bungkus kotak hitam (black box).
  2. White Box Testing, adalah pengujian yang didasari pada pengecekan dari detail perancangan, memakai struktur kontrol dari desain program secara prosedural untuk membagi pengujian dalam beberapa kasus uji.


Sistematika Penulisan

Penulis mengelompokan isi penyusunan Skripsi ini menjadi 5 (lima) bab yang masing-masing bagian saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab lain hingga menjadi 1 kesatuan yang utuh dengan sistematika penulisan yang akan dijelaskan secara singkat antara lain, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan pemaparan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan juga sistematika penulisan melalui penjabaran secara terperinci.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar (umum) dan teori-teori khusus yang berkaitan dengan analisa, serta permasalahan yang dibicarakan dalam sistem yang sedang berjalan, teori pada perancangan alat dan literature review.

BAB III ANALISA SISTEM YANG BERJALAN

Untuk bab ini memuat tentang gambaran umum instansi di Perguruan Tinggi Raharja, Tujuan Perancangan, Langkah-Langkah Perancangan, Analisa Sitem, Diagram Blok, Cara kerja alat, rangkaian skematik dari rancangan suatu sistem untuk hardware dan software, fowchart alat, serta elisitasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini memuat implementasi sistem yang telah dirancang kemudian dilakukan pengujian pada kinerja sistem, analisa dalam komunikasi perangkat elektronik, dan Arduino Uno. Sistem kendali dengan RFID terhadap aspek pengendalian seluruh alat yang meliputi akses pintu dan kendali Lampu dan AC otomatis dan sistem absensi dosen dari classroom.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini akan memuat tentang kesimpulan yang dapat dihasilkankan oleh penulis dari hasil penelitian yang sudah diperoleh dari sebuah analisa di Perguruan Tinggi Raharja. atau saran yang diberikan penulis bagi pengembangan alat.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


BAB II

LANDASAN TEORI

Teori Umum

Konsep Dasar Sistem

1. Definisi Sistem

Menurut Fat, di dalam buku jeperson Hutahaean (2014:1), [2] mengemukakan bahwa sistem merupakan suatu himpunan suatu benda atau abstrak (a set of thing) dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan, berhubungan, ketergantungan, dan saling mendukung yang secara keseluruhan bersatu pada satu kesatuan (Unity) yang mencapai tujuan tertentu, secara efektif dan efisien.

Menurut Murdick, dalam bukunya yulia dzahir (2014:46), [3]mengemukakan bahwa sistem adalah seperangkat element untuk membentuk kegiatan suatu prosedur/bagan pengolahan mencari suatu tujuan atau tujuan-tujuan bersama dengan mengoperasikan data dan barang dari waktu rujukan tertentu untuk menghasilkan informasi dan suatu energi dan atau dalam menghasilkan barang.

Dari kedua definisi di atas, dengan demikian sistem adalah sebuah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling terkait, terhubung, berkumpul bersama-sama untuk melakukan kegiatan atau untuk dapat melakukan sasaran tertentu. Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan dari pengoperasian kerja yang berada pada sistem.

2. Karakteristik Sistem

Di dalam buku Hutahaean (2014:3), [2] agar sistem dikatakan sistem yang ideal. Maka sistem itu memiliki karakteristik, yakni:

a. Komponen Sistem

Akan memberikan perasaan nyaman dalam aktifitas belajar di kelas melalui sistem otomatisasi yang akan mengganti sistem yang lama karena sistem dapat melakukan komunikasi pada sebuah perangkat yang dikendalikan, sehingga dapat menghasilkan sistem yang baru.

b. Batasan Sistem (Boundary)

Batasan sistem adalah daerah yang memberikan batas antara suatu sistem dengan sistem lain ataupun terhadap lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan sistem dipandang sebagai suatu kesatuan yang merujuk scope dalam sistem itu.

c. Lingkungan Luar Sistem (Environment)

Lingkungan luar sistem merupakan daerah di luar batas pada sistem yang mempengaruhi bagi operasi sistem. Lingkungan bersifat untung yang harus tetap dijaga dan rugi yang harus dapat dikontrol, kalau tidak menggangu kelangsungan hidup.

d. Penghubung Sistem (Interface)

Penghubung sistem merupakan media konektor diantara satu subsitem dengan subsistem lain. Melalui sebuah penghubung memungkinkan suatu sumber daya mengalirkan subsistem ke subsistem lain. Keluaran (output) subsistem itu akan menjadi input kepada subsistem lainnya, melalui sebuah penghubung.

e. Masukkan Sistem (Input)

Masukkan sistem adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa perawatan (maintenance input) dan masukkan sinyal (signal input). Mainetance input yaitu suatu energi yang dimasukkan agar sistem dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Contoh: untuk sistem komputer program adalah maintenance input dan data adalah signal input yang diolah jadi informasi.

f. Keluaran Sistem (Output)

Keluaran sistem adalah hasil dari energi yang diolah maupun diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa dari pembangunan. Contoh: perangkat elektronika dari komputer yang menghasilkan panas merupakan sisa pada pembuangan, sedangkan suatu informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.

g. Proses (Pengolah Sistem)

Suatu sistem menjadi part-part pengolah yang akan merubah masukkan menjadi keluaran. Sistem produksi akan mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, adapun sistem akutansi akan mengolah bagi data-data, menjadi laporan-laporan keuangan.

g. Sasaran atau Tujuan Sistem (Objective or Goal)

Suatu sistem pasti mempunyai sasaran (objective) dan tujuan (goal). Sasaran pada sebuah sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem serta keluaran yang dapat dihasilkan. Sistem dikatakan sukses disaat mengenai sasaran atau tujuan.

Gambar 2.1 Karakteristik Sistem

Sumber: Hutahaean (2014:5)[4]

3. Klasifikasi Sistem

Dalam buku Hutahaean (2014:6), [2] sistem diklasifikasi pada beberapa sudut pandang yang bisa dijelaskan diantaranya, yakni:

  1. Sistem Diklasifikasikan Sebagai:

    a. Sistem Abstrak (Abstract System)

    Sistem abstrak adalah sistem yang berupa ide-ide ataupun pemikiran-pemikiran yang tidak bisa tampak secara fisik.

    b. Sistem Fisik (Physical System)

    Sistem fisik adalah sistem yang akan tampak secara fisik.

  2. Sistem Diklasifikasikan Sebagai:

    a. Sistem Alamiyah (Natural System)

    Sistem alamiyah adalah sistem yang terjadi karena proses alami (natural) yang tidak dibuat/dibangun oleh manusia.

    b. Sistem Buatan Manusia (Human Made System)

    Sistem buatan manusia adalah sistem yang dibangun oleh manusia dan melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin, umumnya disebut sebagai human machine system.

  3. Sistem Diklasifikasikan Sebagai:

    a. Sistem Tertentu (Deterministic System)

    Sistem tertentu adalah sistem yang akan beroperasi dalam tingkah laku yang telah dapat diprediksi sebagai keluaran (output system) yang dapat diramalkan. Sistem komputer merupakan contoh dari sistem yang tingkah lakunya akan disesuaikan terhadap program komputer yang dijalankan.

    b. Sistem Tak Tentu (Probabilistic System)

    Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depan tidak dapat diprediksi karena terdapat unsur probabilistik.

  4. Sistem Diklasifikasikan Sebagai:

    a. Sistem Tertutup (Close System)

    Sistem tertutup adalah sistem yang tidak terpengaruh atau tidak terkoneksi dengan lingkungan luar. Sistem berjalan secara otomatis, tanpa ada turut campur lingkungan luar. Secara teoritis sistem ini ada, dan kenyataannya tidak ada sistem yang betul tertutup hanya relatively closed system

    b. Sistem Terbuka (Open System)

    Sistem terbuka yaitu sistem yang terpengaruh lingkungan luar, menerima input atau output dengan lingkungan luar.


Konsep Dasar Analisa Sistem

1. Definisi Analisa Sistem

Menurut Taufiq Komputer (2013:156),[5] “Analisis sistem adalah suatu kegiatan mempelajari sistem baik sistem manual atau dari sistem yang telah komputerisasi secara keseluruhan, yang mulai dengan menganalisa sistem, permasalahan, desain logic & memberilkan keputusan dari hasil analisa masalah yang mencari jalan keluar.”

Menurut Rosa (2013:18),[6] “Analisis sistem itu suatu bentuk kegiatan untuk melihat sistem yang telah berjalan dengan bagian mana yang bagus dan tidak serta kemudian mendokumentasikan kebutuhan yang akan memenuhi pada perancangan sistem baru.”

Dengan 2 definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan analisis sistem adalah suatu kegiatan mengidentifikasi dan mengevaluasi masalah yang terjadi agar kebutuhan terpenuhi pada sistem baru.

2. Langkah-Langkah Analisa Sistem

Menurut Taufiq Komputer (2013:159), [5] dari menganalisa suatu sistem agar hasil analisa bisa lebih maksimal dan langkah-langkah yang dilakukan harus terstruktur supaya tidak bertumpuk antara hasil analisa yang satu dan hasil analisa yang lain. Dalam tujuan hasil analisa sistem yang dilakukan akan dikelompokan sesuai dengan langkah-langkah yang dikerjakan sehingga mudah dipelajari dan dikembangkan terus pada rancang bangun sistem. Tahap analisa digunakan setelah rancangan sistem atau sebelum desain sistem.

Ada beberapa urutan langkah-langkah untuk analisa sistem menurut, Whitten L. Jeffery dalam buku Taufiq, sebagai berikut:


Gambar 2.2 Langkah Analisa Sistem (Taufiq 2013:160)

Sumber: Taufiq (2013:160)[5]

  1. Definisi Lingkup

    Definisi Lingkup (scope definition) yaitu, langkah awal proses pengembangan sistem. Pada metodologi lain, ini akan disebut: fase pemeriksaan (preliminary investigation phase), fase studi awal dan survei (“initial study and survey phase”), fase perancangan dan komunikasi (planning communication phase) atau inisiasi proyek maupun pengumpulan kebutuhan.

  2. Analisis Masalah

    Analisis masalah memberi analisis dalam pemahaman, kesempatan dan perintah lebih dalam, untuk memicu proyek. Analisis masalah menjawab pertanyaan. “Dapatkah masalah itu untuk dipecahkan!” dan “Apakah sistem baru dapat layak untuk dibangun?”. Pada metodologi lainnya, langkah analisis masalah mungkin dikenal sebagai langkah studi sistem pada saat ini, langkah penyelidikan detail, atau langkah kelayakan.

    Tujuan analisis masalah adalah untuk dapat memahami pada bidang masalah yang baik dalam menganalisa masalah, memahami kerja sistem, identifikasi, serta membuat laporan.

  3. Analisis Persyaratan

    Beberapa analisis belum pengalaman membuat sebuah kefatalan saat melalui langkah analisis masalah. Godaan titik ini mulai melihat banyak solusi alternative, khususnya solusi teknis. Beberapa kesalahan yang terjadi dari sistem informasi ditujukan dari suatu pernyataan, “Memastikan sistem bekerja dan secara teknis mengesankan, tetapi harus tidak melakukan apa yang diinginkan untuk dilakukan pada sistem. “Langkah analisis ini menentukan persyaratan bisnis untuk sistem baru.

  4. Desain Logic

    Tidak semua proyek melingkupi pengembangan dalam model-driven, tetapi kebanyakan inputan pemodelan sistem. Desain logic mendokumentasikan persyaratan bisnis dengan memakai model sistem dalam struktur data dan proses bisnis, bagi aliran data dan interface user. Dari hal lain, desain logic memisah persyaratan yang dibuat, pada langkah sebelumnya.

  5. Analisa Keputusan

    Dalam persyaratan bisnis, akhirnya dapat menekankan bagaimana sistem baru termasuk alternatif berbasis komputer diterapkan dengan teknologi. Maksud dari analisa keputusan yaitu mengenal dan menganalisa solusi target, merekomendasi sistem target. Peluang muncul saat seorang dapat visi solusi teknik, tetapi selalu ada solusi alternatif dalam solusi terbaik.


Konsep Dasar Perancangan

1. Definisi Perancangan Sistem

Menurut Velzello/John Reuter III dalam Buku Darmawan (2013:227),[7] “Perancangan sistem merupakan suatu tahap setelah analisis dalam siklus pengembangan sistem seperti pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan suatu rancang bangun implementasi gambaran jelas apa yang dapat dikerjakan dari analisa sistem dan bagaimana membentuk suatu sistem itu.”

Menurut Al-Jufri (2011:141), [8] “Perancangan sistem adalah penentuan dalam proses dan data yang dibutuhkan sistem baru.”

Menurut Siti Aisyah dan Nawang Kalbuana dalam jurnal CCIT (2011:197), [9] ), “metode yang dikenal dengan SLDC (system development life cycle) yaitu metode umum analisa dan desain.”

2. Tujuan Perancangan Sistem

Menurut Darmawan (2013:228), [7] Ada dua (2) tujuan utama dalam sebuah tahap perancangan dan desain sistem, diantaranya:

  1. Untuk memenuhi kebutuhan user atau pemakai sistem.
  2. Menyediakan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap pemrograman komputer dan ahli-ahli teknik dengan terlihat (lebih condong dalam desain sistem yang mendetail).

Kedua tujuan ini, berfokus dalam sebuah perancangan atau desain sistem yang detail pada pembuatan rancang bangun yang jelas dan lengkap. Dipakai dalam pembuatan program komputer.

Untuk mencapai suatu tujuan pada perancangan sistem ini, analisis sistem harus memenuhi sebuah sasaran yang jelas, yaitu:

  1. Desain sistem harus berguna, mudah dipahami, serta mudah dipakai. Maksudnya bahwa data harus mudah ditangkap dan metode yang didapat harus mudah diterapkan dan informasi umumnya akan mudah dihasilkan dan juga dapat dimengerti.
  2. Desain sistem mendukung tujuan utama organisasi (instansi).
  3. Perancangan sistem harus efektif dan efisien terkait di tugas-tugas yang dilakukan dengan komputer dan dalam tugas lain.
  4. Perancangan sistem penting, terkait mempersiapkan rancang bangun yang terinci antar komponen dalam sistem informasi, meliputi: data dan informasi, simpanan data, metode-metode, prosedur, manusia, perangkat keras (hardware device), dan perangkat lunak (software device), juga pengendalian sistem.

Tujuan dari desain sistem secara umum untuk memberikan gambaran umum kepada user tentang sistem yang baru. Adapun penjelasan kategori dalam perancangan dan desain sistem, yaitu:

  1. Sistem Global-Based (mendesain sistem lama menjadi baru).
  2. Sistem Group-Based (sistem meliputi group dari organisasi).
  3. Sistem Local-Based (sistem khusus didesain untuk 1 orang).

Analisis sistem dan desain umumnya bergantung pada satu dan yang lain. Studi menunjukan bahwa apa yang dikumpulkan, dianalisis dan dimodelkan dari fase analisis sistem untuk dibuat. Selama fase analisis sistem investigasi berorientasi di ketemuan.

3. Tahapan Perancangan Sistem

Menurut Al Jufri (2011:141)[7], Adapun, untuk mengetahui konsep-konsep perancangan sistem, dibawah ini akan dijelaskan untuk tahap-tahap pembentukan perancangan sistem, antara lain:

  1. Menyiapkan Rancangan Sistem Yang Terinici
    Analis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru denagan alat-alat yang dijelaskan dengan modul teknis. Bebrapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top down, dimulai dengan gambaran besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top down ini merupakan ciri rancangan terstruktur (structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem. Alat-alat dokumentasi yang popular yaitu:
    1. Diagram arus data (data flow diagram)
    2. Diagram hubungan entitas (entity relathionship diagram)
    3. Kamus data (Data dictionary)
    4. Flowchart
    5. Model hubungan objek
    6. Spesifikasi kelas
  2. Mengidentifikasi Berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
    Analis mengidentifikasi konfigurasi, bukan merek atau model peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan.
  3. Mengevaluasi berbagai Alternatif Konfigurasi Sistem
    Analis bekerjasama dengan manager mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.
  4. Memilih Konfigurasi Terbaik
    Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan mnyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai analis membuat rekomendasi kepada manager untuk disetujui. Bila manager menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan selanjutnya dilakukan oleh MIS.
  5. Menyiapkan Usulan Penerapan
    Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation proposal) yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerpan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biayanya.
  6. Menyetujui atau Menolak Penerapan Sistem
    Keputuasan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang terlibat. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui.


Konsep Dasar Prototipe

1. Definisi Prototipe

Menurut Widyaningtyas (2014:2),[10], “Prototipe adalah satu versi dalam sistem potensial, memberikan ide para pengembang dan user, bagaimana sistem berfungsi dari bentuk sudah selesai.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa prototipe adalah contoh dari produk atau sistem dalam bentuk sebenarnya, bisa diubah sesuai keinginan sebelum direalisasi produk aslinya.

2. Jenis-Jenis Prototipe

  1. Prototipe Jenis I

    Prototipe ini hanya mungkin ketika peralatan prototipe memuat seluruh elemen penting dalam sistem baru. Langkah pengembangan terhadap prototipe jenis I adalah: identifikasi kebutuhan dari user, mengembangkan prototipe, menentukan prototipe apakah akan diterima, dan menggunakan prototipe.

  2. Prototipe Jenis II

    Pendekatan ini dilakukan hanya pada saat prototipe itu dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat ke semua elemen penting. Langkah pembuatan prototipe jenis II adalah: mengkodekan, menguji, menentukan, dan menggunakan sistem operasional.

3. Langkah-Langkah Pembuatan Prototipe

Gambar 2.3 Prototipe Jenis I

Sumber: Darmawan (2013:232)[11]


Konsep Dasar Sistem Kontrol

1. Definisi Sistem Kontrol

Dalam buku Ardiansyah (2012:1), [12], mengemukakan bahwa ada beberapa pengertian untuk memahami sistem kontrol secara keseluruhan, yaitu: Sistem, Proses, Kontrol, dan Sistem Kontrol dengan masing-masing definisi yang dijelaskan, sebagai berikut:

  1. Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang akan bekerja bersama-sama dan melakukan suatu sasaran tertentu.
  2. Proses adalah perubahan berurutan dan berlangsung continue yang tetap mengarahkan pada keadaan akhir tertentu (result).
  3. Kontrol adalah suatu kerja untuk mengawasi, mengendalikan mengatur, menguasai sesuatu, dan juga untuk tujuan tertentu.
  4. Sistem Kontrol adalah suatu proses pengaturan/pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran variable atau parameter sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu, contoh variable atau parameter fisik yaitu tekanan (pressure), aliran (flow), suhu (temperature), ketinggian (level), pH, kepadatan dan kecepatan, serta masih banyak parameter fisik yang lain. Variable-variable itulah merupakan output yang harus dijaga tetap sesuai dengan keinginan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu oleh operator, yang disebut dengan set point. Sistem kontrol diperlukan pada banyak bidang keilmuan diantaranya adalah sistem komputer, mekanik, elektronik, teknik elektrik, dan sistem pneumatik di dalam dunia pekerjaan atau industri.

2. Diagram Blok Sistem Kontrol

Dalam sistem kontrol terdapat dua (2) sistem kontrol yaitu sistem kendali manual (Open Loop Controls) dan sistem kendali otomatis (Closed Loop Controls). Sebuah sistem kendali manual menggunakan controller atau actuator untuk mendapatkan suatu respon yang diinginkan seperti yang ditunjukan dari Gambar 2.4 Sistem kontrol terbuka adalah sebuah sistem tanpa umpan-balik.

Gambar 2.4 Sistem Kontrol Terbuka/Manual

Sumber: Bhattacharya (2014:2)[13]


Gambar 2.5 Sistem Kontrol Tertutup/Otomatis

Sumber: Bhattacharya (2010:3)[13]

Berbeda dengan sistem kontrol loop manual, dalam sistem kontrol loop otomatis menerapkan ukuran tambahan pada output aktual untuk membandingkan terhadap respon pada output yang dikehendaki. Ukuran pada output disebut sinyal feedback (Umpan-Balik). Suatu feedback kontrol loop otomatis ditunjukan di dalam gambar 2.3. Disaat sistem kontrol tidak bergantung dari output maka disebut: open loop system. Tetapi, apabila sistem kontrol bergantung dari output disebut: output loop system atau feedback control system.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Open-Loop dan Closed-Loop

Sumber: Bhattacharya (2014:5)[13]

Keuntungan penerapan sistem closed-loop terlihat melalui penggunaan feedback yang membuat respon sistem tidak terlalu sensitif (peka) pada gangguan luar ataupun perubahan nilai-nilai komponen dalam sistem. Hal tersebut menghasilkan penggunaan komponen yang tidak akurat dengan suatu obyek yang dikontrol disebut plant. Dari aspek kesetabilan sistem open-loop cendrung lebih mudah karena kesetabilan sistem bukanlah masalah utama.

3. Sistem Kontrol Otomatis

Menurut Santoso, dkk yang dikutip di dalam sebuah Jurnal FEMA Vol. 2 (2013:17), [14], “Otomasi adalah proses dengan secara otomatis mengontrol operasi elektronika yang dapat mengganti fungsi tugas pada manusia di dalam mengambil suatu keputusan.

Menurut Prianto, dkk yang dikutip di dalam sebuah Jurnal Simposium Nasional RAPI XII (2013:34), [15], “Sistem Otomasi didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berhubungan dengan aplikasi mekanik, elektronik dan sistem yang berbasis komputer, (komputer,Programmable Logic Control/PLC, mikrokontroler).

Dari kedua pendapat yang dikemukakan diatas, maka bisa disimpulkan bahwa sistem otomatis merupakan suatu proses dari mengontrol operasi sistem terhadap suatu perangkat elektronika.

Dalam sistem kontrol otomatis (automatic control system), kegiatan kontrol yang biasa dilakukan manusia dapat digantikan peran pengendaliannya melalui penerapkan prinsip dari otomasi. Berdasarkan prinsip otomasi, peran operator pada pengendalian manual digantikan oleh alat yang disebut controller. Tugas buka dan tutup valve tidak lagi dikerjakan operator namun didasarkan atas perintah dari controller. Operator hanya perlu menentukan besarnya set point dari controller sehingga pada akhirnya semua berjalan secara otomatis. Bagi keperluan pengontrolan otomatis, valve harus menjadi unit yang disebut control valve. Semua alat pengendalian ini disebut instrument pengendalian proses.


Konsep Dasar Flowchart

1. Definisi Flowchart

Menurut Kristanti dan Niluh Gede Redita di dalam Jurnal Sistem Informasi (2012:87), [16], “Flowchart adalah cara penyajian visual aliran data melalui sistem informasi, operasi yang dapat dilakukan dalam sistem dan urutan dimana mereka dilakukan.” Flowchart dapat membantu menjelaskan pekerjaan yang saat ini dilakukan dan bagaimana cara meningkatkan pekerjaan tersebut.

Menurut Adelia (2011:116), [17], “Flowchart adalah penggambaran grafikal yang diawali langkah-langkah dan urutan prosedur dari suatu program yang akan dibuat.”

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, bisa disimpulkan bahwa (flowchart), ialah bentuk gambar/diagram yang memiliki aliran satu atau dua arah secara sekuensial. Flowchart umumnya memudahkan penyelesaian masalah yang dievaluasi lebih lanjut.

2. Jenis-Jenis Flowchart

Menurut Widada (2012), [18], “Flowchart ini dibagi menjadi lima, yaitu:”

  1. Flowchart Sistem (System Flowchart)
  2. Flowchart Dokumen (Document Flowchart)
  3. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)
  4. Flowchart Program (Program Flowchart)
  5. Flowchart Proses (Process Flowchart)

Berikut ini deskripsi dari masing-masing penjelasan diatas, “Menurut Widada (2012), [18], Jenis-Jenis Flowchart ini dapat dijelaskan sebagai berikut:”

  1. Flowchart Sistem (System Flowchart)

    Merupakan bagan yang menunjukan alur kerja atau apa yang sedang dikerjakan dalam sistem secara keseluruhan dan menjelaskan urutan pada prosedur-prosedur yang ada dalam sebuah sistem. Dengan bagitu, flowchart ini deskripsi secara grafik dari urutan prosedur-prosedur yang terkombinasi yang membentuk sebuah sistem. Flowchart sistem terdiri dari data yang mengalir dalam sistem, dan proses mentransformasikan data itu . Data dan proses flowchart sistem dapat diterangkan secara (online atau offline), dikoneksi langsung ke komputer.

  2. Gambar 2.6 Flowchart Sistem (System Flowchart)

    Sumber: Widada (2012)[18]

  3. Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

    Flowchart Dokumen menelusuri alur pada data yang di tulis melalui sistem. Flowchart ini dokumen sering disebut Paperwork flowchart. Kegunaan utamanya yaitu untuk dapat menelusuri alur form dan laporan sistem pada satu bagian ke bagian yang lain baik bagaimana alur form dan laporan ini diproses, dicatat dan disimpan. Dapat dilihat dalam gambar 2.7 yang akan menggambarkan satu contoh flowchart mengenai alur dari pembuatan kartu anggota terhadap satu perusahaan.

  4. Gambar 2.7 Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

    Sumber: Widada (2012)[18]


    Tabel 2.2 Keterangan Flowchart Dokumen

    Sumber: Widada (2012)[18]

  5. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

    Flowchart Skematik mirip seperti flowchart sistem dan bukan hanya menggunakan simbol-simbol flowchart standar tetapi juga menggunakan gambar komputer, peripheral, form atau peralatan lainnya, yang digunakan dalam sebuah sistem.

  6. Flowchart Program (Program Flowchart)

    Flowchart Program dihasilkan dalam flowchart sistem. Flowchart program yaitu keterangan yang lebih rinci tentang bagaimana setiap langkah program (procedur) sesungguhnya dilaksanakan dan menunjukan setiap langkah program dalam urutan yang tepat saat terjadi. Analis dan programmer dapat menggunakan flowchart program ini dalam menggambarkan urutan instruksi pada program atau tugas-tugas suatu operasi.

  7. Gambar 2.8 Flowchart Program (Program Flowchart)

    Sumber: Widada (2012)[18]

  8. Flowchart Proses (Process Flowchart)

    Flowchart Proses adalah sebuah teknik penggambaran rekayasa industrial yang memecah dan menganalisis langkah-langkah berikutnya dari suatu prosedur-prosedur atau sistem juga secara efektif menelusuri sebuah alur laporan atau form.

  9. Gambar 2.9 Simbol Flowchart Proses

    Sumber: Widada (2012)[18]


    Gambar 2.10 Flowchart Proses (Process Flowchart)

    Sumber: Widada (2012)[18]

3. Cara Membuat Flowchart

Menurut Indrajani (2011)[19] Ketika seorang analisis ataupun seorang programmer yang akan membuat sebuah flowchart, ada beberapa petunjuk-petunjuk yang harus diperhatikan, berikut ini:

  1. Flowchart ini, digambarkan dengan mulai dari halaman atas ke bawah/digambarkan mulai dengan halaman kiri ke kanan.
  2. Aktifitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan pendefinisian ini harus bisa dipahami oleh pembaca.
  3. Waktu akan kapan aktifitas itu dimulai ataupun waktu kapan aktifitas akan berakhir, harus dapat diteteapkan dengan jelas.
  4. Setiap langkah dalam aktifitas harus diuraikan menggunakan deskripsi dalam kata kerja, contoh: melakukan penggandaan.
  5. Setiap langkah-langhak yang terdapat pada aktifitas tersebut, harus berada dalam suatu prosedur urutan-urutan yang benar.
  6. Lingkup dan range aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri secara hati-hati. Melalui percabangan-percabangan yang memotong aktifitas yang sedang digambarkan tersebut, tidak harus digambarkan dalam flowchart yang sama. Simbol dari sebuah connectors (penghubung) yang harus digunakan, dan juga percabangan-percabangannya diletakan dari sebuah halaman yang terpisah atau menghilangkan seluruhnya disaat percabangan-percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
  7. Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar. Berikut ini, simbol-simbol standar flowchart, ditunjukan dalam tabel 2.3:
  8. Tabel 2.3 Simbol-Simbol Standar Flowchart

    Sumber: Widada (2012)[18]


Konsep Dasar Elisitasi

1. Definisi Elisitasi

Menurut Sommerville dan Sawyer (1997) dalam buku Siahaan (2012:66)[20], “Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan pada aktivitas yang ditunjukkan untuk menemukan kebutuhan dalam sistem dengan melalui komunikasi oleh pihak yang punya urusan bagi pengembangan sistem”.

Menurut Guritno, dan dkk (2011:302)[21], “Elisitasi adalah sebuah rancangan yang didesain berdasarkan sistem baru yang diharapkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi".

Berdasarkan kedua pengertian di atas, akan diambil kesimpulan bahwa elisitasi yaitu suatu rancangan pada sistem baru yang diinginkan pengguna sistem serta pihak yang terkait dengan pengembangan sistem.

2. Tahapan Elisitasi

Menurut Guritno dkk (2011:302)[21], elisitasi dapat dilakukan dengan tiga tahap, sebagai berikut:

  1. Elisitasi Tahap I

    Elisitasi tahap I, berisikan semua rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.

  2. Elisitasi Tahap II

    Elisitasi tahap II, adalah suatu hasil pengklasifikasian elisitasi dari tahap I berdasarkan metode pada MDI. Metode MDI bertujuan memisah rancangan sistem penting dan harus ada dalam sistem baru dengan rancangan sistem yang disanggupi penulis untuk dieksekusi.

  3. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai sebuah metode pada MDI:

    1. M dalam MDI berarti Mandatory (bagian pada sistem yang penting). Maksudnya: requirement tersebut harus tetap ada dan selain itu tidak boleh dihilangkan ketika saat merancang serta membuat sistem baru.
    2. D dalam MDI berarti Desirable (bagian yang tidak terlalu penting). Maksudnya: requirement itu tidak terlalu penting, boleh dihilangkan. Namun, jika requirement tersebut digunakan di dalam pembentukan sistem maka dapat menjadikan suatu sistem tersebut lebih sempurna.
    3. I dalam MDI berarti Inessential. (bagian yang terdapat di luar sistem) Maksudnya yaitu: requirement tersebut bukanlah bagian sistem yang dibahas dan adalah sebuah bagian yang berada di bagian luar sistem.
  4. Elisitasi Tahap III

    Elisitasi tahap III, adalah suatu hasil penyusutan elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement itu dengan option I dalam metode MDI. Kemudian, seluruh requirement yang tersisa itu diklasifikasikan kembali melalui metode TOE dijabarkan berikut ini:

    1. T dalam TOE artinya Teknikal. Maksudnya yaitu: bagaimana tata cara atau teknikal pembuatan requirement pada sistem diusulkan?
    2. O dalam TOE artinya Operasional. Maksudnya yaitu: bagaimana tata cara penggunaan requirement sistem itu akan dikembangkan?
    3. E dalam TOE artinya Ekonomi Maksudnya yaitu: berapakah biaya yang diperlukan untuk membangun requirement di dalam sistem?

    Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option berdasarkan sifatnya, yaitu HML dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. High (H): yang berarti sulit untuk dapat dikerjakan, karena teknik pembuatan maupun pada pemakaiannya sulit. Sehingga membuat biaya mahal. Maka pada suatu requirement itu, harus dieleminasi.
    2. Middle (M): yang berarti dari requirement itu mampu dikerjakan.
    3. Low (L): yang berarti dari requiremet tersebut mudah dikerjakan, dengan pembuatannya yang mudah, maka tidak perlu dieliminasi.
  5. Final Elisitasi

    Final Draft elisitasi maksudnya adalah suatu hasil akhir yang dicapai dengan suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai suatu dasar di dalam pembuatan sistem yang akan dikembangakan.

3. Tujuan Elisitasi Kebutuhan

Menurut Leffingwel (2000) dikutip dari suatu bukunya Siahaan (2012:67)[22], suatu elisitasi kebutuhan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

  1. Mengetahui masalah apa saja yang harus dipecahkan dan mengenali batasan-batasan sistem (System Boundaries). Akan dijelaskan, yaitu:

    Proses-proses dalam pengambangan perangkat lunak sangatlah ditentukan oleh seberapa dalam dan luas pengetahuan dari developer akan ranah permasalahan. Setiap ranah permasalahan memiliki ruang lingkup dan batsan-batasannya. Batasan-batasan ini mendefinisikan sistem akhir yang akan dibangun sesuai pada lingkungan operasional saat ini. Identifikasi atau persetujuan batasan sistem mempengaruhi proses elisitasi yang berikutnya. Identifikasi pemangku kepentingan, kelas pengguna, tujuan dan tugas, use case dalam pemilihan batasan.

  2. Melakukan suatu identifikasi yaitu siapa saja pemangku kepentingan.

    Sebagaimana yang disebut dari bagian sebelumnya, instansiasi pada pemangku kepentingan antara lain adalah Konsumen atau Klien (yang akan membayark sistem), Pengembang (yang akan merancang, membangun, merawat suatu sistem), dan Pengguna (yang beriteraksi dengan sistem sehingga mendapatkan hasil untuk pekerjaan mereka). Pada sistem yang bersifat interaktif, pengguna akan memegang peran penting dalam proses elisitasi. Pada umumnya, kelas pengguna tidak bersifat homogen, sehingga dalam bagian pada proses elisitasi adalah menidentifikasi dari kebutuhan kelas pengguna yang berbeda, seperti pada pengguna pemula, pengguna ahli, pengguna cacat dan lain-lain.

  3. Identifikasi tujuan sistem adalah sasaran-sasaran yang harus dicapai.

    Tujuan merupakan sasaran dalam sistem yang harus terpenuhi. Penggalian high level goals untuk awal proses pengembangan sangat penting. Penggalian terhadap tujuan lebih terfokus kepada ranah dari masalah dan terhadap kebutuhan dalam suatu pemangku kepentingan itu daripada solusi yang dimungkinkan untuk masalah tersebut.

4. Langkah-Langkah Elisitasi

Menurut Sommerville dan Sawyer (1997) dalam buku Siahaan (2012:66)[20], berikut ini adalah langkah untuk elisitasi kebutuhan:

  1. Identifikasi terhadap orang-orang yang akan membantu menentukan kebutuhan dan memahami kebutuhan dari sebuah organisasi mereka. Menilai kelayakan dari bisnis dan teknis bagi sistem yang diusulkan.
  2. Menentukan lingkungan teknis, ke mana sistem akan ditempatkan.
  3. Identifikasi ranah suatu permasalahan.
  4. Menentukan satu atau lebih metode elisitasi kebutuhan
  5. Meminta partisipasi dari banyak orang.
  6. Menidentifikasi kebutuhan yang ambigu dan menyelesaikannya.
  7. Membuat skenario penggunaan terhadap pelanggan dan pengguna.

5. Masalah dalam Elisitasi

Menurut Nuseibeh and Eastbrook (2000), dikutip dari bukunya Siahaan (2012:68)[22], tahap pada elisitasi termasuk tahap yang sulit dalam spesifikasi perangkat lunak. Secara umum kesulitan ini dipengaruhi tiga masalah: Masalah Cakupan, Masalah Pemahaman, Masalah Perubahan.

  1. Masalah Ruang Lingkup

    Pelanggan atau pengguna menentukan detail teknis yang tidak penting sebagai batasan sistem yang mungkin akan membingungkan dibandingkan dengan menjelaskan tujuan sistem secara keseluruhan.

  2. Masalah Pemahaman

    Terjadi saat pelanggan atau pengguna tidak benar-benar yakin tentang apa yang dibutuhkan dalam sistem, pemahaman yang sedikit dan tidak memiliki pemahaman yang penuh terhadap ranah masalah.

  3. Masalah Perubahan

    Perubahan kebutuhan pada waktu ke waktu. Dalam membantu mengatasi masalah ini, Perekayasa Sistem (System Engineers) harus melaksanakan kegiatan pengumpulan kebutuhan secara terorganisir.


Konsep Dasar Black Box

Menurut Rizki (2011:264), [23]Blackbox testing adalah type testing yang memperlakukan perangkat lunak (software) dengan tidak diketahui kinerja internalnya. Sehingga para tester melihat perangkat lunak seperti layaknya kotak hitam yang tidak penting dilihat isi, tetapi cukup dikenali proses testing pada bagian luar.”

1. Definisi Black Box Testing

Menurut Siddiq (2012:4)[24], “Pengujian black box adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak berfungsi dengan benar.

Metode pengujian black box digunakan untuk menguji sistem dari segi user yang dititik beratkan dalam pengujian kinerja, spesifikasi serta antarmuka sistem tersebut tanpa menguji kode program yang ada.

Black Box Testing tidak membutuhkan pengetahuan mengenai alur internal (internal path), struktur atau implementasi di dalam suatu software under test (SUT). Karena itu, dengan ada uji coba di black box memungkinkan suatu pengembang software untuk membuat himpunan kondisi input yang akan melatih semua syarat fungsional pada program.

Uji coba Black Box berusaha untuk menemukan kesalahan dalam beberapa kategori, diantaranya:

  1. Fungsi-fungsi yang salah atau hilang.
  2. Kesalahan interface
  3. Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal
  4. Kesalahan performa
  5. kesalahan inisialisasi dan terminasi

Uji coba Black Box diaplikasikan dibeberapa tahapan berikutnya. Karena uji coba Black Box dengan sengaja mengabaikan struktur kontrol, sehingga perhatiannya difokuskan pada informasi domain. Uji coba didesain untuk dapat menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:

  1. Bagaimana validitas fungsionalnya diuji?
  2. Jenis input seperti apa yang akan menghasilkan kasus uji yang baik?
  3. Apakah sistem secara khusus sensitif terhadap nilai input tertentu?
  4. Bagaimana batasan-batasan kelas data diisolasi?
  5. Berapa rasio data dan jumlah data yang dapat ditoleransi oleh sistem?
  6. Apa akibat yang akan timbul dari kombinasi spesifik data pada operasi sistem?

Sehingga dalam uji coba Black Box harus melewati beberapa proses sebagai berikut:

  1. Menganalisis kebutuhan dan spesifikasi dari perangkat lunak.
  2. Pemilihan jenis input yang memungkinkan menghasilkan output benar serta jenis input yang memungkinkan output salah pada perangkat lunak yang sedang diuji.
  3. Menentukan output untuk suatu jenis input.
  4. Pengujian dilakukan dengan input-input yang telah benar-benar diseleksi.
  5. Melakukan pengujian.
  6. Pembandingan output yang dihasilkan dengan output yang diharapkan.
  7. Menentukan fungsionalitas yang seharusnya ada pada perangkat lunak yang sedang diuji.

2. Metode Pengujian dalam Black Box

Ada beberapa macam metode pengujian Black Box, berikut diantaranya:

  1. Equivalence Partioning

    Equivalence Partioning merupakan metode uji coba Black Box yang membagi domain input dari program menjadi beberapa kelas data dari kasus uji coba yang dihasilkan. Kasus uji penanganan single yang ideal menemukan sejumlah kesalahan (misalnya: kesalahan pemrosesan dari seluruh data karakter) yang merupakan syarat lain dari suatu kasus yang dieksekusi sebelum kesalahan umum diamati.

  2. Boundary Value Analysis

    Sejumlah besar kesalahan cenderung terjadi dalam batasan domain input dari pada nilai tengah. Untuk alasan ini boundary value analysis (BVA) dibuat sebagai teknik uji coba. BVA mengarahkan pada pemilihan kasus uji yang melatih nilai-nilai batas. BVA merupakan desain teknik kasus uji yang melengkapi Equivalence partitioning. Dari pada memfokuskan hanya pada kondisi input, BVA juga menghasilkan kasus uji dari domain output.

  3. Cause-Effect Graphing Techniques

    Cause-Effect Graphing merupakan desain teknik kasus uji coba yang menyediakan representasi singkat mengenai kondisi logikal dan aksi yang berhubungan. Tekniknya mengikuti 4 tahapan berikut:

    1. Causes (kondisi input), dan Effects (aksi) didaftarkan untuk modul dan identifier yang dtujukan untuk masing-masing.
    2. Pembuatan grafik Causes-Effect graph.
    3. Grafik dikonversikan kedalam tabel keputusan.
    4. <li style="font-size: 12pt;font-family: 'times new roman';text-align: justify; line-h


Kesalahan pengutipan: Tag <ref> ditemukan, tapi tag <references/> tidak ditemukan

Contributors

Andri Zali